Anda di halaman 1dari 21

TEORI PENDEKATAN HOLISTIK

Disusun oleh :

Nama : Nurul Khoriyah (G2A017001)


Eka Amelia Citra (G2A017007)
Nor Aini Fatmawati (G2A017024)
Prodi : S1 Ilmu Keperawatan/1A

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori sistem sangat penting dalam dunia keperawatan, karena dalam teori sistem ini kita
dapat mempelajari suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan aspek
sosial manusia, struktur masalah-masalah organisasi, serta perubahan hubungan internal
dan lingkungan di sekitarnya.

Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan yang terjalin pada perawat, dokter atau tim
kesehatan lain akan berhasil secara sempurna apabila ada sikap saling menunjang dalam
melakukan praktek keperawatan. Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan
kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat.

Dalam pelayanan kesehatan, keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan


kesehatan.Para perawat diharapkan juga dapat memberikan pelayanan secara berkualitas
sehingga masyarakat akan merasa di dukung dan di perhatikan dalam meningkatkan
kesehatan, sehingga tidak ada perbedaan pendapat yang akan terjalin antara perawat dan
pasien. Di samping itu dalam menerapkan prinsip-prinsip perubahan perawat harus
menerapkannya secara bersama-sama tidak membeda-bedakan, harus menyeluruh
(Holistik).

Secara holistik dalam keperawatan diperlukan adanya suatu perubahan dengan merubah
cara pikir masyarakat tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan yang muncul di dalamnya.
Karena perubahan itu merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat
menyesuaikan diri dari lingkungan yang ada atau beranjak untuk mencapai kesehatan yang
optimal.

Suatu perubahan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat sangat
penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka, apalagi bila seorang perawat
berhasil menerapkan praktek kesehatan yang baik dalam masyarakat. Karena itu akan
memudahkan seorang perawat dalam menyelesaikan tugas sebagai seorang perawat, dan
nantinya dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, seorang perawat akan merasa bangga
karena bisa melakukan praktek kesehatan apapun jenisnya dan akan merasa bahwa inilah
seorang perawat yang profesional karena dapat memberikan pelayanan yang terbaik dari
yang lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Holistik
Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang
meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi
dimensi lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai
kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek
yang harus dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori
adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan.
Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk
melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan
direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan
individu dalam beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan
melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah
yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis,
psikologis maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik
dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.
B. Teori Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu
kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem merupakan suatu kerangka kerja
yang berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial manusia, struktur, masalah-masalah
organisasi, serta perubahan hubungan internal dan lingkungan disekitarnya. Sistem
tersebut terdiri atas tujuan, proses dan isi. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan
sehingga tujuan dapat memberikan arah pada sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi
tujuan yang hendak dicapai, dan Isi terdiri atas bagian yang membentuk suatu sistem.
Dalam mempelajari sistem, maka terlebih dahulu harus memahami teori tentang sistem.
Karena teori tentang sistem akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada
dalam sistem. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah sistem yang
antara satu dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.

