TIM DOSEN
Asep Awaludin, S.Kep., Ners., M.Pd
Disusun:
Agus Ramdani Azzaki AK.1.16.005
Astiyani AK.1.16.007
Ferdy Fatullah AK.1.16.020
Palma Alfira AK.1.16.042
Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Trafficking Human” yang
merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat
beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan
wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan
datang, karena manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan
dan belajar dari suatu kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Trafficking Human” mendapat ridho dari
Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya. Amiin....
Tim Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
BAB IV Penutup 59
4.1 Kesimpulan 59
4.2 Saran 59
Daftar Pustaka 60
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari definisi di atas ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari
beberapa pengertian trafficking yaitu:
a. Adanya proses perekrutan, pengiriman, eksploitasi, pemindahan, penampungan
atau penerimaan manusia baik itu lintas wilayah maupun negara.
b. Ada pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan
perempuan maupun anak untuk melakukan sebuah pekerjaan (dibayar atau
tidak), sebagai hubungan kerja yang eksploitatif (secara ekonomi atau
seksusal), baik itu TKW, prostitusi, buruh manual atau industri, perkawinan
paksa, atau pekerjaan lainnya.
c. Ada korban baik perempuan maupun anak yang karena keperempuanan dan
kekanakannya dimanfaatkan dan di eksploitasi baik secara ekonomi maupun
seksual, guna kepentingan pihak-pihak tertentu dengan cara paksa, disertai
ancaman, maupun tipuan ataupun penculikan, penipuan, kebohongan,
kecurangan atau penyalahgunaan kekuasaan. Dalam hal ini termasuk juga
terhadap beberapa korban yang menyatakan persetujuan yang mana dipahami
bahwa situasi-situai tertentu yang mengakibatkan para korban setuju, misalnya
karena kebutuhan ekonomi, ada tekanan kekuasaan dan lain sebagainya.
10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
dipersepsi sebagai struktur yang mendegorasi perempuan baik dalam
kebijakan pemerrintah maupun dalam prilaku masyarakat. Misalnya
perumusan tentang kdudukan istri dalam hokum perkawinan, kecenderungan
untuk membayar upah buruh wanita di bawah upah buruh laki-laki, atau
kecenderungan lebih mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan
dalam bidang pendidikan, merupakan salah satu refleksi keberadaan permpuan
dalam posisi subordinat dibandingkan dengan laki-laki.
Kondisi perekonomian yang lemah serta kontrusksi masyarakat yang
ada menempatkan hakperempuan dalam posisi yang lebih tidak
menguntungkan. Meskipun dalam pasal 3 perjanjian tentang hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya tahun 1966 menyatakan bahwa adanya persamaan bagi
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh hak ekonomi, sosial dan budaya.
Namun kenyataannya HAM di Indonesia masih belum menyentuh masyarakat
karena masih kuatnya diskriminasi terhadap perempuan.
3. Faktor Pendidikan
11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
dasar (SD) dan hanya 15% tamat SLTP. Menurut laporan BPJS Tahun 2000
juga terdapat 14% anak usia 7-12 tahun dan 24% anak usia 13-15 tahun tidak
melanjutka kejenjang pendidikan SLTP karena alasan ketidak mampuan dalam
hal biaya.
Melihat data di atas tampak bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih
banyak yang bertaraf rendah tingkatannya dalam hal pendidikan. Rendahnya
tingkat pendidikan serta minimnya keterampilan atau skill menyebabkan sebagian
besar dari permpuan menganggur serta menghabiskan sebagian besar hidup dan
waktunya di rumah. Dan pada akhirnya tidak menghasilkan keuangan bahkan
mengurani pemasukan. Sebenarnya tidak hanya kaum perempuan yang
menganggur akan tetapi laki-laki juga mengalami hal yang serupa. Tampak bahwa
setip tahun ribuan orang meninggalkan kampung halamannya dan snak
keluarganya demi mencari keja atau penghidupan yan lebih layak di daerah lain
Indonesia atau bahkan keluar negeri.
Namun dari data di atas menunjukkan bahwa kaum perempuan yang
paling banyak menganggur. Kedaan inilah yangmenyebabkan mereka
menerima tawaran pekerjaan oleh para perantara yang yang mereka tidak
menyadarinya sebagai trafficker meskipun belum menegtahui seberapa besar
uapah atau gaji yang akan diterimanya.
12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
menjadi fasilistas perdagangan manusia. Agen dan pelaku perdagangan
memanfaatkan ketiadaan akta kelahiran asli untuk memalsukan umur
perempuan muda agar mereka dapat bekerja di luar negeri. karena mereka
tidak mempunyai dokumin yang disyaratkan, maka mereka dimanfaatkan oleh
pelaku perdagangan.
13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Dalam bidang ketenagakerjaaan, hukum Indonisia memberikan
perlindungan de jure bagi perempuan di tempat kerja. Menurut hukum,
perempuan dilindungi dari diskriminasi berdasarkan gender atau Karena
menerima bayaran yang setara untuk pekerjaan yang sama, tidak dapat
diberhentikan jika menikahh atau melahirkan, tidak boleh mengerjakan
pekerjaan yang berbahaya dan harus diberikan cuti hamil.
