Gyn - Mioma Uteri
Gyn - Mioma Uteri
Sebuah kasus, seorang P4A0, umur 50 tahun, datang dengan keluhan benjolan
pada perut yang disertai gangguan BAB dan BAK. BAB dirasakan susah keluar. BAK
dirasakan sering keluar dan nyeri waktu keluar. Keluhan ini sudah berlangsung sejak 2
tahun yang lalu. Benjolan membesar pelan-pelan. Pasien juga mengeluh adanya
perdarahan diantara siklus menstruasi. Perdarahan saat menstruasi juga dirasakan lebih
banyak dari biasanya. Dari pemeriksaan USG didapatkan VU terisi cukup, tampak
uterus membesar ukuran 14 x 8 x 8 cm, tidak tampak kelainan adneksa dan parametrium
kiri dan kanan, kesan : menyokong gambaran mioma uteri. Dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosis mengarah pada AUB
leiomyoma,
__________________________________________________________________ ____
- Kata kunci : AUB, Mioma Uteri
BAB I
PENDAHULUAN
(CBC = complete blood count; ß-HCG = beta human chorionic gonadotropin; D&C = dilatation
and curettage)
Algoritma Penegakkan Diagnosis Abnormal Uterine Bleeding pada Wanita Usia
Reproduksi5
Hamil/Tidak
Ya Tidak
Hamil Iatrogenik ?
Ya Tidak
Herbal dan Suplemen Kondisi sistemik?
Ya Tidak
Ya Tidak
Management
lebih lanjut DUB
Penyakit Sistemik
DUB (diagnosis eksklusi)
Hiperplasi adrenal dan Cushing sindrom
Koagulopati
Trombositopeni
Leukemia
Penyakit Hati
Polikistik ovarii sindrom
Penyakit Ginjal
Penyakit Tiroid
B. MIOMA
1. Definisi
Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otat polos, sedangkan
untuk otot-otot rahim disebut dengan mioma uteri.3 Mioma uteri tersebut
berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat
fibrous. Biasanya juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine
fibroid. Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar kepala jarum hingga sebesar
melon, sedangkan beratnya pernah dilaporkan mencapai 20 pon.6
Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau
leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan
jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul,
dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat
berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak
jika otot rahimnya yang dominan. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27%
wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang
berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-
kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan
2,39-11,7% pada semua penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu
dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia
reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun8.
2. Epidemiologi
Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita
ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada kurang
lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih dari 35
tahun.
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh.6
3. Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara
pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada
jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter
dan faktor hormon pertumbuhan dan Human Placental Lactogen 11.
Para ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa 145
gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli
mengatakan bahwa mioma uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma
biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil pada saat
menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon
reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu juga jarang
ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan
dan kadang mengecil setelah menopause (Hart, 2000). Apakah estrogen secara
langsung memicu pertumbuhan mioma uteri atau memakai mediator masih
menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali
mediator di dalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin
growth factor-1, (IGF-1), connexin-43-Gapjunction protein dan marker
proliferasi 11.
Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik
dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan
kromosom baik secara parsial maupun keseluruhan. Aberasi kromosom
ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri yang diperiksa dan yang
terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 (del(7) (q 21) /q 21 q 32).
Hal yang mendasari tentang penyebab mioma uteri belum diketahui
secara pasti, diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa
mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi
somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal yang berada di antara otot polos
miometrium. Sel-sel mioma mempunyai abnormalitas kromosom. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mioma, disamping faktor predisposisi
genetik, adalah beberapa hormon seperti estrogen, progesteron, dan human
11
growth hormon . Dengan adanya stimulasi estrogen, menyebabkan
terjadinya proliferasi di uterus, sehingga menyebabkan perkembangan yang
berlebihan dari garis endometrium, sehingga terjadilah pertumbuhan mioma 9.
Analisis sitogenetik dari hasil pembelahan mioma uteri telah
menghasilkan penemuan yang baru. Diperkirakan 40% mioma uteri
memiliki abnormalitas kromosom non random. Abnormalitas ini dapat
dibagi menjadi 6 subgrup sitogenik yang utama termasuk translokasi antara
kromosom 12 dan 14, trisomi 12, penyusunan kembali lengan pendek
kromosom 6 dan lengan panjang kromosom 10 dan delesi kromosom 3
dan 7. Penting untuk diketahui mayoritas mioma uteri memiliki kromosom
yang normal 9.