Dalam teori sistem disebutkan bahwa sistem itu terbentuk dari subsistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input, proses, output,
dampak, umpan balik, dan lingkungan yang kesemuanya saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.
1. Input
Input merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya
sebuah sistem, seperti pelayanan kesehatan. Maka masukan dapat berupa potensi
masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.
2. Proses
Proses merupakan suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suatu masukan untuk
menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut, sebagaimana contoh dalam
sistem pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam
pelayanan kesehatan.
3. Output
Output adalah hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam sistem pelayanan kesehatan
hasilnya dapat berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh dan sehat optimal.
4. Dampak
Dampak merupakan akibat yang dihasilkan dari sistem, yang terjadi relatif lama waktunya.
Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan, maka dampaknya
akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena
pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
5. Umpan Balik
Umpan balik merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi
dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik
dalam sistem pelayanan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan yang juga dapat
menjadikan input yang selalu meningkat.
6. Lingkungan
Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar sistem, tetapi dapat mempengaruhi
pelayanan kesehatan sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan, lingkungan yang
dimaksud dapat berupa lingkungan geografis, atau situasi kondisi sosial yang ada
dimasyarakat seperti institusi diluar pelayanan kesehatan.
 Tingkat Pelayanan Kesehatan
Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan pada masyarakat. Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui
kebutuhan dasar manusia tentang kesehatan. Menurut Leavel dan Clark dalam
memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan
yang akan diberikan, diantara tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan
melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.
b. Specific Protection (Perlindungan Khusus)
Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang akan
menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-
penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang masuk dalam tingkat perlindungan pada
penyakit tertentu seperti imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) untuk mencegah TB
(Tuberculosis), DPT (Difteri Pertusis Tetanus), Hepatitis, campak, dan lain-lain.
c. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera)
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau timbulnya
gejala dari suatu penyakit.
d. Disability Limitation (Pembatasan Cacat)
Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak
mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan.
e. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh.
 Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan
keperawatan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter merupakan subsistem dari
pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-
masing dengan tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang ada sekarang ini dapat diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun
swasta.
Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu primary health care, (pelayanan
kesehatan tingkat pertama), secondary health care (pelayanan kesehatan tingkat kedua),
dan tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga). Ketiga bentuk pelayanan
kesehatan terbagi dalam pelayanan dasar yang dilakukan di puskesmas dan pelayanan
rujukan yang dilakukan di rumah sakit.
 Primary Health Care ( Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama )
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memilki
masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat, tetapi ingin mendapatkan
peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan
kesehatan adalah kesehatan dasar.
 Secundary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan baik masyarakat atau klien yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan
utama.
 Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat
pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan kedua.

C. Konsep Berubah
1. Pengertian dan Jenis Perubahan
Berubah adalah bagian dari kehidupan setiap orang; berubah adalah cara seseorang
bertumbuh, berkembang, dan beradaptasi. Perubahan dapat positif atau negatif terencana
atau tidak terencana. Perubahan adalah proses membuat sesuatu yang berbeda dari
sebelumnya ( Sullivan dan Decker,2001). Jadi Perubahan adalah suatu proses dimana
terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat
dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri dari lingkungan yang ada. Perubahan dapat
mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan
perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam
mencapai tujuan tertentu.

Proses berubah bersifat integral dengan banyak bidang keperawatan, seperti pendidikan
kesehatan, perawatan klien, dan promosi kesehatan. Proses berubah ini melibatkan klien
individu, keluarga, komunitas, organisasi, keperawatan sebagai profesi, dan seluruh sistem
pemberian perawatan kesehatan.
Perubahan dapat meliputi mendapatkan pengetahuan, mendapatkan keterampilan baru,
atau mengadaptasi pengetahuan saat ini dari segi informasi baru. Perubahan ini terutama
sulit saat muncul tantangan terhadap nilai dan keyakinan seseorang, cara berpikir, atau
cara berhubungan. Misalnya, orang yang kecewa menjadi marah dan berbuat negatif serta
melakukan perilaku destruktif (Tomey,2000).

