Anda di halaman 1dari 4

Polip Nasi

Polip nasi adalah suatu pseudotumor bersifat edematosa yang


merupakan penonjolan keluar dari mukosa hidung atau sinus paranasalis,
massa lunak, bertangkai, bulat, berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat
di dalam rongga hidung. Sering kali berasal dari sinus dimana menonjol dari
meatus ke rongga hidung. Berdasarkan hasil pengamatan, polip nasi terletak di
dinding lateral cavum nasi terutama daerah meatus media. Paling banyak di
sel-sel eithmoidalis. Dapat juga berasal dari mukosa di daerah antrum, yang
keluar dari ostium sinus dan meluas ke belakang di daerah koana posterior
(polip antrokoanal).
Etiologi
Etiologi polip nasi belum diketahui secara pasti. Penyakit ini masih
banyak menimbulkan perbedaan pendapat, terutama mengenai etiologi dan
patogenesisnya. Terjadinya polip nasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal :
umur, alergi, infeksi dan inflamasi dominasi eosinofil. Deviasi septum juga
dicurigai sebagai salah satu faktor yang mempermudah terjadinya polip nasi.
Penyebab lainnya diduga karena adanya intoleransi aspirin, perubahan
polisakarida dan ketidakseimbangan vasomotor.
Patofisiologi
Etiologi polip belum diketahui secara pasti, dimungkinkan dari alergi,
infeksi, inflamasi dominasi eosinophil serta dikarenakan karena septum
deviasi. Munculnya massa pada polip juga dapat berhubungan dengan
fenomena Bernoulli bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang sempit
akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang
lemah akan terisap oleh tekanan negatif ini sehingga mengakibatkan edema
mukosa dan pembentukan polip.
Beberapa mediator inflamasi juga dapat ditemukan di dalam polip.
Histamin merupakan mediator terbesar yang konsentrasinya di dalam stroma
polip 100-1000 konsentrasi serum. Mediator kimia lain yang ikut dalam
patogenesis dari nasal polip adalah Gamma Interferon (IFN-γ) dan Tumour
Growth Factor β (TGF-β). IFN-γ menyebabkan migrasi dan aktivasi eosinofil
yang melalui pelepasan toksiknya bertanggungjawab atas kerusakan epitel dan
sintesis kolagen oleh fibroblas . TGF-β yang umumnya tidak ditemukan dalam
mukosa normal merupakan faktor paling kuat dalam menarik fibroblas dan
meransang sintesis matrik ekstraseluler. Peningkatan mediator ini pada
akhirnya akan merusak mukosa rinosinusal yang akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas terhadap natrium sehingga mencetuskan terjadinya
edema submukosa pada polip nasi.
Gejala dan Tanda
Timbulnya gejala biasanya pelan dan insidius, dapat juga tiba-tiba dan
cepat setelah infeksi akut. Sumbatan di hidung adalah gejala utama.dimana
dirasakan semakin hari semakin berat. Sering juga ada keluhan pilek lama
yang tidak sembuh-sembuh, sengau, sakit kepala. Pada sumbatan yang hebat
didapatkan gejala hiposmia atau anosmia, rasa lendir di tenggorok. Pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior tampak adanya massa lunak, bertangkai,
tidak nyeri jika ditekan, tidak mudah berdarah dan pada pemakaian
vasokontriktor (kapas efedrin 1%) tidak mengecil. Pada pemeriksaan
rhinoskopi posterior bila ukurannya besar akan tampak massa berwarna putih
keabu-abuan mengkilat yang terlihat mengggantung di nasofaring
Penatalaksanaan
a) Terapi Konservatif
o Kortikosteroid sistemik merupakan terapi efektif sebagai terapi
jangka pendek pada polip nasal. Pasien yang responsif terhadap
pengobatan kortikosteroid sistemik dapat diberikan secara aman
sebanyak 3-4 kali setahun, terutama untuk pasien yang tidak dapat
dilakukan operasi.
o Kortikosteroid spray dapat mengecilkan ukuran polip, tetapi relatif
tidak efektif untuk polip yang masif Kortikosteroid topikal, intranasal
spray, mengecilkan ukuran polip dan sangat efektif pada pemberian
postoperatif untuk mencegah kekambuhan
o Leukotrin inhibitor menghambat pemecahan asam arakidonat oleh
enzyme 5-lipoxygenase yang akan menghasilkan leukotrin yang
merupakan mediator inflamasi.
b) Terapi operatif
o Polipektomi intranasal
o Antrostomi intranasal
o Ethmoidektomi intranasal
o Ethmoidektomi ekstranasal
o Caldwell-Luc (CWL)
o Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF)

Anda mungkin juga menyukai