Selain itu, kerentanan perempuan semakin tinggi setelah berserai,
khususnya bagi mereka yang memmiliki anak. Undang-undang perkawinan
dan peraturan-peratuan yang terkait mengizinkan laki-laki dan perempuan
bercerai untuk alasan yang sama. Namun peraturan tersebut menempatkan
perempuan yang bercerai dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam hal
tunjangan dari suami setelah perceraian terjadi.
6. Pengaruh Globalisasi
Pemberitaan tentang trafficking (perdagangan manusia), pada beberapa
waktu terakhir ini di Indonesia semakin marak dan menjadi isu yang aktual,
baik dalam lingkup domistik maupun yang telah bersifat lintas batas negara.
Perdagangan manusia yang paling menonjol terjadi khususnya yang dikaitkan
dengan perempuan dan kegiatan industri seksual, ini baru mulai menjadi
perhatian masyarakat melalui media massa pada beberapa tahun terakhir ini.
Kemungkinan terjadi dalam skala yang kecil, atau dalam suatu kegiatan yang
terorganisir dengan sangat rapi. Merupakan sebagian dari alasan-alasan yang
membuat berita-berita perdagangan ini belum menarik media massa paa masa
lalu. Adapun pengaruh dari akibat globalisasi dunia, Indonesia juga tidak
dapat luput dari pengaruh keterbukaan dan Kemajuan di berbagai aspek
teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Kemajuan di berbagai aspek
tersebut membawa perubahan pula dalam segi-segi kehidupan sosial dan
budaya yang diacu oleh berbagai kemudahan informasi.
Dampak negatif dari perrubahan dan kemudahan tersebut menjadi
konsekuensi bagi munculnya permasalahan-permasalahan sosial termasuk pada
14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
perempuan dan anak, salah satunya adalah berkembangannya perdagangan
seks pada anak.
15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
2) Eksploitasi non komersial,
Misalnya pencabulan terhadap anak, perkosaan dan
kekerasan seksual. Banyak pelaku pencabulan dan perkosaan yang
dapat dengan bebas menghirup udara kebebasan dengan tanpa dijerat
hukum. Sementara perempuan sebagai korban harus menderita secara
lahir dan batin seumur hidup bahkan ada yang putus asa dan
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, ada juga yang karena tidak
sanggup menghadapi semuanya terganggu jiwanya.
Di Indonesia keberadaan perempuan yang dijerumuskan ke
dalam prostitusi yang diperdagangkan seksualitasnya dan perempuan
yang digunakan untuk memproduksi bahan-bahan pornugrafi
merupakan fakta yang tidak terbantahkan. Dalam banyak kasus,
perempuan semula dijanjikan oleh pihak-pihak tertentu untuk bekerja
sebagai buruh migran, pembantu rumah tangga, pekerja restoran,
pelayan toko, dan lain sebagainya. Tetapi kemudian dipaksa pada
industri seks pada saat mereka tida pada daerah tujuan.
16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
2. Pekerja Rumah Tangga
Pembantu rumah tangga yang bekerja baik di luar maupun di
dalam wilayah Indonesia dijadikan korban kedalam kondisi kerja yang
dibawah paksaan, pengekangan dan tidak diperbolehkan menolak
bekerja. mereka bekerja dengan jam kerja yang panjang, upah yang tidak
dibayar. Selama ini juga pekerja rumah tangga tau yang disebut pembantu
tidaklah dianggap sebagai pekerja formal melainkan sebagai hubungan
informal antara pekerja dan majikan, dan pekerjaan kasar yang tidak
membutuhkan keterampilan. upah yang diterima sangat rendah dibawah
UMR yang tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan, dimana
jam kerja yang sangat panjang, tidak ada libur, bahkan banyak yang tidak
ada waku untuk istirahat.
Perlakuan yang lebih buruk lagi adalah mereka diperlakukan
layaknya budak, baik ketika menyuruh suatu pekerjaan atau dalam hal
makan, di mana mereka diberi makan yang sedikit dan tidak memenuhi
standar gizi yang dapat memberikan asupan tenaga, dilarang menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya bahkan di luar negeri seringkali majikan
dan agen menyita paspor TKW agar tidak bisa kabur jika mereka
diperlakukan oleh semua majikan karena ada juga majikan yang baik
dalam memperlakukan pembantu rumah tangganya bahkan
menganggapnya sebagai keluarga.
3. Penjualan Bayi
Di sejumlah negara maju, motif adopsi anak pada keluarga
modern menjadi salah satu penyebab maraknya incaran trafficker.
Keluarga modern yang enggan mendapatkan keturunan dari hasil
pernikahan menjadi rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk
mengadopsi anak. Kebutuhan adopsi massal itulah yang menyebabkan
lahirnya para penjual bayi, calo-calo anak dan segenap jaringannya.
17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Di sisi lain, negara-negara berkembang masih dipenuhi warga
miskin dengan segala persoalannya, yang kemudian menjadi sasaran
pencarian anak-anak yang akan diadopsi melalui proses perdagangan.
Misalnya hilangnya 300 anak pasca sunami di Aceh yang kemudian
dilarikan oleh LSM. Banyak pihak yang menduga anak itu dilarikan ke
Amerika.
Selama tahun 2007, gugus tugas anti trafficking Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan (GTA MNPP) menemukan sekitar 500 anak
Indonesia yang diperdagangkan ke Swedia. Para trafficker tidak hanya
mengambil anak-anak usia belita, usia sekolah dan remaja saja janinpun
bisa mereka tampung.
Dari sumber yang sama menyebutkan bahwa pada tahun 2003 di
perbatasan Indonesia-Malaysia harga orok bermata sipit dan berkulit
putih dihargai sekitar 18.000 -25.000 Ringgit Malaysia. Sedangkan untuk
orok bermata bundar dan berkulit hitam dihargai 10.000-15.000 Ringgit
Malaysia.
Cara atau modus penjualan bayi bervariasi. Misalnya, beberapa
buruh migran Indonesia yang menjadi korban sebagai perkawinan palsu
saat di luar negeri, dipaksa untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi
secara illegal. Dalam kasus lain, ibu rumah tangga Indonesia ditipu oleh
pembantu rumah tangga kepercayaannya yang melarikan bayi
majikannya kemudian menjual bayi tersebut kepasar gelap.
4. Jeratan Hutang
Jeratan hutang adalah salah satu bentuk dari perbudakan
tradiional, di mana korban tidak bisa melarikan diri dari pekerjaan atau
tempatnya bekerja sampai hutangnya lunas. Ini terjadi mislanya pada para
TKW, di mana ketika mereka berangkat ke negara tujuan dibiayai oleh
PJTKI dan mereka harus mengganti dengan gaji sekitar empat bulanan
yang padahal jika dihitung-hitung baiaya yang dikeluarkan oleh PJTKI
tidak sebanyak gaji TKW tersebut. Ini menjadikan para TKW harus tetap
18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
bekerja apapun kondisi yang dihadapi di lapangan sampai habis masa
kontrak. Karena itulah jeratan hutang dapat mengarah pada kerja paksa
dan membuka kemungkinan terjadinya kekerasan dan eksploitasi
terhadap pekerja.
Pekerja kehilangan kebebasannya untuk bekerja karena orang
yang menghutangkan ingin memastikan bahwa pekerja tidak akan lari
dari hutangnya. Meskipun secara teori mereka hutang tersebut dapat
dibayarkan dalam jangka waktu tertentu tetapi hutang tersebut akan terus
ditingkatkan sampai si peminjam tidak dapat melunasinya.
19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
menyeludupkan narkoba termasuk heroin atau ganja tertangkap polisi.
Mereka sangat sulit sekali untuk membuka siapa yang ada dibalik mereka,
karena biasanya mereka sudah diikat dengan perjanjian untuk tidak
membuka dan kadangkala mereka sendiri tidak tau siapa pihak pertama atau
pemilik barang haram tersebut. Akhirnya merekalah yang harus menerima
resikonya sementara bandar narkobanya bebas melenggang.
Pekerjaan lain yang juga menjadi penyakit adalah adanya sindikat
bagi para pengemis. Banyak perempuan-perempuan di lampu merah yang
bahkan menggendong anak kecil dengan penampilan yang amat sangat tidak
layak untuk masa sekarang ini yang serba modern berburu kepingan rupiah
dari mereka-mereka yang punya rasa iba. Ternyata banyak diantara mereka
yang dikordinir dan ditempatkan ditempat-tempat yang sudah ditentukan.
Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan kerja keras dari semua pihak
dengan sungguh-sungguh dan bukan penyelesaian yang hanya bersifat
formalitas belaka. Memang sudah ada upaya dari Dinas Sosial tapi ini
mungkin baru sedikit karena buktinya semakin hari perempuan yang
mengemis di jalanan makin banyak.
20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
1) Perkawinan digunakan sebagai jalan penipuan untuk mengambil
perempuan tersebut dan membawa ke wilayah lain yang sangat asing,
namun sesampai di wilayah tujuan perempuan tersebut disalurkan
dalam industri seks atau prostitusi. Ini sangat ironi sekali dan sangat
bias gender, dimana seorang suami yang harusnya berkewajiban
mencari nafkah untuk keluarga justru sebaliknya ia menghambur-
hamburkan uang yang dikumpulkan istri. Mungkin ini karena pihak
laki-laki merasa ia sudah membeli si perempuan sehingga ia
menganggap bahwa perempuan itu adalah budaknya yang bisa bebas
ia perlakukan.
