Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pendinginan Absorpsi
Prinsip pendinginan absorpsi telah di kenal sejak awal tahun 1800-an.
Misalnya proses pendinginan absorpsi yang dilaporkan oleh John Leslie pada
tahun 1810. Tetapi mesin pending sistem absorpsi yang pertama direalisasikan
dan dipatenkan adalah karya seorang engineer Francis, Ferdinand P.E. Carre pada
tahun 1860. Mesin sistem absorpsi pertama ini bekerja secara intermittent (tidak
kontiniu) dengan menggunakan pasangan amoniak dengan air, yang dapat
menghasilkan es dalam jumlah kecil. Pada saat itu Carre telah melakukan
pengembangan beberapa kali terhadap mesinnya dan hasil terbaik yang pernah
dilaporkannya adalah dapat memproduksi es sampai 100 kg/jam (pada mesin
generasi ke 5). Perbedaan utama kedua siklus tersebut adalah gaya yang
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara tekanan penguapan dan
tekanan kondensasi serta cara perpindahan uap dari wilayah bertekanan rendah ke
wilayah bertekanan tinggi.
Pada sistem pendingin kompresi uap digunakan kompresor, sedangkan
pada sistem pendingin absorpsi digunakan absorber dan generator. Uap
bertekanan rendah diserap di absorber, tekanan ditingkatkan dengan pompa dan
pemberian panas di generator sehingga absorber dan generator dapat
menggantikan fungsi kompresor secara mutlak. Untuk melakukan proses
kompresi tersebut, sistem pendingin kompresi uap memerlukan masukan kerja
mekanik sedangkan sistem pendingin absorpsi memerlukan masukan energi
panas. Oleh sebab itu, siklus kompresi uap sering disebut sebagai siklus yang
digerakkan dengan kerja (work operated) dan siklus absorpsi disebut sebagai
siklus yang digerakkan dengan panas (Heat operated).
Salah satu keistimewaan siklus ini adalah panas yang digunakan untuk
menjalankan siklus dapat berupa sumber panas yang temperaturnya kurang dari
200 oC (Cengel, 1989). Sumber panas seperti ini adalah mudah untuk didapatkan
secara gratis di sekitar kita seperti, panas buang dari knalpot dan bahkan energi
matahari. Sumber energi untuk mesin siklus absorpsi dapat berupa :
2.2.1 Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya,baik secara fisik atau dengan reaksi kimia.
Absorben harus memenuhi persyaratan yang sangat beragam yaitu :
2.3 Refrijeran
Refrijeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi)
atau mesin pengkondisian udara. Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari
benda atau udara yang didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya ke
udara sekeliling di luar benda (Shan, 1991).
Berdasarkan jenis senyawanya, refrijeran dapat dikelompokkan menjadi 7
kelompok yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok refrijeran senyawa halocarbon.
Kelompok refrijeran senyawa halocarbon diturunkan dari hidrokarbon
(HC) yaitu metana (CH 4 ), etana (C 2 H 6 ), atau dari propane (C 3 H 8 ) dengan
mengganti atom-atom hydrogen dengan unsur-unsur halogen seperti khlor
(Cl), fluor (F), atau brom (Br). Jika seluruh atom hydrogen tergantikan
oleh atom Cl dan F maka refrijeran yang dihasilkan akan terdiri dari atom
khlor, fluor, dan karbon. Refrijeran ini disebut refrijeran
chlorofluorocarbon (CFC). Jika hanya sebagian saja atom hydrogen yang
digantikan oleh Cl dan atau F maka refrijeran yang terbentuk disebut
hydrochlorofluorocarbon (HCFC). Refrijeran halocarbon yang tidak
mengandung atom khlor disebut hydrofluorocarbon (HFC).
2. Kelompok refrijeran senyawa organik cyclic.
Kelompok refrijeran ini diturunkan dari butana. Aturan penulisan
nomor refrijeran adalah sama dengan cara penulisan refrijeran halocarbon
tetapi ditambahkan huruf C sebelum nomor. Contoh dari kelompok
refrijeran ini adalah:
1) R-C316 C 4 Cl2 F6 1,2-dichlorohexafluorocyclobutane
2) R-C317 C 4 ClF 7 chloroheptafluorocyclobutane
3) R-318 C 4 F8 octafluorocyclobutane
2.3.1 Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3 . Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas I (disebut bau amonia). Sifat
amonia dapat dilihat seperti tabel di bawah ini.
2.5 Kondensor
Kondensor merupakan bagian dari mesin pendingin yang berfungsi untuk
membuang panas dari uap refrijeran. Proses pembuangan panas dari kondensor
terjadi karena adanya penurunan refrijeran dari kondisi superheated menuju ke
uap jenuh, kemudian terjadi proses perubahan fasa refrijeran yaitu dari fasa uap
menjadi fasa cair. Untuk mencairkan uap refrijeran yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi, diperlukan usaha melepaskan panas sebanyak panas laten
(pengembunan) dengan cara mendinginkan uap refrijeran oleh media pendingin.
Jumlah panas yang dilepas di dalam kondensor sama dengan jumlah panas yang
1. Tidak memerlukan pipa air pendingin, pompa air dan penampung air,
karena tidak menggunakan air.
2. Dapat dipasang dimana saja asal terdapat udara bebas.
3. Tidak mudah terjadi korosi karena permukaan koil kering.
4. Memerlukan pipa refrijeran tekanan tinggi yang panjang karena kondensor
biasanya diletakan diluar rumah.
