Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada akhir dasawarsa abad ke-20, demokratisasi menjadi salah satu isu

yang paling populer diperbincangkan. Indikasi nyata dari kepopuleran isu itu

adalah berlipat gandanya jumlah negara yang menganut sistem pemerintahan

demokratis. Negara yang awalnya tidak demokratis, serta merta merubah

haluan negaranya menjadi demokratis.

Saat ini banyak sekali Negara yang menganut Sistem Demokrasi sebagai

sistem pemerintahannya. Sistem ini popular karena melibatkan masyarakat

merupakan komponen utamanya. Pemerintah dipilih langsung oleh rakyat

yang berfungsi sebagai penyalur aspirasi dan membuat kebijakan untuk

kepentingan rakyat demi kesejahteraan rakyat. Sistem Demokrasi juga

digunakan di Indonesia dengan berdasarkan Pancasila. Indonesia memiliki

Badan Legislatif yang anggotanya merupakan wakil rakyat. Rakyat juga

berwenang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.

Demokrasi pada substansinya adalah sebuah proses pemilihan yang

melibatkan banyak orang untuk mengangkat seseorang yang berhak

memimpin dan mengurus tata kehidupan komunal mereka. Dan tentu saja

yang akan mereka angkat atau pilih hanyalah orang yang mereka sukai.

Mereka tidak boleh dipaksa untuk memilih suatu sistem ekonomi, sosial atau

politik yang tidak mereka kenal atau tidak mereka sukai. Mereka berhak

1
mengontrol dan mengevaluasi pemimpin yang melakukan kesalahan, berhak

mencopot dan menggantinya dengan orang lain jika menyimpang.

Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi

manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di

depan hukum. Dari sini kemudian muncul idiom-idiom demokrasi, seperti

egalite (persamaan), equality (keadilan), liberty (kebebasan), dan human right

(hak asasi manusia).

Wacana demokrasi dan Islam sering diwarnai pro dan kontra, wacana

tersebut selalu menarik untuk diperbincangkan meskipun umat Islam

sebenarnya tidak pernah sepakat dengan maknanya. Hal ini tampak dari

panggung politik kontemporer, semakin banyak gerakan-gerakan Islam

melibatkan diri dalam isu demokratisasi dan civil society. Hubungan antara

demokrasi dan Islam saat ini begitu kompleks. Sistem demokrasi Barat dalam

perkembanganya menjadi pilihan negara-negara berkembang karena diyakini

sebagai sistem yang menjunjung tinggi keadilan dan hak asasi manusia.1

Gelombang demokrasi Barat telah meluas keberbagai negara, termasuk

negara-negara yang berpenduduk muslim. Sejak tahun 1790 hanya terdapat

tiga negara yang menganut sistem demokrasi liberal antara lain negara

Amerika Serikat, Swiss, dan Perancis. Pada tahun 1848 jumlahnya

berkembang menjadi lima negara, tahun 1900 berjumlah tiga belas negara,

tahun 1919 berjumlah dua puluh lima negara, tahun 1940 berkembang
1
Abdul Mustaqim, “Mendialogkan Islam dan Demokrasi: Persimpangan
Doktrin dan Implementasi”, Profetika, Vol.4, No.2 Juli 2002, (Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2002), h. 202

2
jumlahnya menjadi tiga belas negara, tahun 1960 berjumlah tiga puluh enam

negara, tahun 1975 berjumlah tiga puluh negara dan pada tahun 1990

berjumlah enam puluh satu negara.

Seolah tidak ingin diberi label anti demokrasi, banyak kalangan Muslim

yang kemudian menyatakan bahwa Islam sudah sesuai dengan demokrasi

Barat. Karena demokrasi Barat sudah menjadi tren global, banyak orang yang

kemudian menyuarakan demokrasi sebagai sebuah sistem yang ideal dan tepat

bagi suatu negara yang kemudian harus diikuti oleh setiap manusia. Ada yang

berpendapat, dengan demokrasi suatu bangsa akan menjadi bangsa besar dan

kuat. Ada sebagian kalangan yang menjadikan demokrasi bukan sekedar

mekanisme pemilihan kepemimpinan tetapi sebagai jalan hidup.2

Gelombang besar demokrasi ini kemudian menarik kalangan Muslim

untuk masuk kepusaran gelombang isu demokrasi tersebut. Supaya tidak

dikatakan tertinggal dalam sistem demokrasi dan masuk bagian dari pergaulan

global, banyak yang kemudian mengikuti konsep demokrasi tersebut tanpa

mempertimbangkan dengan matang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Banyak pihak yang mempertanyakan apakah ajaran Islam dan nilai-nilai

demokrasi selaras dan compatible. Bahkan terdapat pihak-pihak yang tidak

setuju bahwa definisi demokrasi seringkali dirumuskan secara sempit dari

sudut pandang Barat semata.