2) Perkawinan untuk memasukkan perempuan ke dalam rumah tangga
untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domistik yang sangat
eksploitatif bentuknya. Fenomina pengantin pesanan ini banyak terjadi
dalam masyarakat keturunan cina di Kalimantan Barat dengan para
suami berasal dari Taiwan walaupun dari Jawa Timur diberitakan telah
terjadi beberapa kasus serupa.
Data dari Pusat Studi Wanita Universitas Tanjung Pura, setiap
tahun kira-kira 50 perempuan kembali ke Singkawang dari Taiwan telah
mengalami kekerasan dan penipuan. Kekerasan dan penipuan yang
dilaporkan bermacam-macam yaitu dinikahkan dengan laki-laki yang
lebih tua, berlainan dengan apa yang diberitahukan sebelumnya atau
dengan laki-laki yang cacat mental atau fisik atau dinikahkan secara sah
sebagai perempuan simpanan atau menjadi pelayan tanpa bayaran atau
bekerja di pabrek dan dipaksa bekerja di prostitusi.
21 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
miskin. Di Indonesia, modus penjualan organ tubuh ini beranika ragam,
ada yang menjual karena terdesak kebutuhan ekonomi, misalnya yang
dilakukan seorang ibu demi memenuhi biaya hidup, pendidikan bahkan
untuk pengobatan penyakit anaknya ia rela menjual organ ginjalnya atau
juga yang dilakukan dengan cara menipu sang donor. Bahkan ditengarai
ada kasus pembubuhan dengan tujuan mengambil organ tubuh korban
kemudian dijual.
22 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
sudah tidak memperdulikan aturan atau kelengkapan surat-surat kerja
karena sudah termakan oleh bujukan pelaku.
Modusnya adalah para calo atau perantara memberi iming-iming
bagi para korban dengan menawarkan bekerja di mall dan salon dengan
gaji besar. Selanjutnya korban diserahkan pada germo yang kemudian
dipekerjakan secara paksa sebagai wanita penghibur di tempat-tempat
hiburan malam.
Selain aspek pemaksaan yang menyalahi aturan, aspek upah juga
sangat merugikan para korban. Mereka hanya mendapatkan sedikit upah
dari transaksi. pdahal sekali kencan korban diberi uang oleh hidung
belang sekitar kurang lebih 500 ribu sekali kencan. Hal ini biasanya
dijadikan dalih oleh para germo sebagai pembiayaan fasilitas antar
jemput, baju, dan rias bagus serta modis agar lebih menarik.
2. Bius
Rayuan dan iming-iming pekerjaan bukan lagi menjadi modus yang
paling sering dilakukan dalam human trafficking, tetapi saat ini orang bisa
menjadi korban perdagangan manusia dengan kekerasan seperti dibius.
Modus ini menggunakan kekerasan, cara modus ini berawal dari
penculikan terhadap korban, kemudian pelaku membiusnya dengan
suntikan ataupun dengan alat yang lain yang digunakan untuk membius.
Kemudian korban dibawa dan dipertemukan dengan sang bos. Setelah itu
korban diserahkan jaringan lainnya untuk dibawa ke negara lain tanpa
membawa paspor untuk dipekerjakan secara paksa sebagai pekerja seks.
23 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut,baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan
eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Berdasarkan pasal tersebut, unsur tindak pidana perdagangan orang ada
tiga yaitu: unsurproses, cara dan eksploitasi. Jika ketiganya terpenuhi maka bisa
dikategorikan sebagai perdagangan orang.
1. Proses: tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut
2. Cara: ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut.
3. Eksploitasi: tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan
atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik,
seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau
mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga
atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan
baik materiil maupun immateriil.
4. Lokus: Tempat kejadian tindak pidana perdagangan orang bisa terjadi di
dalam negara ataupun antar negara.
24 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Sanksi bagi pelaku tindak pidana perdagangan orang
Kurungan Penjara dan atau Denda. Sanksi kurungan penjara, minimal 3
tahun maksimal 15 tahun. Sanksi denda bagi pelaku perorangan Rp 150-600 juta,
sementara untuk perusahaan sanksi penjaranya minimal 9 tahun dan maksimal 45
tahun, atau denda minimal sebesar Rp 360 juta, dan maksimal Rp 1,8 miliar.
25 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
2) Hak untuk mendapat jaminan perlindungan dari ancaman yang
membahayakan diri, jiwa dan/atau hartanya (Pasal 47).
3) Restitusi (Pasal 48). Restitusi ini adalah pembayaran ganti kerugian yang
dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/ atau immateriil yang
diderita korban atau ahli warisnya (Pasal 1 angka 13 Undang – Undang
Nomor 21 Tahun 2007). Pengaturan restitusi berupa ganti kerugian atas
garis besarnya adalah sebagai berikut:
a. kehilangan kekayaan atau penghasilan,
b. penderitaan,
c. biaya untuk tindakan perawatan medis dan/ atau psikologis, dan/atau
d. kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang.
26 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
mengalami penderitaan baik fisik maupun psikis akibat tindak pidana
perdagangan orang.
2. Rehabilitasi diajukan oleh korban atau keluarga korban, teman korban,
kepolisian, relawan pendamping, atau pekerja sosial, setelah korban
melaporkan kasus yang dialaminya atau pihak lain melaporkannya kepada
Polri.
3. Permohonan diajukan kepada pemerintah melalui menteri atau instansi yang
menangani masalah – masalah kesehatan dan sosial di daerah. Dalam
penjelasan Pasal 53 ayat (3) menegaskan yang dimaksud dengan pemerintah
adalah “instansi” yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan, dan/ atau
penanggulangan masalah – masalah sosial serta dapat dilaksanakan secara
bersama – sama antara penyelenggara kewenangan tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota khususnya dari mana korban berasal atau bertempat tinggal.
4. Menteri atau instansi yang menangani rehabilitasi wajib memberikan
rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan dan integrasi sosial
paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diajukan permohonan.
5. Untuk penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial,
ppemulangan dan reintegrasi sosial pemerintah serta pemerintah daerah wajib
membentuk rumah perlindungan sosial atau pusat trauma.
6. Di samping perlindungan seperti yang telah diutarakan, sesuai Pasal 53 dan
Pasal 54 bagi korban juga mendapat hak perlindungan antara lain;
1) apabila korban mengalami trauma atau penyakit yang membahayakan
dirinya akibat tindak pidana perdagangan orang, maka menteri atau
instansi yang menangani masalah – masalah kesehatan dan sosial di daerah
wajib memberikan pertolongan pertama paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah permohonan diajukan;
2) apabila korban di luar negeri memerlukan perlindungan, maka pemerintah
RI melalui perwakilannya di luar negeri wajib melindungi pribadi dan
kepentingan korban dan mengusahakan memulangkan ke Indonesia atas
biaya negara;
27 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
3) apabila korban warga negara asing, berada di Indonesia, maka pemerintah
RI mengupayakan perlindungan dan pemulangan ke negara asalnya
melalui koordinasi dengan perwakilannya di Indonesia
28 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
keselamatan keluarga mereka, ancaman deportasi akhirnya berkembang
menjadi rasa kehilangan dan tidak berdaya. Hal ini tidak mengherankan bahwa
depresi, kecemasan, dan post traumatic stress disorder (PTSD) adalah gejala
yang umum dialami oleh para korban yang diperdagangkan.
Para perempuan korban trafficking seringkali mengalami kondisi
yang kejam yang mengakibatkan trauma fisik, seksual dan psikologis.
Kegelisahan, insomnia, depresi dan post traumatic stress disorder
menggambarkan standar evaluasi atau penilaian yang mengecewakan nilai diri
dengan memandang rendah diri sendiri (Taylor, 2012:1). Para perempuan
korban trafficking seringkali kehilangan kesempatan penting untuk mengalami
perkembangan sosial, moral, dan spiritual. Hilang harapan tanpa tujuan hidup
yang jelas, suram dan gelap masa depan.
1) Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
PTSD merupakan suatu pengalaman individu yang mengalami
peristiwa traumatik yang menyebabkan gangguan pada integritas diri
individu dan sehingga individu mengalami ketakutan, ketidakberdayaan
dan trauma tersendiri (Townsend M.C., 2009).
29 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Berdasarkan penelitian Rose (2002) ada 3 tipe gejala yang sering
terjadi pada PTSD, yaitu:
a. Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan selalu teringat
akan peristiwa yang menyedihkan yang telah dialami itu, flashback
(merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan terulang kembali),
nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang membuatnya
sedih), reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh
kenangan akan peristiwa yang menyedihkan.
b. Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan
menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan
yang berhubungan dengan trauma. Selain itu juga kehilangan minat
terhadap semua hal, perasaan terasing dari orang lain, dan emosi yang
dangkal.
c. Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan susah tidur, mudah
marah / tidak dapat mengendalikan marah, susah konsentrasi,
kewaspadaan yang berlebih, respon yang berlebihan atas segala sesuatu.
2) Kecemasan
30 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
kecemasan dengan gejala kegugupan (95%), panik (61%), merasa tertekan
(95%) dan keputusasaan tentang masa depan (76%) (Bradley, 2005).
3) Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan perilaku
seseorang yang tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil,
suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Secara kognitif korban umumnya kurang konsentrasi, ambivalensi,
kebingungan, fokus menyempit / preokupasi, misinterpretasi, bloking,
berkurangnya kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit untuk membuat
keputusan, mimpi buruk, produktivitas menurun, pelupa. Afek korban
terkadang tampak sedih, bingung, gelisah, apatis / pasif, kesepian, rasa
tidak berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan gagal.
Korban sering semakin sering mengeluh kelemahan, pusing, kelelahan,
keletihan, sakit kepala, perubahan siklus haid. Keluarga mungkin
melaporkan perubahantingkat aktivitas pada korban, mudah tersinggung,
kurang spontanitas, sangat tergantung, mudah menangis. Kecenderungan
untuk isolasi, partisipasi sosial berkurang pada tingkat lanjut mungkin
akan tampak pada korban (Rahmalia, 2010)
2. Dampak Sosial
Secara sosial para perempuan korban trafficking teralenasi, karena sejak
awal direkrut, diangkut atau ditangkap oleh jaringan trafficker mereka sudah
disekap, diisolir agar tidak berhubungan dengan dunia luar atau siapapun sampai
mereka tiba ditempat tujuan. Eksploitasi seksual yang di alami para korban
ditempat pekerjaan membatasi mereka untuk bertemu dengan orang lain (Course
Instructions, 2011: 3, 4), kecuali harus melayani nafsu bejat para tamu (lelaki
hidung belang). Para korban semestinya memandang dunia dan masa depan
dengan mata bersinar, hidup aman tentram bersama perlindungan dan
31 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
kasih sayang keluarganya, tibatiba harus tercabut masuk ke dalam situasi yang
eksploitatif dan kejam, menjadi korban sindikat trafficking.
32 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
masyarakat mengakibatkan perempuan korban trafficking kehilangan makna
dan tujuan hidup serta penghargaan atas dirinya.
33 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
sekaligus sebagai strategi traffickers menundukkan korban untuk melakukan
eksploitasi seksual.
Jadi dampak kesehatan fisik yang dimaksud adalah cedera aktual &
ancaman terhadap integritas diri para korban yang mengalami kekerasan fisik
dan seksual. Penderitaan secara fisik yang dialami para perempuan korban
trafficking, menciptakan citra diri negatif, konsep diri para korban semakin
terpuruk, kehilangan makna hidup, harkat dan martabat para korban menjadi
hancur.
34 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Upaya Masyarakat dalam pencegahan trafficking yakni dengan
meminta dukungan ILO dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang
melakukan Program Prevention ofChild Trafficking for Labor and Sexual
Exploitation. Tujuan dari program ini adalah:
2. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah
Menegah Atasuntuk memperluas angka partisipasi anak laki-laki dan anak
perempuan.
3. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah
lulus sekolah dasar
4. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan
penghasilan
5. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk
memfasilitasi usaha sendiri.
6. Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap trafficking
anak.
35 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
BAB III
TINJAUAN KASUS
Suara Ibu Sulis terdengar geram ketika bercerita mengenai apa yang
terjadi pada salah satu putrinya, yang menjadi korban – dan pada akhirnya
penyintas – perdagangan orang pada akhir 2013.
“Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari rumah, bekerja
untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia seperti jadi orang lain ketika
saya pertama kali mendengar suaranya (melalui telepon) setelah sekian lama tidak
berhubungan,” kata Ibu Sulis berapi-api.
“Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat orangtua tidak akur. Mungkin
itu yang menyebabkan dia memutuskan pergi,” jelas Ibu Sulis yang berasal dari
Palopo, Sulawesi Selatan.
“Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi keluarga kami,”
tegas ibu Sulis, 45 tahun.
Bella yang lahir pada tahun 1995, menurut ibunya, tergoda dengan iming-
iming gaji Rp 10 juta per bulan sebagai SPG. Dia mendapat tawaran dari teman
masa kecilnya yang memang sudah lebih dulu bekerja di Dobo, kota kecil di
Kepulauan Aru di Maluku.
36 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi diam-diam
meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri merupakan jawaban
akan kegalauannya. Dari kampung mereka, Rawamangun di Palopo, gadis-gadis
sebaya ini berangkat ke Makassar., Menginap satu malam di sebuah hotel dan
bertemu dengan calon pemberi pekerjaan, yang ternyata adalah pemilik kelab
malam. Lalu berangkat dengan pesawat menuju Ambon pada keesokan harinya.
Para pelaku praktek perdagangan orang ini diduga menggunakan sistem sel
yang terputus-putus di satu daerah ke daerah lain., Hampir serupa dengan cara
sindikat narkoba beroperasi. Sehingga dari Ambon, gadis-gadis Palopo ini bertemu
dengan orang yang berbeda yang membawa mereka ke Pulau Aru. Dan cerita sedih
berkepanjangan dimulai ketika mereka menginjakkan kaki di tempat kerja mereka.
“Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja
melayani tamu, menemani minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian
seminim mungkin dan dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan separuh
telanjang,” kata Ibu Sulis menceritakan apa yang dia dengar dari anaknya.
“Bella juga melihat teman-temannya yang sakit atau hamil dibawa pergi dari
pulau dan tidak pernah kembali.”
Cerita Bella hanyalah satu dari ribuan kisah pilu perdagangan orang.
Tersamarkan dengan berbagai modus yang terus diperbaharui seiring dengan
37 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
perkembangan jaman untuk menjerat korbannya. Iming-iming gaji bulanan
dengan jumlah fantastis masih sering digunakan, tetapi para pemangsa mulai
menggunakan media sosial untuk menjerat targetnya. Dan sudah ada pula kasus-
kasus dimana korban dijerat melalui perjalanan umrah.
38 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
3.2 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. B DENGAN KORBAN HUMAN
TRAFFICKING
DI RUANG.............................................................
