Kitab Akidah:
Kitab Tafsir:
1. Tafsir Al-Jalalain: Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Al-Mahalli, dengan catatan (ta’liq):
Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri terutama koreksian terhadap Akidah Asma’ wa
Sifat.
2. Al-Mukhtashar fi At-Tafsir, terbitan Muassasah ‘Abdullah bin Zaid Al-Ghanim Al-
Khairiyyah.
3. Tafsir Juz ‘Amma dan Tafsir Beberapa Surat dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
‘Utsaimin.
4. Tafsir As-Sa’di (Taisir Al-Karim Ar-Rahman): Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
5. Aysar At-Tafasir: Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi.
6. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim: Ibnu Katsir.
7. Tafsir Ath-Thabari: Ibnu Jarir Ath-Thabari.
Kitab Hadits:
Kitab Akhlak:
Adab Al-Mufrad, Imam Bukhari.
Kitab Amalan:
1. Mutawatir
Hadits yang diriwayatkan dari banyak jalan (sanad) yang lazimnya dengan jumlah dan
sifatnya itu, para rawinya mustahil bersepakat untuk berdusta atau kebetulan bersama-sama
berdusta. Perkara yang mereka bawa bersifat indrawi yakni dapat dilihat atau didengar. Hadits
mutawatir harus diyakini tanpa perlu dibahas benar atau salahnya terlebih dahulu.
2. Ahad
Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.
3. Sahih (sehat)
Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil (muslim, baligh, berakal, bebas dari kefasiqan yaitu
melakukan dosa besar atau selalu melakukan dosa kecil, dan bebas dari sesuatu yang
menjatuhkan muru’ah/kewibawaan) dan sempurna hafalan/penjagaan kitabnya terhadap hadits
itu, dari orang yang semacam itu juga dengan sanad yang bersambung, tidak memiliki ‘illah
(penyakit/kelemahan) dan tidak menyelisihi yang lebih kuat. Hadits sahih hukumnya diterima
dan berfungsi sebagai hujjah.
4. Hasan (baik)
Hadits yang sama dengan hadits sahih kecuali pada sifat rawinya di mana hafalan/penjagaan
kitabnya terhadap hadits tidak sempurna, yakni lebih rendah. Hadits hasan hukumnya diterima.
5. Dha’if
Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits sahih atau hasan. Hadits dha’if hukumnya
ditolak.
6. Maudhu’ (palsu)
Hadits yang didustakan atas nama Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam padahal beliau tidak
pernah mengatakannya, hukumnya ditolak.
7. Mursal
Yaitu seorang tabi’in menyandarkan suatu ucapan atau perbuatan kepada Nabi Shalallahu
‘alaihi wa sallam. Hukumnya tertolak karena ada rawi yang hilang antara tabi’in tersebut dan
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan mungkin yang hilang itu adalah rawi yang lemah.
8. Syadz
Hadits yang sanadnya sahih atau hasan namun isinya menyelisihi riwayat yang lebih kuat dari
hadits itu sendiri, hukumnya tertolak.
9. Mungkar
Hadits yang sanadnya dha’if dan isinya menyelisihi riwayat yang sahih atau hasan dari hadits
itu sendiri, hukumnya juga tertolak.
10. Munqathi’
Hadits yang terputus sanadnya secara umum, artinya hilang salah satu rawinya atau lebih dalam
sanad, bukan di awalnya dan bukan di akhirnya dan tidak pula hilangnya secara berurutan.
Hukumnya tertolak.
11. Sanad
Rangkaian para rawi yang berakhir dengan matan.
12. Matan
Ucapan rawi atau redaksi hadits yang terakhir dalam sanad.
13. Rawi
Orang yang meriwayatkan atau membawakan hadits.
14. Atsar
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada selain Rasulullah n, yakni kepada para
sahabat dan tabi’in.
15. Marfu’
Suatu ucapan, perbuatan, atau persetujuan yang disandarkan kepada Rasulullah n.
16. Mauquf
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat.
18. Muhaddits
Orang yang menyibukkan diri dengan ilmu hadits secara riwayat dan dirayat (fiqih hadits), serta
banyak mengetahui para rawi dan keadaan mereka.
19. Al-Hafizh
Orang yang kedudukannya lebih tinggi dari muhaddits, yang ia lebih banyak mengetahui rawi di
setiap tingkatan sanad.
20. Majhul
(Rawi yang) tidak dikenal, artinya tidak ada yang menganggapnya cacat sebagaimana tidak ada
yang men-ta’dil-nya (lihat istilah ta’dil di poin 23, red.), dan yang meriwayatkan darinya
cenderung sedikit. Bila yang meriwayatkan darinya hanya satu orang maka disebut majhul al-
‘ain, dan bila lebih dari satu maka disebut majhul al-hal. Hukum haditsnya termasuk hadits yang
lemah.
21. Tsiqah
(Rawi yang) tepercaya, artinya tepercaya kejujuran dan keadilannya serta kuat hafalan dan
penjagaannya terhadap hadits.
22. Jarh
Cacat, dan majruh artinya tercacat.
23. Ta’dil
Menilai adil.
25. Mu’allaq/ta’liq
Hadits yang terputus sanadnya dari bawah, satu rawi atau lebih
Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam membaca surat-surat yang berbeda
dari Al-Quran ketika shalat Subuh. Beberapa riwayat yang shahih menjelaskan bahwa beliau
membaca Surat Al-Waqi’ah, Surat At-Takwir, Surat Al-Zalzalah di kedua rakaat. Juga
diriwayatkan bahwa beliau terbiasa membaca 60 ayat dari surat-surat yang panjang di dalam
Quran, seperti Surat Ar-Ruum, Surat Yaasin, dan Surat As-Shaffat.
Ketika bepergian, beliau terbiasa membaca Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas di shalat Subuh.
Di hari Jumat ketika shalat Subuh, beliau terbiasa membaca Surat As-Sajdah di rakaat pertama
dan Surat Al-Insan di rakaat kedua.
Beliau juga biasa membaca Ayat 136 Surat Al-Baqarah dan Ayat 64 Surat Ali-Imran ketika shalat
sunnah dua rakaat sebelum Subuh.
2. Shalat Zuhur
Ketika shalat Zuhur, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam terbiasa membaca sekitar 30 ayat di
dua rakaat pertama. Di lain kesempatan, beliau membaca Surat At-Tariq, Surat Al-Buruj, dan
Surat Al-Lail. Beliau biasa memanjangkan bacaan di rakaat pertama daripada di rakaat kedua.
3. Shalat Ashar
Ketika shalat Ashar, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam terbiasa membaca sekitar 15 ayat di
dua rakaat pertama. Juga, diriwayatkan bahwa beliau terbiasa membaca beberapa surat yang
beliau baca di Shalat Zuhur.
4. Shalat Maghrib
Ketika Shalat Maghrib, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam membaca Surat At-Tiin, Surat
Muhammad, Surat At-Tuur, Surat Al-A’raaf, dan Surat Al-Anfal di dua rakaat pertama.
5. Shalat Isya
Dan akhirnya di Shalat Isya’, beliau terbiasa membaca Surat As-Syam, Surat Al-Insyiqaq, dan
Surat At-Tiin.
Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tidak menyarankan seorang
imam Shalat Isya’ untuk membaca surat-surat yang panjang. Beliau menyuruh Muadz untuk
membaca surat-surat seperti Asy-Syams, Al-A’la, Al-Alaq, dan Surat Al-Lail. Kemudian beliau
bersabda, “Beberapa yang shalat di belakangmu sudah berusia tua, lemah, dan ada pula yang
memiliki urusan untuk dilakukan,” (HR Bukhari & Muslim).