Perubahan akan mengganggu bagi mereka yang mengalaminya, dan seringkali


berkembang resistensi. Perubahan paling mengancam apabila ada perasaan tidak aman.
Penyebab resistensi terhadap perubahan adalah ancaman terhadap kepentingan diri,
keadaan memalukan, perasaan tidak aman, kebiasaan, kepuasan dengan diri sendiri,
kehilangan kekuasaan, dan ketidak setujuan objektif.
Perubahan tidak selalu merupakan hasil pengambilan keputusan rasional. Perubahan
biasanya terjadi sebagai respons terhadap tiga aktifitas yang berbeda yaitu :
 Perubahan Spontan
Perubahan spontan juga disebut perubahan yang reaktif atau tidak direncanakan, karena
perubahan ini tidak benar-benar di antisipasi, tidak dapat dihindari dan terdapat sedikit
atau tidak ada waktu untuk merencanakan strategi respons. Contoh perubahan spontan
yang memengaruhi individu adalah infeksi virus akut, cedera medula spinalis, dan tawaran
sukarela posisi baru.
 Perubahan Perkembangan
Perubahan perkembangan mengacu pada perubahan fisiopsikologis yang terjadi selama
siklus kehidupan individu atau perkembangan organisasi menjadi lebih kompleks.
Contoh perubahan perkembangan individu adalah bertambahnya ukuran dan kompleksitas
embrio manusia dan janin dan berkurangnya kemampuan fisik pada lansia.
 Perubahan Terencana
Menurut Lippitt (1973), perubahan terencana adalah upaya yang disengaja dan bertujuan
oleh individu, kelompok, organisasi, atau sistem sosial yang lebih besar untuk
memengaruhi status quo (menetap) itu sendiri, organisme lain, atau suatu situasi.
Keterampilan memecahkan masalah, keterampilan mengambil keputusan, dan
keterampilan interpersonal adalah faktor-faktor penting dalam perubahan terencana.
Contoh perubahan terencana adalah individu yang memutuskan untuk memperbaiki status
kesehatannya dengan menghadiri program berhenti merokok atau melakukan program
olahraga.
2. Teori Proses Berubah
Perkembangan profesi keperawatan tidak lepas dari konsep berubah yang dimiliki oleh
para praktisi, akedemisi atau seorang yang masih ingin mengembangkan keperawatan,
yang memiliki keyakinan dan teori perubahan yang dimilikinya. Sebagai gambaran dalam
merubah profesi keperawatan kearah yang lebih professional, ada beberapa teori
perubahan yang dapat diketahui seperti :
a. Kurt Lewin (1951)
Perubahan Menurut pandangan Kurt Lewin 1951, seseorang yang akan mengadakan suatu
harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap proses perubahan
agar proses perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada. Tahap
tersebut antara lain:
1. Tahap Pencairan (Unfreezing)
Pada tahap awal ini yang dapat dilakukan bagi seseorang yang mau mengadakan proses
perubahan adalah harus memiliki motivasi yang kuat untuk merubah dari keadaan semula
dengan merubah terhadap keseimbangan yang ada. Di samping itu juga perlu menyiapkan
diri dan siap untuk merubah atau melakukan perubahan.
2. Tahap Bergerak (Moving)
Pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan kearah sesuatu yang baru atau
perkembangan terbaru. Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah
memiliki informasi yang cukup serta sikap dan kemampuan untuk berubah, Juga memiliki
kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui langkah-lanhkah dalam
menyesuaikan masalah.
3. Tahap Pembekuan (Refreezing)
Tahap ini merupakan tahap pembekuan dimana seseorang yang mengadakan perubahan
kelak mencapai tingkat atau tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru. Proses
pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat upaya mendapatkan umpan
balik, pembinaan tersebut dalam upaya mempertahankan perubahan yang telah dicapai.
Berdasarkan langkah-langkah menurut Kurt Lewin dalam proses perubahan ditemukan
banyak hambatan. Hambatan tersebut yang akan mempertahankan status quo (menetap)
agar tidak terjadi perubahan. Karena itu diperlukan kemampuan yang benar-benar ada
dalam konsep perubahan sesuai dengan tahapan berubah.
b. Rogers E (1962)
Menurut Rogers E untuk menandakan suatu perubahan perlu ada beberapa langkah yang
ditempuh sehingga harapan atau tujuan akhir dari perubahan dapat tercapai. Langkah-
langkah tersebut antara lain :
1. Tahap Awareness
Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan
perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk
berubah, maka tidak mungkin tercipta suatu perubahan.
2. Tahap Interest
Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap
perubahan yang selalu memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari perubahan yang
dikenalkan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
3. Tahap Evaluasi
Tahap ini terjadi penilaian tarhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang
akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan
dan langkah dalam melakukan perubahan.
4. Tahap Trial
Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil perubahan
dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesaui dengan kondisi atau
situasi yang ada, dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan.
5. Tahap Adoption
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap
sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu
yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan.
c. Lippit (1973)
Lippit memandang teori perubahan dapat dilaksanak dari tinjauan sebagai seorang
pembaharu, dengan memperkenalkan terjadinya perubahan, sehingga terdapat beberapa
langkah yang ditempuh untuk dapat mengadakan pembaharuan. Langkah yang dimaksud
adalah :
1. Menetukan diagnosis terlebih dahulu masalah yang ada
2. Mengadakan pengkajian terhadap motivasi perubahan serta kemampuan
perubahan.
3. Melakukan pengkajian perubahan terhadap hasil atau manfaat dari suatu
perubahan.
4. Menetapkan tujuan perubahan yang dilaksanakan berdasarkan langkah yang
ditempuhnya.
5. Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai pendidik, peneliti atau pemimpin
dalam pembaharuan.
6. Mempertahankan dari hasil perubahan yang dicapainya.
7. Melakukan penghentian bantuan secara bertahap dengan harapan peran dan
tanggung jawab dapat tercapai secara bertahap.
d. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang
akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
1. Membangun suatu hubungan,
2. Mendiagnosis masalah,
3. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan,
4. Memilih jalan keluar,
5. Meningkatkan penerimaan,
6. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri.
e. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk
mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah.
Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley:
1. Mengenali gejala
2. Mendiagnosis masalah
3. Menganalisa jalan keluar
4. Memilih perubahan
5. Merencanakan perubahan
6. Melaksanakan perubahan
7. Mengevaluasi perubahan
8. Menstabilkan perubahan

