Anda di halaman 1dari 12

Kurikulum Berbasis Kompetensi / KBK

March 8, 2012 at 4:32 am (Kumpulan Teori Pendidikan)


Tags: Definisi KBK, Kurikulum, Pengertian KBK, Pengertian Kompetensi

Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency-Based Curriculum) adalah


kurikum pendidikan yang menjadikan kompetensi sebagai acuan pencapaian tujuan
pendidikan (Competency-Based Curriculum). (Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Senduk,
2004 : 111). Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulan bahwa Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dalam pencapaian tujuan pendidikan menggunakan strategi pembelajaran
agar peserta didik bisa terhadap pelajaran yang telah dipelajari bukan hanya sekedar tahu.

Pengertian Kompetensi

Menurut MC Ashan (1981 : 45) yang dikutip oleh Mulyasa “Kompetensi diartikan sebagai
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognetif efektif dan
psykomotorik dengan sebaik baiknya”. (Mulyasa, 2002 : 38). Menurut Finch dan Crumkilton
(1979 : 222) yang dikutip oleh Mulyasa : “mengartikan kompetensi sebagai penguasaan
terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan”. (Mulyasa, 2002 : 38).

Dengan beberapa pengertian tersebut diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kompetensi
mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk
dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.

Landasan KBK
March 23, 2012 at 6:19 am (Kumpulan Teori Pendidikan)
Tags: KBK, Landasan KBK, Teori KBK

Ada beberap jenis landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum (KBK).
Menurut Tylor (1949), landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial budaya dan
psikologis. Pendapat tersebut serupa dengan yang dikemukakan Murray Print (1993) bahwa
landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial budaya, dan psikologis,
perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan terakhir, beliau menambahkan atau
melengkapi landasan tersebut dengan landasan manajemen. Penyusunan model desain
kurikulum berdasarkan kompotensi akan mengacu kepada landasan kurikulum berbasis
kompetensi yaitu:

1. Landasan Filosofis. Filsafat merupakan suatu sistem yang dapat menentukan arah
hidup dan serta menggambarkan nilai-nilai apa yang paling dihargai dalam hidup
seseorang. Proses pentingnnya mendidik anak agar menjadi manusia yang baik pada
hakekatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, juga
guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan
menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, bahan pelajaran yang disajikan,
mungkin juga cara mengajar dan penilainnya. Kurikulum mempunyai hubungan yang
erat dengan filsafat bangsa dan negara terutama dalam menentukan manusia yang
dicita-citakan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan. Filsafat inilah
yang harus dimiliki oleh seorang guru, agar dapat membentuk pandangan hidup yang
benar, karena dalam filsafat terhandung gambaran tentang masyarakat yang akan
dibangun, manusia apakah yang harus dibentuk, kurikulum apakah yang akan
digunakan.
2. Landasan Psikologis. Kurikulum harus dipandang sebagai suatu sistem yang di
dalamnya merupakan reaksi terhadap proses yang ditentukan oleh orang dewasa dengan
memperhatikan kebutuhan dan minat anak. Para ahli pengembangan kurikulum selalu
menjadikan anak sebagai salah satu pokok pemikiran, agar anak dapat belajar, dapat
menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-
norma, dan dapat menguasai sejumlah ketrampilan. Guru mengajar menurut apa yang
diperkirakannya akan memberikan hasil yang baik dan ini sering dilakukan dengan
menggunakan berbagai teori belajar. Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar
mengajar, dengan demikian ada hubungan yang erat antara kurikulum dengan psikologi
belajar dan psikologi anak.
3. Landasan Sosial Budaya. Landasan ini berkenaan dengan keadaan masyarakat,
perkembangan dan perubahannya, berupa pengetahuan dan lain-lain. Seperti yang kita
ketahui bahwa anak tidak hidup sendiri, ia selalu hidup dengan masyarakat. Di situ ia
harus memenuhi tugas-tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab, baik sebagai anak
maupun sebagai anak dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia
sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan maasyarakat. Tuntutan
masyarakat tidak dapat diabaikannya, tiap masyarkat mempunyai norma-norma, adat
kebiasaan, yang tidak dapat tidak harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya
lalu dinyatakan dalam kelakuannya. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang
dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus
dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Landasan ini berkenaan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni. Salah satu ciri masyarakat
adalah selalu berkembang. Masyarakat yang berkembang karena dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki pengaruh cukup kuat
pada pengembangan kurikulum, terutama teknologi industri, transportasi, komunikasi,
telekomunikasi dan elektronik yang menyebabkan masyarakat berkembang sangat
cepat menuju masyarakat terbuka, masyarakat informan dan global. Perubahan ini akan
mempengaruhi perkembangan setiap individu warga masyarakat, mempengaruhi
pengetahuan, kecakapan, sikap, aspirasi, minat, semangat, kebiasaan bahkan pola-pola
hidup mereka.
5. Landasan Organisatoris. Landasan ini berkenaan dengan bentuk dan organisasi bahan
pelajaran yang di sajikan. Bagaimana pelajaran akan disajikan ? Apakah dalam bentuk
mata pelajaran yang terpisah-pisah ataukah diusahakan adanya hubungan antara
pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broadfield atau bidang studi seperti
yang dilaksanakan di Indonesia pada saat ini.

