Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
BAB II
METODE PENELITIAN

Dalam proses penulisan makalah ini, kami melakukan pengumpulan data melalui studi
pustaka, dengan merujuk kepada buku-buku. Dalam pengumpulan data-data tersebut kami
lebih mengacu kepada data-data dari buku, dikarenakan lebih relavan dan menghindari pada
plagiasi. Penyusunan makalah ini yang kami lakukan dengan pengumpulan data melalui studi
kepustakaan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai
Atom Berelektron Banyak.
Pengumpulan data dilakukan dan ditemukan di perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, waktu yang kami lakukan pada siang hari, adapun buku-buku referensi
yang kami gunakan yaitu:

1. Fisika Modern karangan Na Peng Bo,


2. Pengkuran Spektrum Sinar X dan Karakterisasi Detector CdTe karangan Intan
Aprillya Rizki,
3. Konsep Fisika Modern karangan Arthur Beiser,
4. Teori dan Soal-Soal Fisika Modern karangan Gautreau,Ronald,William Savin.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Spin Elektron

3.2 Penjumlahan Momenta Angular

3.3 Susunan Berkala Unsur-unsur

3.4 Spektrum Atomik

Radiasi elektromagnet dari atom dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu spektrum
kontinu dan spektrum garis. Spektrum kontinu yaitu radiasi yang dihasilkan oleh atom
yang tereksitasi yang terdiri dari berbagai warna yang bersinambungan yaitu ungu, biru,
hijau, kuning, jingga, merah. Atau didefinisikan juga sebagai Uraian warna yang
sinambung seperti pelangi1. Contoh: radiasi dari objek panas berpijar.

Semakin besar panjanggelombang maka semakin kecil energinya, maka artinya


sinar ungu mempunyai foton dengan energiterbesar, sedangkan sinar merah mempunyai
foton denganenergi terkecil. Sedangkan spektrum diskrit atau garis yaitu radiasi yang
dihasilkan oleh atom yang tereksitasi yang hanya terdiri dari beberapa warna garis yang
terputus putus.

Jika sebuah gas diletakkan di dalam tabung kemudian arus listrik dialirkan ke
dalam tabung, gas akan memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan oleh setiap gas
berbeda-beda dan merupakan karakteristik gas tersebut. Cahaya dipancarkan dalam
bentuk spektrum garis dan bukan spektrum yang kontinu. Kenyataan bahwa gas
memancarkan cahaya dalam bentuk spektrum garis diyakini berkaitan erat dengan
struktur atom. Dengan demikian, spektrum garis atomik dapat digunakan untuk menguji
kebenaran dari sebuah model atom.

Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang


gelombang berbeda. Untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling sederhana.
Untuk Susunan ideal untuk mengamati sebuah spektrum atomik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Deret panjang gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis. Dengan menggunakan “metode ilmiah
terbalik” Seorang guru matematika Swiss bernama Balmer menyatakan deret untuk gas
hidrogen sebagai persamaan berikut ini. Selanjutnya, deret ini disebut deret Balmer.

Dimana panjang gelombang dinyatakan dalam satuan nanometer (nm).

Beberapa orang yang lain kemudian menemukan deret-deret yang lain selain deret
Balmer sehingga dikenal adanya deret Lyman, deret Paschen, Bracket, dan Pfund. Pola
deret-deret ini ternyata serupa dan dapat dirangkum dalam satu persamaan. Persamaan
ini disebut deret spektrum hidrogen. Spektrum hidrogen adalah spektrum panjang
gelombang yang kontinu yang tersusun dari sebuah inti dan sebuah elektron (hidrogen).

Dimana R adalah konstanta Rydberg yang nilainya 1,097 × 107 m−1.

– Deret Lyman (m = 1)

dengan n = 2, 3, 4, ….

– Deret Balmer (m = 2)
dengan n = 3, 4, 5 ….

– Deret Paschen (m = 3)

dengan n = 4, 5, 6 ….

– Deret Bracket (m = 4)

dengan n = 5, 6, 7, ….

– Deret Pfund (m = 5)

dengan n = 6, 7, 8 ….