4. Prinsip dan Strategi Berubah


Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tepat agar tujuan dalam perubahan dapat tercapai
secara tepat, efektif dan efisien.
a. Strategi Rasional Empirik
Strategi ini didasarkan karena manusia sebagai komponen dalam perubahan memiliki sifat
rasional untuk kepentingan diri dalam berperilaku. Untuk mengadakan suatu perubahan
strategi rasional dan empirik yang didasarkan dari hasil penemuan atau riset untuk
diaplikasikan dalam perubahan manusia yang memiliki sifat rasional akan menggunakan
rasionalnya dalam menerima sebuah perubahan.

Langkah dalam perubahan atau kegiatan yang diinginkan dalam strategi rasional empirik
ini dapat melalui penelitian atau adanya desiminasi melalui pendidikan secara umum
sehingga melalui desiminasi akan diketahui secara rasional bahwa perubahan yang akan
dilakukan benar-benar sesuai dengan rasional.

Strategi ini juga dilakukan pada penempatan sasaran yang sesuai dengan kemampuan dan
keahlian yang dimiliki sehingga semua perubahan akan menjadi efektif dan efisien, selain
itu juga menggunakan sistem analisis dalam pemecahan masalah yang ada.

b. Strategi Reedukatif Normatif


Strategi ini dilaksanakan berdasarkan standar norma yang ada di masyarakat. Perubahan
yang akan dilaksanakan melihat nilai-nilai normatif yang ada di masyarakat sehingga tidak
akan menimbulkan permasalahan baru di masyarakat.

Standar norma yang ada di masyarakat ini di dukung dengan sikap dan sistem nilai
individu yang ada di masyarakat. Pendekatan ini dilaksanakan dengan mengadakan
intervensi secara langsung dalam penerapan teori-teori yang ada. Strategi ini dilaksanakan
dengan cara melibatkan individu, kelompok atau masyarakat dan proses penyusunan
rancangan untuk perubahan. Pelaku dalam perubahan harus memiliki kemampuan dalam
berkolaborasi dengan masyarakat. Kemampuan ilmu perilaku harus dimiliki dalam
pembaharu.