Dapat dicermati berdasar atas landasan pengembangan kurikulum KBK di atas maka tujuan
kegiatan siswa diharapkan dan lebih ditekankan pada pengembangan sikap dan perilaku agar
berguna dalam suatu kehidupan masyarakat yang demokratis.
Karakteristik KBK
March 8, 2012 at 4:55 am (ARTIKEL, Kumpulan Teori Pendidikan)
Tags: Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengertian KBK

Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi Dep.Dik.Nas


(2002) mengemukakan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki karakteristik
sebagai berikut :

 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun


klasikal.
 Berorientasi pada hasil belajar (Learning Outcomes) dan keberagaman.
 Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
 Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
 Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi”. (Mulyasa, 2002 : 42).

Berpijak dari karakteristik tersebut dapat dijabarkan bahwa :

 Dalam mencapai kompetensi siswa, guru bukan hanya menentukan materi saja, namun
harus bisa mencapai tercapainya kompetensi. Dan diakhiri semester tak ada lagi guru
mengeluh : “saya belum menuntaskan materi”. Karena pada setiap proses pembelajaran
mengenai suatu satuan bahasan tertentu sudah diberikan informasi dan petunjuk
pelaksanaan terhadap peserta didik, bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa
yang harus digunakan.
 Dari hasil belajar memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar yang
berbeda yakni sesuai dengan kemampuannya dalam menyerap materi pelajaran, yaitu
dalam upayanya belajar mengetahui (learning how to know), belajar melakukan
(learning how to do), belajar menjadi diri sendiri (learning how to be) dan belajar hidup
dalam beragaman (learning how to live together). Sehingga dengan kemampuan yang
berbeda maka dimungkinkan memperoleh kemajuan-kemajuan berbeda pula.
 Dalam pembelajaran Kurikulum Berbais Kompetensi harus menggunakan pendekatan
atau metode yang bervariasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai diantaranya
:

– Apersepsi : Guru memberi motivasi siswa dengan tanya jawab agar mereka benar-benar
siap menerima proses pembelajaran yang berlangsung.
– Ekplorasi : Guru mengajukan beberapa soal atau masalah yang merupakan upaya agar
siswa mencari jawaban/informasi dari berbagai sumber (buku-buku, koran, majalah,
lingkungan, nara sumber, percobaan dan instansi terkait). Pendekatan semacam ini bisa secara
individual atau kelompok.

– Diskusi dan penjelasan konsep : Guru mengajak siswa untuk membahas masalah-masalah
yang didiskusikan oleh siswa dengan memberi bimbingan dan penjelasan untuk memecahkan
masalah, mencoba mencari ide pemecahannya, dan menyelesaikannya, kemudian memeriksa
kembali atau meluruskan konsep siswa yang belum benar.

Dengan pendekatan atau metode sebagaimana diatas maka kemungkinan besar apa yang
diharapkan akan berhasil, karena kegiatan proses tidak monoton dan menjemukan.

 Guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, yakni siswa dapat belajar dari
apa saja (berbagai macam buku pendidikan yang berkaitan pelajaran tertentu), juga
dengan mendayagunakan beraneka ragam sumber belajar.

Dengan demikian tidak ada anggapan bahwa kegiatan pembelajaran adalah ceramah dari guru.
Dan peserta didik bisa belajar dengan baik tanpa didampingi oleh guru, dengan harapan siswa
mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan.

Secara garis besar sumber belajar yang ada dan mungkin dikembangkan dalam pembelajaran
diantaranya adalah :

1. Manusia yaitu orang yang secara langsung menyampaikan pesan, seperti guru,
konselor, administrator yang dipersiapan untuk kepentingan belajar.
2. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, seperti : film pendidikan,
buku paket, peta, grafik dan sebagainya.
3. Lingkungan, yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber dapat berinteraksi dengan
para peserta didik. Misalnya : Ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, kebun
binatang, candi, kebun raya, museum dan sebagainya.
4. Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi dan memainkan sumber-
sumber lain. Alat dan peralatan untuk produksi misalnya : Kamera untuk produksi foto
dan tape recorder untu rekaman. Sedang alat dan peralatan untuk memainkan sumber
lain mislnya : proyektor film, pesawat TV, radio dan sebagainya.
5. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan kombinasi dalam suatu tehnik
sumber lain untuk memudahkan balajar, misalnya : pengajaran berprograma sebagai
kombinasi antara tehnik penyajian bahan dengan buku, simulasi, karyawisata dan
sebagainya.

Pendayagunaan sumber belajar secara maksimal dimungkinkan orang yang belajar menggali
berbagai jenis ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya, sehingga pengetahuannya
secara aktual dan mampu mengikuti ekselerasi tehnologi dan seni yang senantiasa berubah.

 Evaluasi atau penilaian adalah suatu kegiatan atau proses penentuan nilai sesuatu,
sehingga dapat diketahui mutu/hasilnya.

Dengan penilaian itu dapat dijadikan sebagai ukuran tertentu, pemberian angka suatu
atribut/karakter terhadap orang lain atau obyek tertentu baik itu bersifat kuantitatif maupun
kualitatif.
Adapun prinsip dasar dalam evaluasi pendidikan adalah :

1. Komprehensip, yaitu penilaian secara menyeluruh (secara berkelanjutan). Data nilai


diambil dari berbagai sumber dan berbagai cara, bukan hanya dari hasil test saja, sejak
dari proses pembelajaran, penampilan, kinerja dan hasil karya siswa.
2. Contiunitas, yaitu penilaian yang berkesinambungan sebagai sistem pengujian dengan
mengacu pada keberlangsungan proses, dari penentuan indikator, penyusunan kisi-kisi
soal, penyusunan soal ujian, menilai dan menganalisa nilai hasil ujian. Dimana sistem
penentuan tehnik ujian didasarkan pada kemampuan dasar. Dan hasil ujian harus
dianalisa untuk menentukan tindakan perbaikan berupa Program Remidial (bagi siswa
yang belum menguasai suatu kemampuan dasar dilakukan pengulangan proses
pembelajaran, sedang siswa yang telah menguasai diberi tugas untuk pengayaan).
3. Obyektivitas, yaitu bentuk penilaian yang berdasarkan pada materi yang ada.

Dalam penyusunannya berdasarkan pada keutuhan kompetensi yang mencakup ranah kognitif
(melalui sejumlah tagihan), ranah psikomotorik (melalui menirukan, mempraktekkan), ranah
efektif (melalui pengamatan, angket dan wawancara), dan asumsi pada pencapaian belajar
siswa terhadap minat belajar siswa.

Prinsip-prinsip KBK
March 23, 2012 at 8:02 am (Kumpulan Teori Pendidikan)
Tags: KBK, Kurikulum Berbasis Kompetensi

Beberapa prinsip yang mendasari pelaksanaan KBK antara lain sebagai berikut :

1. Keimanan, nilai dan Budi Pekerti Luhur. Keyakinan dan nilai-nilai yang dianut
masyarakat berpengaruh pada sikap dan arti kehidupannya. Keimanan, nilai-nilai dan
budi pekerti luhur perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh siswa.
2. Penguatan Identitas Nasional. Penguatan Identitas Nasional dicapai melalui
pendidikan yang memberikan pemahaman tentang kemajuan peradaban Bangsa
Indonesia dalam tatanan peradaban dunia yang multikultur dan multibahasa.
3. Kesimbangan etika, logika dan kinestika. Kesimbangan pengalaman belajar siswa yang
multi etika, logika, estetika dan kinestika sangat dipertimbangkan dalam menyusun
Kurikulum dan Hasil Belajar.
4. Adaptasi terhadap abad pengetahuan dan teknologi. Kemampuan berfikir dan belajar
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat
berubah dan penuh dengan ketidakpastian merupakan kompetensi penting dalam
menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Pengembangan
kurikulum dan hasil belajar mengupayakan pencapaian kompotensi.
5. Mengembangkan ketrampilan hidup. Kurikulum dan hasil belajar memasukkan unsur
ketrampilan hidup agar siswa memiliki ketrampilan, sikap dan perilaku adaptif,
kooperatif dan kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-
hari secara efektif.
6. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif.
Mengupayakan kemandirian siswa untuk belajar, bekerja sama dan menilai diri sendiri
agar siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya. Penilaian
berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan.
7. Kesamaan memperoleh kesempatan. Penyediaan kesempatan bagi semua siswa untuk
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap diutamakan. Seluruh siswa dari
berbagai kelompok termasuk kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan
sosial yang memerlukan bantuan khusus, berbakat dan unggul berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
8. Belajar sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia untuk
mengembangkan, menambah kesadaran dan selalu belajar memahami dunia yang selalu
berubah dalam berbagai bidang. Kurikulum dan hasil belajar memberikan kemampuan
belajar sepanjang hayat melalui pendidikan formal dan non formal baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun non pemerintah.
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. Semua pengalaman belajar dirancang secara
menyeluruh mulai dari TK sampai dengan kelas 12. Pendekatan yang di guunakan
mengakomodasi kebutuhan siswa, sekolah dan masyarakat yang bervariasi.
Keberhasilan pelaksanaan Kurikulum dan Hasil Belajar menuntut pendekatan-
pendekatan kemitraan antara siswa, guru, sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia
usaha, dan masyarakat dalam perencanaan dan tanggung jawab bersama untuk
mencapai hasil belajar siswa. (Nurhadi, M.Pd, 2004)

Komponen-komponen KBK
March 8, 2012 at 5:54 am (ARTIKEL, Kumpulan Teori Pendidikan)
Tags: Komponen KBK, Kurikulum Berbasis Kompetensi

Komponen-komponen Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Didalam pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan tujuh komponen utama
pembelajaran yang mendasari penerapannya. “Ketujuh komponen utama itu adalah :

1. Komponen konstruktivisme (Constructivism)


2. Komponen menemukan (Inquiry)
3. Komponen bertanya (Questioning)
4. Komponen masyarkat belajar (Learning Community)
5. Komponen pemodelan (Modeling)
6. Komponen refleksi (Reflection)
7. Komponen penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)”.(Nurhadi, Burhan
Yasin, Agus Gerrad Senduk, 2004 : 31).

Adapun penerapannya komponen-komponen pembelajaran KBK ini dapat dijabarkan sebagai


berikut. [baca juga: pengertian KBK]

 Menurut Faham konstruktivisme manusai membangun atau menciptakan pengetahuan


dengan cara memberi arti pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Oleh
karena itu pengetahuan adalah merupakan konstruksi manusia dan secara konstan
mengalami pengalaman-pengalaman baru (rekaan bukan stabil). Oleh karena itu,
pemahaman yang diperoleh senantiasa bersifat tentatif dan tidak lengkap. Pemahaman
akan semakin mendalam dan kuat jika diuji dengan pengalaman-pengalaman
baru.Didalam pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) konstruktivisme
(constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, pengetahuan bukan
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Tetapi
pengetahuan itu merupakan konstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui
pengamalan nyata.Dengan demikian pada pembelajaran ini siswa harus dibiasakan
untuk memecahkan masalah, merumuskan sesuatu yang berguna untuk dirinya dan
menemukan ide-ide.Hal ini bisa disimpulkan bahwa dalam paham konstruktivisme
berpandangan bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi
yang komplek ke situasi lain, dan bila dikehendaki informasi tersebut menjadi milik
mereka sendiri. Sehingga tugas guru adalah menfasilitasi proses pembelajaran dengan
cara :

– 1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

– 2. Memberi kesempatan para siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

– 3. Menyadarkan para siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Menurut Jean Pinget yang dikutip oleh Nurhadi, Burhan Yasin dan Agus Gerrad Senduk,
konsep belajar kontruktivisme ada 4 konsep, yaitu :

1. Skemata, yaitu belajar itu pada hakekatnya memperluas skemata (unsur kognitif) yang
selalu berkembang dan berubah.
2. Asimilasi, yaitu belajar merupakan perluasan skemata melalui proses asimilasi,
asimilasi merupakan proses kognitif jika terjadi secara kontinyu akan membentuk
intelektual anak.
3. Akomodasi, yaitu belajar merupakan proses struktur kognetif yang berlangsung sesuai
dengan pengalaman baru.
4. Keseimbangan, yaitu dengan belajar akan tumbuh suatu keseimbangan dengan pola-
pola penalaran yang lebih mantap, namun pada keadaan yang tidak sama akan lebih
berkembang dari pada semula. Keseimbangan tersebut akan terjadi pada setiap saat
(setiap fase perkembangan manusia).(Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Sunduk,
2004 : 36-38).

 Menemukan (inquiry) merupakan suatu kegiatan dari siklus mengamati, bertanya,


menganalisa dan merumuskan teori baik perorangan maupun kelompok.

Dalam kegiatannya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah, yang bisa diterapkan dalam berbagai mata pelajaran.


2. Mengumpulkan data melalui observasi, dengan cara mencari sumber pengetahuan
(membaca buku atau mengamati sesuatu) untuk mendapatkan informasi pendukung
atau mengamati dan mengumpulkan data dari sumber/obyek yang diamati.
3. Menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, tabel, laporan atau dengan
karya lainnya.
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca atau audiens lainnya,
dengan maksud untuk mendapatkan masukan, tanya jawab, ide baru, maupun refleksi
lainnya.

Maka siklus inquiry dapat disimpulan :

– Observasi (Observation)

– Bertanya (Questioning)

– Mengajukan dugaan (Hypothesis)

– Pengumpulan data (Data Gathering)

– Penyimpulan (Conclusion)

 Bertanya (Questioning) merupakan salah satu induk dalam strategi yang mendorong
siswa untuk mengetahui sesuatu dan memperoleh informasi sehingga melatih siswa
untuk berfikir kritis.

Untuk mendorong para siswa secara aktif dapat menganalisa dan mengeksplorasi gagasan-
gagasan, pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat dijadikan rangsangan
siswa untuk berfikir, berdiskusi dan berspekulasi.

Guru dapat menggunakan tehnik bertanya dengan cara meransang siswa agar mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.

Dalam kaitan ini sebagaimana yang dikutip oleh sadker dan sadker sebagai berikut :

“Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

2) Mengecek pemahaman siswa

3) Memecahkan persoalan yang dihadapi

4) Membangkitkan respon kepada siswa

5) Mengetahui sejauh mana keinginan siswa

6) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

7) Menfokuskan perhatian siswa pada sessuatu yang dikehandaki guru

8) Untuk membangkitkan labih banyak lagi pertanyaan dari siswa

9) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.”

(Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Senduk, 2004 : 46).


Aktivitas bertanya juga akan terjadi ketika siswa berdiskusi bekerja dalam kelompok, ketika
menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut akan
mendorong/ menumbuhkan dorongan untuk bertanya.

 Belajar dalam kelompok tetap lebih baik hasilnya dari pada belajar sendiri, karena hasil
pembelajaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.

Dalam kelompok belajar tercipta siswa yang pandai mengajari atau memberitahu pada siswa
yang belum tahu. Hal seperti ini dalam KBK disebut masyarakat belajar (learning community),
yang dalam komunikasi ini akan tercipta proses pembelajaran dua arah yaitu anggota kelompok
terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling bertanya (memberi informasi yang diperlukan
orang lain dan meminta informasi pada orang lain tentang apa-apa yang diperlukan).

Methode masyarakat belajar (learning community) dalam prakteknya pembelajaran akan


terwujud :

– Bekerja dalam pasangan;

– Pembentukan kelompok kecil;

– Pembentukan kelompok besar;

– Mendatangkan ahli ke kelas (dokter, perawat, petani, tukang kayu dan sebagainya);

– Bekerja dengan kelas sederajat;

– Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya;

– Bekerja dengan sekolah diatasnya; dan

– Bekerja dengan masyarakat.

 Yang dimaksud dengan komponen pemodelan (modeling) dalam pembelajaran KBK


adalah dalam pembelajaran ketrampilan atau pengetahun tertentu ada model yang dapat
ditiru. Pemodel yang dimaksud sesuatu perbuatan maupun gagasan yang dipikirkan,
didemonstrasikan atau bahkan mengucapkan suatu lafal siswa menirukan atau
melaksanakan apa yang dicontohkan oleh guru.

Misalnya :

1. Guru memberi model terhadap para siswa tentang “bagaiman cara belajar” kemudian
para siswa mengikuti model cara belajar tersebut.
2. Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermo meter suhu badan siswa
menirukannya.
3. Guru PPKN mendatangkan seorang veteran kemerdekaan dikelas, lalu siswa disuruh
tanya jawab dengan tokoh tersebut.

Namun dalam pembelajaran KBK guru atau tokoh bukan satu-satunya model, tapi siswa juga
bisa dijadikan model, dengan cara siswa ditunjuk untuk memberikan contoh sesuatu tugas atau
mendemonstrasikannya.
Dan dalam suatu contoh tersebut bukan harus ditiru secara persis, tetapi menjadi suatu upaya
dalam acuan untuk pencapaian kompetensi siswa.

 Refleksi juga merupakan pendekatan pembelajaran KBK

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tantang
apa-apa yang telah dilakukan dimasa yang lalu. Refleksi terhadap ilmu pengetahuan dengan
mengendap apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya, sehingga refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.

Siswa memperoleh pengetahuan yang diperoleh dari proses pembelajaran dengan bantuan
bimbingan guru. Setiap mendapat pengetahuan baru tersebut hasil refleksi tergantung pada
masing-masing siswa dalam mengendap apa yang diperolehnya.

Oleh karena itu guru perlu melaksanakan refleksi pada setiap akhir program pengajaran. Yaitu
setiap akhir pembelajaran guru menyisakan waktu agar siswa melakukan refleksi, diantaranya
berupa :

– Pertanyaan langsung terhadap apa-apa yang telah diperolehnya pada saat itu.

– Mendiskusikan dengan teman tentang pelajaran yang baru saja dipelajari.

– Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada saat itu.

Dengan upaya yang ditempuh demikian ini akan mengarahkan siswa kepada pemahaman
mereka tentang materi yang dipelajari.

 Penerapan penilaian didalam KBK menggunakan sistem penilaian sebenarnya


(Authentic Assessment). Adapun ciri-ciri penilaian yang sebenarnya itu adalah :

1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran (proses, kinerja dan produk).


2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber.
4. Tes sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian
kehidupan siswa secara nyata setiap hari, siswa dapat mencerminkan pengalaman atau
kegiatan yang telah mereka lakukan.
6. Penilaian menekankan pada kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan
keluasannya.