2
Adian Husaini, “Menimbang Kembali Konsep Demokratis”, Akademika,
Vol. 4, No. 1, November 2009, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2009), h.7.

3
Gagasan kedaulatan rakyat sebagai ide dasar demokrasi Barat tidak dapat

dibenarkan dalam Islam. Kedaulatan tertinggi dalam demokrasi Barat mutlak

ditangan rakyat, artinya bahwa rakyat adalah sumber kekuasaan tertinggi

dalam negara. Bahkan keputusan-keputusan moyoritas tersebut dapat

mengesampingkan kehendak Allah SWT.3

Islam adalah agama yang mengandung aspek individual dan aspek sosial.

Negara adalah bagian dari aspek sosial dalam kehidupan beragama di dalam

Islam. Ketika seseorang menjalankan Islam, maka orang tersebut akan

menyangkut persoalan publik. Diantara masalah publik itu adalah negara.

Tidak dibenarkan umat Islam meletakan agama di satu sisi dan negara di sisi

lain. Negara terkait erat dengan agama dan tidak ada pemisahan. Antara

agama dan politik tidak dapat dipisahkan, karena dalam ajaran agama Islam

terkandung aturan-aturan hidup yang tidak hanya mengandung ajaran yang

terkait dengan permasalahan ibadah saja. Islam terdapat juga bahasan tentang

keduniawian termasuk urusan politik dan kenegaraan.

Demokrasi Barat telah gagal mewujudkan cita-cita demokrasi itu sendiri,

yaitu kedaulatan rakyat di semua aspek kehidupan. Demokrasi Barat hanya

memberikan kedaulatan rakyat di bidang politik saja sedangkan di bidang

ekonomi berlaku kedaulatan kaum pemodal.

Demokrasi Barat besifat negatif karena ciri individualisme yang

terkandung dalam paham liberalisme yang melahirkan demokrasi Barat,

3
Yusril Iihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam politik
Islam (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 245.

4
semangat individualisme ini memang telah melahirkan demokrasi atau

kedaulatan rakyat dalam kehidupan politik, tetapi memunculkan kapitalisme

di bidang ekonomi. Dalam penerapanya, terutama dalam bidang ekonomi,

individualisme telah menimbulkan kepincangan dan ketidakadilan dalam

masyarakat. Dalam hubunganya dengan negeri-negeri terjajah, demokrasi

Barat telah menghasilkan diskriminasi yang bersifat rasialis dan menindas.

Individualisme menghalangi terwujudnya demokrasi dalam arti yang

sebenarnya, yaitu kedaulatan rakyat di semua aspek kehidupan. Demokrasi

Barat harus ditolak sebagai dasar untuk membangun Indonesia.4

Meskipun Indonesia menerapkan sistem demokrasi multipartai yang

cenderung liberal selama kurun waktu 15 tahun terakhir sejak tahun 1999

masa pasca otoritarianisme Presiden Soeharto, masih banyak kalangan

khususnya luar negeri, yang belum yakin dengan masa depan demokrasi di

Indonesia. Masih terdapat skeptisisme dalam pikiran mereka, khususnya

menyangkut hubungan antara Islam dan demokrasi di negara yang

berpenduduk mayoritas Muslim seperti Indonesia. Dalam konteks itu, tidak

mengherankan jika pembicaraan tentang Indonesia, Islam dan demokrasi

menjelang dan pascapilpres 2014 masih menjadi agenda percakapan dalam

berbagai konferensi dan seminar, khususnya di luar negeri.5

4
Zulfikri Sulemen, Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung
Hatta, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), h.13-15.
5
Wawan Tunggul Alam, Demi Bangsaku Pertentangan Bung Karno vs
Bung Hatta, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.60.

5
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia harus bertumpu pada nilai-nilai

Ketuhanan Yang Maha Esa pada semua aspek kehidupan. Sehingga keadilan

dan kesejahteraan akan terwujud dengan baik.