c. Strategi Paksaan- Kekuatan


Dikatakan strategi paksaan-kekuatan karena adanya penggunaan kekuatan atau kekuasaan
yang dilaksanakan secara paksa dengan menggunakan kekuatan moral dan kekuatan
politik. Strategi ini dapat dilaksanakan dalam perubahan sistem kenegaraan, penerapan
sistem pendidikan dan lain-lain.
Menurut Tiffany dan Lutjens (1989) telah mengidentifikasi tujuh strategi berubah yang
cocok dengan kontinum dari yang paling netral sampai yang paling koersif.
1).Edukasi
Strategi ini memberikan suatu presentasi fakta yang relatif tidak bisa yang dimaksudkan
untuk berfungsi sebagai justifikasi rasional atas tindakan yang terencana.
2).Fasilitatif
Strategi ini memberikan sumber penting untuk berubah. Strategi ini mengasumsikan
bahwa orang ingin berubah, tetapi membutuhkan sumber-sumber untuk membuat
perubahan tersebut.
3).Teknostruktural
Strategi ini mengubah teknologi untuk mengakses struktur sosial dalam kelompok atau
mengubah srtuktur sosial untuk mendapatkan teknologi. Strategi ini memengaruhi
hubungan antara teknologi, ruang dan struktur. Penggunaan ruang dapat diubah untuk
memengaruhi struktur sosial.
4). Data-based
Strategi ini mengumpulkan dan menggunakan data untuk membuat perubahan sosial. Data
digunakan untuk menemukan inovasi yang paling baik guna memecahkan masalah yang
dihadapi.
5). Komunikasi
Strategi komunikasi menyebarkan informasi sepanjang waktu melalui saluran dalam
sistem sosial.
6). Persuasif
Pemakaian penalaran, debat, dan bujukan dilakukan untuk menyebabkan perubahan.
7). Koersif
Terdapat hubungan wajib antara perencana dan pengadopsi. Kekuasaan digunakan untuk
menyebabkan perubahan.

