Anda di halaman 1dari 12

Fungsi Komunikasi dalam Tagar Selfie di Media Sosial

Chintia Frastica1

BAB 1 Latar Belakang


1.1 Urgensi Bahasa dan Berbahasa
Bahasa tidak terpisahkan dari manusia, mulai saat manusia bangun pagi,
melakukan aktivitas sehari-sehari hingga manusia itu tidur kembali malamnya. Pada
saat manusia terlihat tidak sedang berbicara, pada hakikatnya manusia juga sedang
menggunakan bahasa karena bahasa merupakan alat yang dipakai untuk membentuk
pikiran dan perasaannya. Selain itu, bahasa juga digunakan untuk menyatakan
keinginan dan perbuatan, serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi.
Bahasa sebagai dasar atau alat yang digunakan manusia di dalam aktivitas
sehari-harinya begitu penting karena dipakai pula sebagai dasar atau alat untuk
menyelidiki aktivitas-aktivitas manusia itu sendiri (Samsuri, 1994: 4-6). Bahasa pula
digunakan sebagai alat kebudayaan, hal tersebut digambarkan melalui peran bahasa
yang sangat penting dalam penciptaan karya sastra, peran bahasa dalam berpolitik,
peran bahasa terhadap ilmu pengetahuan, dan peran bahasa dalam hal pembangunan.
Karya sastra diciptakan dengan memakai medium bahasa, sehingga masyarakat
tertentu dengan bahasa tertentu memahami maksud teks bahasa yang diujarkan para
sastrawan.
Dalam hal berpolitik pun bahasa sangat penting karena dapat menunjukkan
identitas suatu negara, misalnya bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional negara
Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke harus
menggunakan bahasa nasional sebagai bahasa resmi masyarakatnya untuk
berkomunikasi.
Bahasa dalam ilmu pengetahuan, yakni peran penting bahasa dalam
menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan suatu bangsa yang pada akhirnya sangat
berguna bagi pembangunan suatu negara.

1
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran. NPM 180110120050
Bahasa merupakan sesuatu yang vital karena di dalamnya mengandung makna-
makna tertentu yang dapat diselidiki guna memberi intensitas kepekaan dalam
berkomunikasi dengan orang lain.

1.2 Bahasa Indonesia sebagai Medium Komunikasi di Media Sosial


Bahasa Indonesia merupakan media komunikasi antarmasyarakat di Indonesia.
Walaupun memiliki beragam dialek, namun bahasa Indonesia merupakan bahasa
universal sehingga masyarakat di daerah tertentu memahami maksud dan tujuan si
pengirim pesan walaupun berbeda asal dan daerah. Dewasa ini, bahasa Indonesia
banyak digunakan dalam media sosial, baik ketika menulis ‘status’ di laman
Facebook, maupun ketika seorang pengguna media sosial mengunggah fotonya, tidak
akan lepas dari penggunaan bahasa melalui tagar yang diselipkan penggunanya.
Tagar atau yang lebih dikenal dengan hashtag ini merupakan kependekan dari
kata tag dan pagar. Pada umumnya tagar digunakan untuk memberi label foto, label
ini berisi kata-kata yang bisa menunjukkan tempat maupun suasana pada foto
pengguna yang akan atau telah diunggah ke media sosial. Pada awalnya, penggunaan
tagar ini dapat ditemui di media sosial Twitter. Namun, seiring dengan perkembangan
media sosial yang begitu cepat maka hadirlah media-media sosial lain seperti
Instagram, Path, Pinterest, dan lain-lain. Dari berbagai media sosial tersebut,
Instagram menjadi suatu media sosial yang paling banyak dipilih untuk mengunggah
foto dengan menyelipkan tagar-tagar. Tagar-tagar tersebut sering dijumpai di
Instagram sebagai penjelas dan pelengkap seseorang ketika mengunggah foto. Tagar
ini juga berguna sebagai mesin pencari sesuatu, karena pada hakikatnya merupakan
kata kunci terhadap foto apa yang ingin dilihat jika menggunakan tagar ini atau itu.
Penggunaan tagar ini tidak saja digunakan dalam foto-foto tempat, makanan,
tumbuhan, dan hewan. Tagar juga sering dijumpai dalam foto selfie penggunanya.
Pada umumnya pengguna pun akan memberi tagar: #selfie pada foto-foto yang
dianggap sebagai foto selfie.
Selain penggunaan tagar #selfie, para pengguna Instagram pada umumnya akan
memberi tagar-tagar lain guna memperjelas lokasi pengguna ketika mengambil foto
atau situasi ketika pengguna mengambil foto. Tagar-tagar lain ini biasanya muncul
menggunakan bahasa Indonesia. Namun, bahasa Indonesia yang digunakan
cenderung tidak baku sebab media sosial memang tidak mengharuskan penggunanya
untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baku; yang baik dan benar, sehingga
banyak dijumpai tagar-tagar yang terkadang hanya dipahami oleh komunitas tertentu.
Selain fungsi yang telah dijabarkan sebelumnya, tagar ini juga memiliki fungsi
tuturan yang lain yang ingin disampaikan oleh penutur yakni para pengguna akun dan
pengunggah foto selfie.
Fenomena penggunaan tagar pada foto selfie di berbagai media sosial ini
membuat peneliti tertarik untuk menjadikannya sebagai objek penelitian dengan
bertumpu pada teori pragmatik, yaitu pemakaian tindak tutur. Objek penelitian yang
akan diteliti adalah frasa, kata, dan kalimat berbahasa Indonesia dalam foto selfie
yang menggunakan tagar atau hashtag di Instagram, baik yang secara otomatis
tersambung dengan akun media sosial lain maupun tidak. Sumber media sosial
tersebut dipilih peneliti karena Instagram merupakan media sosial yang khusus
digunakan sebagai sarana mengunggah foto apa pun dengan kuantitas yang tidak
terbatas.
Penelitian bahasa terhadap tagar selfie menjadi sesuatu yang kontemporer
dilakukan sebab kini penelitian bahasa tidak hanya berkutat pada objek-objek berupa
media cetak, tetapi juga pada objek-objek virtual seperti media sosial. Dengan
demikian, fungsi komunikasi yang berasal dari tagar selfie dapat diklasifikasikan dan
diketahui.
BAB 2 Landasan Teori
2.1 Pragmatik sebagai Ilmu Bahasa Interdisipliner
Pragmatik adalah telaah mengenai “hubungan tanda-tanda dengan penafsir”
(Morris dalam Darmayanti, 2015: 1). Pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran
para pembicara dan para penyimak dalam menyusun korelasi dalam suatu konteks
tanda kalimat dengan suatu proposisi (rencana/masalah). Pragmatik juga merupakan
telaah mengenai kegiatan ujaran langsung dan tidak langsung, praanggapan,
implikatur konvensional dan inkonvensional. Pragmatik memandang studi bahasa
sebagai kajian tentang sistem tanda. Sebagai salah satu sistem tanda bahasa pada
hakikatnya adalah sistem makna yang membentuk budaya manusia. Sistem makna
berkaitan erat dengan struktur sosial maknanya dari aktivitas-aktivitas yang
merupakan kegiatan sosial dengan perantaraan-perantaraan dan tujuan-tujuan yang
bersifat sosial juga.
Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan
terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan aneka
wadah konteks sosial performansi bahasa yang dapat memengaruhi tafsiran.

2.2 Tindak Tutur


Dalam praktik penggunaan Bahasa di dalam masyarakat, terdapat setidaknya
tiga macam tindak tutur yang harus dipahami (Jhon R. Searle dalam Darmayanti,
2015: 1). Ketiga tindak tutur tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tindak lokusioner, adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai
dengan arti yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Dalam tindakan
ini tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan si
penutur.
2. Tindak ilokusioner, adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan
fungsi tertentu pula. Dalam tindakan ini dikaji maksud dan fungsi tuturan yang
disampaikan oleh si penutur.
3. Tindak perlokusioner, adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada
diri sang mitra tutur.
Selanjutnya, Searle dalam Darmayanti menggolongkan tindak tutur ilokusi
dalam aktivitas bertutur tersebut ke dalam lima macam bentuk tuturan yang memiliki
fungsi komunikatifnya sendiri, yaitu sebagai berikut.
a. Asertif, adalah bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi
yang diungkapkan, bentuk tuturan tersebut seperti, menyatakan, menyarankan,
mengeluh, mengklaim, dan lain-lain.
b. Direktif, adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat
pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, seperti memohon,
memerintah, merekomendasi, memesan, dan lain-lain.
c. Ekspresif, adalah bentuk tuturan yang mempunyai fungsi untuk menyatakan
atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, seperti
berterima kasih, memberi ucapan selamat, menyalahkan, memuji, berbela
sungkawa, dan lain-lain.
d. Komisif, adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau
penawaran, seperti berjanji, bersumpah, menawarkan sesuatu, dan lain-lain.
e. Deklaratif, adalah bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan
kenyataannya, seperti berpasrah, mengucilkan, memecat, mengangkat, dan lain-
lain.
Kelima macam bentuk tuturan ini memiliki dua jenis cara penuturan, yaitu (1)
secara implisit atau secara tidak langsung atau tidak terang-terangan, dan (2) secara
eksplisit atau secara jelas terdapat dalam kalimat atau tuturannya.
BAB 3 Analisis Pembahasan

Foto Tuturan Bentuk Tuturan Penjelasan


Dalam hal ini pemilik foto
Direktif;
#pentingbangetbacahashtaggue sebenarnya sedang melobi
1 memerintah/merekomendasi;
mitra tutur untuk membaca
implisit
tagar/hashtag-nya.
Senin merupakan hari awal
melakukan aktivitas, pada
konteks ini janggal apabila
1 #besoksenin #yay Asertif; mengeluh; implisit senin dihadapi dengan ekspresi
bersemangat. Ekspresi itu
justru menjadi sebuah ironi
bahwa senin cepat sekali tiba.
-Terlihat jelas ada kata tanya
-Dalam konteks di foto
Asertif; bertanya; eksplisit
2 #kenapamintamaaf pengunggah sebenarnya
Asertif; mengeluh; implisit
mengeluhkan dirinya untuk
tidak perlu sampai minta maaf
Tagar ini secara tidak langsung
meminta mitra tutur untuk
2 #fotodaribawah Direktif; memohon; implisit
memperhatikan gaya penutur
berfoto
-tagar tersebut merupakan
#mulaimemikirkanmasadepan Asertif; menyatakan; eksplisit sebuah pernyataan
2 -secara tidak langsung penutur
denganserius Komisif; berjanji; implisit
ingin berjanji pada dirinya
sendiri dan orang lain
-tagar ini secara tidak langsung
ingin menyampaikan harapan
Asertif; mengeluh; implisit penutur terhadap si kamu
2 #capekmikirinkamuterus Ekspresif; menyalahkan; untuk membaca tagarnya
eksplisit -tagar ini juga bermaksud
menyudutkan si kamu dengan
kata ‘capek’ tersebut
Menjelaskan sebuah
pernyataan sekaligus
memerintah mitra tutur
asertif; menyatakan; eksplisit
3 #rahasiagadis khususnya laki-laki untuk
direktif; memerintah; implisit
tidak melihatnya, namun tagar
ini justru membuat semakin
penasaran
Memuji sesuatu dengan
3 #unpadcantik Ekspresif; memuji; eksplisit
langsung
Sebuah pernyataan yang
Asertif; menyatakan; eksplisit sekaligus menjadi
4 #PemudaMelawanAsap
Direktif; memerintah; implisit perintah/nasihat kepada
pemuda
Sebuah pernyataan langsung
5 #FotoHariIni Asertif; menyatakan; eksplisit
tentang foto penutur
Sebuah pernyataan langsung
5 #LangitdanCahaya Asertif; menyatakan; eksplisit
tentang foto penutur
Pernyataan yang berupa klaim
5 #FotoDiri Asertif; mengklaim; implisit bahwa foto itu adalah
gambarang penutur
Penutur sedang bertanya
sekaligus sebenarnya
6 #adayangbacacaptionguegaya Direktif; memerintah; implisit
memerintah agar caption-nya
diperhatikan
Penutur sedang bertanya
sekaligus sebenarnya
6 #terusbacahashtagnya Direktif; memerintah; implisit
memerintah agar hashtag-nya
diperhatikan
Penutur mendeklarasikan rasa
pasrah secara langsung karena
6 #hemmketahuandeh #gapapa Deklaratif; berpasrah; eksplisit sebenarnya ia tahu bahwa
caption dan hashtag-nya
sedang dilihat mitra tutur
6 #mumpungalisdahsyat Asertif; menyatakan; eksplisit Pernyataan secara langsung
Pernyataan rasa senang secara
6 #hore Asertif; menyatakan; eksplisit
langsung
Pernyataan rasa sayang secara
6 #akusayangaerobikmene49 Asertif; menyatakan; eksplisit
langsung
Penutur tidak ingin
Direktif; memerintah; eksplisit diperhatikan padahal
7 #abaikankami
Direktif; memohon; implisit sebetulnya ingin diperhatikan
fotonya oleh mitra tutur
Penutur pasrah dengan
kondisinya ketika di foto
walaupun diabaikan tetapi
7 #sudahlah Deklaratif; berpasrah; eksplisit
tetap mengunggah foto
tersebut ke media sosial
Instagramnya.
