Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Nomenklatur Lembaga : Khilafah, imamah, imaroh dan kesultanan

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Siyasah

Dosen Pengampu: Prof. Dr. J. Suyuthi Pulungan, M.A

Disusun oleh:

AHMAD ANWAR NAZHIF (1820404021)

PROGRAM STUDI POLITIK ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Nomenklatur Lembaga : Khilafah,
imamah, imaroh dan kesultanan, penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fiqih Siyasah, rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Palembang, Mei 2019

Kelompok 5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di kalangan umat islam ada yang berpendapat bahwa Islam adalah agama yang
komprehensif. Di dalamnya terdapat sistem politik dan ketatanegaraan, sistem ekonomi, sistem
sosial dan sebagainya. Misalnya Rasyid Ridha, Hasan Al-Banna dan Al-Maududi meyakini
bahwa ”Islam adalah agama yang serba lengkap”. Di dalam ajarannya antara lain terdapat
sistem ketatanegaraan atau politik. Oleh karenanya dalam bernegara umat Islam hendaknya
kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam, dan tidak perlu atau bahkan jangan meniru sistem
ketatanegaraan barat. Sistem ketatanegaraan atau politik Islami yang harus diteladani adalah
sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Besar Muhammad SAW dan oleh empat Khulafa al-
Rasyidin.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu khilafah ?
b. Apa itu imamah ?
c. Apa itu imaroh ?
d. Apa itu kesultanan ?

C. Manfaat dan Tujuan


a. Mengetahui Khilafah
b. Mengetahui Imamah
c. Mengetahui Imaroh
d. Apa itu kesultanan
PEMBAHASAN
1.Khilafah dan khalifah
Pembahasan Khilafah secara bahasa berkaitan erat dengan bentukan kata tersebut.
Kata “khilafah”seakar dengan kata “khalifah” (mufrad), khaldif (Jama), Adan Khuldfa (Jama)”. Semua
padanan kata tersebut berasal dari kata dasar (fi’il madi), kholafa. Kata ”khalifah”, dengan segala
padanannya, telah mengalami perkembangan arti, baik arti khusus maupun umum.
Dalam First Encyclopedia of
Islam, khalifahberartiVakil”(deputy),“pengganti”(successor), “penguasa” {vicegeren), “gelar bagi
pemimpin tertinggi dalam komunitas muslim” (title of the supreme head of the muslim
community)} dan bermakna. “pengganti Rasulullah”. Makna terakhir senada dengan Al-Maududi
bahwa khalifah adalah pemimpin tertinggi dalam urusan agama dan dunia sebagai pengganti Rasul.
Makna khalifah digunakan oleh Al~Quran untuk siapa yang diberi kekuasaan mengelola wilayah, baik
luas maupun terbatas. Dalam hal ini Daud [947-1000 SM] mengelola wilayah Palestina, sedangkan
Adam secara potensial atau aktual diberi tugas mengelola bumi keseluruhannya pada awal masa
sejarah kemanusiaan. Mufassir lain, misalnya Al-Maraghi, mengartikan khalifah sebagai “sesuatu
jenis lain dari makhluk sebelumnya, namun dapat pula diartikan, sebagai pengganti (waktu) Allah SWT.
dengan misi untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap manusia”. Terhadap arti pertama,
Al-Maraghi hampir senada dengan kebanyakan mufassir, dan terhadap arti yang kedua, ia
menyandarkan kepada firman Allah kepada Nabi Daud agar menjadi pemimpin atas kaumnya, yaitu:
Artinya: “Hat Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi. (Q.S.
Shad: 26).