3.5 Energi ikat dan cara mengukurnya

Pada level atom, energi pengikatan atom berasal dari interaksi


elektromagnetik dan adalah energi yang diperlukan untuk membongkar sebuah atom
menjadi elektron bebas dan inti atom. Energi pengikatan elektron adalah ukuran energi
yang diperlukan untuk membebaskan elektron dari orbit atomnya. Pada level inti
atom energi pengikatan nuklir (energi pengikatan nukleon menjadi sebuah nuklida)
berasal dari gaya nuklir kuat, dan merupakan energi yang diperlukan untuk
membongkar inti atom ke dalam neutron dan proton bebas yang membentuknya,
sehingga semua partikel tersebut cukup jauh agar tidak ada gaya nuklir kuat yang
menyebabkan partikel-partikel tersebut berinteraksi.

Dari konfigurasi elektron, kita mengetahui bahwa atom berelektron banyak


mempunyai elektron 1s, 2s, 2p, dst pada keadaan dasarnya. Elektron 1s sagat dipengaruhi
oleh medan inti, sehingga sulit untuk dikeluarkan dari atom. Dikataan bahwa energi ikat
elektron 1s sangat besar. Adapun daftar energi ikat atom-atom seperti terlihat pada tabel
untuk unsur dengan z=6 sampai z=23.
Daftar ini dbuat baik secara perhitungan maupun eksperimental. Dari daftar diatas
dapat dilihat bahwa dibutuhkan energi sebesr 1839 eV untuk mengeluarkan satu elektron
1s dari atom silikon. Dengan keluarnya elektron iini, maka terbentuklah satu elektron
bebas dan satu ion Si. Maka dari itu, energi yang dibutuhkan untuk melepaskan satu
elektron dari atom netral disebut juga energi ionisasi. Elektron dapat dilepas dengan
berbagai cara, tetapi dalam hal elektron 1s yang sering membutuhkan energi beberapa
ribu kV untuk melepaskan satu elektron, cara pemanasan dan emisi medan tidak dapat
dipakai. Biasanya digunakan gelombang elektromagnetik yang berenergi tinggi untuk
mengeluaran elektron kulit dalam dari atomnya. Karena gelombang elektromagnetik ini
adalah foton, maka elektron yang dihasilkan dengan cara ini disebut “fotoelektron”. Dan
jika yang meradiasi adalah sinar x, maka elektron semacam ini disebut “x-ray
photoelectron”.

3.6 Emisi Sinar X

Bagian elekron dalam atom kompleks beinteraksi dengan yang lain, mengenai
struktur atomik dapat dimengerti dengan masing-masing elektron seakan-akan berada
dalam suatu medan gaya rata-rata yang konstan. Elektron yang memiliki bilangan
kuantum utama n yang sama (walaupun tidak selalu sama) kira-kira berada pada jarak
rata-rata yang sama terhadap inti. Secara konvensional kita katakan bahwa elektron
seperti ini menempati kulit atomik yang sama. Kulit ini diberikan lambang dengan huruf
besar menurut skema sebagai berikut:1

1
Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern, hlm. 215.
n = 1 2 3 4 5 ...

K L M N O ...

Energi elektron pada kulit tertentu masih tergantung juga pada bilangan kuantum
orbital 𝑙, walaupun kebergantungan ini tidak begitu besar seperti terhadap n. Elekton-
elekton yang memiliki harga 𝑙 yang sama dalam satu kulit dikatakan menempati sub-
kulit yang sama. Semua elektron dalam sub-kulit mempunyai energi yang hampir sama,
karena ketergantungan energi elekton pada m1 dan m2 sangat kecil. 2

Sub kulit didefinisikan dengan bilangan kuantum utama n diikuti dengan huruf
yang bersesuaian dengan bilangan kuantum orbital 𝑙. Sebuah superskrip setelah huruf itu
menunjukan banyaknya elektron dalam sub-kulit. Konfigurasi elektron natrium ditulis
sebagai berikut:

1𝑠 2 2𝑠 2 2𝑝6 3𝑝1

Ini berarti sub-kulit 1s (n =1, 𝑙 = 0) dan 2s (n=2, 𝑙 = 0) masing-masing berisi dua


elekron, sub-kulit 2p (n = 2, 𝑙 = 1) berisi enam elektron, dan sub-kulit 3s (n =3, 𝑙 = 0)
berisi satu elektron.3

