Kontribusiku Artikel

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Kontribusi Pemuda Untuk Agama, Bangsa Dan Negara Dimasa Yang Akan Datang

Sekarang ini pertumbuhan mengenai pemikiran daripada masyarakat sangatlah


maju. Namun, hal ini dapat menimbulkan dampak yang positif maupun negatif, sehingga
pro dan kontra pada masyarakat semakin terlihat. Mulai dari perbedaan pendapat,
agama, HAM, bahkan sampai ideologi, menimbulkan berbagai polemik yang ada pada
masyarakat. Terlebih berita yang hangat diperbincangkan masyarakat saat ini yaitu
masalah LGBT dan perzinahan yang masih belum kunjung usai diperdebatkan. Ada pihak
yang mendukung, juga ada pihak yang tidak setuju.

Alih-alih perdebatan di masyarakat saat ini menemui titik terang, malah kasus
nyata yang terjadi malah semakin keruh. Kebenaran dan kepalsuan di masyarakat
seolah-olah telah kabur tidak jelas. Banyak masyarakat mencari kebenaran sendiri
dengan menafsirkan sebuah pandangannya dengan kondisi sekarang ini, sehingga
pembenaran dari sesuatu yang hakiki menjadi multitafsir.

Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki banyak suku, ras, agama,
dan budaya yang berbeda-beda. Persatuan dan kesatuan yang digagas oleh founding
father kita haruslah kita jaga dan perjuangkan, terutama dalam hal ini peran daripada
pemuda untuk berkontribusi terhadap agama, bangsa dan negara haruslah tidak
setengah-setengah. Sejak dahulu, pemuda memiliki peran dalam pembangunan bangsa,
memiliki ide kreatif, cemerlang, mempersatukan, dan memiliki semangat juang yang
tinggi.

Pada tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda dari perkumpulan “Menteng 31”
mendesak agar Presiden Soekarno beserta wakilnya Bung Hatta untuk segera
memprokalmirkan kemerdekaan Republik Indonesia sampai dengan terjadinya
kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad
Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Peran pemuda dalam mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia bukan


semata-mata dikarenakan hanya keinginan ego dan semangat juang kaum pemuda
dalam kemerdekaan. Namun, lebih dikarenakan pemuda dapat melihat peluang yang
terjadi saat proklamasi kemerdekaan disegerakan, seperti pada saat itu Jepang
mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.

Peran pemuda dalam masyarakat saat ini dirasa masih sangat kecil
kontribusinya, tidak seperti dahulu kala. Para pemuda, terkhusus para mahasiswa yang
dilebihkan tingkat intelektualitasnya saat ini hanya direpotkan dengan tugas kuliah,
praktik, skripsi dan lain-lain. Mahasiswa kebanyakan berfikir apatis, hanya ikut kebijakan
pemerintah saja tanpa mau mengkritisinya. Seolah-olah mahasiswa terlelap dari tidur
panjangnya sehingga tidak tahu badai yang terjadi diluar sana. Meskipun seperti itu,
masih ada sekumpulan mahasiswa yang berupaya membuat gerakan-gerakan yang ingin
membangkitkan jiwa pemuda mahasiswa lain.

Penulis mencermati dengan seksama atas upaya-upaya dari kalangan mahasiswa


yang ingin mewujudkan kebangkitan telah mendapati bahwa penyebab utama
kegagalan seluruh upaya itu ditinjau dari aspek keorganisasian dibagi menjadi empat hal
utama, yaitu:
1. Gerakan-gerakan tersebut berdiri atas pemikiran yang masih umum tanpa ada
batasan yang jelas, sehingga muncul kekaburan atau pembiasan. Lebih dari itu,
pemikiran itu tidak cemerlang, tidak jernih, dan tidak murni.
2. Gerakan-gerakan tersebut tidah mengetahui metode bagi penerapan
pemikirannya. Bahkan pemikirannya diterapkan dengan cara-cara yang
menunjukkan ketidaksiapan gerakan tersebut dan penuh dengan
kesimpangsiuran.
3. Gerakan-gerakan tersebut bertumpu kepada orang-orang yang belum
sepenuhnya memiliki kesadaran yang benar. Mereka pun belum memiliki niat
yang benar. Bahkan mereka hanyalah orang-orang yang berbekal keinginan dan
semagat belaka.
4. Orang-orang yang menjalankan tugas gerakan-gerakan tersebut tidak memiliki
ikatan yang benar. Ikatan yang ada hanya struktur organisasi itu sendiri, disertai
dengan sejumlah deskripsi mengenai tugas-tugas organisasi, dan sejumlah
slogan-slogan organisasi.

Menurut penulis, hendaknya gerakan pemuda tersebut haruslah memiliki tahap-


tahap yang harus dilewati demi mengkokohkan cengkeramannya dalam kontribusi
terhadap agama, bangsa dan negara. Pertama, hal yang dapat dilakukan yaitu
pembinaan dan pengkaderan. Pembinaan dilakukan agar pemikiran dan pendangan
yang diemban dari suatu gerakan pemuda tersebut mampu diserap, dihayati, dan
diamalkan oleh anggota gerakan pemuda tersebut. Kedua, yaitu berinteraksi dengan
masyarakat. Interkasi ini dilakukan untuk menyadarkan masyarakat dalam pentingnya
berkontribusi untuk agama, bangsa ,dan negara, sehingga gerakan pemuda tersebut
mempunyai dukungan penuh dari masyarakat. Ketiga, yaitu tahap menerima kekuasaan.
Kekuasaan yang dimaksud yaitu adalah para anggota gerakan pemuda yang lain dapat
memiliki andil juga dalam memperjuangkan pemikirannya, memiliki keleluasaan dalam
bertukar pendapat dan ide untuk ditujukan kepada pemerintah, sehingga dapat
mensejahterakan masyarakat melalui kebijakan ekonomi yang diterapkan berdasarkan
kontribusi para pemuda.

Semoga kita dalam usia muda, menggunakan waktu kita yang berharga demi
agama, bangsa, dan negara. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah
‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum
datangnya lima perkara, (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu
sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum
datang matimu.”

Salam Mahasiswa!!!!!

Anda mungkin juga menyukai