Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR FONOLOGI

BAHASA INDONESIA
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Diploma 4 Akuntansi Politeknik Negeri Pontianak

DISUSUN OLEH :

DESTI ISTIQOMAH
LARASATI
MARIA ULFAH

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
PONTIANAK
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
karena berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya memberikan kemudahan sehingga dapat
menyusun dan menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia mengenai Struktur
Fonologi Bahasa Indonesia yang telah penulis selesaikan ini. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penyusun tidak dapat menyelesaikannya dengan baik.
Ibarat tiada gading yang tak retak dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dosen sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Dengan segala kerendahan hati dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari
sepenuhnya bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna mungkin ada kekurangan
isi maupun yang lainnya. Itu semua karena kedangkalan dan sangat minimnya ilmu yang
penulis miliki. Penulis juga meminta maaf apabila kata–kata dalam makalah ini ada
kesalahan atau kurang tepat. Sehingga penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas perhatiannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, menambah pengalaman, menjadi referensi bagi para pelajar, menambah
cakrawala pengetahuan kita mengenai Struktur Fonologi Bahasa Indonesia khususnya bagi
penulis, kita dan semuanya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Pontianak, ........ 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ......................................................................................... 1


b. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
c. Tujuan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Fonologi .................................................................................... 2


b. Ilmu-ilmu Bahasa yang Tercakup dalam Fonologi ........................................ 2
c. Fonem-fonem dengan Ejaan yang Benar ....................................................... 6

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ......................................................................................... 8
b. Saran ......................................................................................... 8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai bahasa


Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia.
Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau
intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan karena sebagian
besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan
bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya
digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.

Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah
yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang dimaksud
adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya
pembelajaran, tentu perlu diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena
itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah
seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan
dihilangkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi?


2. Bagaimanakah membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi?
3. Bagaimanakah mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian fonologi.
2. Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi.
3. Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fonologi
Sebelum diuraikan mengenai fonologi, terlebih dahulu apa yang dimasud dengan
struktur. Yang dimaksud dengan struktur adalah penyusunan atau penggabungan unsur-
unsur bahasa menjadi suatu bahasa yang berpola.
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi
bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani
yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga
tata bunyi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan
demikian, fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga
dikatan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

B. Ilmu-ilmu Bahasa yang Tercakup dalam Fonologi


Fonologi dalam tuturan ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni :
1. Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai
dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Istilah fonetik berasal dari bahasa Inggris phonetics artinya ‘ilmu yang mengkaji
bunyi-bunyi tanpa memperhatikan fungsinya untuk membedakan arti
(Verhaar,1982:12; Marsono, 1989:1). Menurut Sudaryanto (1974:1), fonetik mengkaji
bunyi bahasa dari sudut ucapan (parole).
Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar, sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan sebagai bidang
linguistic tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah system
bunyi suatu bahasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang
membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana
bunyi itu dihasilkan.
Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis
fonetik, yaitu:
a) fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi.
Fonetik artikulatoris mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia
bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklasifikasikan.
Fonetik organis (artikulatoris, fisiologis) yaitu fonetik yang mengkaji dan
mendeskripsikan mekanisme alat-alat ucap manusia dalam menghasikan bunyi
bahasa (Gleason, 1955: 239). Jadi, fonetik organis ini mendeskripsikan cara
membentuk dan mengucapkan bunyi bahasa, serta pembagian bunyi bahasa
berdasarkan artikulasinya. Fonetik ini sebagian besar termasuk ke dalam bidang