Elektron 1s kecuali dapat dikeluarkan dengan radiasi elekromagnetik berenenergi


tinggi dapat pula dikeluarkan dengan elekron yang berenergi kinetik tinggi, sehingga bila
ini terjadi atom menjadi tidak stabil dikarenakan tingkat energi yang sangat rendah
menjadi kosong. Atom dengan sangat cepat akan mengatur dirinya agar tingkat
“kosong” ini diisi kembali oleh elektron lain.4

2
Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern, hlm. 215.
3
Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern, hlm. 217.
4
Na Peng Bo, Fisika Modern, hlm. 100.
Contohnya adalah elekton 2p, dikarenakan elekron 2p ini energi ikatnya lebih kecil
dari pada 1s maka pada saat elektron 2p “pindah” (bertansisi) ke tingkat 1s akan
dipancarkan energi dalam bentuk radiasi elekromagnetik.

Selain itu pada Mg, energi ikat elekton Mg: 1305, sedangkan energi ikat elektron
2p Mg: 52 Ev. Pada saat elektron 1s meninggalkan tingkatnya dan “diisi” oleh elekron
2p akan terpancarkan radiasi elektromagnetik dengan energi 1253 eV. Inilah fluoresensi
sinar X. Karena terjadi perpindahan tingkat 1s yaitu kulit K, maka sinar X disebut
MgK𝛼; 𝛼 menunujukkan bahwa transisi terjadi dari kulit L (jika dari kulit M ke K, di
sebut K𝛽). Tidak hanya untuk Mg tetapi untuk semua unsur, seperti CuK𝛼, AlK𝛼 dan
seterusnya teruntuk unsur-unsur berat dengan energi 1s sedangkan energi 2s yang besar
dapat timbul L𝛼, L𝛽, L𝛾, disamping K𝛼, K𝛽, K𝛾, dst. Dan juga M𝛼, M𝛽, M𝛾, dst. 5

Emisi sinar X hanya mungkin terjadi jika ada kekosongan pada kulit dalam, karena
prinsip eksklusi Puli tidak memperbolehkan elektron bertransisi dari kulit luar ke kulit
dalam yang sudah terisi penuh.

Kekosongan ini dapat dihasilkan oleh tumbukan dengan elekron (abssorpsi sinar
X)terbentuk dengan menembaki “target” dengan elekton berenergi tinggi yang diperoleh
dari percepatan karena perbedaan tegangan sampai beberapa kV. Selain ini kekosongan
terjadi jika “bahan”mengabsorpsi sinar X dengan energi lebih tinggi, maka sinar X akan
dipacancarkan yang disebut dengan fluoresensi sinar X. Pada saat ini penembakan
dengan elekron, elekron yang ditembakan tidak selalu berhasil mengeluarkan elektron
dari kulit atom, terkadang elektron hanya dibelokan atau dihambat. Hasil dari
pembelokan dan penghambatan ini menghasilkan radiasi elekromagnetik yang disebut
Bremsstrahlung. Penghambat ini pun tidak diskret tetapi kontinu. 6

5
Na Peng Bo, Fisika Modern, hlm. 100.
6
Na Peng Bo, Fisika Modern, hlm. 101.
Sinar X terdiri dari 2 macam yaitu, sebagai berikut:

1) Kontinu disebut Bremsstrahlung, yaitu adanya elektron dengan kecepatan tinggi yang
mengenai target andoda, elektron tersebut akan mengalami pelemahan oleh inti atom.
Pelemahan elektron tersebut dikarenakan muatan dan massa inti atom yang relatif
lebih besar dibandingkan elektron, sesuai dengan hukum kekekalan energi.7
2) Diskret disebut sinar X karakteristik, elektron dari katoda yang bergerak dengan
percepatan yang cukup tinggi mengenai elektron dari target (anoda) sehingga dapat
menyebabkan elektron tereksitasi dari atom, dan elektron yang berbeda pada sub kulit
yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh elektron tersebut.
Sinar X yang memiliki energi sebanding dengan level energi elektron. Sinar X yang
terbentuk dalam proses perpindahan elektron-elektron atom dari tingkat energi yang
lebih tinggi menuju tingkat energi yang lebih rendah. Sinar X karakteristik yang
timbul oleh perpindahan elektron dari suatu tingkat energi menuju lintasan K, disebut
sinar X garis K, sedangkan yang menuju ke lintasan L, disebut sinar X garis L, dan
seterusnya. 8