Pengaruh-pengaruh hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan
mioma:
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase
sekretorik, siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di
miometrium normal berkurang. Pada mioma reseptor estrogen dapat
ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor
tersebut tertekan selama kehamilan.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang
siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis
natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan mioma
dengan dua cara yaitu: Mengaktifkan 17-Beta hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada mioma.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa,
terlihat pada periode ini memberi kesan bahwa pertumbuhan yang
cepat dari mioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari
aksi sinergistik antara hormon pertumbuhan dan estrogen 10
4. Faktor Predisposisi
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50
tahun yaitu mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia
dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir tidak
pernah ditemukan14. Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah,
dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia
menopause14. Pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar
10% 7.
b. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita
mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita
mioma uteri 15.
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini
mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi
estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak (Djuwantono, 2005).
Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini
dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan
pertumbuhan mioma uteri15.
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk
terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak
pernah hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60%
mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau
hanya hamil satu kali17.
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang
pernah dilakukan ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan.
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus17.Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat
pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga mengurangi resiko
mioma karena pada kehamilan hormon progesteron lebih dominan16.
5. Patofisiologi
Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang
bergejala. Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran, jumlah
dan letak mioma. Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan akibat
stimulasi estrogen, yang ada hingga menopause. Seiring berjalannya waktu,
mioma yang awalnya asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi bergejala.
Sebaliknya, banyak mioma yang menyusut seiring menopause dimana stimulasi
estrogen menghilang dan banyak gejala yang berkaitan dengan mioma hilang
segera setelah menopause.6
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesterone atau testosterone. Pukka dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati
daripada miometrium normal. Menurut Meyer, asal mioma adalah sel imatur,
bukan dari selaput otot yang matur.1
6. Klasifikasi
Mioma digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos uterus
yang terkompresi dan hanya memiliki beberapa pembuluh darah dan pembuluh
limfe.
Ada tiga kategori mioma pada rahim:
a. Mioma submukosa
Mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasar
lebar. Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal
ini dapat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari
serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah
yang tidak regular.
b. Mioma intramural
Mioma intramural merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Jenis mioma ini seluruhnya atau sebagian besar tumbuh diantara lapisan
uterus yang paling tebal dan paling tengah yaitu miometrium.
c. Mioma subserosa
Mioma subserosa tumbuh keluar dari lapisan tipis uterus yang paling
luar yaitu serosa. Jenis mioma ini dapat bertangkai (pedunculated) atau
memiliki dasar lebar. Jenis mioma ini merupakan kedua terbanyak
ditemukan.6
Peningkatan jumlah perdarahan menstrual pada penderita mioma
dihubungkan dengan:
Peningkatan luas permukaan endometrium
Produksi prostaglandin.6
7. Manifestasi Klinis
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada
20-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak
mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala
klasik dari mioma uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114
penderita ditemukan 44% gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis
mioma submukosa, sekitar 65% wanita dengan mioma mengeluh
dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang.
Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka
kandung kemih, ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti
melaporkan keluhan disuri (14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri
sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas
terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus spontan dapat
terjadi bila mioma uteri menghalangi pembesaran uterus, dimana
menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau
tertahannya uterus di dalam panggul 12.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Dilatasi dan Keuretase Bertingkat
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada penderita dengan perdarahan untuk
menyingkirkan patologi lain pada endometrium (hiperplasi endometrium
atau adenokarsinoma endometrium).