2
3

garapan linguistik. Oleh sebab itu, para linguis memasukkannya pada bidang
linguistik teoretis.
b) fonetik akustik.
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena
alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
Fonetik akustis yaitu fonetik yang mengkaji dan mendeskripsikan bunyi bahasa
berdasar pada aspek-aspek fisiknya sebagai getaran udara (Malmberg, 1963: 5).
Fonetik akustis erat hubungannya dengan fisika, atau merupakan ilmu antardisiplin
antara linguistik dan fisika.
c) fonetik auditoris.
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu
oleh telinga kita.
Fonetik auditoris yaitu fonetik yang mengkaji dan mendeskripsikan cara
mekanisme pendengaran penerimaan bunyi-bunyi bahasa sebagai getaran udara
(Bronstein & Jacoby, 1967:70-72). Fonetik auditoris ini sebagian besar termasuk
pada bidang neurologi (kedokteran), atau merupakan ilmu antardisiplin antara
linguistik dan kedokteran.
Ada tiga macam alat ucap yang berkenaan dengan bunyi ujaran, yaitu:
1. Udara adalah yang dialirkan keluar dari paru-paru, ketika berbicara.
2. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat digerakkan/digeser ketika bunyi
diucapkan.
3. Titik artikulasi adalah bagian alat ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator.
Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan maka bunyi yang
dihasilkan adalah bunyi vocal. Bunyi vocal yang dihasilkan tergantung dari beberapa
hal, yaitu:
1. Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi)
2. Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan
bunyi)
3. Maju mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan alveolum atau lengkung
kaki gigi).
Fonetika Memiliki Proses dan Transkipsi Fonetis yaitu :
a. Proses Pembentukan Bunyi
Bunyi bahasa,pada dasarnya adalah getaran atas benda apa saja karena adanya
energi yang bekerja.Getaran ini disadari sebagai bunyi apabila getaran itu cukup
kuat dan dihantarkan ke alat dengar oleh udara sekitar. Proses pembentukan bunyi
bahasa juga demikian.
a) Arus Udara
Arus udara yang menjadi sumber energi utama pembentukan bunyi bahasa
merupakan hasil kerja alat atau organ tubuh yang dikendalikan oleh otot-otot
tertentu atas perintah saraf-saraf otak.
b) PitaSuara
4

Pita suara merupakan sumber bunyi.Ia bergetar atau digetarkan oleh udara yang
keluar atau masuk paru-paru. Pita suara terletak dalam kerongkongan (larynx)
dalam posisi mendapatkan dari muka (anterior) ke belakang (posterior).
c) Alat-Alat Ucap
Apa yang disebut sebagai alat ucap sebenarnya mempunyai fungsi utama untuk
kelangsungan hidup kita. Paru-paru mempunyai fungsi utama mengisap zat
pembakar untuk disalurkan ke dalam darah dan menyalurkan zat asam arang ke
luar tubuh.
Organ-organ tubuh yang dipergunakan sebagai alat ucap dapat dibagi menjadi
tiga komponen, yaitu :
1) Komponen Supraglotal
2) Komponen Larin
3) Komponen Subglotal
Transkipsi Fonetis :
Transkripsi fonetis adalah perekaman bunyi dalam bentuk lambang tulis lambang bunyi
atau lambang fonetis (phonetic symbol) yang sering dipakai adalah lambang bunyi yang
ditetapkan oleh The International Phonetic Assosiation (IPA),yaitu persatuan para guru
bahasa yang berdiri sejak akhir abad ke-19, yang didirikan untuk mempopulerkan
metode baru dalam pengajaran bahasa yang lebih menekankan pada pengajaran bahasa
lisan.

2. Fonemik
Fonemik yaitu ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai
pembeda makna.
Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1997) diartikan:
(1) bidang linguistik tentang sistem fonem;
(2) sistem fonem suatu bahasa;
(3) prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Objek kajian fonemik adalah fonem dalam fungsinya sebagai pembeda makna kata.
Jika di dalam fonetik kita meneliti bunyi /l/ dan /r/ yang berbeda seperti terdapat pada
kata laba dan raba maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi-bunyi itu
berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Selain pengertian fonetik dan fonemik, kita perlu memahami pengertian fonem, agar
tidak terjadi kekeliruan dalam dalam penggunaan istilah “fonem” dan “huruf”.
Fonem adalah satuan terkecil bunyi bahasa yang bersifat membedakan arti (distingtif).
Dalam dunia Linguistik, satuan bahasa yang disebut fonem ditulis di antara dua garis
miring /…../.
Menurut Supriyadi (1992), fonem adalah suatu kebahasaan yang terkecil.
Menurut Santoso (2004), menyatakan setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa
mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut
fonem.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), tertulis bahwa yang dimaksud dengan
fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna,
5