4. Reaksi – Reaksi Terhadap Perubahan


a. Perubahan Dalam Keperawatan
Dalam perkembangannya keperawatan juga mengalami proses perubahan seiring dengan
kemajuan dan teknologi. Alasan terjadinya perubahan dalam keperawatan antara lain:
1).Keperawatan Sebagai Profesi
Keperawatan sebagai profesi yang diakui oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan melalui asuhan keperawatan tentu akan dituntut untuk selalu berubah kearah
kemandirian dalam profesi keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami
perubahan kearah professional dengan menunjukan agar profesi keperawatan diakui oleh
profesi bidang kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
2).Keperawatan Sebagai Bentuk Pelayanan Asuhan Keperawatan
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan asuhan keperawatan professional yang diberikan
kepada masyarakat akan terus memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dengan
mengadakan perubahan dalam penerapan model asuhan keperawatan yang tepat, sesuai
dengan lingkup praktek keperawatan.
3).Keperawatan Sebagai Ilmu Pengetahuan
Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus selalu berubah dan berkembang sejalan
dengan tuntutan zaman dan perubahan teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan
perubahan melalui penelitian keperawatan sehingga ilmu keperawatan diakui secara
bersama oleh disiplin ilmu lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam keilmuan.
4).Keperawatan Sebagai Komunikasi
Keperawatan sebagai komunikasi dalam masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa
professional dalam tugas dan tanggung jawabnya dan selalu mengadakan perubahan
sehingga citra sebagai profesi tetap bertahan dan berkembang.
b. Hambatan Dalam Perubahan
Perubahan tidak selalu mudah untuk dilaksanakan akan tetapi banyak hambatan yang akan
diterimanya baik hambatan dari luar maupun dari dalam. Diantara hal yang menjadi
hambatan dalam perubahan adalah sebagai berikut:
1).Ancaman Kepentingan Pribadi
Ancaman kepentingan pribadi ini merupakan hambatan dalam perubahan karena adanya
kekhawatiran adanya perubahan segala kepentingan dan tujuan diri. Contohnya dalam
pelaksanaan standarisasi perawat profesional dimana yang diakui sebagai profesi perawat
adalah minimal pendidikan DIII keperawatan, sehingga bagi lulusan SPK yang dahulu dan
tidak ingin melanjutkan pendidikan akan terancam bagi kepentingan dirinya sehingga hal
tersebut dapat menjadikan hambatan dalam perubahan.
2).Persepsi Yang Kurang Tepat
Persepsi yang kurang tepat atau informasi yang belum jelas ini dapat menjadi kendala
dalam proses perubahan. Berbagai informasi yang akan dilakukan dalam sistem perubahan
jika tidak dikomunikasikan dengan jelas atau informasinya kurang lengkap, maka tempat
yang akan dijadikan perubahan akan sulit menerima sehingga timbul kekwatiran dari
perubahan tersebut.
3).Reaksi Psikologis
Reaksi psikologis ini merupakan faktor yang menjadi hambatan dalam perubahan, karena
setiap orang memiliki reaksi psikologis yang berbeda dalam merespons perbedaan sistem
adaptasi. Pada setiap orang juga dapat menimbulkan reaksi psikologis yang berbeda
sehingga bisa menjadi hambatan dalam perubahan. Contohnya apabila akan dilakukan
perubahan dalam sistem praktek keperawatan mandiri bagi perawat. Jika perawat belum
bisa menerima secara psikologis, akan timbul kesulitan karena ada perasaan takut sebagai
dampak dari perubahan.
4). Toleransi Terhadap Perubahan Rendah
Toleransi terhadap perubahan ini tergantung dari individu, kelompok atau masyarakat.
Apabila individu, kelompok atau masyarakat tersebut memiliki toleransi yang tinggi
terhadap perubahan, maka akan memudahkan proses perubahan tetapi apabila toleransi
seseorang terhadap perubahan sangat rendah, maka perubahan tersebut akan sulit
dilaksanakan.
5).Kebiasaan
Pada dasarnya seseorang akan lebih senang pada sesuatu yang sudah diketahui
sebelumnya atau bahkan sudah dilaksanakan sebelumnya dibandingkan dengan sesuatu
yang baru dikenalnya, karena keyakinan yang dimiliki sangat kuat. Faktor kebiasaan ini
yang menjadikan hambatan dalam perubahan.
6). Ketergantungan
Ketergantungan merupakan hambatan dalam proses perubahan karena ketergantungan
menyebabkan seseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai tujuan tertentu.
Suatu perubahan akan menjadi masalah bagi seseorang yang selalu menggantungkan diri
sehingga perubahan akan sulit dilakukan.
7). Perasaan Tidak Aman
Perasaan tidak aman juga merupakan faktor penghambat dalam perubahan karena adanya
ketakutan terhadap dampak dari perubahan yang juga akan menambah ketidak amanan
pada diri, kelompok atau masyarakat.
8). Norma
Norma merupakan segala aturan yang didukung oleh anggota masyarakat yang tidak boleh
dirubah. Apabila akan melakukan proses perubahan namun perubahan tersebut
bertentangan dengan norma maka perubahan tersebut akan mengalami hambatan.
