7/14 Pedoman
Dokumen.
BAB I
PENDAHULUAN
Akreditasi Puskesmas dan Klinik merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja
pelayanan Puskesmas dan Klinik yang dilakukan melalui membangun sistem manajemen
mutu, penyelenggaraan upaya Puskesmas, dan sistem pelayanan Klinis untuk memenuhi
standar akreditasi yang ditetapkan dan peraturan perundangan serta pedoman yang berlaku.
Untuk membangun sistem manajemen mutu, sistem pelayanan klinis dan upaya
Puskesmas, perlu disusun pengaturan-pengaturan (regulasi) internal yang menjadi dasar
dalam pelaksanaan program dan kegiatan pelayanan. Penetapan dan pemberlakuan
regulasi internal berupa Kebijakan, Pedoman, dan Standar Prosedur Operasional (SPO)
dan dokumen lain yang merupakan pembakuan sistem manajemen mutu dan sistem
pelayanan yang ada di Puskesmas/ Klinik, disusun berdasarkan peraturan perundangan
dan pedoman-pedoman eksternal yang berlaku.
Untuk memudahkan Kepala Puskesmas/ Klinik, ketua tim mutu Puskesmas/ Klinik ,
penanggung jawab dan pelaksanan upaya Puskesmas/ Klinik, serta pendamping akreditasi
Puskesmas/ Klinik dalam mempersiapkan Puskesmas/ Klinik untuk akreditasi, maka
perlu disusun pedoman penyusunan dokumen akreditasi Puskesmas/ Klinik.
1
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
BAB II
DOKUMENTASI AKREDITASI PUSKESMAS/ KLINIK
2
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
BAB III
PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI PUSKESMAS/ KLINIK
A. Kebijakan
Kebijakan adalah Peraturan/ Keputusan Kepala Puskesmas atau kepala Klinik yang
merupakan garis besar mengikat dan wajib dilaksanakan oleh: penanggung jawab,
pelaksana upaya dan pelayanan di Puskesmas/ Klinik. Berdasarkan kebijakan
tersebut, disusun pedoman/ panduan dan standar prosedur operasional (SPO) yang
4
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
5
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
c. Nama keputusan sesuai dengan judul (kepala), seluruhnya ditulis dengan huruf
capital dan diakhiri dengan tanda baca titik ( . ).
3. Batang Tubuh.
a. Batang tubuh memuat semua substansi keputusan yang dirumuskan dalam
dictum-diktum, misalnya:
KESATU :
KEDUA :
dst
b.Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan, perubahan, pembatalan,
pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya, dan
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran peraturan/keputusan, dan pada
halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan
peraturan/keputusan.
d. Kaki:
Kaki peraturan/ keputusan merupakan bagian akhir substansi peraturan/
keputusan yang memuat penanda tangan penerapan peraturan/, pengundangan
peraturan/ keputusan yang teridiri atas tempat dan tanggal penetapan, nama
jabatan, tanda tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat yang menandatangani.
e. Penandatanganan
Peraturan/Keputusan Kepala Puskesmas/ Klinik ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas/ Klinik
f. Lampiran peraturan/keputusan:
1). Halaman pertama harus dicantumkan judul dan nomor peraturan/keputusan
2). Halaman terakhir harus ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas atau Klinik.
Catatan: Untuk Peraturan pada Batang Tubuh tidak ditulis dalam dictum
tetapi dalam bab-bab dan Pasal-pasal. (akan diuraikan kemudian),
B. Manual Mutu,
Manual Mutu adalah: dokumen yang memberi informasi yang konsisten ke dalam
maupun ke luar tentang sistem manajemen mutu Puskesmas/ Klinik. Manual mutu
disusun, ditetapkan, dan dipelihara oleh organisasi, yang meliputi:
1. Cakupan umum didalam penerapan mutu,
2. Prosedur terdokumen yang diterapkan untuk sistem mananjemen mutu,
6
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
7
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
8
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
9
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
10
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
k. Perkiraan Biaya : diisi dengan perkalian antara volume dengan harga satuan.
5. Penutup.
Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu Kepala Puskesmas/ Kepala
Klinik dalam menyusun rencana kinerja lima tahunan, yang kemudian diuraikan
dalam rencana tahunan dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan.
Lampiran:
Lampiran 1. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas (halaman 61).
11
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
asupan dari lintas sektoral Puskesmas/ Klinik. Rencana Usulan Kegiatan harus
dilengkapi usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan
operasional Puskesmas/ Klinik. RUK yang disusun merupakan RUK tahun
mendatang (H+1). RUK dibahas di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota selanjutnya
terangkum dalam usulan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota akan diajukan ke
DPRD/ dewan penyantun Klinik, untuk memperoleh persetujuan pembiayaan dan
dukungan politis. Secara rinci RUK dijabarkan kedalam rencana pelaksanaan
kegiatan (RPK).
Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya diserahkan ke Puskesmas/ Klinik
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota/ dewan penyantun/ bentuk lain untuk
Klinik, maka disusun secara rinci rencana pelaksanaan kegiatan dengan
menyesesuaikan anggaran yang telah turun.
2. Tahap penyusunan RUK.
a. Tahap persiapan.
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas/ Klinik yang terlibat dalam proses
penyusunan RUK agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan
untuk melaksanakan tahap- tahap perencanaan.
b. Tahap analisis situasi.
Tahap ini dimkasudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan
permasalahan yang dihadapi Puskesmas/ Klinik melalui proses analisis
terhadap data yang dikumpulkan tim yang telah ditunjuk oleh Kepala
Puskesmas/ Klinik. Data- data tersebut mencakup data umum, data khusun
(hasil penilaian kinerja Puskesmas/Klinik).
3. Tahap penyusunan RUK.
Penyusunan RUK memperhatikan hal- hal untuk mempertahankan kegiatan yang
sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperhatikan program/ upaya yang
masih bermasalah, menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan
kondisi kesehatan diwilayan tersebut dan kemampuan Puskesmas/ Klinik.
Penyusunan RUK terdiri dua tahap, yaitu:
a. Analisis Masalah.
12
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
E. Pedoman/ Panduan
13
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
Pedoman/ panduan adalah: kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah langkah-
langkah yang harus dilakukan. Pedoman merupakan dasar untuk menentukan dan
melaksanakan kegiatan.
Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan, sehingga dapat diartikan
pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan panduan hanya mengatur 1 (satu)
kegiatan. Pedoman/ panduan dapat diterapkan dengan baik dan benar melalui
penerapan SPO.
Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/ panduan maka Puskesmas/
Klinik menyusun/ membuat sistematika buku pedoman/ panduan sesuai kebutuhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman atau panduan yaitu :
1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan peraturan atau keputusan
Kepala Puskesmas/ Klinik untuk pemberlakuan pedoman/ panduan tersebut.
2. Peraturan Kepala Puskesmas/ Klinik tetap berlaku meskipun terjadi penggantian
Kepala Puskesmas/ Kepala Klinik .
3. Setiap pedoman/ panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap 2 tahun
sekali.
4. Bila Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman/ Panduan untuk suatu
kegiatan/ pelayanan tertentu, maka Puskesmas/ Klinik dalam membuat pedoman/
panduan wajib mengacu pada pedoman/ panduan yang diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan.
5. Format/ sistematika pedoman panduan yang lazim digunakan sebagai berikut :
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja
BAB I Pendahuluan
BAB II Gambaran Umum Puskesmas/ Klinik
BAB III Visi, Mis, Falsafah, Nilai dan Tujuan Puskesmas/ Klinik
BAB IV Struktur Organisasi Puskesmas/ Klinik
BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja
BAB VI Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
BAB IX Kegiatan Orientasi
14
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
15
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
16
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
Petunjuk Penulisan
a. Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum yang masih
terkait dengan upaya/ kegiatan
b. Latar belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan mengapa program
tersebut disusun. Sebaiknya dilengkapi dengan data-data sehingga alasan
diperlukan program tersebut dapat lebih kuat.
c. Tujuan umum dan tujuan khusus
Tujuan ini adalah merupakan tujuan upaya/ kegiatan. Tujuan umum adalah
tujuan secara garis besarnya, sedangkan tujuan khusus adalah tujuan secara rinci
yang akan dicapai,
d. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang
harus dilakukan sehingga tercapainyaa tujuan upaya/ kegiatan tersebut. Oleh
karena itu antara tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan sejalan.
e. Cara melaksanakan kegiatan
Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk melaksanakan kegiatan pokok
dan rincian kegiatan. Metode tersebut bisa antara lain dengan membentuk tim,
melakukan rapat, melakukan audit, dan lain-lain
f. Sasaran
Sasaran program adalah target pertahun yang spesifik dan terukur untuk
mencapai tujuan-tujuan upaya/ kegiatan .
Sasaran upaya/ kegiatan menunjukkan hasil antara yang diperlukan untuk
merealisir tujuan tertentu. Penyusunan sasaran program perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
Sasaran yang baik harus memenuhi “SMART” yaitu :
1) Specific : sasaran harus menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan,
bukan cara pencapaiannya. Sasaran harus memberikan arah dan tolok ukur
17
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
yang jelas sehingga dapat dijadikan landasan untuk penyusunan strategi dan
kegiatan yang spesifik.
2) Measurable : sasaran harus terukur dan dapat dipergunakan untuk
memastikan apa dan kapan pencapaiannya. Akontabilitas harus ditanamkan
kedalam proses perencanaan. Oleh karenanya meetodologi untuk mengukur
pencapaian sasaran (keberhasilan upaya/ kegiatan) harus ditetapkan sebelum
kegiatan yang terkait dengan sasaran tersebut dilaksanakan.
3) Agressive but Attainable : apabila sasaran harus dijadikan standar
keberhasilan, maka sasaran harus menantang, namun tidak boleh
mengandung target yang tidak layak. Umpamanya kita bisa menetapkan
sebagai suatu sasaran “Pengurangan kematian misalnya akibat TB akan
dapat dicapai pada suatu tingkat tertentu” tetapi meniadakan kematian
merupakan hal yang tidak dapat dipastikan kelayakannya.
4) Result oriented : sedapat mungkin sasaran harus menspesifikkan hasil yang
ingin dicapai. Misalnya : mengurangi komplain masyarakat terhadap
pelayanan OAT sebesar 50%
5) Time bound : sasaran sebaiknya dapat dicapai dalam waktu yang relatif
pendek, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan (sebaiknya
kurang dari 1 tahun). Kalau ada upaya/ kegiatan 5 (lima) tahun dibuat
sasaran antara. Sasaran akan lebih mudah dikelola dan dapat lebih serasi
dengan proses anggaran apabila dibuat sesuai dengan batas-batas tahun
anggaran di Puskesmas/ Klinik .
Seni di dalam penentuan sasaran adalah menimbulkan tantangan yang dapat
dicapai. Sasaran yang terbaik adalah sasaran yang dapat mendorong
peningkatan kapasitas Puskesmas/ Klinik , namun dalam batas-batas
kelayakan. Sasaran yang baik tidak hanya akan meningkatkan upaya/
kegiatan dan jasa pelayanan yang dihasilkan, namun juga menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri pada para pelaksananya. Sebaliknya
penerapan target kinerja yang tidak mungkin dicapai akan melemahkan
motivasi, membunuh inisiatif dan mengahmbat daya inovasi para karyawan.
g. Skedul (Jadual) pelaksanaan kegiatan
18
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
19
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
20
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
21
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/ Langkah-
langkah
6. Unit terkait
Penjelasan :
Penulisan SPO yang harus tetap didalam tabel/ kotak adalah :nama Puskesmas/
Klinik dan logo, judul SPO, nomor dokumen, tanggal terbit dan tandatangan
Kepala Puskesmas/ Klinik, sedangkan untuk pengertian, tujuan, kebijakan,
prosedur/ langkah- langkah, dan unit terkait boleh tidak diberi kotak/ tabel.
d. Petujuk Pengisian SPO
1) Logo yang dipakai adalah logo Pemerintah kabupaten/ kota, nama organisasi
adalah nama Puskesmas/ Klinik, sedangkan untuk Klinik logo Klinik dan nama
Klinik,
2) Kotak Heading : masing-masing kotak ( Puskesmas/ Klinik, judul SPO, No.
dokumen, No.revisi, Halaman, SPO, tanggal terbit, ditetapkan Kepala
Puskesmas/ Klinik ) diisi sebagai berikut :
a) Heading dan kotaknya dicetak pada setiap halaman. Pada halaman pertama
kotak heading harus lengkap, untuk halaman-halaman berikutnya kotak
22
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
heading dapat hanya memuat: kotak nama Puskesmas/ Klinik, judul SPO,
No.dokumen, No.Revisi dan halaman.
b) b) Kotak Puskesmas/ Klinik diberi nama Puskesmas/ Klinik dan Logo
pemerintah daerah, sedangkan Klinik sesuai logo organisasi Klinik,
c) Judul SPO : diberi Judul /nama SPO sesuai proses kerjanya
d) No. Dokumen: diisi sesuai dengan ketentuan penomeran yang berlaku di
Puskesmas/ Klinik yang bersangkutan, dibuat sistematis agar ada
keseragaman.
e) No. Revisi : diisi dengan status revisi, dapat menggunakan huruf. Contoh :
dokumen baru diberi huruf A, dokumen revisi pertma diberi huruf B dan
seterusnya. Tetapi dapat juga dengan angka, misalnya untuk dokumen baru
dapat diberi nomor 0, sedangkan dokumen revisi pertama diberi nomor 1, dan
seterusnya.
f) Halaman : diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total halaman
untuk SPO tersebut. misalnya : halaman pertama : 1/5, halaman kedua: 2/5,
halaman terakhir : 5/5.
g) SPO diberi penamaan sesuai ketentuan (istilah) yang digunakan Puskesmas/
Klinik, misalnya : SPO, Prosedur, prosedur tetap, petunjuk pelaksanaan,
prosedur kerja dan sebagainya, namun didalam akreditasi Puskesmas/ Klinik
memakai SPO.
h) Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal
diberlakukannya SPO tersebut
i) Ditetapkan Kepala Pusksmas/ Klinik : diberi tandatangan Kepala Puskesmas/
Klinik dan nama jelasnya.
e. Isi SPO :
1) Pengertian : yang paling awal diisi judul SPO adalah, dan berisi penjelasan
dan atau definisi tentang istilah yang mungkin sulit dipahami atau
menyebabkan salah pengertian/ menimbulkan multi persepsi.
2) Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SPO secara spesifik. Kata kunci : “
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk ……”
23
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
24
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
o Awal kegiatan :
o Akhir kegiatan :
o Keputusan : ?Ya Ya
Tidak
o Penghubung :
o Dokumen : , Arsip :
25
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
8) Perlu ditekankan bahwa SPO harus ditulis oleh mereka yang melakuan
pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja tersebut. Tim atau panitia yang
ditunjuk oleh Kepala Puskesmas/ Klinik hanya untuk menanggapi dan
mengkoreksi SPO tersebut. Hal tersebut sangatlah penting, karena komitmen
terhadap pelaksanaan SPO hanya diperoleh dengan adanya keterlibatan
personel/ unit kerja dalam penyusunan SPO.
9) SPO harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan. Pelaksana atau unit
kerja agar mencatat proses kegiatan dan membuat alurnya kemudian Tim
Mutu diminta memberikan tanggapan.
10) Di dalam SPO harus dapat dikenali dengan jelas siapa melakukan apa,
dimana, kapan, dan mengapa.
11) SPO jangan menggunakan kalimat majemuk, subjek, predikat dan objek
harus jelas.
12) SPO harus menggunakan kalimat perintah/ instruksi dengan bahasa yang
dikenal pemakai.
13) SPO harus jelas, ringkas, dan mudah dilaksanakan. Untuk SPO pelayanan
pasien maka harus memperhatikan aspek keselamatan, keamanan dan
kenyamanan pasien. Untuk SPO profesi harus mengacu kepada standar
profesi, standar pelayanan, mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) kesehatan, dan memperhatikan aspek keselamatan
pasien.
i. Proses penyusunan SPO
1) SPO disusun dengan menggunakan format sesuai dengan panduan
penyusunan dokumen akreditasi Puskesmas/ Klinik.
2) Penyusunan SPO dapat dikelola oleh kelompok upaya Puskesmas/ Klinik
dengan dikoordinir oleh tim mutu/ tim akreditasi Puskesmas/ Klinik
dengan mekanisme sebagai berikut :
a) Pelaksana atau unit kerja/ upaya menyusun SPO dengan melibatkan unit
terkait.
b) SPO yag telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja/ upaya disampaikan
ke tim mutu/ tim akreditasi Puskesmas/ Klinik,
26
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
27
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
28
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
29
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
(2) SPO diunit upaya Puskesmas/ Klinik tidak perlu hardcopy, SPO bisa
dilihat di internet di Puskesmas/ Klinik , namun untuk SPO penanganan
gawat darurat tetap harus dibuatkan hardcopy-nya.
8) Tata Cara Pendistribusian SPO
a) Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan SPO kepada unit
upaya atau pelaksana yang memerlukan SPO tersebut agar dapat digunakan
sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan
oleh tim mutu atau bagian Tata Usaha Puskesmas/ Klinik sesuai
Prosedur/ kebijakan dalam pengendalian dokumen.
b) Distribusi harus memakai expedisi dan atau formulir tanda terima.
c) Distribusi SPO bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga untuk
seluruh unit kerja lainnya.
d) Bagi Puskesmas/ Klinik yang sudah menggunakan e-file maka distribusi
SPO bisa melalui internet dan diatur kewenangan otorisasi disetiap unit
kerja, sehingga unit kerja dapat mengetahui batas kewenangan dalam
membuka SPO.
9) Evaluasi SPO.
Evaluasi SPO dapat dilakukan dengan evaluasi penerapannya dan revisi secara
total/ sebagian SPO tersebut.
a) Evaluasi penerapan/ kepatuhan SPO dapat dilakukan dengan evaluasi
langkah- langkah penerapan SPO apakah sudah dilakukan semua langkah
ataupun sebagian langkah yang dilakukan. Untuk evaluasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar tilik/ cek list
(1) Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan secara
konsisten, diikuti dalam pelaksanaan suatu rangkaian kegiatan, untuk
diingat, dikerjakan, dan diberi tanda (check-mark).
(2)Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen mutu untuk
mendukung standarisasi suatu proses pelayanan.
(a) Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk PO yang kompleks.
30
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
31
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
32
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
d. Memastikan bahwa versi yang relevan dari dokumen yang dapat diterapkkan
tersedia ditempat pengguna,
e. Memastikan bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan segeradapat teridentifikasi,
f. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar organisasi yang ditetapkan
oleh organisasi yang penting untuk perencanaan dan operasional sistem
manajemen mutu diidentifikasi dan distribusinya dikendalikan, mencegah
penggunaan tidak sengaja dokumen kadaluwarsa dan untuk menerapkan
identifikasi yang sesuai pada dokumen bila disimpan untuk maksud apapun.
Catatan/ rekaman yang diterapkan untuk memberikan bukti kesesuaian terhadap
persyaratan dan bukti operasional yang efektif dari sistem manajemen mutu
harus dikendallikan. Organisasi harus menetapkan SPO terdokumentasi untuk
mendefinikan pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi, penyimpanan,
perlindungan, pengambilan, lama simpan dan permusnahan. Catatan/ rekaman
harus dapat terbaca, segera dapat teridentifikasi dan dapat diakses kembali.
Untuk memperjelas dokumen areditasi Puskesmas/ Klinik dilengkapi dengan
contoh- contoh dokumen, (didalam lampiran) pedoman dokumen ini, namun
didalam pelaksanaannya diharapkan tidak sama dengan contohnya, untuk
disesuaikan dengan isi langkah pelayanan yang dilakukan di Puskesmas/ Klinik.
Pedoman penyusunan dokumen memeberikan contoh cara pembuatan dokumen
bukan memberikan isi didalam dokumen, isi dokumen sesuai dengan langkah-
langkah yang dilakukan didalam organisasi.
I. Penataan Dokumen.
Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen akreditasi Puskesmas/ Klinik
dikelompokan masing- masing bab/ kelompok pelayanan/ upaya dengan diurutkan
setiap urutan kriteria dengan dipilah- pilah dalam bentuk tata dokumen. Apabila
dokumen tersebut direkam didalam buku maka urutan dokumen tersebut diberi lembar
penjelasan bahwa dokumen tersebut didalam buku.
33
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
BAB IV
PENUTUP
34
Akreditasi Puskesmas dan Klinik .7/14 Pedoman
Dokumen.
Lampi
ran
35