Nama Klp : Kelompok 3 Tg/ Jam MRS :
Tgl/ Jam Pengkajian : No. RM :
Sumber Data : Ny. S Ruangan/ Kelas :
Metode : No. Kamar :
Alat/ Bahan :
Diagnosa Medis :
I. IDENTITAS
1. Nama : Nn. B
2. Umur : Lahir tahun 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : SPG
5. Alamat dan No. Telp : Rawamangun, Palopo
6. Penanggung Jawab & : Ny. S (45 Tahun) sebagai Ibunya
Hubungan dg Klien
39 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
4. Faktor yang Memperberat
Menurut Ny. S “Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat
orangtua tidak akur. Mungkin itu yang menyebabkan dia memutuskan pergi,”
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Keluhan
Menurut Ny. S bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi
diam-diam meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri
merupakan jawaban akan kegalauannya.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
(Tidak terdapat dalam Kasus)
7. Persepsi Klien tentang status kesehatan dan kesejahteraan
(Tidak terdapat dalam Kasus)
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
(Tidak terdapat dalam Kasus)
9. Susunan Keluarga (Genogram)
(Tidak terdapat dalam Kasus)
10. Riwayat Alergi
(Tidak terdapat dalam Kasus)
40 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
VII. POLA KOGNITIF DAN PERSEPTUAL
Tingkat Ansietas:
Menurut Ny. S “Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari
rumah, bekerja untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia seperti jadi
orang lain ketika saya pertama kali mendengar suaranya (melalui telepon) setelah
sekian lama tidak berhubungan,”
41 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
XII. POLA NILAI / KEPERCAYAAN
(Tidak Terdapat dalam Kasus)
XV. TERAPI
(Tidak Terdapat dalam Kasus)
Bandung, ……………….
Mahasiswa
(……………………….)
42 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
ANALISA DATA
Nama Klien : Nn. B
Umur : Lahir Tahun 1995
Ruangan/ Kamar :
No. RM :
43 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
katakan separuh
telanjang,”
2. Menurut Ny. S “Mereka
membuatperempuan
menjadi binatang.
Menjerat dengan hutang
yang jelas-jelas tidak akan
sanggup mereka bayar
PRIORITAS MASALAH
No. Tanggal
Masalah Keperawatan Paraf
Ditemukan Teratasi
1. Proses Perubahan Keluarga
2. Resiko Harga Diri Rendah
44 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
3.1 Intervensi Keperawatan
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1. Proses Perubahan Pasiendan Keluarga Setelah…..Pertemuan pasien 1. Pengkajian
Keluarga mampu: mampu: a. Kaji Interaksi antara pasien
1. Memahami perubahan 1. Mengidentifikasi Pola dan keluarga, waspada
dalam peran keluarga Koping terhadap potensi perilaku
2. Berpartisipasi dalam proses merusak
membuat keputusan tentang b. Kaji Keterbatasan anak,
perawatan setelah rawat inap dengan demikian dapat
3. Berfungsi untuk saling mengakomodasi anak untuk
memberikan dukungan berpartisipasi dalam
kepada setiap anggota aktivitas sehari-hari
keluarga 2. Intervensi Umum
4. Mengidentifikasi cara untuk a. Bina Hubungan Saling
berkoping lebih efektif Percaya
45 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
b. Beri Kesempatan kepada
Keluarga sebagai Individu
dan Sebagai Kelompok
untuk saling berbagi tentang
perasaan yang mereka
pendam
c. Tekankan bahwa anggota
keluarga tidak bertanggung
jawab atas kebiasaan mabuk
anggota keluarga lainnya.
d. Gali keyakinan keluarga
tentang situasi yang mereka
hadapi dan tujuan mereka.
e. Bicarakan tentang metode
tak efektif yang digunakan
keluarga
f. Bantu keluarga memahami
efek dari upaya mereka
46 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
mengontrol kebiasaan
mabuk
g. Tekankan bahwa membantu
pencandu alcohol berarti
pertama- tama harus
membantu diri mereka
sendiri
h. Bicarakan dengan keluarga
bahwa, selama masa
pemulihan, dinamika
keluarga mereka akan
berubah drastic.
i. Bicarakan tentang
kemungkingan kambuh dan
factor penunjang
j. Bila terdapat diagnosis
keperawatan individu atau
keluarga tambahan, lihat
tindak penganiyaan anak
47 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
atau tindak kekerasan dalam
rumah tangga dibawah
diagnosis ketidakmampuan
koping keluarga
k. Lakukan penyuluhan
kesehatan mengenai sumber
daya komunitas dan lakukan
perujukan sesuai indikasi.