Sebaliknya jika norma tersebut sesuai dengan prinsip perubahan, maka akan sangat mudah
dalam perubahan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Teori Sistem
Sistem merupakan suatu komponen yang didalamnya memiliki subsistem yang saling
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Dalam keperawatan, teori sistem
merupakan suatu kesatuan yang harus di pelajari oleh seorang perawat sehingga dapat
diterapkan dalam proses pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Dalam sistem ada beberapa subsistem yang saling mendukung. Dalam hal ini perawat harus
mengetahui apa keluhan atau masalah yang dialami pasien di dalam kehidupan masyarakat,
di sini seorang perawat harus tahu bagaimana mempelajari masalah yang timbul dalam
kehidupan masyarakat karena persepsi setiap orang dalam menanggapi suatu masalah yang
terjadi berbeda.
Proses tindakan yang akan di lakukan perawat untuk mengubah masukan yang telah muncul
dalam kehidupan masyarakat, perawat harus mengubah cara pikir dari masyarakat terhadap
berbagai masukan yang muncul. Setelah memberikan pelayanan kesehatan perawat melihat
dan memahami bagaimana cara dari anggota masyarakat dalam menerima pelayanan
kesehatan serta dampak atau apa akibat yang timbul dalam masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang di berikan.
Pasien akan memberikan Umpan balik terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan perawat,
dan pasien akan bertanya atau memberikan kritik tentang suatu masalah yang di hadapi.
Disamping itu juga, Perawat harus mengetahui bagaimana lingkungan kediaman dari pasien
tersebut sehingga memudahkan perawat mengetahui apa sebernarnya yang dialami pasien
sampai menyebabkan penyakit.
Perlu di ketahui jika dalam suatu sistem telah kehilangan satu komponen maka sistem
tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Suatu sistem akan berjalan dengan baik
apabila di lakukan secara bertahap dan tetap berdasarkan tujuan.
1. Tujuan Sistem
Suatu sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) atau mencapai suatu sasaran
(objectives). Goal meliputi ruang lingkup yang luas, sedangkan objectives meliputi ruang
lingkup yang sempit. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak
akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan
sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Karena suatu system dikatakan berhasil jika
mencapai tujuan dan dikatakan gagal jika tujuannya tersebut tidak tercapai.
2.Klasifikasi Sistem
a.Kesatuan atau Nonsumatisivitas
Suatu sistem yang dicirikan oleh sifat-sifat kesatuan. Keseluruhan lebih besar dari pada
jumlah bagian-bagiannya, dan merupakan cara yang lazim untuk mendefinisikan konsep ini
(Wright dan Leahey, 18984, young, 1982)
b. Sistem Sosial
Sistem sosial ialah suatu model organisasi sosial, sistem sosial merupakan suatu sistem yang
hidup, yang memiliki suatu sistem unit yang berbeda-beda dengan bagian-bagian
komponennya dan dapat dibedakan dari lingkungan oleh suatu batas yang didefinisikan
secara jelas. Parson dan Bales (1955), mendefinisikan suatu sistem sosial suatu sistem yang
terdiri dari peran-peran sosial yang dilihat oleh interaksi dan saling ketergantungan satu sama
lain. (Anderson & Carter, 1974).
c. Sistem Terbuka
Sistem yang dicirikan oleh tingkat interaksi sistem tersebut dengan lingkungan sekitarnya.
Sebuah sistem terbuka adalah terdapat dalam suatu lingkungan yang dengannya sistem
tersebut berinteraksi, sistem terbuka tersebut memperoeh asupan dan terhadap lingkungan
sistem tersebut memberikan keluaran. Interaksi lingkungan sangat penting bagi
keberlangsungan hidup sistem tersebut ( Buckley, 1967). Berdasarkan definisi ini suatu
sistem yang hidup adalah sestem terbuka.
d. Sistem Tertutup
Secara teoritis, sebuah sistem tertutup berbeda dengna sistem terbuka, sistem ini tidak
berinteraksi dengan lingkungan. Sebuah inti yang self complete, untuk kelangsungan
hidupnya, sistem ini tidak tergantung kepada pertukaran lingkungan yang berlangsung terus-
menerus. Karena belum ada sistem tertutup murni yang mendemonstrasikan dalam realita,
“tertutup” menyatakan suatu kurangnya pertukaran energi yang melewati batas-batas suatu
sistem(Parson & Bales, 1955).
2. Pendekatan Pendekatan Yang Dapat digunakan untuk Menerangkan Dalam Sistem
a. Prosedur
Yaitu “suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang berupa urutan kegiatan yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Prosedur adalah
“rangkaian operasi klerikal (tulis menulis), yang melibatkan beberapa orang di dalam satu
atau lebih departemen yang digunakan untuk menjamin penanganan yang seragam.
b. Komponen/elemen
Yaitu “kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu”. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa sub sistem, dan sub-sub sistem
tersebut dapat pula terdiri dari beberapa sub-sub sistem yang lebih kecil.

