Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesar adalah salah satu intervensi bedah yang paling umum saat ini, dan
prevalensinya meningkat di sebagian besar negara dalam beberapa tahun terakhir (Black
et al, 2007; Al-Busaidi et al, 2012). Komplikasi luka adalah morbiditas yang paling
umum setelah operasi caesar (Owen & Andrews, 1994). Prevalensi infeksi luka dan
gangguan setelah sesar dilaporkan sebesar 3% sampai 15%, dan 2% sampai 42% dalam
berbagai penelitian (Cunningham et al, 2010; Magann et al, 2002). Komplikasi ini
mempengaruhi kualitas hidup ibu karena stres, kecemasan, dan keterlambatan dalam
pemulihan kesehatan, dan juga terkait dengan biaya tambahan sebagai akibat dari
peningkatan kebutuhan antibiotik spektrum luas, biaya perawatan di rumah sakit dan
perawatan luka berulang (Mousavi et al, 2013; Gunn et al, 2009). Perawatan lokal tidak
umum digunakan untuk penyembuhan luka sesar dan kebanyakan antibiotik peroral
diresepkan untuk pencegahan infeksi (Gunn et al, 2009). Saat ini, peningkatan resistensi
bakteri terhadap antibiotik dan biaya perawatan medis yang lebih mahal telah
menyebabkan perhatian lebih pada perawatan tradisional.
Lidah buaya (aloe vera) adalah tanaman dari keluarga Liliaceae, yang ada lebih
dari 360 spesies yang diketahui (Vogler 1999). Tanaman ini menyediakan dua produk
yang berbeda: lateks kuning (yellow latex), yang disebut sebagai jus lidah buaya, dan
bubur daun (pulp leaf) yang merupakan bagian terdalam dari daun dan terdiri dari sel-
sel parenkim. Bubur daun (pulp leaf) mentah mengandung sekitar 98,5% air dengan
1,5% sisanya mengandung berbagai senyawa termasuk vitamin yang larut dalam air dan
larut dalam lemak, mineral, enzim, polisakarida, senyawa fenolik dan asam organik
(Hamman 2008). Pulp leaf umumnya digunakan sebagai salep topikal pada luka dalam
bentuk gel, krim atau lendir (lendir yang menjadi tebal, zat gel seperti lem yang berasal
dari pulp daun dari tanaman lidah buaya). Lidah buaya telah digunakan dalam
penyembuhan luka sejak zaman kuno, dengan bukti yang menunjukkan bahwa lidah
buaya terkenal psda zaman Mesir kuno, Yunani dan budaya India. Penggunaan lidah

1
buaya disebutkan dalam papirus Ebers, secara luas dianggap sebagai dokumen medis
penting dari Mesir kuno 1550 SM (Atherton 1998).
Beberapa penelitian telah dilakukan tentang efek penyembuhan dari tanaman lidah
buaya (Sahu et al., 2013). Penelitian yang dilakukan pada luka dan peradangan pada
selaput lendir mulut, obat kumur lidah buaya efektif dalam penyembuhan luka dan
mengurangi peradangan dibandingkan dengan kelompok kontrol (Mansour, Ouda,
Shaker, & Abdallah, 2013) . Selain itu, gel tanaman ini telah dilaporkan efektif dalam
penyembuhan luka bakar derajat pertama dan kedua tanpa efek samping (Maenthaisong,
Chaiyakunapruk, Niruntraporn, & Kongkaew, 2007). Selain itu, aplikasi topikal yang
telah direkomendasikan untuk mempercepat proses penyembuhan luka yg berhubung
dengan kulit, seperti luka bakar, luka, frostbites, radang, dan infeksi kulit (Joseph & Raj,
2010). Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa gel lidah buaya adalah dressing
yang sesuai dan ekonomis untuk berbagai luka. Meskipun demikian, hasil yang
bertentangan telah diperoleh mengenaiai efektivitas tanaman ini. Misalnya, satu
penelitian melaporkan keterlambatan penyembuhan luka setelah aplikasi tanaman ini
(Schmidt & Greenspoon, 1991).
Berdasarkan uraian di atas, kami memilih jurnal dengan judul “Aloe Vera Gel and
Cesarean Wound Healing; A Randomized Controlled Clinical Trial” untuk di analisa
menggunakan analisa PICO, yang diharapkan akan akan bermanfaat bagi tenaga
keperawatan, dan semua praktisi kesehatan pada umumnya.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan terkait
dengan efektivitas perawatan luka sesar dengan menggunakan dressing lidah buaya
(aloe vera).
b. Meningkatkan critical thinking tentang manfaat hasil penelitian tersebut bagi dunia
keperawatan.

2
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil Penelitian


3.1.1 Judul : Aloe Vera Gel and Cesarean Wound Healing; A Randomized
Controlled Clinical Trial
3.1.2 Peneliti : Zahra Molazem, Fatemeh Mohseni, Masoumeh Younesi dan
Sareh Keshavarzi.
3.1.3 Sumber : Global Journal of Health Science
3.1.4 Keyword : Aloe Vera, Caesarean, Healing, Wound
3.1.5 Abstrak:
Latar Belakang dan Tujuan: Kegagalan dalam penyembuhan luka secara
lengkap adalah salah satu komplikasi sesar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas balutan dengan gel lidah buaya dalam penyembuhan luka
bedah caesar.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian klinis yang bersifat prospektif
dengan pendekatan randomized double-blind yang dilakukan pada 90 wanita yang
telah menjalani operasi caesar di rumah sakit Amir al-Momenin (Gerash, Iran).
Para peserta secara acak dibagi menjadi dua kelompok masing-masing berisi 45
pasien. Dalam satu kelompok, balutan luka dengan gel lidah buaya, sementara
balutan sederhana digunakan pada kelompok kontrol. Penyembuhan luka dinilai
24 jam pertama dan 8 hari setelah operasi sesar menggunakan skala REEDA. Data
dianalisis melalui Chi-square dan t-test.
Hasil : Usia rata-rata para peserta adalah 27,56 ± 4.20 pada kelompok lidah buaya
dan 26,62 ± 4,88 pada kelompok kontrol, tetapi perbedaannya tidak signifikan
secara statistik. Namun, perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua
kelompok mengenai indeks massa tubuh, denyut jantung, dan tekanan darah
sistolik (P <0,05). Juga, perbedaan yang nyata antara kedua kelompok sehubungan
dengan skor penyembuhan luka 24 jam setelah operasi (P = 0,003). Perbedaan
dalam penyembuhan luka setelah 8 hari didapatkan tidak signifikan (P = 0,283).

3
Secara keseluruhan, 45 peserta dalam kelompok lidah buaya dan 35 orang pada
kelompok kontrol memperoleh nilai nol pada 24 jam setelah operasi. Penilaian
diperoleh delapan hari setelah operasi.
Kesimpulan : Menurut temuan studi ini, para wanita dianjurkan untuk diberitahu
mengenai efek positif dari dressing dengan gel lidah buaya.
Kata kunci : lidah buaya, operasi caesar, penyembuhan, luka
3.1.6 Tahun publikasi : 2015

3.2 Deskripsi Penelitian berdasarkan Metode PICO


3.2.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas balutan dengan gel
lidah buaya dalam penyembuhan luka bedah caesar.
3.2.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian klinis yang bersifat prospektif dengan
pendekatan randomized double-blind.
3.2.3 Metode Penelitian
Ukuran sampel pada penelitian ini adalah 90 subjek (45 subyek dalam setiap
kelompok). Peserta dibagi ke dalam krlompok intervensi (balutan lidah buaya) dan
kelompok kontrol (balutan sederhana) secara acak. Para peserta menjalani operasi
caesar oleh ahli bedah ginekologi yang sama di Amir al-Momenin Hospital di
Gerash, provinsi Fars, Iran. Kelompok intervensi, luka dibalut dengan gel lidah
buaya, sementara balutan sederhana digunakan pada kelompok kontrol.
Penyembuhan luka dinilai 24 jam pertama dan 8 hari setelah operasi sesar
menggunakan skala REEDA. Data dianalisis melalui Chi-square dan t-test
3.2.4 Populasi / Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah 146 perempuan yang menjalani operasi
caesar oleh ahli bedah ginekologi yang sama di Amir al-Momenin Hospital di
Gerash, provinsi Fars, Iran. Setelah melewati tahap penyaringan, 97 memenuhi
kriteria inklusi dan secara acak dibagi menjadi kelompok intervensi (lidah buaya)
dan kelompok control (kasa kering biasa), namun 7 perempuan mangkir sehingga

4
total sampel menjadi 90 peserta yang terdaftar dalam penelitian (45 pada kelompok
intervensi dan 45 pada kelompok kontrol).
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah usia kehamilan (37-42 minggu),
Body Mass Index (BMI)> 29, tidak memiliki riwayat sesar lebih dari dua kali, dan
bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Di sisi lain, kriteria eksklusi
penelitian adalah menderita plasenta previa, solusio plasenta, chorioamnit,
mekonium debit, dan polihidramnion, memiliki riwayat penyakit yang bisa
mempengaruhi penyembuhan luka, memiliki janin yang abnormal, pendarahan
parah dan perlu untuk transfusi, menjalani histerektomi atau miomektomi selama
operasi, yang memiliki sejarah merokok atau penyalahgunaan obat, membran
pecah sebelum operasi, perpanjangan operasi selama lebih dari 90 menit, dan tidak
merujuk ke rumah sakit 8 hari setelah operasi.
3.2.5 Intervention
Gel lidah buaya digunakan untuk kelompok intervensi. Dengan demikian,
setelah mencuci daun lidah buaya dengan larutan antiseptik, daun dipotong dan
epidermis dibuang menggunakan sarung tangan dan pisau steril. Kemudian, lendir
gel dalam daun diambil oleh ahli bedah menggunakan sarung tangan steril,
langsung diterapkan pada luka bedah caesar yang dijahit, dan kemudian dibalut
dengan kasa kering. Pada kelompok kontrol, balutan dari luka dilakukan dengan
menggunakan kain kasa kering saja. Dua puluh empat jam setelah operasi, balutan
dilepas oleh perawat dan penyembuhan luka dinilai oleh peneliti menggunakan
skala REEDA. Para peserta diminta untuk merujuk ke rumah sakit 8 hari kemudian
untuk pemeriksaan berikutnya. Pada hari ke-8, penyembuhan luka dinilai dan
dicatat sekali lagi menggunakan skala REEDA.
Diklofenak supositoria diresepkan untuk semua ibu setelah mereka keluar
dari ruang operasi. Mereka menerima 1 gr cefazolin intravena setiap 6 jam pada
hari pertama setelah operasi dan mereka dipulangkan dari rumah sakit 24 jam
setelah operasi. Selain itu, 500 mg kapsul sefaleksin diresepkan untuk setiap 6 jam
dalam 7 hari pertama, dan 250 mg kapsul asam mefenamat diresepkan untuk setiap
8 jam dalam 3 hari pertama. Semua ibu menyusui neonatus mereka segera setelah

5
lahir dan pemindahan ke bangsal bedah. Perdarahan dari luka bedah tidak
terdeteksi pada peserta. Juga, tidak ada peserta yang memiliki perdarahan vagina
yang abnormal.
Semua peserta diajarkan bagaimana mengurus diri sendiri setelah operasi,
termasuk bagaimana perlindungan dari dinding perut dan jahitan selama batuk,
mandi, pencegahan peregangan jahitan selama gerakan, menghindari makanan
yang membuat kembung, konsumsi cairan dan makanan pencahar untuk mencegah
sembelit, konsumsi harian produk susu, buah-buahan, sayuran, daging, dan asupan
tepat waktu dari obat yang diresepkan.
3.2.6 Comparator / Kelompok control dengan intervensi yang berbeda
Para peserta secara acak dibagi menjadi dua kelompok masing-masing berisi
45 pasien. Pada kelompok intervensi, balutan luka dengan menggunakan gel lidah
buaya, sementara balutan sederhana dengan hanya menggunakan kasa kering
digunakan pada kelompok kontrol.
3.2.7 Outcomes / Findings / Hasil Penelitian
Karakteristik demografi kedua kelompok disajikan pada Tabel 1 dan 2 di
bawah ini. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok tidak ada
perbedaan yang signifikan sehubungan dengan usia, tingkat pendidikan, usia
kehamilan, paritas, riwayat abortus, seks neonatus, metode anestesi, durasi NPO,
waktu operasi, tinggi, berat badan, tekanan darah diastolik, dan suhu sebelum dan
sesudah operasi (P> 0,05). Namun, perbedaan yang nyata antara kedua kelompok
mengenai BMI, denyut jantung, dan tekanan darah sistolik (P <0,05).
Tabel 3.1 perbandingan data demografi peserta

6
Skor penyembuhan luka bedah caesar berdasarkan skala REEDA adalah
0.00 ± 0.00 pada kelompok lidah buaya dan 0,6 ± 1,3 pada kelompok kontrol pada
24 jam setelah operasi, dan perbedaan itu signifikan secara statistik (P = 0,003).
Setelah 8 hari, skor REEDA adalah 0,11 ± 0,49 pada kelompok lidah buaya dan
0,29 ± 0,99 pada kelompok kontrol, tetapi perbedaannya tidak signifikan secara
statistik (P = 0,283). Dua puluh empat jam setelah operasi, 45 peserta dalam
kelompok lidah buaya dan 35 orang pada kelompok kontrol memiliki nol REEDA
skor (P = 0,001). Sementara itu delapan hari setelah operasi 42 peserta pada
kelompok lidah buaya dan 41 pada kelompok kontrol memiliki skor REEDA
dengan P = 0,694 (Tabel 3.2 dan 3.3). Perlu dicatat bahwa tidak ada komplikasi
pada kedua kelompok.
Tabel 3.2 Perbandingan skor rata-rata penyembuhan luka pada kedua kelompok

Tabel 3.3 Perbandingan jumlah peserta pada kedua kelompok

3.2.8 Strength-Limitation of the Study


a. Kelebihan Penelitian
Jurnal ini sangat sederhana dan mudah dimengerti dengan penggunaan
bahasa penulisan yang juga mudah dipahami sehingga pembaca dengan mudah
mendapatkan informasi yang disampaikan dalam jurnal ini.
b. Kekurangan Penelitian
Dalam penelitian ini, penilaian dari intervensi hanya dilakukan pada 24
jam dan 8 hari setelah operasi, padahal seperti yang diketahui bahwa fase
7
penyembuhan luka mulai dari fase inflamasi sampai fase maturasi setidaknya
membutuhkan waktu 12 bulan.
3.2.9 Manfaat Hasil Penelitian bagi Keperawatan
a. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat diaplikasikan dalam praktek perawatan luka post op sesar.
Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa balutan dengan gel lidah buaya efektif
dalam penyembuhan luka post op. Hal ini bisa menjadi contoh bagi perawat di
ruang maternitas tentang teknik perawatan luka yang efektif, murah dan
dengan sedikit komplikasi.
b. Manfaat Teoritis
Penelitian ini mampu menambah pengetahuan, wawasan serta memberikan
pembelajaran tentang perawatan luka post op sesar dengan balutan gel lidah
buaya yang terbukti efektif dan dengan komplikasi yang minimal.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa gel lidah buaya efektif dalam penyembuhan luka
bedah caesar.

4.2 Critical Thinking


Dalam penelitian ini terbukti bahwa balutan dengan gel lidah buaya pada luka sesar
efektif terhadap penyembuhan luka, dan tanpa komplikasi yang berarti, sehingga gel lidah
buaya ini dapat menjadi pilihan tambahan sebagai treatment pada luka post op sesar
dengan berbagai keuntungan. Hal ini sangat mungkin diterapkan di Indonesia mengingat
ketersediaan lidah buaya yang melimpah, dan sangat mudah didapatkan, serta sangat cepat
berkembang.
Penggunaan lidah buayapun tidak bertentangan dengan budaya dan agama yang
dianut di Indonesia. Diterimanya penggunaan lidah buaya dapat dilihat dari diterimanya
sampo lidah buaya dimasyarakat, begitupula manisan lidah buaya. Untuk itu, penggunaan
lidah buaya sebagai obat perawatan luka post op sangat mungkin dilakukan diIndonesia.

4.3 Saran
Menurut temuan studi ini, aplikasi dermal dari gel lidah buaya tidak memiliki efek
samping dan bisa digunakan sebagai terapi tambahan untuk perawatan standar luka bedah
caesar. Meskipun demikian, durasi yang lebih lama dari intervensi mungkin menyebabkan
perbedaan yang signifikan dalam proses penyembuhan luka. Oleh karena itu, penelitian
lebih lanjut dengan periode intervensi yang lebih lama disarankan untuk dilakukan pada
masalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al Busaidi I, Al-Farsi Y, Ganguly S, Gowri V. 2012. Obstetric and non-obstetric risk factors
for cesarean section in oman. Oman Med J 27(6):478-481.

Atherton P. 1998. Aloe vera: magic or medicine?. NursingStandard 12(41):49–54.

Black C, Kaye JA, Jick H. 2005. Cesarean delivery in the United Kingdom: time trends in the
general practice research database. Obstet Gynecol 106(1):151-155

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010. Cesarean
delivery and peripartum hysterectomy. Williams Obstetrics. 22th Edition. USA.

Gunn B, Ali S, Abdo-Rabbo A, Suleiman B. 2009. An investigation into perioperative antibiotic


use during lower segment cesarean sections (LSCS) in four hospitals in Oman. Oman Med J
24(3):179-183

Hamman J. 2008. Composition and applications of Aloe vera leaf gel. Molecules 13(8):1599–
616.

Mousavi SA, Mortazavi F, Chaman R, Khosravi A. 2013. Quality of life after cesarean and
vaginal delivery. Oman Med J 28(4):245-251

Owen J, Andrews WW. 1994. Wound complications after cesarean sections. Clin Obstet
Gynecol 37(4):842-855

Vogler B, Ernst E. 1999. Aloe Vera: a systematic review of its clinical effectiveness. British
Journal of General Practice 49(447):823–8.

10

Anda mungkin juga menyukai