Anda di halaman 1dari 8

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM

KEPERAWATAN
KONSEP SEHAT SAKIT

Disusun Oleh :

Indriyanti Arimurti Putri (70300117029)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR


Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947).

Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan
konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

SEHAT MENURUT DEPKES RI

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa : Kesehatan adalah keadaan


sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan

Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun
seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu
untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit(2).

CIRI-CIRI SEHAT

Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi
normal atau tidak mengalami gangguan.

Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.

1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran,


2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,
misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.

3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang
Maha Kuasa (Allah SWT dalamagama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari
praktik keagamaan seseorang.

4. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status
sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

5. Kesehatan dari aspek ekonomiterlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa
(siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak
berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara
sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagikehidupan mereka nanti, misalnya
berprestasi bagi siswa ataumahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan
kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

ASPEK PENDUKUNG KESEHATAN

1. Nutrisi yang lengkap dan seimbang

2. Istirahat yang cukup

3. Olah Raga yang teratur

4. Kondisi mental, sosial dan rohani yang seimbang

5. Lingkungan yang bersih


PERSEPSI SEHAT SAKIT DI NEGARA NON BARAT

Kesehatan adalah sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit atau ketika
gangguan kesehatan mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Sehat berarti kekuatan dan
ketahanan, mempunyai daya tahan terhadap penyakit, mengalahkan stres dan kelesuan. menurut
UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, “kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
social dan ekonomi.

Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang dipersepsikan secara berbeda. Persepsi
merupakan sesuatu hal yang bersifat subjektif. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor
pengalaman, proses belajar dan pengetahuannya. Persepsi sehat dan sakit adalah relatif antara
satu individu dengan individu lain, antara kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan
budaya yang lain. Karenanya konsep sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis kelamin,
level sakit, tingkat mobilitas dan interaksi sosial.

Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi sehat dan sakit, penyakit
(disease) adalah gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau
tekanan dari lingkungan. Hal ini berarti bahwa penyakit adalah fenomena objektif yang ditandai
oleh perubahan fungsi-fungsi tubuh sebagai organisme, yang dapat diukur melalui tes
laboratorium dan pengamatan secara langsung. Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian
individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.

Sakit menunjukkan dimensi fisiologis yang subjektif atau perasaan yang terbatas yang
lebih menyangkut orang yang merasakannya, yang ditandai dengan perasaan tidak enak
(unfeeling well) lemah (weakness), pusing(dizziness), merasa kaku dan mati rasa (numbness).
Mungkin saja dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu penyakit dan salah satu
organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan tetap menjalankan
aktivitas sehari-harinya. Senada dengan penjelasan tersebut, Sarwono mendefenisikan bahwa
sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas jasmani dan rohani
sehingga seseorang tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana mestinya dalam
masyarakat.
Sickness menunjuk kepada suatu dimensi sosial yakni kemampuan untuk menunaikan
kewajiban terhadap kehidupan kelompok. Selama seseorang masih bisa menjalankan kewajiban-
kewajiban sosialnya, bekerja sebagaimana mestinya maka masyarakat tidak menganggapnya
sakit.

Selain faktor sosial budaya, persepsi sehat dan sakit juga dipengaruhi oleh pengalaman
masa masa lalu seseorang persepsi tentang sehat-sakit juga dipengaruhi oleh unsur pengalaman
masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Pengalaman masa lalu menjadi acuan (referensi)
persepsi individu tentang kondisi sehat dan sakit. Seorang individu menggunakan pengalaman
sebagai patokan untuk berperilaku dan merupakan sumber dari tujuan dan nilai-nilai pribadinya.

Oleh karena persepsi sehat dan sakit lebih bersifat konsep budaya (cultural concept) ,
maka petugas kesehatan dalam hal ini harus bisa melakukan pendekatan dan menyelidiki
persepsi sehat dan sakit masyarakat yang dilayaninya, mencoba mengerti mengapa persepsi
tersebut sampai berkembang dan setelah itu mengusahakan mengubah konsep tersebut agar
mendekati konsep yang lebih ojektif. Dengan cara ini pelayanan dan sarana kesehatan dapat
lebih ditingkatkan jangkauannya sehingga dicapailah derajat kesehatan yang optimal.

Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin budaya yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena
penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.

MASALAH SEHAT DAN SAKIT

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari


berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social
budaya, perilaku, populasi penduduk, g enetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat
yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4
faktor(3)yaitu:

1. Environment atau lingkungan.


2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.

4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.Tingkah
laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas
social,perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan
secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda
di kalangan pasien.

Illness … is a feeling, an experience of unhealth which is entirely personal, interior to the


person of the patient. Often it accompanies disease, but the disease may be undeclared, as in the
early stages of cancer or tuberculosis or diabetes. Sometimes illness exists where no disease can
be found. Traditional medical education has made the deafening silence of illness-in-the-
absence-of-disease unbearable to the clinician. The patient can offer the doctor nothing to satisfy
his senses…

Keadaan Sakit ... adalah modus ketidakamanan eksternal dan publik. Sakit adalah peran
sosial, status, posisi yang dirundingkan di dunia, tawar-menawar yang terjadi antara
orang yang sejak saat itu disebut 'sakit', dan masyarakat yang siap untuk mengenali dan
mendukungnya. Keamanan peran ini tergantung pada sejumlah faktor, tidak terkecuali
kepemilikan hadiah yang sangat berharga itu, penyakit itu. Penyakit yang disebabkan
oleh penyakit saja merupakan status yang paling tidak pasti. Tetapi bahkan kepemilikan
penyakit tidak menjamin keadilan dalam penyakit. Mereka yang memiliki penyakit
kronis jauh kurang aman dibandingkan dengan yang akut; orang-orang dengan penyakit
kejiwaan daripada mereka yang mengalami operasi .... Yang terbaik adalah penyakit fisik
akut pada pria muda yang dengan cepat ditentukan oleh pemulihan atau kematian —
keduanya akan dilakukan, keduanya sama-sama dianggap
Sickness … is the external and public mode of unhealth. Sickness is a social role, a
status, a negotiated position in the world, a bargain struck between the person henceforward
called ‘sick’, and a society which is prepared to recognise and sustain him. The security of this
role depends on a number of factors, not least the possession of that much treasured gift, the
disease. Sickness based on illness alone is a most uncertain status. But even the possession of
disease does not guarantee equity in sickness. Those with a chronic disease are much less secure
than those with an acute one; those with a psychiatric disease than those with a surgical one … .
Best is an acute physical disease in a young man quickly determined by recovery or death—
either will do, both are equally regarded

Penyakit ... adalah perasaan, pengalaman tidak sehat yang sepenuhnya pribadi, interior
untuk pribadi pasien. Seringkali itu menyertai penyakit, tetapi penyakit ini dapat
dideklarasikan, seperti pada tahap awal kanker atau tuberkulosis atau diabetes. Kadang-
kadang penyakit ada di mana tidak ada penyakit yang dapat ditemukan. Pendidikan medis
tradisional telah membuat kesunyian yang memekakkan telinga dari penyakit-di-tidak-
ada-penyakit yang tak tertahankan untuk dokter. Pasien dapat menawarkan dokter apa
pun untuk memuaskan perasaannya ...

ETIOLOGI PENYAKIT

Etiologi merupakan studi yang mempelajari tentang sebab dan nasal muasal. Kata
tersebut berasal dari bahasa Yunani aitilogia, yang artinya “menyebabkan”.
Di bidang kedokteran, istilah ini mengacu pada penyebab dari suatu penyakit atau gangguan
kesehatan. Ketika suatu etiologi suatu penyakit tidak dapat ditentukan atau diketahui secara pasti,
penyebab penyakit tersebut disebut idiopatik.

Dalam bidang epidemiologi, dibutuhkan sejumlah bukti yang dikumpulkan secara bersama-sama
untuk menyimpulkan suatu penyebab. Selain itu, juga perlu dibedakan antara penyebab dan
asosiasi atau korelasi statistis. Untuk membedakan kedua hal tersebut, perlu dilakukan suatu
studi epidemiologi lebih lanjut.

Beberapa kejadian bisa terjadi secara bersama, tidak selalu karena adanya hubungan sebab-
akibat, tetapi dapat terjadi karena adanya chance, bias, atau confounding. Selain itu juga perlu
ditentukan kejadian mana yang merupakan penyebab, dan mana yang menjadi akibat. Proses
sampling dan pengukuran yang teliti lebih penting daripada analisis statistis yang rumit dalam
menentukan suatu penyebab. Penelitian eksperimental dengan intervensi merupakan bukti yang
paling memenuhi syarat dalam menegakkan suatu penyebab.

Etiologi kadang-kadang merupakan suatu bagian dari serangkaian sebab-akibat. Suatu agen
etiologis mungkin membutuhkan suatu kofaktor independen yang mendukung untuk menjadi
suatu penyebab. Salah satu contoh untuk kasus ini misalnya, penyakit ulkus peptik dapat dipicu
oleh stres, membutuhkan adanya sekresi asam lambung, dan memiliki etiologi primer
infeksi Helicobacter pylori. Kerangka kerja seperti di atas dapat digunakan untuk mencari
etiologi yang sebenarnya dari banyak penyakit kronis yang masih belum diketahui penyebabnya.

Sejumlah penyakit, seperti diabetes atau hepatitis yang didefinisikan berdasarkan tanda dan
gejalanya, mencakup berbagai kondisi berbeda yang masing-masing disebabkan oleh etiologi
yang berbeda. Sebaliknya, etiologi tunggal seperti virus Epstein-Barr, dalam kondisi berbeda
dapat menyebabkan penyakit yang berbeda, misalnya mononukleosis, karsinoma nasofaring,
atau limfoma Burkitt.

Anda mungkin juga menyukai