Abdur Raziq berpandangan bahwa “agama Islam tidak mengenal lembaga kekhalifahan.
Lembaga ini tidak ada kaitannya dengan tugas-tugas keagamaan, melainkan tugas-tugas peradilan dan
lain-lain dari pelaksanaan kekuasaan dan negara. Agama tidak mengakui dan tidak mengingkati, tidak
memerintah dan tidak melarang. Agama menyerahkan semua itu kepada pilihan yang bebas dan
rasional. Pandangan senada diungkapkan Qamaruddin Khan, bahwa kata-kata khalifah di bumi ini
bermakna memerintah di bumi ini adalah sesuatu yang dipaksakan terhadap Al-Quran

Politik dan tidak menunjukkan adanya teori ketatanegaraan apa pun. Demikian pula, ayat-ayat
lain, tidak bisa dimanfaatkan untuk memolakan teori politik tata pemerintahan. Lebih lanjut,
Qamarudiin Khan me-ngatakan bahwa, tidak ada satu ayat pun yang mengisyaratkan teori politik
pemerintahan.Berbeda dengan yang lain, Ibnu Khaldun, berpandangan bahwa khalifah adalah
“tuntutan syariah dalam menegakkan agama dan mengatur urusan dunia (sosial politik), guna
mewujudkan kemaslahatan dunia dan akhirat. Karena kemaslahatan akhirat lebih utama, menurut
Ibnu Khaldun, semua kepentingan dunia harus disesuaikan dengan hukum syariat agama. Di samping
itu, khilafah pada hakikatnya menobatkan diri sebagai pengganti pembuat undang-undang (Nabi-
Rasul) memelihara kewibawaan syariat dan mengatur urusan keduniawian”.

As-Suyuti mengutip pendapat Al-Farusi dan Muawiyyah, bahwa khilafah adalah “kepala
pemerintahan umat Islam. Pendapat ini di-kemukakan pula oleh Ibnu Katsir dan Al-Qurthubi.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Al-Wahidi dan Asy-Syaukani. Keduanya membatasi masalah
tersebut pada pergantian kepemimpinan Nabi secara bergantian menegakkan hukum Tuhan.
Pendapat ketiga dikemukakan, misalnya oleh Al-Fairuzzabadi dari Ibnu Abbas, A2-Zamakhsyari, dan
An-Nawawi. Mereka melihat kedudukan khalifah mencakup kedudukan raja-raja dan nabi-nabi
sebagai pemerintah”. Batasan ini sarat dengan muatan politis.

Begitu pula, yang diungkapkan Al-Maududi, bahwa “khilafah pada hakikatnya merupakan
manifestasi dari anugerah Allah, Sang Penguasa Tertinggi, Sang Hakim Agung yang sebenarnya kepada
manusia yang men-jadi wakilnya dalam menegakkan kekuasaanrxlan hukum Allah di antara manusia.
Konsekuensi logisnya, jika tidak, dan berlaku menegakkan hukum, selain Allah, adalah merupakan
pemberontakan atau kudeta melawan Sang Penguasa, Sang Hakim Agung yang hakiki. Dengan kata
lain, perilaku tersebut sama dengan mengubah anugerah menjadi musibah”.

2. Imamah
Kata “Imamah” dakm Al~Quran diulang tujuh kali dengan kandungan arti yang beragam,yakni:

 Kepemimpinan

Dalam pandangan Thabathaba’i, imam atau pemimpin adalah gelar yang diberikan seseorang yang
memegang kepemimpinan masyarakat dalam suatu gerakan sosial, atau suatu ideologi politik atau
pula suatu aliran pemikiran, keilmuan, juga keagamaan. Otoritas imamah juga memiliki dua sisi yang
menyatu: pertama bersifat syar’i dan kedua bersifat siyasi.
Kata “Imamah” merupakan turunan dari kata amama-amm. Menurut Louis Ma’luf,
kata “amama” bermakna di depan, yang senantiasa diteladani. Orangnya disebut Imam sedangkan
imamahnya menurutnya bermakna kepemimpinan umat. Pengertian ini sejalan dengan
pengertian khilafah. Lebih jelas tentang definisi imamah yang hampir sulk dibedakan
dengan khalifah, sebagaimana dikutip Suyuti Pulungan (1994:45), bahwa, kebanyakan imamah
didefinisikan sebagai “kepemimpinan menyeluruh yang meliputi urusan keagamaan dan keduniaan,
sebagai pengganti fungsi Rasul SAW. Begitu pun At-Taftzani seperti yang dikemukakan Rasyid Ridha,
imamah adalah kepemimpinan umum dalam urusan agama dan dunia, yakni suatu khilafah yang
diwarisi dari Nabi SAW. Senada pula dengan ini, pendapat Al-Mawardi yang menyatakan bahwa,
“Imamah dibentuk untuk mengganti fungsi ke-Nabian memelihara agama dan mengatur dunia.
(Munawir SadzaH, 1991:63).
Deretan definisi imamah sebagaimana disebut di atas, sulit untuk membedakannya dengan
kata“khilafah”. Hal ini diakui oleh Qamaruddin Khan, bahwasanya penggunaan terma imamah
dankhilaj“yang senantiasa dicampuradukkan sehingga membuat kebingungan tersendki. la sendiri
mengusulkan agar hanya diartikan sebagai negara atau pemerintahan, lain tidak.
Adapun dari kalangan tokoh Syi’i yang banyak menggunakan terma imam ketimbang terma lainnya,
antara lain Ali Syariati, menyatakan, “Imamah merupakan doktrin keagamaan yang mesti diterima dan
diimani oleh seluruh umat. Imamah bukan saja pengelola dan pemelihara masyarakat dalam bentuk
yang mandeg, tanggung jawab imamah yang paling utama dalam arti politik (siyasah)”.
3. Imarah
Kata “imarah” merupakan bentuk turunan dari kata “Amira” yang berarti keamiran atau
pemerintahan. Menurut Lois Maluf (1973:192), “Imarah merupakan sebutan jabatan untuk Amir
dalam suatu negara kecil yang berdaulat, yang bertugas sebagai penyelenggara pemerintahan’5.
Sementara menurut Ensiklopedi Islam (t.t:l:128), “Amir memiliki makna beragam, yakni penguasa,
pemimpin, komandan, dan raja”.
Kata “Amir” yang bermakna konotatif kepemimpinan politis tidak digunakan dalam Al-Quran,
yang ada adalah Ulil Amri (Q.S. 4:59), yang memiliki wewenang dan kekuasaan dalam mengemban
suatu urusan baik yang bersifat politik pemerintahan maupun yang bersifat profesi, ataupun urusan
yang bersifat ilmiah, juga termasuk syariah.
Dalam sejarah periode Islam, yakni zaman Rasul SAW. khulafa ar rasyidin, istilah Amir
(pemerintahan atau gubernur yang sinonim dengan arti yang sering dipakai untuk menyebut penguasa
di daerah, atau sebagai Gubernur atau juga sebagai komandan milker Amir al-Jaisy atau Amir al-
Jund. Adapun makna Amir yang berkonotasi sosio-politik, yakni sebagai pemimpin kaum muslimin,
muncul di dalam pertemuan di bala Saqifa sebagaimana diulas dalam Ensiklopedi Islam (t.t: 138-139).
Pertemuan itu dilakukan antara kaum Muhajirin dan Anshar untuk memusyawarahkan pemimpin
pengganti Rasul SAW. yang telah wafat. Ketika keduanya herkumpul, kaum Anshar berkata: “Kami
adalah Umara dan kamu .cbagai Wuzara”. Akhirnya, Abu Bakr disepakati untuk menjabat jabatan
khalifah dengan gelar Khalifa al-Rasul, sedangkan gelar Amir Al-Mukmin iliscmatkan pertama kali oleh
khalifah Umar bin Khaththak Akan tetapi kata Amir kebanyakan digunakan untuk jabatan di bawah
umum (khalifah dan Imam) atau jabatan milker.
4. Kesultanan
Kesultanan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh sultan / raja atau ratu yang semua
rakyatnya patuh dan tunduk pada perintah dan aturan-aturan kesultanan/kerajaan.
Kepala negaranya adalah seorang raja/ratu bergelar sultan, dan kepala pemerintahannya
bisa oleh perdana menteri ataupun raja sendiri. dalam kerajaan posisis raja adalah menjabat
seumur hidup, artinya sampai dia mangkat/mengundurkan diri maka dia akan tetap menjadi
raja dan penerusnya nantipun harus berasal dari kerabat dekat si raja. Kesultanan sendiri adalah
wilayah / kerajaan yg sudah bercorak Islam.

Anda mungkin juga menyukai