Anda di halaman 1dari 8

NAMA : IVA MARDALENA

NPM : 1643050073

MK : PARFUMERY AND AROMATHERAPHY PAGI A

JUDUL Pembuatan Lilin Dengan Perbedaan


Penambahan Aromaterapi Dari Minyak Atsiri
(Kenanga, Cengkeh Dan Sereh)
JURNAL Jurnal Teknologi Pengolahan Minyak dan
Lemak
TAHUN 2014
PENULIS Dede Ahmad, Putri Nopita Sari, dan Purwa
Gilang R.
REVIEWER Iva Mardalena
TANGGAL 15 Juni 2019

1. PENDAHULUAN
Pada umumnya lilin hanya berfungsi sebagai pengganti lampu dan secara fisik
tidak menarik. Penelitian ini akan membuat lilin aromaterapi yang berfungsi ganda,
yaitu sebagai alat penerangan, media terapi dan penyegar ruangan. Lilin aromaterapi
adalahalternatif aplikasi aromaterapi secara inhalasi (penghirupan), yaitu penghirupan
uap aroma yang dihasilkan dari beberapa tetes minyak atsiri dalam wadah berisi air
panas. Lilin aromaterapi akan menghasilkan aroma yang memberikan efek terapi bila
dibakar. Aroma lilin dihasilkan dari minyak atsiri melati dan lavender yang tergolong
ke dalam jenis aroma yang mampu memberikan efek terapi menenangkan dan
merilekskan (Primadiati,2002).Minyak atsiri, atau yang dikenal juga sebagaivolatile
oil, atau essential oil, adalah cairan pekat yang tidak larut air, mengandung senyawa-
senyawa beraroma yang berasal dari berbagai tanaman. Minyak atsiri ini umumnya
diperoleh dengan cara destilasi, juga dapat diperoleh melalui proses ekspresi, dan
ekstraksi pelarut. Minyak atsiri digunakan secara luas pada parfum, kosmetik, perasa
makanan dan minuman, dan juga pada produk pembersih rumah tangga. Beberapa
minyak atsiri telah lama digunakan secara medis untuk berbagai klaim, dari perawatan
kulit hingga pengobatan kanker. Namun penggunaan minyak atsiri yang paling utama
saat ini adalah guna keperluan aromaterapi, yakni salah satu jenis pengobatan
alternatif yang menyatakan bahwa aroma tertentu yang berasal dari tanaman memiliki
efek penyembuhan.Pada aromaterapi, minyak atsiri dilarutkan dengan minyak
pembawa (minyak zaitun, hazelnut, atau almond) dan digunakan untuk pemijatan,
disebar ke udara menggunakan nebulizer atau lilin aromaterapi.

2. METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan :
Alat dan bahan pembuatan lilin aroma therapy.
Bahan :
 Paraffin
 Asam stearat
 Benang katun
 Bahan pengharum ( minyak atsiri dari daun jeruk purut )
 Pin pengait sumbu (wiclab)

Alat :

 Panci ganda gelas tuang


 Cetakan
 Pengaduk
 Thermometer
 Pipa kapiler (untuk menentukan titik leleh)
 Timbangan
 Sudip
 Alumunium foil
 Beaker glass
Metode :

Metode Pembuatan lilin dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Asam stearat dimasukan ke dalam beaker glas (1) dan dipanaskan pada
suhu 55 c
2. Tambahkan bahan pengharum (minyak atsiri cengkeh, sereh, atau
kenanga) dan panaskan pada suhu 40 c
3. Setelah bahan tadi tercampur kemudian tambahkan sampel paraffin yang
sebelumnya sudah dipanaskan pada beaker glas (2) pada suhu 50 c .
kemudian aduk hingga homogen
4. Untuk bahan tambahan minyak cengkeh perbandingan paraffin dan asam
stearat 50:50, minyak kenanga dengan perbangian paraffin dan asam
stearat 90:10, sedangkan minyak sereh perbandingan paraffin dan asam
stearat 10: 90
5. Sebelum campuran parafin dan stearin mulai mengeras, siapkan cetakan
yang telah diberi sumbu di tengahnya. Kemudian masukan campuran
parafin dan stearin ke dalam cetankan dan tunggu hingga 2 jam.

Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum minyak lemak pembuatan lilin aroma terapi ini
dilaksanakan pada tanggal 30 April 2014. Tempat pelaksanaan praktikum ini
dilaksanakan di laboratorium Agroindustri Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Hedonik
Hasil dari penelitian ini ialah dilakukan pengujian hedonik terhadap
karakteristik lilin, hasil yang diperoleh dari uji hedonik tersebut adalah sebagai
berikut:

Tabel 1. Rata-rata hasil uji Organoleptik lilin


Perbandingan ini dilakukan antara lilin aroma terapi yang menggunakan
aroma rempah-rempah diantaranya yaitu aroma kenanga, aroma sereh dan aroma
cengkeh. Pengujian dilakukan dengan uji menguji karakteristik dari lilin itu
sendiri yaitu dari segi aroma, tekstur dan dari warna lilin. Hasil lilin yang
diperoleh yaitu aroma yang sesuai dengan pengawi yang ditambahakan, dan
tingkat kepekatan aroma sangat tinggi sekali dimana bau menyengat dari aroma
sangat pekat. Untuk tekstur lilin cukup bagus dan keras sebelum diberikan
perlakuan terhadap pemanasan api dan untuk warna dari lilin sendiri yaitu putih
sediit kekuningan/putih susu. Ujihedonik ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesukaan konsumen terhadap lilin aroma terapi yang dibuat. Dimana dengan
pengujian ini diharapkan diperoleh data dari konsumen /panelis terhadap tingat
kesukaan konsumen/panelis terhadap lilin dengan berbagaiperlakuan jenis
pewangi alami dalam lilin tersebut. Hasil pengujian dilakukan dengan pengujian
organolpetik terhadap lilin.

Uji organoleptik Lilin

Uji orhanoleptik lilin dilakukan dengan menggunakan indera pembau dan


perabadan penglihatan. Pengujian ini dilakukan oleh 21 panelis agak terlatih.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang hasil dan
karakteristik lilin dilihat dari tingkat kesukaan konsumen terhadap lilin yang
dihasilkan. Jadi hasil dari pengujian ini mengenai tingkat kesukaanpanelis
terhadap lilin aroma terapisangat penting dan berpengaruh nyata terhadap kualitas
dan keberhasilan dari lilin aroma terapi ini.

Uji organoleptik Aroma lilin


Hasil rata-rata pengujian dari uji organoleptik terhadap aroma lilin adalah sebagai
berikut:

Tabel 2. Rata-rata hasil uji organoleptik Aroma lilin

Hasil diatas ini diperoleh dari rata-rata hasil dimana jumlah panelis yang
melakukan uji hedonik adalah 21 orang. Dari hasil diatas menunjukkan tingkat
kesukaan panelis terhadap aroma lilin berada pada porsi pertengahan, maksudnya
yaitu tingkat kesukaan panelis terhadap aroma terapi lilin itu lumayan rendah
dimana hasil yang diperoleh masih berada diatas rata-rata tingkat kesukaan. Hal
ini dibuktikan dari tabel diatas tersebut dimana lilin dengan aroma terapi dari
kenanga dan cengkeh berada pada tingkat kesukaan (kurang suka) sedangkan
untuk lilin dengan aroma terapi sereh berada pada tingkat (tidak suka). Hal ini
menunjukkan bahwa panelis memiliki karakteristik sendiri terhadap aroma terapi
yang diinginkan panelis dari hasil aroma yang diperoleh oleh lilin. Hal ini juga
membuktikan adanya perbedaan pengaruh nyata terhadap pemberian aroma terapi
yang beragam pada lilin yaknimempengaruhi tingkatak kesukaan panelis terhadap
lilin.Tujuan utama ditambahkan aroma terapi pada lilin yaitu untuk memberikan
aroma yang khas pada lilin tersebut. Namun hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa lilin dengan aroma rempah-rempah tersebut berada pada tingkatan kurang
suka bagi panelis. Kalaupun misalnya aroma yang digunakan adalah aroma yeng
lebih khas atau wangi, mungkin ini akan meningkatkan hasil dari tigkat kesukaan
panelis terhadap aroma terapi lilin yang diperoleh. Hasil tabel uji diatas
membuktikan bahwa pemberian aroma alami pada lilinmempengaruhi tingkat
kesukaan panelis terhadap lilin tersebut, dengan demikina untuk meningkatkan
tingkatan kesukaan panelis terhadap lilin diperlukan aroma terapi yang khas yang
dapat menarik perhatian panelis terhadap aroma lilin yang dihasilkan.

Uji organoleptik Tekstur lilin

Pengujian tekstur lilin dilakukan dengan melihat serta mengamati tekstur


secara langsung. Namun dalam pengujian tekstur ini tidak dilakukan dalam keadaan
lilin menyala, sehingga untuk tingkat kecairan lilin tidak dilakukan dalam pengujian
tekstur lilin ini. Penambahan aroma terapi dan parafin pada lilin diharapkan adanya
pengaruh nyata terhadap tekstur lilin yang diperoleh, dimana ini akan mempengaruhi
tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur lilin yang diperoleh. Hasil uji organoleptik
tekstur lilin yang diperoleh yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Rata-rata hasil uji Organoleptik Tekstur Lilin