3. Promosi Integritas Keluarga
l. Kaji Perasaan Bersalah
yang mungkin dialami
keluarga
m. Kaji jenis hubungan
keluarga
n. Pantau hubungan keluarga
saat ini
o. Kaji pemahaman keluarga
tentang penyebab penyakit
48 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
p. Identifikasi Prioritas yang
bertentangan diantara
anggota keluarga
4. Penyuluhan untuk Pasien/
Keluarga
a. Ajari keterampilan merawat
pasien yang diperlukan oleh
keluarga (misalnya,
manajemen waktu,
pengobatan)
b. Ajari keluarga perlunya
kerjasama dengan system
sekolah untuk menjamin
akses kesempatan
pendidikan yang sesuai
untuk penderita penyakit
kronis atau anak cacat.
5. Aktivitas Kolaboratif
49 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
a. Pelopori konferensi
multidisiplin perawatan
pasien, dengan melibatkan
pasien/ keluarga dalam
menyelesaikan masalah dan
fasilitasi komunikasi
b. Berikan perawatan
berkelanjutan dengan
mempertahankan
komunikasi yang efektif
antara anggota staf mrlalui
catatan keperawatan dan
rencana perawatan
c. Anjurkan pelayanan
konsultasi social untuk
membantu keluarga
menentukan kebutuhan
pascahospitalisasi dan
50 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
identifikasi sumber
dukungan di komunitas.
d. Promosi Integrasi keluarga
(NIC), rujuk untuk terapi
keluarga sesuai indikasi.
51 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Melatih kegiatan - Beri pujian yang realistis
yang sudah dipilih,
dan hindarkan setiap kali
sesuai kemampuan
bertemu dengan pasien
Merencanakan
kegiatan yang sudah penilaian yang negative.
dilatihnya
Nilai kemampuan yang dapat
dilakukan saat ini
- Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
digunakan saat ini
- Bantupasien
menyebutkannyadan
memberi penguatan
terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien
- Perlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif
Pilih kemampuan yang akan
dilatih
52 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
- Diskusikan dengan pasien
beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari
- Bantu pasien menetapkan
aktivitas mana yang dapat
pasien lakukan secara
mandiri
▪ Aktivitas yang
memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
▪ Aktivitas apa saja yang
perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan
terdekat pasien
▪ Beri contoh pelaksanaan
aktivitas yang dapat
dilakukan pasien
53 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
▪ Susun bersama pasien
aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien
Nilai kemampuan pertama
yang telah dipilih
- Diskusikan dengan pasien
untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan
- Bersama pasien dan keluarga
memeperagakan beberapa
kegiatan yang akan
dilakukan pasien.
- Berikan dukungan dan
pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
54 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
- Beri kesempatan pada pasien
untuk mencoba kegiatan
- Beri pujian atas
aktivitas/kegiatan yang
dapat dilakukan pasien
setiap hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi dan setiap
perubahan
- Susun daftar aktivitas yang
sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga
- Berikan kesempatan
mengungkapkan
perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan pasien
55 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
SP.2
(Tgl……………………………)
Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP1)
Pilih kemampuan kedua yang
dapat dilakukan
Latih kemampuan yang dipilih
Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP.3 (Tgl………………………….)
Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP.1 dan 2)
Memilih kemampuan ketiga
yang dapat dilakukan
Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
56 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Keluarga mampu: Setelah……pertemuan keluarga SP.1 (Tgl…………………….)
Merawat pasien dengan mampu:
harga diri rendah di rumah
Mengidentifikasi kemampuan Identifikasi masalah yang
dan menjadi system yang dimiliki pasien
dirasakan dalam merawat
pendukung yang efektif
Menyediakan fasilitas untuk pasien
bagi pasien pasien melakukan kegiatan
Mendorong pasien Jelaskan proses terjadinya
melakukan kegiatan HDR
Memuji pasien saat pasien
dapat melakukan kegiatan Jelaskan tentang cara merawat
Membantu melatih pasien pasien
Membantu menyusun jadwal
kegiatan pasien Main peran dalam merawat
pasien HDR
Membantu perkembangan
pasien
Susun RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat pasien
57 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
SP.2 (Tgl…………………….)
Latih keluarga langsung ke
pasien
Menyusun RTL
keluarga/jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP. 3 (Tgl………………………)
58 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trafficking adalah perdagangan manusia, lebih khususnya perdangan
perempuan dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku perdagangan manusia
‘trafficker’ dengan cara mengendalikan korban dalam bentuk paksaan,
penggunaan kekerasan, penculikan, tipu daya, penipuan ataupun penyalahgunaan
kekuasaan atau kedudukan.
Jenis-jenis trafficking ini meliputi perkawinan transinternasional,
eksploitasi seksual phedopilia, pembantu rumah tangga dalam kondisi buruk, dan
penari erotis. Faktor penyebab utama terjadinya tindakan trafficking ini adalah
karena kemiskinan dan beberapa diantaranya adalah, karena tingkat pendidikan
yang rendah, penganiyaan terhadap perempuan, perkawinan usia muda, dan
kondisi sosial budaya masyarakat yang patriarkhis. Dampak yang bisa
ditimbulkan dari trafficking ini adalah kecemasan, stress, dan ketidakberdayaan.
4.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
59 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13. Jakarta:
EGC
60 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g