BAB 4 Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah peneliti lakukan, maka dapat didsekripsikan
sebagai berikut: bentuk tuturan asertif-implisit muncul 4 kali dalam tuturan tagar
dalam foto selfie penutur secara tidak langsung, bentuknya seperti mengeluh dan
mengklaim. Bentuk tuturan asertif-eksplisit muncul 9 kali, berupa pernyataan secara
langsung. Bentuk tuturan direktif-implisit muncul 7 kali dalam tuturan tagar seperti
bentuk meemrintah dan memohon secara tidak langsung. Bentuk tuturan deklaratif-
eksplisit muncul 2 kali dalam tuturan, seperti berpasrah. Sisanya hanya muncul 1 kali
dalam tuturan tagar foto selfie tersebut.
Kemunculan tuturan yang berbentuk asertif-eksplisit lebih banyak muncul
sebab teks pada tagar foto selfie di Instagram pada umumnya berbentuk suatu
pernyataan secara langsung dan sebenarnya. Bentuk tuturan itu merupakan pengikat
penutur pada kebenaran proposisi yang sesuai konteks atau yang tertera di dalam foto
yang diunggah penutur.
Tuturan terbanyak kedua yang muncul pada tagarfoto selfie dalam bentuk
tuturan direktif-implisit berupa memohon dan memerintah secara tidak langsung. Hal
ini menunjukkan bahwa para penutur senang membuat tagar yang ‘berkode’ karena
makna tagar tidak hanya berfungsi sebagai makna denotasi, tetapi juga bermakna
konotasi, sehingga ada makna lain di balik makna sebenarnya yang ingin
disampaikan penutur kepada mitra tutur di media sosial Instagram.
Selanjutnya, tuturan berbentuk asertif-implisit juga muncul sebagai penggunaan
bentuk tutur ketiga terbanyak. Ini menunjukkan bahwa di dalam media sosial
Instagram para pengunggah foto selfie pada umumnya menyatakan keluhan secara
tidak langsung.
Bentuk tuturan lainnya yaitu deklaratif-implisit muncul 2 kali, ini menunjukkan
bahwa selain penutur mengeluh, kegiatan berpasrah juga dilakukan di dalam tagar
foto selfie penutur. Sedangkan bentuk tutur lain hanya muncul 1 kali dan tidak di
setiap foto.
Dapat disimpulkan bahwa para penutur di media sosial Instagram ketika
mengunggah foto selfie lebih banyak terlihat menggunakan tindak tutur asertif-
eksplisit dan direktif-implisit. Fungsi komunikasi ini berbentuk pernyataan
sebenarnya sekaligus pernyataan sebaliknya. Fungsi komunikasi ini dilakukan agar
penutur terlihat santun dalam menyampaikan gagasannya, apalagi ketika konteksnya
dalam mengunggah foto selfie yang seperti diketahui bersama bahwa foto selfie masih
merupakan hal yang dilakukan beberapa orang tertentu saja di Indonesia.

Chintia Frastica
Sastra Indonesia
180110120050
Daftar Pustaka

Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga

Darmayanti, Nani. 2015. Makalah Kuliah Pragmatik. Jatinangor.

Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Laman Web

https://quotesofchanie.wordpress.com/2014/12/12/mengenal-aneka-hashtag-dan-istilah-kece-
di-instagram-ig/ diakses pada 11 Desember 2015

https://virgo13venus4cheonsa.wordpress.com/2014/07/05/mengenal-instagram-ig-istilaharti-
singkatan-dan-hashtag-part-2/ diakses pada 11 Desember 2015

https://id.wikipedia.org/wiki/Tagar diakses pada 12 Desember 2015


Lampiran

Selfie 2
Selfie 1

Selfie 3
Selfie 4 Selfie 5

Selfie 6 Selfie 7

Anda mungkin juga menyukai