Hasil dari pengujian pada tabel diatas membuktikan bahwa perbedaan
pengaruh nyata lilin terhadap tingkat kesukaan panelis pada lilin sangatlah rendah.
Hal ini dibuktikan dengan tidak terlalu mencoloknya perbedaan tingkat kesukaan
panelis terhadap tekstur lilin, dimana hasil pengujian diperoleh data rata-rata tingkat
kesukaan panelis terhadap tekstur lilin berada pada tingkatan suka (dengannilai
4)untuk semua perlakuan. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata
terhadap perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur lilin. Namun, disamping
itutingkat kesukaan panelis terhadap lilin lumayan tinggi. Dimana hasil pengujian
berada pada nilai 4 dimana nilai ini mewakili tingkatan rasa suka panelis terhadap
tekstur lilin yang diperoleh. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap
penambahan bahan-bahan alami seperti aroma terapi dan yang laiinya terhadap
karakteristik tekstur dari lilin sehingga meningkatkan tingkatan kesukaan panelis
terhadap tekstur lilin yang dihasilkan.
Uji organoleptik Warna Lilin
Pengujian organoleptik terhadap lilin dilakukan dengan cara melihat dan
mengamati warna lilin secara langsung. Penambahan bahan alami seperi cengkeh,
kenanga dan sereh diharapkanselain meningkatkan aroma yang diperoleh lilin juga
memberikan pengaruh terhadap warna dari lilin tersebut. Dimana setiap rempah-
rempah memiliki karakteristik warna masing-masing yang diharapkan dapat
memberikan pengaruh terhadap warna lilin. Hasil dari pengujian warna luli yaitu
sebagai berikut:

Tabel 4. Rata-rata hasil uji organoleptik Warna Lilin

Jurnal Teknologi Pengolahan Minyak dan Lemak2014Dari hasil pengujian


pada tabel diatas, diperoleh data yang menunjukkan tingkatak kesukaan panelis
terhadap warna lilin yang diperoleh. Warna lilin yang diperoleh adalah putih
kekuningan dan putih pekat/putih susu. Tingkatak pengaruh nyata penambahan
bahan-bahan tambahan pada pembuatan lilin memberikan pengaruh nyata terhadap
tingkat kesukaan panelis terhadap warna lilin yang diperoleh. Untuk tingkat kesukaan
yang diperoleh seperti pada tabel diatas menunjukkan bahwa panelis memiliki
karakteristik warna yang ideal masing-masing. Dilihat dari hasil rata-rata uji hedonik
warna lilin oleh panelis menunjukkan kesamaan tingkat kesukaan daritiga perlakuan
lilin yangada.Hasil pengujian ini berada pada nilai 3-3,5 untuk rata-rata tingkat
kesukaan panelis terhadap warna lilin, dan untuk angka 3 ini mewakili tingkatan
kesukaan berupa “kurang suka”. Dari hasil ini menunjukka adanya pengaruh nyata
pemberian aroma alami pada lilin yang mempengaruhi warna dari lilin tersebut,
meskipun pada kenyataanya masih belum terlihat jelas secara fisik adanya pengaruh
pemberia aroma terapi terhadap wara lilin. Namun dari hasil kasat mata dengan
pengujian menggunakan indera penglihatan menunjukkan tingkatan pada ke kurang
sukaanpanelis terhadap wrna lilin yang diperoleh.
4. DAFTAR PUSTAKA

Arthur and E. Rose. TheCondensed Chemical Dictionary. Reinhold Publishing


Corporation. New York (1956)
http://id.wikipedia.org/wiki/Parafin 4:05PM 09 juni 2014
Burdock, George A., and I. G. Carabin, 2001, Safety Assessment of Ylang-ylang
(Cananga spp.) as a Food Ingredient, Vero Beach FL 32960, USA.
D. S., Soendoro, R. 1995, Prinsip-prinsip Biokimia, Edisi Kedua, Erlangga,
Jakarta.
......”Codensed Chemical Handbook”, Mc Graw Hill Co.
Guenther, E, 1950. The Essential Oil, Volume I, Van Nostrand Company Inc.
New York.
Guenther, “Minyak Atsiri:, Universitas Indineia, Jakarta, (1987)
Harris, R, 1987. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kardinan, A. 2007b. Potensi selasih sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes
aegypti. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 13(2): 39-42
Ketaren, S [dan] B. Djatmiko, 1878. Minyak Atsir Bersumber Dari Daun,
Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta IPB Bogor. Nurdjannah, N.,
2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh, Perspektif, Vol. 3
Sastrohamidjojo,H., 2002, Kimia Minyak Atsiri, FMIPA UGM, Yogyakarta.
Skaria, B.P., et al., 2007, Aromatics Plants, Laxmi Art Creation, New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai