Anda di halaman 1dari 20

Pentingnya Konsep Integrasi Nasional

Negara ialah suatu masyarakat yang integral, segala golongan, segala bagian dan segala

anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan merupakan persatuan masyarakat yang

organis. Hal yang terpenting dalam negara yang berdasarkan aliran pikiran integral ialah

penghidupan bangsa seluruhnya. Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan yang

paling kuat atau yang paling besar tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat,

akan tetapi negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang

tidak dapat dipisahkan, sehingga semangat dan struktur kerohanian dari bangsa Indonesia

mempunyai sifat dan cita-cita persatuan hidup, pesatuan kawulo dan gusti yaitu persatuan

antara dunia luar dan dunia batin, antara makrokosmos dan mikrokosmos, antara rakyat dan

pemimpin-pemimpinnya. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dan

pergaulan hidupnya dianggap mempunyai tempat dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-

sendiri menurut kodrat alam. Pola hidup masyarakat tersebut merupakan pola pikir totaliter

dan integralistik dari bangsa indonesia yang terwujud juga dalam susunan tata negaranya

yang asli.

Dalam suasana peraturan antara rakyat dan pimpinannya, antara golongan-golongan

rakyat satu sama lain, dan segala golongan diliputi oleh "semangat gotong- royong dan

semangat kekeluargaan". Menurut aliran pikiran tentang negara integralistk yang dianggap

sesuai dengan semangat Indonesiai asli, negara tidak mempersatukan dirinya dengan

golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga yang paling kuat (golongan politik atau

ekonomi yang paling kuat), akan tetapi mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyat

seluruhnya.

Selanjutnnya Mr.Soepomo mengatakan, bahwa di dalam masyarakat yang integralistik,

setiap anggota, warga dan golongan diakui kehadiran dan fungsi keberadaannya
(eksistensinya), hak dan kewajibannya dalam mencapai tujuan bersama. Sebaliknya setiap

warga negara, setiap anggota, dan setiap golongan berkewajiban dan bertanggungjawab atas

terlindunginya kepentingan, keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan masyarakat

seluruhnya. Dengan paham integralistik atau kebersamaan, bangsa Indonesia percaya akan

dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.

Dalam paham Integralistik terkandung nilai keberhasilan dan nilai kebersamaan dalam

kehidupan masyarakat. Penerapan nilai keberhasilan menuntut pada setiap manusia untuk

mengendalikan diri, yaitu untuk mengarahkan manusia melakukan pengendalian diri, yakni

untuk mengarahkan aktifitas pribadinya menuju terselenggaranya kehidupan yang selaras,

serasi dan seimbang demi tercapainya kehidupan bersama yang sejahtera, adil, makmur dan

bahagia lahir-batin. Nilai kebersamaan menuntut kepada tiap individu untuk meletakkan

kepentingan dan keinginan pribadi dalam rangka mewujudkan kepentingan masyarakat,

bangsa dan negara. Dalam penerapan nilai kebersamaan tidak berarti bahwa kepentingan

pribadi atau golongan disingkirkan atau ditiadakan. Kepentingan pribadi atau golongan justru

merupakan motivasi terbinanya kesejahteraan bersama. Dengan menerapkan nilai

keseimbangan antara kehidupann jasmani dan rohani, antara wanita dan pria, antara

kepentingan individu dan masyarakat, dan antara kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat.

Nilai-nilai yang merupakan penjabaran tata nilai integralistik diterapkan oleh bangsa

Indonesia dalam mengatur tata hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan

bangsanya, dan dengan alam sekitarnya. Nilai-nilai keselarasan, keserasian, keseimbangan,

kebhinnekatunggalikaan dan kekeluargaan mewarnai hubungan-hubungan tersebut, yang

kemudian dirumuskan menjadi Pancasila, pandangan hidup bangsa Indonesia, dasar Negara

Republik Indonesia dan ideologi bangsa.

Nilai-nilai Pancasila melandasi proses Integrasi Nasional bangsa Indonesia. Integrasi

nasional dapat dipahami dari dua segi yaitu:


1) Integrasi Nasional secara Vertikal

Integrasi Nasional secara vertikal membahas bagaimana mempersatukan pemerintah nasional

dengan rakyatnya yang tersebar dalam daerah yang luas. Jika rakyat hidup di bawah

kepemimpinan pimpinannya masing-masing, maka Integrasi Nasional secara vertikal berarti

mempersatukan pemerintah pusat dengan pemerintahan di tingkat daerah.

2) Integrasi Nasional secara Horizontal.

Integrasi Nasional secara horizontal membahas bagaimana mempersatukan rakyat yang

majemuk, hidup dalam berbagai golongan primordial yang beranekaragam nilai lembaga

serta adat kebiasaannya, sehingga merasa bagian dari satu bangsa yang sama.

Pada konsep Integrasi Nasional secara vertikal terdapat empat tugas konstitusional yang

bersifat abadi dari pemerintah Indonesia, yaitu:

a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;

b. memajukan kesejahteraan umum;

c. mencerdaskan kehidupan bangsa;

d. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

Empat tugas pemerintah yang juga disebut "tujuan nasional", sekaligus menjadi tolak

ukur bagi keberhasilan atau kegagalannya.

Nilai-nilai Integrasi Nasional menjamin kemajemukan bangsa Indonesia secara

kultural. Kemajemukan adalah produk dari sejarah yang panjang dan tidak bisa diabadikan

begitu saja. Secara sadar kita mengambil sesuatu dari Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang

Negara, sehingga kemajemukan akan memiliki relevansi ideologi, politik dan pemerintahan.

Ideologi persatuan yang disepakati para pemimpin di tingkat nasional masih harus dipahami

dan didukung oleh masyarakat kita yang tersebar di daerah kepulauan yang luas.
Dari sisi politik dan pemerintahan diketahui bahwa seluruh peraturan perundang-

undangan kita berlaku sama untuk seluruh daerah, namun implementasinya di lapangan akan

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya daerah. Kampanye organisasi kekuatan

sosial politik perlu bersifat "tailor made" untuk daerah-daerah. Kekeliruan dalam memilih

tema kampanye, seandainya menyinggung nilai-nilai dasar yang dianut masyarakat daerah

tersebut, akan berarti hilangnya dukungan pemilih. Sudah barang tentu dalam setiap

masyarakat sosial budaya tersebut juga akan terjadi dinamika dan perubahan, disamping

adanya kesinambungan dan perubahan harus dikaji secara sungguh-sungguh agar kebijakan

yang diambil mendapat dukungan masyarakat di lapangan. Pengkajian kebijakan bisa dimulai

dengan kegiatan studi kewilayahan (regional studies). Pemerintah Hndia Belanda dahulu

menamakan sebagai indologi.

Dengan demikian, satuan masyarakat sosial politik merupakan masyarakat hukum,

dibentuk dengan Undang-Undang yang integrasi ke sistem pemerintahan nasional. Secara

ideologis dan konstitusional, masalah sistem pemerintahan di tingkat daerah yang kita hadapi

adalah bagaimana menyusun tatanan pemerintahan yang bisa memberi peran fungsional

terpadu baik satuan masyarakat sosiokultural yang bersifat asli maupun pada satuan

masyarakat sosiopolitik yang dirancang secara nasional. Fungsional terpadu bisa dilakukan

dengan memberi peluang untuk mengadakan penyesuaian secara lokal pada ketentuan-

ketentuan hukum yang secara nsional dibuat dalam garis-garis besar saja. Berpikir secara

garis besar sudah mulai diperkenalkan dalam pendidikan dengan memberi peluang adanya

muatan lokal dalam kurikulum yang bersifat komplementer dan suplementer dengan

kurikulum yang bersifat nasional.

(http://duniabembi.blogspot.co.id/2013/09/konsep-integrasi-nasional-indonesia.html)
Faktor-faktor Pembentuk Integrasi Nasional

a. Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.

b. Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila dan

semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

c. Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia seperti yang

dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.

d. Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat nasionalisme di

kalangan bangsa Indonesia.

e. Penggunaan Bahasa Indonesia.

f. Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia.

g. Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.

h. Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang

kuat.

i. Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penderitaan penjajahan.

j. Adanya rasa cinta tanah air dan mencintai produk dalam negeri.

k. Faktor sikap toleransi antara sesama manusia yang beragama.

(http://www.maolioka.com/2016/11/faktor-faktor-pembentuk-integrasi.html)

l. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan. Keinginan untuk

bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda

tanggal 28 Oktober 1928.

m. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan

merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.

n. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh

banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.


o. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,

Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa

kesatuan Bahasa Indonesia.

p. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka

Tunggal Ika.

q. Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa

Indonesia secara turun temurun.

(http://www.ipapedia.web.id/2016/03/faktor-faktor-pendorong-dan-penghambat-integrasi-

nasional.html)

Tantangan dalam Menjaga Keutuhan NKRI

Menurut data BPS (2010), bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai

negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari 17.504 dan luas wilayah daratan

mencapai 1.900.000 km2 memiliki sumber daya alam melimpah dan jumlah penduduk berada

pada urutan keempat dunia, yaitu 237.556.363 jiwa harus dijaga dan dipertahankan dari

setiap ancaman. Atas dasar data letak geografis dan sumber daya alam Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI), maka diperlukan suatu pertahanan negara yang kuat.

Menurut Puguh Santoso, ST, M.Sc (2011) mengatakan bahwa strategi pertahanan

merupakan fenomena global yang masih mengetengahkan penguatan nilai-nilai universal

yakni demokrasi dan hak asasi manusia. Bersamaan dengan penguatan nilai-nilai universal,

isu lingkungan hidup dan dampak pemanasan global memunculkan persoalan serius yang

memerlukan respon secara internasional. Pemanasan global telah berdampak terhadap

perubahan musim yang tidak menentu yang mengancam kehidupan manusia dalam bentuk

ancaman kelaparan, wabah penyakit dan bencana alam yang berpotensi mengganggu

stabilitas ekonomi dan keamanan. Peta keamanan global menempatkan terorisme menjadi
ancaman global. Penggunaan kekuatan militer oleh suatu negara ke wilayah negara lain

mengancam kedaulatan dan kehormatan suatu negara berdaulat. Masalah perbatasan juga

merupakan sumber utama potensi konflik antar negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk

Asia Tenggara.

Tantangan di lingkungan internal Indonesia adalah mengawal NKRI agar tetap utuh dan

bersatu. Di sisi lain, ancaman terhadap kedaulatan masih berpotensi terutama yang berbentuk

konflik perbatasan, pelanggaran wilayah, gangguan keamanan maritim dan dirgantara,

gangguan keamanan di wilayah perbatasan berupa pelintas batas secara ilegal, kegiatan

penyelundupan senjata dan bahan peledak, masalah separatisme, pengawasan pulau-pulau

kecil terluar, ancaman terorisme dalam negeri dan sebagainya.

Dengan demikian, berdasar tantangan di lingkungan internal Indonesia, maka

diperlukan visi terwujudnya pertahanan negara yang tangguh dengan misi menjaga

kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa. Perumusan kebijakan

umum pertahanan negara dilaksanakan Menteri Pertahanan Negara, sedangkan proses

penetapannya dilaksanakan di tingkat Dewan Keamanan Nasional selaku Penasehat Presiden

RI.

Tujuan nasional merupakan kepentingan nasional yang abadi dan menjadi acuan dalam

merumuskan tujuan pertahanan negara yang ditempuh dengan tiga strata pendekatan yaitu

pertama, strata mutlak, yaitu dilakukan dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah

negara dan keselamatan bangsa Indonesia; kedua, strata penting, yaitu dilakukan dalam

menjaga kehidupan demokrasi politik dan ekonomi, keharmonisan hubungan antar suku,

agama, ras, dan golongan (SARA), penghormatan hak asasi manusia dan pembangunan yang

berwawasan lingkungan hidup; dan ketiga, strata pendukung, yaitu dilakukan dalam upaya

turut memelihara ketertiban dunia.


Untuk mencapai tujuan pertahanan negara tersebut, salah satunya diperlukan input

sumber daya TNI yang bagus dan optimal. Masyarakat menuntut TNI untuk menjaga dan

memelihara stabilitas keamanan nasional tetapi input SDM secara intelektual, moral dan

mental lemah akan sangat kesulitan mewujudkannya.

Kajian khusus TNI di masa depan adalah perlunya perekrutan SDM yang unggul untuk

mencapai hasil maksimal. TNI tidak bisa berjalan sendirian dalam mewujudkan visi dan misi

pertahanan negara. Perwujudan visi dan misi pertahanan negara diperlukan partisipasi dan

peran serta masyarakat sebagai komponen cadangan dan turut serta dalam mewujudkan

keamanan nasional bersama. Input SDM yang baik bisa menyelesaikan masalah keamanan

nasional dan pertahanan NKRI lebih baik.

(http://www.warnetgadis.com/2017/01/tantangan-dalam-menjaga-keutuhan-nkri.html)

Peran Serta Warga Negara dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Ancaman yang mengancam wilayah Indonesia pada dasarnya merupakan ancaman

terhadap seluruh wilayah Indonesia. Tanggung jawab menjaga keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia adalah seluruh bangsa Indonesia. Rakyat Indonesia dituntut peran

sertanya dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pentingnya Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Perjalanan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan dilalui dengan berbagai

perjuangan. Perjuangan dilakukan dengan semangat kebangsaan dan cinta tanah air oleh para

pahlawan. Persatuan dan kesatuan merupakan modal utama untuk mencapai kemerdekaan

tersebut. Hingga pada tangal 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia memproklamirkan

kemerdekaan Indonesia yang diwakili oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
Seluruh komponen bangsa Indonesia memiliki keinginan untuk membela,

mempertahankan kemerdekaan, menjaga kedaulatan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD

1945.

Sikap yang harus dilakukan untuk melindungi keutuhan NKRI antara lain sebagai

berikut:

a. Menjaga kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia.

b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

c. Memanfaatkan kekayaan budaya untuk kepetingan rakyat Indonesia.

d. Menjaga Indonesia untuk warisan anak cucu.

e. Menjaga Indonesia untuk menghargai jasa para pahlawan.

f. Saling menghormati perbedaan.

g. Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan.

h. Menaati peraturan.

Partispasi Rakyat dalam Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Partisipasi rakyat dalam keutuhan NKRI dapat dilakukan diberbagai lingkungan

kehidupan, baik lingkungan keluarga , masyarakat dan juga sekolah.

1) Di lingkungan keluarga

Contoh partisipasi di lingkungan keluarga antara lain sebagai berikut:

a) Melaksanakan kegiatan sehari-hari secara tertib dan teratur.

b) Senantiasa rajin belajar bagi anggota keluarga yang masih bersekolah.

c) Ikut menjaga harta benda keluarga.

d) Patuh dan taat terhadap tata krama dan aturan keluarga.

2) Di lingkungan masyarakat

Contoh partisipasi di lingkungan masyarakat antara lain sebagai berikut:


a) Melaksanakan kerja bakti yang diadakan oleh kampung sesuai kemampuan.

b) Melaksanakan kegiatan ronda malam bagi warga yang sudah dewasa.

c) Membuang sampah pada tempatnya.

d) Hidup rukun dengan semangat kekeluargaan dalam lingkungan keluarga.

3) Di lingkungan sekolah

Contoh partisipasi di lingkungan sekolah antara lain sebagai berikut:

a) Menaati tata tertib yang berlaku di sekolah.

b) Menggalang kerjasama antar teman tanpa memandang latar belakang agama, suku, ras dan

golongan.

c) Hidup rukun dengan warga sekolah.

d) Tidak membeda-bedakan teman dalam bergaul.

(http://balaiedukasi.blogspot.co.id/2013/11/menjaga-keutuhan-negara-kesatuan.html)

Mengamalkan Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari

Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia, dasar Negara Indonesia, serta falsafah

hidup sejatinya benar-benar menjadi pedoman hidup yang harus dihayati dan diamalkan ke

dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan mengamalkan nilai-nilai

yang terkandung di dalam Pancasila maka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

dapat terjaga. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada zaman Orde Baru dikenal

dengan 36 Butir Pancasila. Setelah masa reformasi bergulir, nilai-nilai ini mengalami

perubahan menjadi 45 butir Pancasila.

Berikut adalah ke-45 butir Pancasila yang menjadi pedoman perilaku bagi seluruh

rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjaga keutuhan

NKRI:

1) Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa


a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

b) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama

dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

c) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan

penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

d) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

e) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut

hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

f) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing.

g) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada

orang lain.

2) Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

a) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

b) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa

membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,

warna kulit dan sebagainya.

c) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

d) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

e) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

f) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

g) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.


h) Berani membela kebenaran dan keadilan.

i) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

j) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3) Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan

negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

d) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial.

f) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

g) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4) Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan

a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai

kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah.

f) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan

musyawarah.
g) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan

golongan.

h) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

i) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan

Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan

keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

j) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

pemusyawaratan.

5) Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan

dan kegotongroyongan.

b) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

d) Menghormati hak orang lain.

e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

f) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang

lain.

g) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup

mewah.

h) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan

umum.

i) Suka bekerja keras.

j) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan

bersama.
k) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan

sosial.

(http://guruppkn.com/upaya-menjaga-keutuhan-nkri)

Menggelorakan Semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai Persatuan Bangsa

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara yang berarti berbeda-beda tetapi satu

jua. Bhinneka Tunggal Ika merupakan ikatan kemajemukan yang Indonesia miliki. Salah satu

cara merawat kemajemukan bangsa Indonesia adalah dengan belajar menerima kebhinnekaan

itu sendiri sebagai sebuah kenyataan agar menjadi kekuatan.

Menjalankan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara sesuai Konstitusi/ UUD 1945

Dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya mengacu pada

konstitusi. Dalam UUD 1945 telah diatur secara jelas mengenai hak dan kewajiban warga

Negara. Kewajiban warga Negara hendaknya didahulukan dari pada menuntut hak. Dengan

demikian akan tercipta tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman dan tertib.

(baca; Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945-Peran Konstitusi dalam Negara

Demokrasi).

2.4.6 Melaksanakan Usaha Pertahanan Negara

Segala ketentuan mengenai pertahanan Negara tercantum dalam UU Nomor 3 Tahun

2002 tentang Pertahanan Negara. Sesuai dengan ketentuan dalam UU Nomor 3 Tahun 2002

tentang Pertahanan Negara yang dimaksud dengan pertahanan Negara adalah: “Usaha untuk

mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan

Negara”.

(http://pemuda-perindobengkulu.com/?p=202/upaya-menjaga-keutuhan-nkri.html)
Adapun yang menjadi hakikat, dasar, tujuan dan fungsi pertahanan Negara sesuai

dengan UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara adalah sebagai berikut:

(a) Pasal 2 berbunyi:

“Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang

penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta

keyakinan pada kekuatan sendiri”.

(b) Pasal 3 berbunyi:

(1) Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan

umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan

internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai.

(2) Pertahanan negara disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai

negara kepulauan.

(c) Pasal 4 berbunyi:

“Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala

bentuk ancaman”.

(d) Pasal 5 berbunyi:

“Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan”.

Penyelenggaraan pertahanan Negara sebagaimana yang tercantum dalam UU Nomor 3

Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara adalah:

(a) Pasal 6 berbunyi:

“Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan,

daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman”.

(b) Pasal 7 berbunyi:


(1) Pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, diselenggarakan oleh pemerintah

dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara.

(2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara

Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan

komponen pendukung.

(3) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman non militer menempatkan lembaga

pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat

ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

(c) Pasal 8 berbunyi:

(1) Komponen cadangan, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,

serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi

guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.

(2) Komponen pendukung, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,

serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat

meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.

(3) Komponen cadangan dan komponen pendukung, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan

ayat (2), diatur dengan undang-undang.

(d) Pasal 9 berbunyi:

(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan

dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

diselenggarakan melalui:

a) pendidikan kewarganegaraan;

b) pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;


c) pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib;

dan

d) pengabdian sesuai dengan profesi.

(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,

dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.

(e) Pasal 10 berbunyi:

(1) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

(2) Tentara Nasional Indonesia, terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan

Udara.

(3) Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk:

a) mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah;

b) melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa;

c) melaksanakan Operasi Militer selain Perang; dan

d) ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.

(https://books.google.co.id/books?isbn=9793064919)

Kebhinnekaan Bangsa Indonesia

Kebhinnekaan bangsa Indonesia meliputi :

1) Kebhinnekaan Mata Pencaharian

Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki kondisi alam yang berbeda-beda,

seperti dataran tinggi atau pegunungan maupun dataran rendah atau pantai sehingga

masyarakat yang tinggal di daerah tersebut harus menyesuaikan cara hidupnya dengan alam

disekitarnya. Kondisi alam juga mengakibatkan perbedaan mata pencaharian ada yang

sebagai petani, nelayan, pedagang pegawai, peternak dan lain-lain sehingga kebhinnekaan
mata pencaharian tersebut dapat menjalin persatuan, karena satu sama lain saling

membutuhkan.

2) Kebhinnekaan Ras

Letak Indonesia sangat strategis sehingga Indonesia menjadi tempat persilangan jalur

perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi

baik pada ras, agama, kesenian maupun budaya. Ras di Indonesia terdiri dari Papua

Melanesoid yang berdiam di Pulau Papua, dengan ciri fisik rambut keriting, bibir tebal dan

kulit hitam. Ras Weddoid dengan jumlah yang relatif sedikit, seperti orang Kubu, Sakai,

Mentawai, Enggano dan Tomuna dengan ciri-ciri fisik, perawakan kecil, kulit sawo matang

dan rambut berombak. Selain ras tersebut, ada ras Malayan Mongoloid yang berdiam di

sebagian besar kepulauan Indonesia, khususnya di Kepulauan Sumatera dan Jawa dengan

ciri-ciri rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih sampai sawo matang.

Kebhinnekaan tersebut tidak mengurangi persatuan dan kesatuan, karena tiap ras saling

menghormati dan tidak menganggap ras nya paling unggul.

3) Kebhinnekaan Suku Bangsa

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan. Pulau-pulau

terisolasi dan tidak saling berhubungan. Akibatnya setiap pulau atau wilayah memiliki

keunikan tersendiri baik dari segi budaya, adat istiadat, kesenian, maupun bahasa. Adanya

kebhinnekaan tersebut menjadikan Indonesia sangat kaya. Walaupun berbeda tetapi tetap

menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan menempatkan bahasa Indonesia

menjadi bahasa resmi dan persatuan.

4) Kebhinnekaan Agama

Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang maupun menjajah

membawa misi penyebaran agama yang mengakibatkan kebhinnekaan agama di Indonesia.

Ada agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu serta aliran
kepercayaan. Kebhinnekaan agama sangat rentan akan konflik, tetapi dengan semangat

persatuan dan semboyan bhinneka tunggal ika konflik tersebut dapat dikurangi dengan cara

saling toleransi antar umat beragama. Setiap agama tidak mengajarkan untuk menganggap

agamanya yang paling benar tetapi saling menghormati dan menghargai perbedaan sehingga

dapat hidup rukun saling berdampingan dan tolong menolong di masyarakat.

5) Kebhinnekaan Budaya

Budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar. Budaya

memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM kearah yang lebih

baik. Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan kebhinnekaan budaya di Indonesia

sehingga budaya tradisional berubah menjadi budaya yang modern tanpa menghilangkan

budaya asli Indonesia sendiri seperti budaya sopan santun, kekeluargaan dan gotong royong.

Budaya tradisional dan modern hidup berdampingan di masyarakat tanpa saling merendahkan

satu sama lain.

6) Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin adalah sesuatu yang sangat alami tidak menunjukkan adanya

tingkatan. Anggapan kuat bagi laki-laki dan lemah bagi perempuan adalah tidak benar.

Masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan

melengkapi. Zaman dahulu kaum perempuan tidak diberi kesempatan yang sama untuk

mengembangkan potensinya dan seringkali tugasnya dibatasi hanya sekitar rumah saja.

Pekerjaan rumah yang itu-itu saja, dianggap tidak banyak menuntut kreatifitas, kecerdasan

dan wawasan yang luas, sehingga perempuan dianggap lebih bodoh dan tidak terampil.

Sekarang perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk sekolah, mengembangkan

bakat, dan kemampuannya. Banyak kaum wanita yang menduduki posisi penting dalam

jabatan publik.
(https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=11&idmateri=725&mn

u=Tim&kl=7)

Anda mungkin juga menyukai