Sebagaimana ciri-ciri penilaian tersebut diatas, maka penilaian yang sebenarnya menilai apa
yang seharusnya dinilai, yaitu menilai kemampuan siswa dengan berbagai cara bukan hanya
hasil ulangan/tes tulis saja.

Yakni mengutamakan penilaian kualitas hasil kerja dalam menyelesaikan setiap tugas. [baca
juga: Karakteristik KBK]
Pengaruh KBK Terhadap Hasil Belajar
March 8, 2012 at 8:52 am (ARTIKEL, Kumpulan Teori Pendidikan)
Tags: KBK dan Hasil Belajar

Berpijak dari proses penilaian yang diterapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
dengan penilaian sejak permulaan pembelajaran (pre test), penilaian proses, post test, porto
polio dan laporan hasil karya, maka dengan penilaian-penilian, tersebut akan menggugah dan
memotivasi siswa/peserta didik untuk belajar, mengembangkan keaktifan dan kreativitas
mereka melalui ide-ide individualnya. Disamping itu dilakukan pula penilaian kelas dengan
ulangan harian, ulangan umum semester dan ujian akhir. Untuk ulangan harian dan ulangan
umum semester dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dalam satu
semester. Sedang ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan yang merupakan
ketentuan kelulusan bagi setiap peserta didik, layak tidaknya untuk melanjutkan pendidikan
pada tingkat diatasnya.

Juga berpijak pada target yang akan dicapai dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi bukan
target kurikulum yang hendak dicapai, tetapi untuk mencapai kompetensi siswa. Yang dalam
sistem penilaian ketercapaian kompetensi ini KBK mengetrapkan sistem penilaian lanjutan
dengan melalui program Remedial dan program pengayaan yang mencakup aspek kognetif,
efektif dan psikomotor. Program Ramedial dan program pengayaan akan memotivasi peserta
didik untuk belajar sungguh-sungguh dengan lebih baik karena didorong dengan adanya suatu
keinginan menguasai apa yang dipelajarinya.

Dalam pendekatan kompetensi merupakan pendekatan pengembangan kurikulum yang


menfokuskan pada penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan tahap-tahap peserta didik.
Dimana peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari aspek
kepribadiannya, sebagai pengembangan terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan
kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.

Setiap peserta didik memiliki potensi bawaan sendiri-sendiri meskipun aspek


perkembangannya sama tetapi tingkatannya berbeda-beda. Oleh karena itu guru diharapkan
dapat mengenali dan memahami potensi-potensi, terutama potensi-potensi tinggi yang dimiliki
peserta didiknya. Yang mana dengan pemahaman itu diharapkan dapat membantu
mengembangkan potensi peserta didik sehingga dapat berkembang secara optimal.

Dengan demikian guru tidak hanya menekankan pada peserta didik untuk menguasai
pengetahuan atau transfer pengetahuan saja, tetapi peserta didik merupakan subjek belajar, dan
proses belajar yang berlangung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami
berdasarkan standar kompetensi tertentu. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu
dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta
pengembangan aspek-aspek kepribadian dikembangkan secara optimal berdasarkan standar
kompetensi tertentu pula.

Demikian pula dalam bidang studi atau mata pelajaran tertentu digunakan pendekatan
kompetensi terutama bidang studi yang berkaitan dengan ketrampilan.
Maka dengan kurikulum seperti perangkat-perangkat tersebut diatas sangat besar pengaruhnya
dalam memotivasi belajar peserta didik untuk memperoleh hasil belajar/prestasi secara
optimal.

Kata Kunci :

Pengaruh Kurikulum Berbasis kompetensi Terhadap Hasil Belajar, Dampak Kurikulum Berbasis
Kompetensi Terhadap Hasil Belajar, Hubungan KBK dan Hasil Belajar, Kurikulum Berbasis
Kompetensi dan Hasil Belajar,KBK dan Hasil Belajar

Anda mungkin juga menyukai