B. Konsep Berubah

Bagi sebagian individu, perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivator dalam
meningkatkan prestasi atau penghargaan. Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang
sebagai sesuatu yang mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang
selama ini didapat.
Perubahan muncul dalam beberapa macam, ada yang bersifat positif dan yang bersifat
negatif. Perubahan positif dapat membawa pandangan individu menjadi lebih berkembang,
menjadi lebih luas cara berpikirnya. Perubahan negatif dapat menyebabkan individu menjadi
menurun atau terfokus pada hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri.
Perawat harus mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan dari individu sehingga
memudahkannya untuk mengetahui apakah perubahan yang terjadi pada pasien sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Disamping itu perubahan yang terjadi pada seorang pasien
bergantung pada bagaimana sikap seorang perawat melakukan pelayanan kesehatan.
Contohnya, dalam memberikan pelayanan kepada seorang pasien yang sedang sakit parah.
Peran seorang perawat disini sangat penting, karena seorang pasien yang sakit parah sangat
membutuhkan banyak dukungan bahkan perhatian baik dari keluarganya maupun dari
perawat itu sendiri. Tapi jika sikap seorang perawat itu tidak memperhatikan apa yang sedang
dibutuhkan pasien tersebut maka dalam hal ini, seorang perawat di anggap gagal dalam
melakukan pelayanan terhadap pasien. Karena salah satu bagian yang sangat penting, ketika
menjadi seorang perawat adalah bagian dari melayani.
Ketika kita melayani dengan sungguh-sungguh kepada seseorang (pasien), tanpa melihat latar
belakang dari orang (pasien) tersebut, itu dapat di ibaratkan kita sedang melayani Tuhan.
Karena jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, maka dampak yang akan
kita peroleh juga terutama kita sebagai seorang perawat, lebih besar dan akan sangat
bermanfaat bagi kehidupan kita.
1. Kecepatan Perubahan
Kecepatan suatu perubahan akan meliputi berbagai aspek di antaranya :
a. Jenis dan kecepatan suatu perubahan akan mempengaruhi sistem respon terhadap
perubahan itu sendiri,
b. Perubahan yang terjadi dengan cepat memungkinkan seseorang resisten terhadap
perubahan,
c. Perubahan yang sangat lambat, biasanya diasumsikan sebagai yang mudah untuk
diimplementasikan.
2. Pola Perubahan
Pola perubahan meliputi :
a. Perubahan dapat berlangsung terus menerus , kadang-kadang, atau jarang,
b. Perubahan yang dapat diprediksi menungkinkan adanya persiapan, tetapi yang bersifat
tiba-tiba atau tidak dapat diperkirakan akan sulit merespon secara efektif,
c. Perubahan yg tiba-tiba akan sulit untuk ditangani.
3. Karakteristik Perubahan
Karakteristik perubahan yaitu :
a. Tidak semua perubahan itu sama,
b. Tidak dapat dianalisis bersama-sama,
c. Berbeda : jenis, intensitas, pola,dan kecepatan.
4. Alasan Perubahan diperlukan
Alasan mengapa perubahan itu diperlukan dalam praktek keperawatan yaitu:
a. Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi perawat dan klien,
b. Meningkatkan profitability,
c. Meningkatkan kinerja ,
d. Memberikan kepuasan bagi individu dan kehidupan sosialnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan teori diatas kami kelompok dapat menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip
keperawatan secara holistik yang di dalamnya memiliki teori sistem dan konsep berubah
merupakan bahan ajar yang memudahkan kami sebagai seorang perawat dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sistem akan berjalan lancar apabila di gerakkan secara bersama- sama tanpa
mengesampingkan yang lainnya. Begitu juga dengan konsep perubahan. Perubahan dapat
membawa individu menjadi lebih berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.
B. Saran
1. Sebaiknya sebagai seorang perawat, apabila akan melakukan pelayanan kesehatan,
perawat harus mempelajari dahulu apa-apa yang menjadi prioritas dalam memberikan
pelayanan kesehatan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan pasien.
2. Perawat harus mempelajari sistem dan perubahan yang ada dalam diri seorang pasien
tanpa membandingkan status ekonomi dari pasien tersebut sehingga tidak menimbulkan
perbedaan pendapat.
3. Hadapi setiap perubahan dengan tenang dan penuh humor (yakinlah bahwa perubahan
adalah hal yg sulit, dan menjadi agen pembaharuan akan lebih sulit).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Perubahan Dalam Keperawatan. Wikipedia. Jakarta.


Dalamhttp://rofiqahmad.wordpress.com/2008/05/07/perubahan-dalam-keperawatan/. Diakses
pada 31 Agustus 2010 Pukul 13:05 wita
Anonim. 2010. Aplikasi Teori Adaptasi Dalam Kasus Discectomi. Wikipedia. Jakarta.
Dalam http:///F:/aplikasi-teori-adaptasi-dalam-kasus.html. Diakses pada 31 Agustus 2010
Pukul 14:01 wita
Arifiyanto, Dafid. 2008. Konsep Berubah. Wikipedia. Jakarta. Dalam
http://dafid-pekajangan.blogspot.com/2008/03/konsep-
berubah.html.Diakses pada31 Agustus 2010 Pukul 12:40 wita
Barbara, Kozier dkk. 2006. Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 4. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Hidayat, Alimul Aziz A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit Salemba
Medika. Surabaya
Nursalam, Dr. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Penerbit
salimba medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai