Anda di halaman 1dari 15

INSTRUMENTASI MEDIS

(CT Scan)

Disusun Oleh:

Bina Artika P / 02311540000054

Dosen Pengampu: Dr.rer.nat. Ir. Aulia M. T. N., MSc

DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman, macam alat teknologi pun ikut berkembang. Salah satunya
adalah di bidang kedokteran. Macam – macam alat kedokteran perlu diperbarui untuk menunjang
dan mempermudah diagnosis penyakit yang dialami oleh pasien. Contohnya adalah CT Scan.
Computed Tomography Scan atau CT Scan adalah sebuah proses radiologi untuk menghasilkan
gambaran dari potongan melintang (trans-axial) tubuh pasien. Dua buah karakteristik baru yang
ada pada gambar yang dihasilkan pada CT adalah peralatan digital yang menghasilkan gambaran
digital dan gambar irisan mempresentasikan volume / informasi 3 Dimensi [1]. Pemeriksaan CT
Scan mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh dan memiliki
prosedur pencitraan diagnostik yang menggunakan kombinasi dari sinar-X dan teknologi
komputer untuk menghasilkan gambar irisan baik horisontal maupun vertikal dari tubuh [2].
Awal perkembangan CT Scan bermula dari tanggal 11 Agustus 1895, yaitu dengan
ditemukannya radiasi sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman yang bernama
Wilhem Conrad Rontgen (1845 – 1923) yang langsung dinobatkan sebagai pemengang
penghargaan Nobel pada saat itu. Sinar-X memungkinkan menjadi metode pertama kali yang
digunakan untuk melihat struktur dari tubuh manusia bagian dalam tanpa melakukan operasi.
Namun sinar-X juga memiliki kelemahan yaitu gambar yang dihasilkan merupakan
superimposisi (overlap) dari objek yang diamati dan juga tidak dapat menggambarkan jaringan
lunak. Selain itu objek yang memiliki besar yang berbeda, dapat tampak sama besar jika hanya
dilihat dari satu sudut pandang saja.
Pada tahun 1920, dikembangkan suatu teknik yang berusaha memisahkan Tomografi. Teknik
yang dikembangkan adalah dengan menggerakkan tabung sinar-x dan film dalam kaset secara
bersamaan, dan menggunakan fulcrum sebagai titik focus dari organ yang akan diperiksa. Organ
yang ada di bagian atas dan bawah obyek yang diperiksa akan tampak blur (samar) sedangkan
objek yang diperiksa akan tampak lebih jelas. Teknik Tomografi ini digunakan pertama kali pada
tahun 1935 [3]. Namun kelemahannya adalah yaitu hanya area tertentu saja yang berada pada
bidang fokus yang dapat terlihat jelas, dan bidang – bidang laimmya yang tidak berada pada
bidang fokus tidak dapat terlihat dengan jelas.
Pada tahun 1974, enam puluh unit CT terpasang. Awalnya pemeriksaan yang dilakukan
hanya terbatas pada CT kepala saja. Dan pada tahun 1975 diperkenalkan pertama kali sebuah
Whole Body scanner (CT-Scan seluruh tubuh) yang digunakan untuk penunjang klinis. Pada
tahun 1979, Hounsfield dan Cormack dianugerahi hadiah nobel [3].
CT Scan memiliki berbagai macam kegunaan, namun biasanya dilakukan untuk pemeriksaan
yang membutuhkan hasil dengan cepat. Sebagai contoh, pada kasus pasien yang mengalami
kecelakaan atau trauma. Selain itu CT Scan juga digunakan untuk mengetahui diagnosis suatu
penyakit sehingga dapat ditentukan langkah pengobatan selanjutnya. Melihat kegunaan dan cara
kerja CT Scan yang sangat canggih, maka makalah kali ini akan mengetahui cara kerja dan
kegunaan dari CT Scan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah ini memuat beberapa rumusan masalah,
yaitu bagaimana sejarah terbentuknya, cara kerja, kegunaan dan alat penunjang dari CT Scan.

3. Tujuan
Adapun tujuan dari isi makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah terbentuknya, cara kerja
kegunaan serta alat penunjang dari CT Scan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Definisi Computed Tomography Scan (CT-Scan) adalah pencitraan diagnostik yang
menggunakan kombinasi sinar-x dan teknologi komputer dalam mengolah, menganalisa, dan
merekonstruksi data menjadi gambaran irisan transversal tubuh (cross sectional) yang diperiksa
[4].
Gambar 1. CT Scan
2. Sejarah Perkembangan CT Scan
a. Generasi Pertama (Pencil Beam CT)
Tabung sinar-X dan satu detector yang terhubung dan bergerak bersama dan kemudian
berotasi. Pancaran sinar-X memiliki linear bentuk seperti pensil (Pencil Beam) [4]. Pesawat
CT Scan pertama kali dirancang bangun pada tahun 1971 atas dasar tindak lanjut ide teori
Dr. Hounsfield dengan prinsip kerja pesawat teknik tomografi. Dimana lingkup kerja
pesawat CT Scan hanya terbatas pada pengambilan gambar-gambar diagnosa kepala secara
scanner, sehingga pesawat CT Scan waktu itu disebut CT Head Scanner [5].
Ciri – ciri CT Scan generasi pertama diantaranya:
 X-ray tube yang digunakan masih menghasilkan pencil beam.
 Detektor yang digunakan single detector untuk mendapatkan gambaran per-slicenya.
 Scanning time yang bisa dilakukan pesawat adalah 4 s/d 5 menit.
 Kerja X-ray tube secara continues radiation.
 Prinsip kerja pesawat menggunakan prinsip kerja teknik tomografi.
 Secara translasi dan rotasi yang bergantian dan berlainan arah antara x-ray tube dengan
detector.
Gambar 2. Proses Kerja CT Scan Generasi Pertama
b. Generasi Kedua
CT Scan generasi kedua muncul pada tahun 1975, dimana pesawat CT Scan II merupakan
evolusi CT Scan generasi pertama, pada pesawat CT Scan II mempunyai fasilitas komponen
yang lebih lengkap, terutama dalam pemakaian komponen detektor. Pada CT Scan II, sistem
detektor yang dipakai adalah multidetektor [5]. Pada generasi kedua beberapa detektor diatur
dalam satu baris. Berkas X-ray yang dipancarkan berbentuk kipas tidak hanya linear [4].
Ciri – ciri CT Scan generasi kedua diantaranya:
 X-ray tube yang digunakan dapat menghasilkan fan beam.
 Banyaknya detektor yang dipakai biasanya lebih dari 30 detektor.
 Lama waktu scanning ± 20 s/d 90 second.

Gambar 3. Proses Kerja CT Scan Generasi Kedua


c. Generasi Ketiga
CT Scan III mampu menampilkan tampilan gambaran diagnostik suatu objek dengan
kemampuan resolusi yang lebih baik daripada gambaran diagnostik yang dihasilkan pada
generasi CT Scan sebelumnya. CT Scan III muncul sekitar tahun 1977 setelah CT Scan II
muncul [5]. Pada generasi ketiga pergerakan tabung dan detektornya menggunakan prinsip
rotasi [4].
Ciri – ciri CT Scan generasi ketiga diantaranya:
 Sinar-X yang dihasilkan oleh x-ray tube adalah fan beam geometri.
 Detektor yang digunakan sebagai pendeteksi sinyal radiasi x-ray lebih banyak daripada
CT Scan I dan II, yakni jumlahnya sebanyak 380 s/d 768 element.
 Dapat menghasilkan sinar-x yang bersifat pulsed radiation atau continous radiation
(tergantung dari rancangan pesawat tersebut).
 Sistem pergerakkan kerja sinar-x dan detector tidak secara linier, melainkan secara rotasi
dengan kecepatan tinggi (high speed).
Gambar 4. Proses Kerja CT Scan Generasi Ketiga
d. Generasi Keempat
Pesawat CT Scan generasi IV muncul pada tahun 1977 setelah munulnya CT Scan III.
Pesawat CT Scan IV merupakan suatu modifikasi dari CT Scan III. berdasarkan kedetailan
penyampaian informasi secara digital, CT Scan IV sedikit lebih akurat daripada CT Scan III.
Hal ini disebabkan karena pada CT Scan IV dimodifikasi dengan stationary detector [5]. CT
Scan generasi ini detektornya berbentuk seperti cincin yang dinamakan ring. Sehingga
hanya tabungnya saja yang berputar 360 derajat dan detektornya statis (diam). Waktu yang
diperlukan untuk satu kali scanning selama 1 – 5s. Pada generasi ke empat detektor tidak
bergerak karena dipasang mengelilingi gantry, sehingga hanya tabungnya saja yang berputar
3600 [4].
Ciri – ciri CT Scan generasi keempat diantaranya:
 Pergerakan stationary-rotation
 Multi detectors berbentuk lingkaran
 Wide fan beam
Gambar 5. Proses Kerja CT Scan Generasi Keempat
e. Generasi Kelima

CT Scan V muncul tanpa menggunakan peranan x-ray sebagai media untuk menampilkan
tampilan diagnosa. Pada Electron Beam Tomography (EBT) tidak menggunakan tabung
sinar-x, tapi menggunakan electron gun yang memproduksi pancaran electron berkekuatan
130 KV. Pancaran electron difokuskan oleh electro-magnetic coil menuju fokal spot pada
ring tungsten. Proses penumbukkan electron pada tungsten menghasilkan energy sinar-x.
Sinar-x akan keluar melewati kolimator yang membentuknya menjadi pancaran fan beam.
Kemudian sinar-x akan mengenai obyek dan hasil atenuasinya akan mengenai solid state
detector dan selanjutnya prosesnya sama dengan prinsip kerja CT Scan yang lain.
Perbedaannya hanya pada pembangkit sinar-x nya bukan menggunakan tabung sinar-x tetapi
menggunakan electron gun [5].

Ciri – ciri CT Scan generasi kelima diantaranya:


 X-ray : wide fan beam
 Gerakan : stationary-rotate system
 Scanning (spiral CT)
 Detector : multidetector (424-2400)
 Slip ring detector
 Rotasi : 360 derajat
 Waktu : < 10 detik / scan slice
Gambar 6. Proses Kerja CT Scan Generasi Kelima

f. Generasi Keenam (Spiral / Helical CT)


Pada generasi ini diterapkan pola spiral pada CT scan generasi sebelumnya. Akuisisi data
dilakukan dengan meja bergerak sementara tabung sinar-x berputar [4].
Ciri – ciri CT Scan generasi keenam diantaranya:
 Pergerakan rotation
 Wide fan beam
 Meja bergerak selama scanning
 Multi detectors

Gambar 7. Proses Kerja CT Scan Generasi Keenam

g. Generasi Ketujuh (Spiral / Helical CT)


Pada generasi ini detectors disusun berbaris-baris, sehingga data yang diperoleh semakin
banyak [4].

Gambar 8. Contoh CT Scan Generasi Ketujuh

h. Generasi Kedelapan (Dual Source CT)


Pada generasi kedelapan ini terdapat dua buah tabung yang terhubung dengan dua buah
detector [4].
Gambar 9. Contoh CT Scan Generasi Kedelapan

3. Prinsip Kerja CT Scan

Gambar 10. Alur Kerja CT Scan


Selama CT Scan bekerja, generator sinar-X memberi daya ke tabung sinar-X, sinar X
dihasilkan oleh tabung sinar X dan diemisikan seperti diputar mengelilingi pasien.
Kemudian sinar X dilewatkan melalui tubuh pasien ke detektor, yang mana ini sangat
tergantung pada jenis dan model CT scanner, mungkin terdiri dari ionisasi gas xenon atau
kristal (seperti cesium-iodine atau cadmium-tungsten). Selama satu putaran detektor
menghasilkan sinyal listrik, yang dibangkitkan setelah penyinaran sinar X. Sinyal listrik ini
ditransfer ke komputer, diproses dan direkonstruksi ke dalam gambar menggunakan
algoritma yang telah deprogram sebelumnya. Setiap putaran tabung sinar X dan detektor
direkonstruksi ke dalam gambar yang direferensikan sebagai irisan. Irisan dipresentasikan
berupa potongan melintang dari detail anatomi tubuh, dan memungkinkan susunan anatomi
di dalam tubuh dapat divisualisasikan hal yang tidak mungkin dengan radiography pada
umumnya. Collimator ditempatkan didekat tabung sinar X dan pada setiap detektor untuk
memperkecil sebaran radiasi dan berkas sinar X yang tepat dalam penggambaran pada saat
scan. Tinggi collimator ditentukan untuk mendapatkan ketebalan irisan yang diinginkan [6].
Gambar 11. Tabung Dasar Mesin CT Scan
Pemrosesan Data
 Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari
perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan
detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut [7]:

Gambar 12. Collimator dan Detektor


 Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi arus
listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses
berikut :

Gambar 13. Proses pembentukan citra


 Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi dikonversi ke
bentuk digital menggunakan A/D Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh
komputer sehingga membentuk citra yang sebenarnya.
 Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak ke film.

4. Sistem CT Scan
Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem pemroses citra, sistem komputer
dan sistem kontrol [8].

a. Sistem pemroses citra merupakan bagian yang secara langsung berhadapan dengan
obyek yang diamati (pasien). Bagian ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol,
detektor dan akusisi data. Sinar-x merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak
dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet dan dapat mengakibatkan zat
fosforesensi dapat berpendar. Sinar-x dapat menembus zat padat dengan daya tembus
yang tinggi. Untuk mengetahui seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh pasien,
maka dalam peralatan ini juga dilengkapi sistem kontrol yang mendapat input dari
komputer.
Bagian keluaran dari sistem pemroses citra, adalah sekumpulan detektor yang
dilengkapi sistem akusisi data. Detektor adalah alat untuk mengubah besaran fisik-
dalam hal ini radiasi-menjadi besaran listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan
adalah detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh radiasi maka
akan terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik. Semakin besar interaksi
radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakn besar. Detektor lain yang sering
digunakan adalah detektor kristal zat padat. Susunan detektor yang dipasang tergantung
pada tipe generasi CT Scanner. Tetapi dalam hal fungsi semua detektor adalah sama
yaitu mengindentifikasi intensitas sinar-x setelah melewati obyek. Dengan
membandingkan intensitas pada sumbernya, maka atenuasi yang diakibatkan oleh
propagasi pada obyek dapat ditentukan. Dengan menggunakan sistem akusisi data maka
data-data dari detektor dapat dimasukkan dalam komputer. Sistem akusisi data terdiri
atas sistem pengkondisi sinyal dan interfacae (antarmuka ) analog ke komputer.
b. Sistem Komputer dan Sistem Kontrol
Bagian komputer bertanggung jawab atas keseluruhan sistem CT Scanner, yaitu
mengontrol sumber sinar-x, menyimpan data, dan mengkonstruksi gambar tomografi.
Komputer terdiri atas processor, array processor, harddisk dan sistem input-output.
Processor atau CPU (unit pemroses pusat) mempunyai fungsi untuk membaca
dan menginterprestasikan instruksi, melakukak eksekusi, dan menyimpan hasil-hasil
dalam memory. CPU yang digunakan mempunyai bus data 16,32 atau 64 bit. Tipe
komputer yang digunakan bisa mikro komputer dan bisa mini komputer, namun harus
memenuhi unjuk kerja dan kecepatan bai sistem CT Scanner. Harddisk mempunyai
fungsi untuk menyimpan data dan software.
CT Scanner pada umumnya dilengkapi dengan dua buah monitor dan keyboard.
Masing-masing sebagai operator station dan viewer station dan keduanya mempunyai
tugas yang berbeda. Operation Station mempunyai fungsi sebagai operator kontrol
untuk mengontrol beberapa parameter scan seperti tegangan anoda, waktu scan dan
besarnya arus filamen. Sedangkan viewer station mempunyai fungsi untuk
memanipulasi sistem pemroses citra. Bagian ini mempunyai sistem kontrol yang
dihubungkan dengan sistem keluaran seperti hard copy film, magnetic tape, dan paper
print out. Dari bagian ini dapat dilakukan pekerjaan untuk mendiagnosa hasil scanning.
c. Rekonstruksi
Bagian terakhir dari CT Scanner adalah rekonstruksi. Banyak metode yang dapat
digunakan untuk merekonstruksi gambar tomografi, mulai dari back projection sampai
konvolusi. Metode back projection banyak digunakan dalam bidang kedokteran. Metode
ini menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan melintang. Pixel
didasarkan pada nilai absorbsi linier. Kemudian pixel-pixel ini disusun menjadi sebuah
profil dan terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi dilakukan dengan jalan saling
menambah antar elemen matrik.
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan
metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam bentuk
matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan menggunakan konvolusi dan
transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi
sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik.

5. Keunggulan dan Kekurangan


CT Scan memiliki keuntungan dan keunggulan tetapi ada juga kekurangan dari CT Scan
diantaranya adalah:
Keunggulan:
 Memiliki kontras resolusi dan spatial resolusi yang tinggi dimana:
Kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang memiliki
densitas yang hampir sama.
 Sedangkan spatial resolusi adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang saling
berdekatan letaknya.
 Hasil gambaran dapat direkonstruksi sesuai kebutuhan, misalnya dari proyeksi axial
dijadikan proyeksi koronal atau sagital.
 Gambaran jaringan lunak memiliki karakteristik yang baik dengan adanya pengaturan
window.
 Hasil gambaran berupa irisan melintang (cross sectional) sehingga superposisi antar
organ dapat dihindari.
 Diagnosa lebih akurat dengan adanya pengambilan gambaran dari berbagai proyeksi,
seperti proyeksi coronal, axial dan sagital.
 CT Scan dapat membantu dokter untuk mendiagnosa banyak penyakit, seperti:
Kerusakan otak setelah terjadi kecelakaan pada kepala, tumor otak, hidrosefalus,
aneurysms, hernia, pembekuan darah atau pendarahan yang berkaaitan dengan stroke.

Kekurangan:

 Ada sedikit kemungkinan timbulnya kanker dari paparan radiasi yang berlebihan.
 Dosis radiasi yang tinggi.
 Mahalnya biaya yang dikeluarkan.
 Tidak bisa dilakukan untk wanita hamil.

BAB III
KESIMPULAN

Semakin berkembangnya zaman, dari generasi ke generasi hingga generasi kedelapan


penggunaan alat teknologi CT Scan selalu diperbarui untuk mempermudah dalam penggunaan
dan mengurangi efek negative terhadap tubuh. Contohnya seperti dosis radiasi yang diterima
pasien akan berkurang dengan adanya fitur Care Dose pada aplikasi CT Scan. Dalam CT Scan
terdapat tiga system diantaranya adalah sistem pemroses citra, sistem komputer dan kontrol, dan
rekonstruksi. Kegunaan dari CT Scan adalah dapat membantu dokter untuk mendiagnosa banyak
penyakit, seperti: kerusakan otak setelah terjadi kecelakaan pada kepala, tumor otak,
hidrosefalus, aneurysms, hernia, pembekuan darah atau pendarahan yang berkaaitan dengan
stroke.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Munthe, Helmina Brostin, 2104, “Analisa Hasil Diagnosa Tumor Paru Pada
Gambaran
Topogram Penggunaan Pesawat CT-scan Dibandingkan Dengan Penggunaan Pesawat
Sinar-X Konvensional”, Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara.
[2] Buls et al., 2006, Radiation Dose from Adult and Pediatric Multidetector Computed
Tomography, Springer.
[3] Turnip, Alfian, 2105, “Analisis Penggunaan Teknik Post Processing Volume
Rendering
(Vr) Pada Ct Angiografi Arteri Abdominalis Dengan Msct”, Repositori Institusi
Universitas Sumatera Utara.
[4] Bushong, Stewart C. Computed Tomography. 2000. Computed Tomography:
Essentials
of Medical Imaging Series. USA: The McGraw-Hill Companies.
[5] Diakses pada tanggal 10 Mei 2019
http://malahayati.ac.id/?p=18790
[6] Diakses pada tanggal 10 Mei 2019
http://margionoabdil.blogspot.com/2013/11/cara-kerja-ct-scan-dan
perkembangannya.html
[7] Diakses pada tanggal 10 Mei 2019

http://unhas.ac.id/tahir/BAHAN-KULIAH/BIO-MEDICAL/TUGAS/TUGAS-
2006/D41103020-CT%20Scan/PUTRI%20RAMADHANI%20D41103020.pdf

Anda mungkin juga menyukai