Dari pemaparan di atas, maka penulisbermaksud melakukan penelitian

dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “KONSEP ISLAM DAN

DEMOKRASI MENURUT YUSUF AL-QARADHAWI”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dalam rangka untuk membatasi agar tidak melebarnya pembahasan pada

penulisan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan ini pada

pandangan Yusuf al-Qarahawi tentang konsep Islam dan Demokrasi.

Sementara rumusan masalah dalam skripsi adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang Islam dan

demokrasi?

2. Bagaimana fatwa-fatwa Yusuf al-Qaradhawi tentang demokrasi dalam

Islam?

3. Bagaimana implikasi pemikiran Yusuf al-Qaradhawi bagi

pengembangan demokrasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk mengetahui pemikiran, fatwa, dan

implikasi padangan Yusuf al-Qaradhawi tentang konsep Islam dan demokrasi.

6
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas mengenai pandangan

Yusuf al Qaradhawi mengenai konsep Islam dan demokrasi.

2. Untuk menambah khasanah keilmuan, khusunya di bidang Islam dan

demokrasi.

3. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Sejarah

Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam

Negeri (UIN) Syaruf Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Sudah banyak peneliti yang mengangkat isu demokrasi dan Islam menjadi

bahan penelitiannya. Salah satunya Muhammad Taufik dalam skripsinya Ide

Demokrasi Dalam Konsep ‘Ashabiyah Ibnu Khaldun (2008). Dalam

tulisannya dapat disimpulkan bahwa saudara Muhammad Taufik ingin

mengupas lebih jauh konsep demokrasi dalam pandangan Ibnu Khaldun.

Pada pembahasan kali ini, penulis mencoba untuk membahas pandangan

Yusuf al-Qaradhawi mengenai konsep Islam dan demokrasi. Hal ini penulis

lakukan, karena tema ini belum dibahas dalam penelitian terdahulu.

E. Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan studi kepustakaan

(library research) yang terdiri dari sumber primer dengan merujuk langsung

7
pada karya-karya Yusuf al-Qaradhawi. Selain itu, penulis juga menggunakan

sumber sekunder seperti buku, ensiklopedi, jurnal, majalah, dan sumber-

sumber lainnya yang relevan dengan pemikiran Yusuf al-Qaradhawi.

Setelah penulis mengumplkan data baik dari sumber primer maupun

sekunder, penulis kemudian melakukan telaah terhadap karya-karya tersebut

untuk menemukan pemikiran Yusuf al-Qaradhawi mengenai Islam dan

demokrasi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk berusaha

sekuat tenaga untuk menemukan pokok pikiran Yusuf al-Qaradhawi.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif

analitis, yaitu melalui penyajian data pendapat Yusuf al-Qaradhawi terkait

Islam dan demokrasi, untuk kemudian penulis analisa lalu dijadikan

kesimpulan. Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu kepada

buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) dengan

penulis Hamid Nasuhi, dkk terbitan CeQDA, Cet. Ke-2, 2007.

F. Sistematika Penulisan

Pada penulisan skripsi ini penulismenggunakan sistematika sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakna masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

8
BAB II Tradisi intelektual Yusuf al-Qaradhawi, yang membahas tentang

sosio historis Yusuf al-Qardhawi, dan riwayat hidup Yusuf al-Qaradhawi.

BAB III Gambaran Umum Islam dan Demokrasi yang terdiri pengertian

demokrasi, perbedaan dan persamaan demokrasi dalam Islam dan Barat.

BAB IV Islam dan Demokrasi yang terdiri dari implementasi di dunia

khususya dunia Islam.

BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Wawan Tunggul. Demi Bangsaku Pertentangan Bung Karno vs Bung

Hatta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Husaini, Adian. “Menimbang Kembali Konsep Demokratis”, Akademika, Vol. 4,

No. 1, November 2009, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta,

2009.

Mahendra, Yusril Iihza. Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam.

Jakarta: Paramadina, 1999.

Mustaqim,Abdul. “Mendialogkan Islam dan Demokrasi: Persimpangan Doktrin

dan Implementasi”, Profetika, Vol.4, No.2 Juli 2002, (Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2002.

Suleman, Zulfikri. Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta.

Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.

10

Anda mungkin juga menyukai