misalnya : /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda karena bara dan para beda
maknanya. Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/
pada kata tersebut.
Dalam linguistic, huruf sering diistilahkan dengan grafem.
Perbedaan antara fonem dan huruf (grafem) yaitu fonem adalah satuan bunyi bahasa
yang terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf (grafem) adalah gambaran
dari bunyi (fonem), dengan kata lain huruf adalah lambang fonem.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), bahwa huruf adalah tanda aksara dalam
tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa.
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 fonem, yang terdiri atas :
1) Fonem vocal 6 buah
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa Indonesia adalah:

1. /i/ vokal depan, tinggi, tak bundar


2. /e/ vokal depan, sedang, atas, tak bundar
3. /a/ vokal depan, rendah, tak bundar
4. /∂/ vokal tengah, sedang, tak bundar
5. /u/ vokal belakang, atas, bundar
6. /o/ vokal belakang, atas, bundar

2) Fonem diftong 3 buah


Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong
/aw/, dan diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal.
/ay/ gulai x gula (gulay x gula)
/aw/ pulau x pula (pulaw x pula)
/oi/ sekoi x seka (s∂koy x seka)
3) Fonem konsonan 23 buah.
Syamsuri (1994), menyatakan bahwa secara fonetis bahasa dapat dipelajari secara
teoritis dengan tiga cara atau jalan, yaitu :
1) Bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia (fisiologis atau
artikuler).
2) Bagaimana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut/rongga hidung si
pembicara merupakan gelombang-gelombang bunyi udara (akustik).
3) Bagaimana bunyi itu diinderakan melalui pendengaran dan syaraf si pendengar
(impresif atau auditoris)
Fonem-fonem dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari
paru-paru sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari
paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah
vocal, sedangkan jika bunyi ujaran ketika udara keluar dari paru-paru mendapat
halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.
Klasifikasi konsonan adalah :
a. Konsonan bibir (bilabial)
b. Konsonan bibir gigi (labiodental)
c. Konsonan gigi (dental)
d. Konsonan langit-langit (palantal)
e. Konsonan langit-lngit lembut (velar)
6

f. Konsonan pangkal tenggorok (laringal)


g. Konsonan letupan atau eksploratif
h. Konsonan geseran atau spiran
i. Konsonan sengau atau nasal
j. Konsonan lateral
k. Konsonan getar.
Ada juga yang dinamakan konsonan bersuara (terjadi karena bergetarnya selaput suara)
dan konsonan tak bersuara (konsonan yang terjadi tanpa bergetarnya selaput suara.
Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan 4 kriteria yakni:
1. Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan, atau tempat bertemunya
artikulator aktif dan artikulator pasif. Tempat artikulasi disebut juga titik artikulasi.
Sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah),
sehingga tempat artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d] artikulator
aktifnya adalah ujung lidah (apeksi) dan artikulator pasifnya adalah gigi atas
(dentum), sehingga tempat artikulasinya disebut apikondental.
2. Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang
baru keluar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi [p]
dengan cara mula-mula arus udara dihambat pada kedua belah bibir, lalu tiba-tiba
diletupkan dengan keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi letup.
Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkn di laring (tempat
artikulasinya). Maka, bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.
3. Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses pembunyian itu turut
bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut bergetar maka disebut bunyi bersuara.
Jika pita suara tidak turut bergetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara.
Bergetarnya pita suara adalah karena glotis (celah pita suara) terbuka sedikit, dan
tidak bergetarnya pita suara karena glotis terbuka agak lebar.
4. Striktur, yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif dan artikulator pasif.
Umpamanya dalam memproduksi bunyi [p] hubungan artikulator aktif dan
artikulator pasif, mula-mula rapat lalu secar tiba-tiba dilepas. Dalam memproduksi
bunyi [w] artikulator aktif dan artikulator pasif hubungannya renggang dan melebar.