5. Pada musim dingin, tekanan pengembunan perlu dikontrol untuk
mengatasi gangguan yang dapat terjadi karena turunnya tekanan
pengembunan yang terlalu besar, yang disebabkan oleh temperatur udara
atmosfir yang rendah (Hendragani, 2005).
- Konduksi (hantaran)
- Konveksi (aliran)
Berbeda dengan aliran luar yang tanpa ada batasan luar,pada aliran
dalam seperti halnya yang terjadi didalam pipa adalah sesuatu dimana
fluida dibatasi oleh permukaan sehingga lapisan batas tidak dapat
berkembang secara bebas seperti halnya pada luar.
Laju perpindahan panas aliran dalam :
𝑞𝑞 = ℎ𝑖𝑖 . 𝐴𝐴𝑠𝑠 . (𝑇𝑇𝑠𝑠 − 𝑇𝑇∞ ) …………………….……(2.3)
(Sumber : Cengel, 1989)
hi = Koefisien perpindahan pans konveksi aliran refrijeran
As = Luas permukaan perpindahan kalor
1
𝑈𝑈 = 𝑑𝑑 𝑜𝑜 𝑑𝑑 𝑑𝑑 1 …………………………………………….(2-10)
+ 𝑜𝑜 .ln� 𝑜𝑜 �+
ℎ′ 𝑜𝑜 . 𝑑𝑑 𝑖𝑖 2.𝑘𝑘 𝑑𝑑 𝑖𝑖 ℎ′ 𝑖𝑖
0,25
𝑔𝑔.𝜌𝜌 𝑙𝑙 (𝜌𝜌 𝑙𝑙 −𝜌𝜌 𝑣𝑣 )𝑘𝑘 𝑙𝑙3 3
ℎ𝑖𝑖 = 0,555 � �ℎ𝑓𝑓𝑓𝑓 + 𝐶𝐶𝑝𝑝𝑝𝑝 (𝑇𝑇𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 − 𝑇𝑇𝑠𝑠 �� .……..……(2.11)
µ(𝑇𝑇𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 − 𝑇𝑇𝑠𝑠 ) 8
Keterangan :
hi = Koefisien perpindahan panas konveksi bagian dalam
(W/m2K)
kl,r = Konduktifitas thermal cair refrijeran (W/m2 K)
g = Gaya grafitasi (m/s2)
ρl, r = Massa jenis cair refrijeran (kg/m3)
ρv, r = Massa jenis uap refrijeran (kg/m3)
µl,r = Viskositas dinamik cair refrijeran ( kg/m.s)
Tsat = Temperatur saturasi (K)
Ts = Temperatur dinding (K)
hfg = Kalor laten (kJ/kg)
Cpl,r = Spesifik thermal cair refrijeran
Keterangan :
ho = koefisien perpindahan panas konveksi bagian luar (W/m2K)
k = Kondukt ifitas thermal (W/m2 0C)
Do= Diameter luar (m)
Keterangan :
ℎ′𝑖𝑖 = Koefisien konveksi internal total (W/m2 K)
ℎ′𝑜𝑜 = Koefisien konveksi eksternal total (W/m2 K)
Tabel 2.2 Faktor pengotoran beberapa fluida
Fluida 𝑅𝑅𝑟𝑟 , 𝑚𝑚2 , ⁰𝐶𝐶/𝑊𝑊
Air laut, air sungai, air
mendidih, air suling 0,0001
o
Dibawah 50 C 0,0002
Diatas 50 oC
Bahan bakar 0,0009
Uap air (bebas minyak) 0,0001
Refrijeran (cair) 0,0002
Refrijeran (gas) 0,0004
Alkohol (gas) 0,0001
Udara 0,0004
(Sumber : Janna, 2000)
Keterangan :
Ao = Luas permukaan total,dalam (m2)
Ai = Luas permukaan total,luar (m2)
L = Panjang pipa (m)
U = Koefisien perpindahan panas menyeluruh (W/m2K)
ΔT LMTD = Beda suhu rata-rata log
(Sumber : Cengel, 1989)
3. Beda suhu rata-rata log atau Logarithmic Mean Temperatur Difference (ΔT
LMTD)
Di dalam kondensor, banyaknya perpindahan kalor dihitung berdasarkan
perbedaan temperatur logaritmik. Hal tersebut dilukiskan pada gambar 2.10.
Makin besar perbedaan temperatur rata-rata, makin kecil ukuran penukar kalor
(luas bidang perpindahan kalor) yang bersangkutan.
Keterangan :
Tr,i = Temperatur refrijeran masuk (oC)
Tr,o = Temperatur refrijeran keluar (oC)
Tu,i = Temperatur udara masuk (oC)
Tu,o = Temperatur udara keluar (oC)
Dimana LMTD ini disebut beda suhu rata-rata log atau beda suhu pada
satu ujung kalor dikurangi beda suhu pada ujung lainnya dibagi dengan logaritma
alamiah daripada perbandingan kedua beda suhu pada ujung lainnya. Konfigurasi
aliran alternative adalah alat penukar panas dimana fluida bergerak dalam arah
aliran melintang (cross flow) atau dengan sudut tegak lurus satu sama lainya
melalui alat penukar panas tersebut, jika suatu penukar kalor yang bukan jenis
pipa ganda digunakan, perpindahan kalor dihitung dengan menerapkan faktor
koreksi terhadap LMTD untuk pipa susunan ganda aliran lawan arah dengan suhu
fluida panas dan dingin yang sama, maka persamaan perpindahan panas menjadi
Q = U.A.ΔT LMTD (Cengel, 1989).