Untuk memperoleh energi K𝛼, dapat dilakukan perhitungan pendekatan, dan


dengan demikian frekuensi sinar K𝛼. Foton K𝛼 dipancarkan jika elekron L melakukan
transisi ke keadaan K yang kosong. Elektron L mengalami muatan inti Ze yang tereduksi
menjadi muatan efektif (Z-1)e oeh perisaian elektron K yang lain.

𝑚(𝑍 − 1)²𝑒 4 1 1 3
𝐸= [ ] = 𝑅(𝑍 − 1)²
8𝜀0 𝑐ℎ3 1 1 4
𝑚𝑒 4
Dengan 𝑅 = adalah jonstanta Rydberg : 109678 𝑐𝑚−1
8𝜀0 𝑐ℎ3

Maka energi 𝐾𝛼 adalah (dengan 1𝑐𝑚−1 = 1,28𝑥10−4

E(𝐾𝛼 ) = (Z-1)².102 eV

Model atom Bohr telah terbuktikan pula oleh percobaan Moseley dan memberi
jalan eksperimental untuk menentukan nomor atomic Z dari sebuah unsur. Sebagai
hasilnya, deretan unsur yang benar dalam tabel periodik dapat ditentukan, karena
mengurutkan unsur mengurutkan unur menurut nomor atomiknya tidak selalu sama
dengan mengurutkan menurut masaa atomiknya. Contoh: Co,Z = 27, massa atom 58,93~
59; Ni (z=28) MASSA ATOM 58,7.9
Struktur halus tingkat energi terlihat dalam koefisien absorpsi linear, dalam
koefisien absorpsi linier untuk sinar X, yang disertai dengan pemancaran fotoelektron.
Koefisien absorbsi ∑ menurun jika energi foton bertambah. Jika energi foton hampir
sama dengan energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari kulit L, maka ada
penambahan S yang mendadak, karena sekarang ada lebih banyak elektron yang dapat

7
Intan Aprillya Rizki, Pengukuran Spektrum Sinar X Dan Karakterisasi Detector Cdte, hlm. 7.
8
Intan Aprillya Rizki, Pengukuran Spektrum Sinar X Dan Karakterisasi Detector Cdte, hlm. 5.
9
Na Peng Bo, Fisika Modern, hlm. 102.
berinteraksi dengan foton. Kulit L ada tiga puncak yang dekat satu sama lain sesuai
dengan 𝐸𝐿𝐼, 𝐸𝐿𝐼𝐼 , 𝐸𝐿𝐼𝐼𝐼 . Energi foton yang melebihi nilai energi Ek, akan ada penambahan
S yang menyolok lagi kerena foton sekarang mempunyai energi yang cukup besar untuk
mengeluarkan elektron dari kulit K. Perubahan yang mendadak dari ∑ ini disebut
dengan tebing-tebing tajam (absorbtion edges).

Panjang gelombang sinar X pada absorbsi dan emisi tidak tepat sama, karena
tingkat energi yang bersangkutan berbeda. Absorbsi sinar X maupun emisi sinar X
merupakan alat yang sangat berguna untuk memperoleh informasi tentang kulit-kulit dari
atom.10

3.7 Efek Auger


Energi yang dilepaskan pada waktu terjadi transisi dari elektron kulit L ke kulit K
yang kosong, kecuali dapat berbetuk sebagai getaran elektromagnetik. Sinar X
dipergunakan untuk melepaskan elekron dari kulit yang tidak begitu kuat energi
ikatannya. 11
Contohnya adalah jika E(k) dan E(L) adalah tingkat energi yang dibebaskan pada
waktu transisi L→ K adalah E(K)-E(L). Beda energi ini lebih besar dari energi ikat
ektron pada kulit L, sehingga elektron pada kulit ini dapat dikeluarkan dari atom. Efek
pengeluaran elektron secara demikian disebut dengan efek Auger dan electron yang
keluar secara ini disebut electron Aauger atau elektron sekuder (elektron primar adalah
elektron yang keluar dari kulit K). Elektron Auger mempunyai energi kinetik sebesar:

Ekin (KLL) = E(K) -2 E(L)

Penentuan energi kinetik elektron Auger ini secara eksperimental dikenal sebagai
Auger Elektron Spectroscopy (AES). Pengukuran energi kinetik elekton Auger dapat
dilakukan dengan cara yang sama seperti pada XPS (foto elektron )oleh menyinaran
dengan radiasi elekromagnetik penembakan dengan foton). Kasar efek Auger dapat
dianggap sebagai efek totolistrik internal, sebab sinar X yang dihasilkan oleh transisi dari
umpama K→ L, telah mengeluarkan fotoelektron dari atom itu.

Sebuah atom yang kehilangan elektron-elektron dapat juga melepaskan energi


ekstansinya melalui efek Auger tanpa memancarkan foton sinar X. Dalam efek Auger
elektron kulit luar dilepaskan dari atom dan bersamaan dengan itu elektron kulit luar
lainnya jatuh ke kulit dalam yang tak-lengkap; elektron yang terlempar membawa energi
eksitasi atom itu alih-alih foton yang melakukanya. Dapat kita pandang efek Auger
sebagi efek fotolistrik internal, walapun sebenarnya fotonnya tidak pernah timbul dalam
ataom itu. Proses Auger berkompetisi degan pancaran sinar x dalam banyak atom, tetapi

10
Na Peng Bo, Fisika Modern, hlm. 101.
11
Na Peng Bo, Fisika Modern, hlm. 103.
elektron yang dihasilkan biasanya diserap dalam bahan target ketika sinar x nya timbul
dan terdeteksi.12

3.8 Percobaan Frank-Hertz

Eksperimen Frank dan Hertz (1914) selain membuktikan bahwa keadaan energi
atom-atom adalah diskrit, juga menunjukkan tidak adanya perubahan tingkattingkat
energi atom apabila atom mendapat sumbangan energi lain (berasal dari luar) yang lebih
kecil dari beda tingkat energi antara satu tingkat energi ke tingkat energi berikutnya.
Frank dan Hertz menggunakan tabung berisi uap air raksa (Hg) yang di dalamnya
terdapat anoda, katoda dan elektroda kolektor, seperti pada Gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Tabung Frank-Hertz Bila katoda dipanaskan, elektron akan terlepas dari
permukaannya. Elektron ini ditarik oleh anoda yang berpotensial positif terhadap katoda.
Elektron yang menembus anoda dengan energi kecil akan ditolak oleh kolektor sehingga
tidak menyebabkan arus I pada mikroamperemeter. Bila energi elektron yang menembus
anoda lebih besar dari 0,5 eV, elektron memiliki energi cukup untuk melawan medan
listrik dari kolektor dan menyebabkan terjadinya aliran arus I pada 5 mikroamperemeter.
Jalan pikiran Frank-Hertz adalah sebagai berikut : elektron yang keluar dari katoda
dipercepat oleh medan listrik antara anoda dan katoda. Energi yang dimiliki elektron saat
berada pada potensial V adalah U = eV. Bila elektron dengan energi ini menumbuk atom
dalam uap Hg dan atom Hg hanya dapat mengambil energi dalam jumlah tertentu saja,
misalnya U0, maka elektron yang telah menumbuk atom Hg akan mempunyai sisa energi
sebesar U – U0. Sisa energi ini terbawa sebagai energi kinetik elektron. Bila sisa energi
ini kurang dari 0,5 eV, elektron akan ditolak oleh kolektor sehingga tidak terjadi aliran
arus listrik I dalam mikroamperemeter. Bila energi elektron U kurang dari harga U0,
atom tidak menambah energi dalam, dan tumbukan antara elektron dan atom bersifat
elastik. Bila ini terjadi, elektron dengan mudah akan sampai di kolektor sehingga terjadi
aliran arus listrik I dalam mikroamperemeter. Frank-Hertz berharap bila potensial anoda
diubah, maka mula-mula arus akan naik. Pada harga potensial anoda tertentu, yaitu bila
energi kinetik elektron sama dengan U0, maka arus akan berkurang, karena energi
diserap oleh atom sehingga sisa energi elektron tidak cukup untuk mengatasi potensial
kolektor. Akibatnya pada harga ini arus I akan turun, dan gejala yang diharapkan oleh
Frank-Hertz betul terjadi. Gambar 2.2. a. Perubahan arus I terhadap V, bila tabung
Frank-Hertz dibuat hampa udara. b. Perubahan arus I terhadap V, bila tabung berisi uap
Hg. V I hampa a V Berisi uap Hg 4,9 V 4,9 V 4,9 V b I 6 Eksperimen Frank-Hertz
dijalankan sebagai berikut : bila tabung dibuat hampa udara, dan bila potensial anoda
diperbesar, maka arus I akan berubah seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.2a. Sedangkan
bila tabung berisi uap Hg, maka akan diperoleh arus I yang berubah seperti ditunjukkan
oleh Gambar 2.2b. Berdasarkan grafik yang diperoleh, tampak bahwa bila potensial
anoda mencapai 4,9 Volt, arus akan berkurang dan selanjutnya akan naik lagi, dan bila
potensial anoda mencapai kelipatan 4,9 Volt arus akan berkurang lagi. Dari eksperimen
ini dapat disimpulkan bahwa atom Hg hanya mengambil energi dari elektron sebesar 4,9

12
Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern, hlm. 242.
eV. Energi yang diambil ini menjadi energi dalam atom Hg. Bila energi elektron kurang
dari 4,9 eV, tumbukan bersifat elastik dan energi dalam atom Hg tidak berubah. Bila
energi elektron lebih besar dari 4,9 eV, sebagian energi elektron diambil menjadi energi
dalam atom Hg dan sisanya sebagai energi kinetik elektron. Hal ini menunjukkan adanya
suatu tingkat energi 4,9 eV di atas tingkat dasar. Peristiwa ini sering disebut sebagai
transfer energi resonan. Adanya minimum kedua pada arus I bila potensial anoda V
diubah adalah karena elektron menumbuk atom Hg dua kali. Bila ini terjadi elektron
akan kehilangan energi sebesar 2 x 4,9 eV = 9,8 eV. Dalam eksperimen selanjutnya
dengan uap Hg juga didapatkan bahwa resonansi transfer energi terjadi pada energi
sebesar 6,7 eV dan 10,4 eV. Kesimpulan yang dapat diambil dari eksperimen ini adalah
bahwa energi dalam atom Hg hanya dapat berubah secara diskrit, jadi tidak akan dapat
secara sinambung. Beberapa harga energi dalam yang boleh dimiliki atom disebut tingkat
energi. Tingkat dasar menyatakan energi atom sebelum mengambil energi. Beberapa
tingkat energi di atasnya menyatakan keadaan eksitasi. Bila atom ditumbuk oleh elektron
dengan energi cukup, maka atom akan berpindah ke keadaan eksitasi. Bila energi yang
diberikan oleh kepada atom lebih dari 10,4 eV, maka atom Hg akan tereksitasi ke
keadaan ionisasi, artinya elektron terpental keluar dari atom. Sebagaimana eksperimen
yang dilakukan oleh Frank-Hertz, dalam percobaan ini elektron-elektron dipercepat
diantara sebuah filamen dan grid sebuah tabung yang berisi gas neon (Ne) dengan sebuah
potensial variabel V. Sebuah potensial balik I 7 rendah VR ditempatkan diantara grid dan
plat kolektor. Agar dapat mencapai kolektor, maka elektron-elektron harus memiliki
energi kinetik yang lebih besar dari energi potensial balik VR diantara grid dan kolektor.
Begitu potensial pemercepat diperbesar, elektron-elektron memiliki energi kinetik yang
semakin lama semakin besar dan semakin banyak yang mencapai kolektor, sehingga
menghasilkan kenaikkan arus. Pada suatu ketika, elektron-elektron memperoleh energi
kinetik yang sama dengan energi keadaan eksitasi pertama atom Ne. Pada saat ini,
elektronelektron dapat mengeksitasi atom-atom Ne ke keadaan ini, sehingga mereka
kehilangan nergi kinetik. Dengan demikian lebih sedikit elektron yang akan memiliki
cukup energi untuk mengatasi potensial balik VR, sehingga terjadi penurunan arus
kolektor. Kenaikan V lebih lanjut menyebabkan arus kembali naik karena
elektronelektron mendapat tambahan energi kinetik setelah mengeksitasi sebuah atom
Ne. Pada potensial pemercepat yang lebih tinggi, elektron-elektron akan memiliki energi
yang cukup untuk mengeksitasi dua atom Ne sehingga terjadi penurunan kedua untuk
arus I, dan seterusnya. Perbedaan tegangan diantara berbagai puncak arus tampak
berhubungan dengan energi yang diperlukan untuk mengeksitasi atom Ne ke keadaan
eksitasi pertamanya. Harga ini didapatkan dari selisih kedua lembah V dikalikan dengan
muatan elektron, sehingga : E = e V (1) Selanjutnya dalam eksperimen ini akan
diamati mengenai tingkat energi eksitasi atom gas Ne yang dihasilkan oleh hubungan
antara arus I dan potensial anoda V. Telah dipelajari bahwa tiap-tiap atom mempunyai
satu tingkat energi yang paling rendah, yang merupakan energi minimum yang dapat
dimiliki atom tersebut. Tingkat energi yang paling rendah disebut keadaan dasar dan
semua tingkat yang lebih tinggi disebut keadaan tereksitasi. Sebuah elektron akan
memancarkan garis spektrum ketika melakukan perpindahan dari suatu keadaan
tereksitasi ke keadaan yang lebih rendah.
3.9 Efek Zeeman dan Efek Strak