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui jumlah, ukuran, dan
bentuk kelainan.
c. Patologi Anatomi
9. Diagnosis
Kriteria Diagnosis :
a. Pembesaran rahim (bisa simetris ataupun berbenjol-benjol)
b. Umumnya disertai dengan perdarahan (menometroragia)
c. Gangguan vegetatif (BAB dan BAK)
b. Penanganan Operatif
Penanganan operatif dilakukan apabila :
i. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-
14 minggu
ii. Pertumbuhan tumor cepat
iii. Mioma subserosa bertangkai dan torsi
iv. Bisa dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
v. Hipermenorea pada mioma submukosa
vi. Penekanan pada organ sekitarnya
A. ANAMNESIS
Tanggal 26 Juni 2012
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Tasikmadu, Karanganyar
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Nama Suami : Tn. B
Umur Suami : 60 tahun
Pekerjaan Suami : Swasta
Pendidikan Suami : SD
Tanggal Masuk : 22 Juni 2012
CM : 01134713
Berat Badan : 60 kg
Tinggi badan : 156 cm
2. Keluhan Utama
Perdarahan jalan lahir
6. Riwayat Fertilitas
Baik.
7. Riwayat Obstetri
a. Anak pertama laki-laki 27 tahun, berat badan lahir 3000 gram, lahir
spontan.
b. Anak kedua perempuan 23 tahun, berat badan lahir 2900 gram, lahir
spontan.
c. Anak ketiga perempuan 18 tahun, berat badan lahir 3100 gram, lahir
spontan.
d. Anak keempat laki-laki 12 tahun, berat badan lahir 2800 gram, lahir
spontan
8. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Lama menstruasi : 5 hari
Siklus menstruasi : 28 hari
Menopouse : sejak usia 50 tahun
9. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, dengan suami sekarang selama 35 tahun.
10. Riwayat KB
KB suntik
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Interna
Tanggal 22 Juni 2012
Keadaan Umum : CM, baik
Tanda vital :
T : 130/90 mmHg N : 84x/ menit
Rr : 20 x/ menit S : 36,8 0C
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sclera Ikterik (-/-)
THT : Tonsil tidak membesar, pharing hiperemis (-)
Leher : Gld. thyroid tidak membesar, limfonodi tidak
membesar
Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), areola mammae
hiperpigmentasi (+)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut lebih tinggi dari dinding dada,striae
gravidarum (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien sulit
dievaluasi, teraba massa di bawah umbilikus
diameter ±14cm, nyeri tekan (+), terfiksir
Perkusi : Timpani pada daerah bawah processus
xyphoideus, redup pada daerah uterus
Genital : Lendir darah (+), air ketuban (-)
Ekstremitas : Oedem Akral dingin
- - - -
+ + - -
b. Status Ginekologi
Inspeksi
Kepala : mesocephal
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sclera Ikterik (-/-)
Thoraks : Glandula mammae hipertrofi (-), areola mammae
hiperpigmentasi (-)
Abdomen : Dinding perut lebih tinggi dari dinding dada, striae gravidarum
(-)
Genetalia : vulva/uretra tenang, lendir darah (+), peradangan (-), tumor (+)
Palpasi
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+) diatas Simpisis Osseum Pubis, teraba masa
padat, permukaan rata, masa terfiksir dengan batas kanan LMSD, batas kiri
LMSS batas bawah kesan masuk panggul, dengan batas atas 2 jari bawah
pusat,
Auskultasi
DJJ (-)
Ginekologi :
Inspekulo :
Vulva Uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh dan
licin, OUE tertutup, darah (+), discharge (+), sondase sulit dilakukan kesan
tertahan.
Pemeriksaan Dalam (VT) :
V/U tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh, OUE tertutup,
corpus uteri sebesar telur angsa, teraba bagian bawah tumor permukaan
berbenjo-benjol, bila digerakkan portio bergerak, Tonus Muskulus Spingter
Ani normal, rektum tidak kolaps
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 25 Juni 2012
Laboratorium Darah
Hb : 11,1 g/dl
Hct : 33 %
AE : 4,08 . 106 /μL
AL : 15,7. 103 /μL
AT : 493 . 103 /μL
Gol darah :0
PT : 12,3 detik
APTT : 36,1detik
GDS : 215 mg/dl
HbsAg : (-)
Albumin : 3,6 mg/d
Ureum : 32 mg/dl
Kreatinin : 1,1 mg/dl
SGOT : 33 ug/dl
SGPT : 24 ug/dl
Na : 140 mmol/L
K : 4,4 mmol/L
Ca : 1,04 mmol/L
PP test : negatif
Pemeriksaan USG (23 Juni 2012)
Dari pemeriksaan USG didapatkan VU terisi cukup, tampak uterus membesar
ukuran 14 x 8 x 8 cm, tidak tampak gambaran Whorl Like Appearence.