6. Shalat Jumat
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam terbiasa membaca Surat Al-Jumuah di rakaat pertama
Shalat Jumat, dan Surat Al-Munafiqun di rakaat kedua. Juga diriwayatkan bahwa beliau
membaca Surat Al-A’la di rakaat pertama dan Surat Al-Ghasiyah di rakaat kedua.
7. Shalat Witir
Beliau terbiasa membaca Surat Al-A’la, Al-Kafirun, dan Surat Al-Ikhlas di Shalat Witir.
Demikianlah surat-surat pilihan yang bisa jadi amalan sunah dalam shalat sesuai yang dilakukan
Rasulullah SAW.
Rukun rukun sholat
2. Takbiratul ihram.
15. Salam
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil
Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya. ” (HR. Ahmad
3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhibno. 1173.)
“Sesungguhnya , ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan
meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan
kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat
disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya” (Dalam riwayat lain
berbunyi : Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Adapun yang dua, maka telah
diberikan. Dan saya berharap, yang ketigapun dikabulkan)” [Hadits ini diriwayatkan An-Nasa’i,
dan ini lafadz beliau, Ahmad dalam musnad-nya dengan lebih panjang lagi. Ibnu Majah, Ibnu
Hibban, Al-Haakim dalam kitab Mustadrak dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman, serta
selain mereka]
َّ صلَّى
َُّللا َ ِس ْو ِل هللا ُ س ِج ُد َر َ سلَّ َم أَيُّ ُه َما أ َ ْف
ْ ض ُل أ َ َم َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ ِس ْو ِل هللا ُ تَذَاك َْرنَا َو نَحْ ُن ِع ْن َد َر
ض ُل َ ِي أ َ ْف
ْ س ِجدْ سلَّ َم صَلَةٌ فِ ْي َم َ علَ ْي ِه َو
َ َُّللاَّ صلَّى َ ِس ْو ُل هللا ُ ِس ؟ فَقَا َل َر ِ ت ا ْل َم ْقد ِ سلَّ َم أ َ ْم بَ ْي
َ علَ ْي ِه َو
َ
(و ِف ْي ِر َوا َي ٍة َ س ِه ِ ش ْط ِن فَ َر َ لر ُج ِل ِمثْ ُل َ شك ََّن لَ ْن َيك ُْو َن ِل َ صلَّى ُه َو َو َليُ ْو َ ت ِف ْي ِه َولَ ِن ْع َم ا ْل ُمٍ صلَ َوا َ أ َ ْر َب ِع
ِس َخ ْي ٌر لَهُ ِم َن ال ُّد ْنيَا َو َما فِ ْي َها ِ ث يُ َرى ِم ْنهُ بَيْتُ ا ْل َم ْقد ُ ض َح ْي ِ س ِه”) ِم َن ال َ ْر ِ “ ِمثْ ُل قَ ْو
“Kami saling bertukar pikiran tentang, mana yang lebih utama, masjid Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu shalat di masjidku lebih
utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hampir
tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya (dalam riwayat lain : seperti
busurnya) dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari dunia seisinya” [HR
Ibrahim bin Thahman dalam kitab Masyikhah Ibnu Thahman, Ath-Thabrani dalam kitab
Mu’jamul Ausath, dan Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak, Al-Hakim berkata, “Ini adalah hadits
yang shahih sanadnya, dan Al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya. Adz-Dzahabi dan Al-
Albani sepakat dengan beliau]
Rukun Haji
1. Ihram
2. Thowaf ifadhoh
3. Sa’i
4. Wukuf di Arafah
Jika salah satu dari rukun ini tidak ada, maka haji yang dilakukan tidak sah.
10 orang sahabat yang dijamin masuk surga adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Az-Zubair bin Awwam,
Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Abu Ubaidah Al-Jarrah, dan Thalhah bin Ubaidillah
radhiyallahu ‘anhum.