Efek Zeeman adalah gejala tambahan garis-garis spektrum jika atom-atom


tereksitasi diletakan dalam medan magnet (terpecahnya garis spektral oleh medan
magnetik). Dalam medan magnetik, energi keadaan atomik tertentu bergantung pada
harga ml seperti juga pada n. Keadaan dengan bilangan kuantum total n terpecah menjadi
beberapa sub-keadaan jika atom itu berada dalam medan magnetik, dan energinya bisa
sedikit lebih besar atau lebih kecil dari keadaan tanpa medan magnetik. Gejala itu
menyebabkan “terpecahnya” garis spektrum individual menjadi garis-garis terpisah jika
atom dipancarkan ke dalam medan magnetik, dengan jarak antara garis bergantung dari
besar medan itu. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari prinsip Efek
Zeeman serta mengamati Efek Zeeman unutk menentukan magneton Bohr Elektron. Alat
yang digunkan dalam percobaan ini yaitu seperangkat alat percobaan Efek Zeeman yang
terdiri dari lampu Cd, Fabry Perot Etalon, Analyzer, layar dengan skala, Rotating Table,
lilitan/kumparan power supply, kapasitor, dan amperemeter. Dari hasil percobaan
diperoleh nilai magneton Bohr Elektron μb = 9.6454x10-24 T

Dalam magnet energi keadaaan atomik bergantung pada harga n seperti juga n,
keadaan bergantung dengan bilangan bilangan kuantum total n terpecah menjadi
beberapa sub keadaan jika atom itu berada dalam medan magnetik dan energinya bisa
sedikit lebih besar atau lebih kecil dari keadaan tanpa medan magnetik gejala itu
menyebabkan terpecahnya garis spektrum individual menjadi garis – garis terpisah jika
atom dipancarkan kedalam medan magnetik dengan jarak antara garis bergantung dari
besar medan itu Efek zeeman ialah pemisahan jalur spektral tunggal dari sebuah
spektrum menjadi komponen komponen 3 atau lebih yang terpolarisasi atau gejala -
gejala spektrum jika atom-atom tereksitasi diletakan dalam medan magnet .Efek zeeman
diambil dari nama fisikawan belanda zeemann yang mengamati efek itu pada tahun 1896
Efek zeeman tidak dapat dijelaskan dengaan menggunakan atom bohr dengan demikian
diperlukan model atom yang lebih lengkap dan lebih umum untuk menjelaskan efek
zeeman dan spektrum elektron banyak(faisal gifar,2010). Gerak magneton elektron
orbital dalam sebuah atom hidrogen bergantung terhadap momen sudut L.

Zeeman, nama ini diambil dari nama seorang fisikawan Belanda Zeeman yang
mengamati efek itu pada tahun 1896. Suatu elektron bermassa m bergerak dalam suatu
orbit berjari-jari r dengan frekuensi f dan momentum sudut elektron L. Gerakan elektron
ini menghasilkan arus. Gerakan elektron ini juga menimbulkan medan magnetik maka
pada kejadian ini muncul momen magnetic

Dalam medan magnetik, energi keadaan atomik tertentu bergantung pada harga ml
seperti juga pada n. Keadaan dengan bilangan kuantum total n terpecah menjadi
beberapa sub-keadaan jika atom itu berada dalam medan magnetik, dan energinya bisa
sedikit lebih besar atau lebih kecil dari keadaan tanpa medan magnetik. Gejala itu
menyebabkan “terpecahnya” garis spektrum individual menjadi garis-garis terpisah jika
atom dipancarkan ke dalam medan magnetik, dengan jarak antara garis bergantung dari
besar medan itu. Efek Zeeman adalah gejala tambahan garis-garis spektrum jika atom-
atom tereksitasi diletakan dalam medan magnet (terpecahnya garis spektral oleh medan
magnetik). Efek Zeeman, nama ini diambil dari nama seorang fisikawan Belanda
Zeeman yang mengamati efek itu pada tahun 1896. Suatu elektron bermassa m bergerak
dalam suatu orbit berjari-jari r dengan frekuensi f dan momentum sudut elektron L.
Gerakan elektron ini menghasilkan arus. Gerakan elektron ini juga menimbulkan medan
magnetik maka pada kejadian ini muncul momen magnetik Gambar.1 sebuah electron
yang mengelilingi orbitnya Besarnya arus yang dihasilkan dari pergerakan electron sama
dengan bearnya muatan yang bergerak persatuan waktu sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut ini :

q
𝐼=t
1
𝑡 (𝑇) =
𝑓
I = qf = -ef

selain menghasilkan arus listrik maka dari pergerakan elektron tersebut dapat
menghasilkan momen magnetik yang besarnya sabagai berikut:

µ=IA
µ = -ef A
µ = -ef 2π r2

Momentum Sudut elektron yang diakibatkan oleh pergerakan elektron sebagai berikut:

L=mvr
L = m 2π f r2
𝐿
= π f r2
2𝑚

Subtitusikan persamaan momentum sudut ke persamaan Arus listrik sehingga di peroleh:

µ = -ef 2π r2
𝐿
µ = −𝑒 2𝑚

Untuk elektron orbital kuantitas (- e/2m) yang bergantung hanya pada muatan dan massa
elektron disebut rasio magnetik. Tanda minus berarti bahwa arah µ berlawanan dengan
L. Rumusan tersebut untuk momen magnetik elektron orbital diperoleh secara klasik,
namun ternyata mekanika kuantumpun mendapatkan hasil sama jadi energi potensial
dalam sebuah atom dalam medan magnet ialah:

E=µB
E = µ B cos θ
𝑒
E = − 2 me L B cos θ

Jika dalam medan magnetik energi keadan atomik tertentu bergantung pada harga
me seperti juga pada n. Keadan dengan bilangan kuantum total n terpecah menjadi
beberapa sub-keadaan jika atom itu berada dalam medan magnet,dan energinya bisa
sedikit lebih besar atau lebih kecil dari keadaan tanpa medan magnetik. Gejala itu
menyebabkan terpecahnya garis spektrum individual menjadi garis-garis terpisah jika
atom dipancarkan keadan medan magnetik, dengan jarak antara garis bergantung dari
besarnya medan itu.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bo, Na Peng. Fisika Modern. Depok: Jurusan Fisika Universitas Indonesia. 1996.

Rizki, Intan Aprillya. Pengkuran Spektrum Sinar X dan Karakterisasi Detector CdTe. Depok:
FMIPA Program Studi Fisika Peminatan Fisika Medis dan Biofisika. 2010.

Beiser, Arthur. Konsep Fisika Modern. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. 1981.

Gautreau,Ronald,William Savin. Teori dan Soal-Soal Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.1995.

https://id.wikipedia.org/wiki/Energi_pengikatan

http://nurun.lecturer.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/sites/7/2011/09/Materi-7-dan-8-
Struktur-Atom.pdf

Anda mungkin juga menyukai