Kesan : menyokong gambaran mioma uteri.
D. KESIMPULAN
Seorang P4 A0, umur 50 tahun, datang dengan keluhan perdarahn, benjolan pada
perut , dan gangguan BAB serta BAK.. Perdarahan dirasakan sejak 3 hari yang lalu.
Sejak 7 bulan terakhir sering terjadi plek-plek darah diantara masa menstruasi dan
perdarahan saat menstruasipun lebih banyak dari biasanya. BAB dirasakan susah
keluar. BAK dirasakan sering keluar dan nyeri waktu keluar. Keluhan ini sudah
berlangsung sejak 2 minggu yang lalu. Benjolan membesar pelan-pelan sejak 2
tahun yang lalu.
E. DIAGNOSIS
Mioma Uteri dengan gangguan vegetatif
F. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
G. TERAPI
1. Usul Histerektomi perabdominal
2. Perbaikan KU Preoperatif
3. Edukasi Pasien
4. Asam Mefenamat 3x500mg
5. Asam Traneksamat 3x5000mg
6. Konsultasi ke bagian jantung
7. Konsultasi ke bagian anestesi
FOLLOW UP
22 Juni 2012
Keluhan : Tidak ada
Keadaan Umum : Baik, Kompos Mentis
Vital Sign : TD : 110/70 mmHg RR: 20x/menit
N : 80x/menit T: 36,5 derajat Celcius
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Super, nyeri tekan (-) , teraba masa padat permukaan rata,
terfiksir, batas atas 2 jari bawah pusat kanan LMCD, batas kiri
LMCS, batas bawah masuk panggul
Genital : darah (+), discharge (-)
23 Juni 2012
Keluhan : Tidak ada
Keadaan Umum : Baik, Kompos Mentis
Vital Sign : TD : 110/70 mmHg RR: 20x/menit
N : 80x/menit T: 36,5 derajat Celcius
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Super, nyeri tekan (-) , teraba masa padat permukaan rata,
terfiksir, batas atas 2 jari bawah pusat kanan LMCD, batas kiri
LMCS, batas bawah masuk panggul
Genital : darah (+), discharge (-)
Diagnosis : Mioma uteri dengan gangguan vegetatif
Terapi : Pro Histerektomi perabdominal
Asam Mefenamat 3x1
Asam tranexamat 3x1
24 Juni 2012
Keluhan : Tidak ada
Keadaan Umum : Baik, Kompos Mentis
Vital Sign : TD : 120/70 mmHg RR: 20x/menit
N : 80x/menit T: 36,5 derajat Celcius
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Super, nyeri tekan (-) , teraba masa padat permukaan rata,
terfiksir, batas atas 2 jari bawah pusat kanan LMCD, batas kiri
LMCS, batas bawah masuk panggul
Genital : darah (+), discharge (-)
25 Juni 2012
Keluhan : Tidak ada
Keadaan Umum : Baik, Kompos Mentis
Vital Sign : TD : 110/70 mmHg RR: 20x/menit
N : 80x/menit T: 36,5 derajat Celcius
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Super, nyeri tekan (-) , teraba masa padat permukaan rata,
terfiksir, batas atas 2 jari bawah pusat kanan LMCD, batas kiri
LMCS, batas bawah masuk panggul
Genital : darah (-), discharge (-)
26 Juni 2012
Keluhan : Tidak ada
Keadaan Umum : Baik, Kompos Mentis
Vital Sign : TD : 110/70 mmHg RR: 20x/menit
N : 80x/menit T: 36,5 derajat Celcius
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Super, nyeri tekan (-) , teraba masa padat permukaan rata,
terfiksir, batas atas 2 jari bawah pusat kanan LMCD, batas kiri
LMCS, batas bawah masuk panggul
Genital : darah (-), discharge (-)