C. Fonem-fonem dengan Ejaan yang Benar


Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat) dengan kaidah tulisan (huruf)
yang distandardisasikan dan mempunyai makna.
Pemenggalan kata itu sangat berguna, terutama pada akhir baris. Hal ini terjadi karena tidak
hanya berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, serta
bagaimana penempatan tanda-tanda baca, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana
memenggal kata, bagaimanamenggabungkan kata, baik dengan imbuhan maupun antara
kata dengan kata.
Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia saat ini adalah ejaan yang disempurnakan
(EYD), yang telah diresmikan penggunaannya 17 Agustus 1972 yang sebelumnya Bahasa
Indonesia menggunakan ejaan Suwandi (Republik).
Tujuan penyempurnaan ejaan adalah:
a. Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa Indonesia
7

b. Membina ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca


c. Usaha pembakuan bahasa Indonesia
d. Mendorong pengembangan bahasa Indonesia
Dalam ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan terdiri atas lima pembahasan, yaitu:
1. Pemakaian huruf (abjad, vocal, diftong, konsonan, persukuan dan nama diri)
2. Penulisan huruf (huruf capital, huruf miring)
3. Penulisan kata (kata dasar, kata ulang, kata gabung, kata depan, partikel, angka dan
bilangan)
4. Tanda baca (titik koma, titik dua, titik, koma, tanda hubung, tanda pisah, dan
sebagainya)
5. Penulisan unsur serapan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi
bahasa secara umum. Fonologi dalam tuturan ilmu bahasa dibagi dua bagian, yaitu Fonetik
yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur
dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dan Fonemik yaitu ilmu bahasa
yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.
Objek kajian fonemik adalah fonem dalam fungsinya sebagai pembeda makna kata. Fonem
adalah satuan terkecil bunyi bahasa yang bersifat membedakan arti (distingtif).

B. Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, saya atas nama penulis memohon
untuk memberikan kritik, saran dan masukannya yang bersifat untuk membangun agar
menuju kepada kesempurnaan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arnikesari, E. Y. (2015, November 19). CONTOH MAKALAH STRUKTUR FONOLOGI


BAHASA INDONESIA. Dipetik desember 19, 2017, dari ellen's blog:
file:///C:/Users/Laras/Documents/CONTOH%20MAKALAH%20STRUKTUR%20FONOL
OGI%20BAHASA%20INDONESIA%20%E2%80%93%20ellen%27s%20blog.htm

sanggiawan, r. (2016, april 9). Struktur Fonologi dalam Bahasa Indonesia . Dipetik
desember 19, 2017, dari Berbagi Pengetahuan :
file:///C:/Users/Laras/Documents/Berbagi%20Pengetahuan%20%20Struktur%20Fonologi%2
0dalam%20Bahasa%20Indonesia.htm

Abidah Idrus, Nur. 2009. Bahasa Indonesia. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Budi(2011). Fonologi dan Morfologi. From


http://budipangkersik.wordpress.com/2011/01/19/fonologi-dan-morfologi/, 2013.

Labanursongo(2011). Makalah Fonologi. From


http://labanursongo.blogspot.com/2011/01/makalah-fonologi.html, 2013.

Ridwan(2010). Pengertian Fonologi- Fonem- Fona- Vokal- Konsonan. From


http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-fonologi-fonem-fona-vokal-konsonan/, 2013.

Susandi. Bahasadan Pengajaran. From http://susandi.wordpress.com/seputar-


bahasa/fonologi/, 2013.

Widya(2011). Makalah Fonologi. From http://widya888.blogspot.com/2011/01/makalah-


fonologi.html, 2013.

Anda mungkin juga menyukai