PERENCANAAN STRATEGIS
Pada tahun 2014 Puskesmas Sempu membuat terobosan inovasi STBM Pilar Pertama yaitu
PERJAKA LIBAS TINJA yang merupakan akronim dari pergunakan jamban keluarga,
lingkungan bebas tinja. Inovasi ini di legalkan dengan SK Camat Sempu
no.188/152/KEP/429.519/2013.
Tujuan dari inovasi tersebut, merubah perilaku masyarakat yang ada di tiga desa wilayah
Puskesmas Sempu dari kebiasaan berak di sembarang tempat menjadi berak di jamban
sehat. Pendekatan nya lewat “ PEMICUAN SECARA MASIVE dan TERSTRUKTUR ”. Hasilnya
tahun 2014 satu desa TegalArum ODF dan tahun 2015 menambah satu desa Sempu ODF.
Pada tahun 2016 , Puskesmas Sempu mentargetkan satu desa Jambewangi ODF sehingga
selangkah lagi akan menuju Kecamatan ODF Pertama di Banyuwangi. Selain itu,
mengupayakan Desa TegalArum menjadi Desa STBM yang InsyaAllah pada bulan Desember
2016 TIGA KEGIATAN SEKALIGUS yaitu “ Satu Desa Jambewangi ODF, Kecamatan ODF dan
Desa STBM TegalArum “ di deklarasikan secara bersamaan.
2. STRATEGI PELAKSANAAN
Keberhasilan dari inovasi PERJAKA LIBAS TINJA TERSEBUT, berkat langkah-langkah sebagai
berikut :
10)Semua rumah tangga menyediakan tempat cuci tangan sesuai kemampuan ekonominya
berupa WASTAFEL, GENTONG DARI TANAH, BAMBU DAN TIMBA YANG DIPASANG KRAN.
11)Kerja sama dengan dinas pendidikan untuk semua sekolah di masing-masing kelas
dipasang wastafel dan menyediakan sabun cair serta tisue termasuk diruang guru.
Menyiapkan kamar mandi plus jamban minimal tiap sekolah 3 kamar.
12)Pembuatan IPAL secara gotong royong di masing-masing rt yang dikoordinir oleh tim
SARINTUNG.
14)Memberi Reward kepada rt yang lulus STBM berupa gerobak sampah yang anggarannya
dari ADD.
16)Menyediakan alat cetak pembuatan septic tank dan air limbah secara gratis.
SEKSI-SEKSI :
KEPALA DUSUN.
TOKOH MASYARAKAT.
SEKSI-SEKSI :
Merubah mindset masyarakat dari negatif ke arah yang positif tidak semudah membalikkan
tangan. Diperlukan pendekatan dan memberi pemahaman terus menerus dan kesabaran
yang tinggi melibatkan semua stakeholder dan unsur-unsur yang ada di masyarakat mulai
tokoh masyarakat, tokoh agama dan semua warga. Itupun belum cukup, sehingga
diperlukan langkah yang kreatif dan inovatif sehingga semua program bisa berhasil.
Diawali tahun 2014 puskesmas sempu mengadakan gebrakan dengan membuat inovasi
PERJAKA LIBAS TINJA ( Pergunakan Jamban Keluarga Lingkungan Bebas Tinja). Berkat
perjaka sampai tahun 2015 berhasil mendeklarasikan dua desa ODF dari tiga desa yang ada
di wilayah puskesmas sempu. Sembari melanjutkan program perjaka, puskesmas sempu
membuat lompatan dengan membuat target selain menambah satu desa ODF. ” Pada
Desember 2016 di rencanakan mencanangkan Kecamatan ODF dan satu Desa STBM “.
Langkah keberlanjutan dilakukan oleh puskesmas sempu memodifikasi PERJAKA LIBAS TINJA
dengan inovasi baru “ SARINTUNG “ ( Sampah Resik Untung ). Inti dari inovasi ini melalui
gerakan “ JUM’AT GREBEK SAMPAH “, Setelah sampah terkumpul kemudian dipilah-pilah
selanjutnya dibawa kelumbung sampah yang ada di wilayah puskesmas sempu. Sampah
ditukar dengan CLOSET bagi yang belum mempunyai jamban, WASTAFEL / KRAN bagi yang
menginginkan untuk tempat cuci tangan dan SEMEN bagi yang mau membuat IPAL cair
rumah tangga. Untuk pembuatannya dilakukan dengan cara “ GOTONG ROYONG ”.
GERAKAN JUM’AT GREBEK SAMPAH, Sekaligus bisa menyelesaikan 5 PILAR STBM yaitu
Jamban, Cuci tangan, Limbah cair dan Sampah.
Tim SARINTUNG memberikan reward pada rt yang sudah ” LULUS STBM “ berupa gerobak
sampai yang anggarannya dari ADD. GAPURO di bangun di pintu masuk desa yang sudah
lulus 5 PILAR STBM dan membangun TUGU STBM di wilayah rt yang sudah lulus 5 PILAR
STBM. Pada bulan Agustus 2016 puskesmas sempu melalui program STBM mengadakan
lomba desa STBM dan Rt STBM guna memacu percepatan suksesnya 5 PILAR STBM. Tiga
besar Juaranya mendapatkan penghargaan berupa CLOSET dan WASTAFEL.
Tim SARINTUNG merencanakan pencanangan satu Desa ODF, Kecamatan ODF dan satu Desa
lulus 5 PILAR STBM pada bulan Desember 2016 bersamaan dengan hari jadi Kabupaten
Banyuwangi.
a. Kegagalan
Kebiasaan ternyata mempengaruhi kelancaran dari seseorang untuk BAB. Warga yang
selama ini berak di sungai setelah mempunyai jamban ternyata masih ada yang kembali
berak di sungai. Setelah ditanya jawabannya bila berak dijamban tidak bisa keluar, kalau
dipaksakan hanya perut merasa mules dan malah sembelit. Banyak warga yang membuat
jamban, namun tidak menyediakan air dan tempatnya sehingga setelah keluar masih
mencari air dalam keadaan kotor dan aurotnya terbuka. Hal ini juga terkait dengan
kebiasaan kalau disungai tidak perlu persiapan apa-apa tinggal “ PLUNG LAP CAWIK ”.
b. Keberhasilan
Setelah dua desa ODF, dampaknyasudah bisa dirasakan oleh masyarakat ditandai dengan
menurunnya angka kesakitan akibat sanitasi jelek yaitu diare, disentri, typhus, penyakit
kulit, ispa, cacing dan tbc. Status sosial warga menjadi meningkat karena terutama para
wanita sudah bisa berak dengan menjaga privasi bila ada tamu sudah tidak harus jauh-jauh
ke sungai atau pekarangan.