Anda di halaman 1dari 28

1. a.

Pentingnya bimbingan kejuruan di SMK;


b. Jelaskan pengertian dan sekaligus perbedaannya antara bimbingan
kejuruan, bimbingan konseling, bimbingan penyusuluhan, dan
bimbingan karir;
2. Jelaskan butir-butir filosofi pendidikan kejuruan (16 butir) yang terkait
dengan bimbingan kejuruan.
1) Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih
merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
2) Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-
tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti
yang ditetapkan di tempat kerja.
3) Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan
berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
4) Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu
memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat
yang paling tinggi.
5) Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau
pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya,
yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya.
6) Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk
membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-
ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
7) Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan
pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
8) Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh
seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
9) Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
10) Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika
pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
11) Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu
okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.

-1-
12) Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain.
13) Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika
sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan
memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
14) Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan
dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat
peserta didik tersebut.
15) Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.
16) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi
maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.

3. Substansi Yang Ada Dalam Dasar Hukum (Aspek Yuridis) Terhadap


Bimbingan Kejuruan
Landasan perundang-undangan dari penyusunan panduan ini, yaitu:
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4941);

-2-
4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor;
5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan;
6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah;
7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
9) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006
dan Kurikulum 2013;
10) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
12) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 63 tahun 2014 tentang Kegiatan Kepramukaan pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
13) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 64 tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah;
14) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

-3-
15) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 5 tahun 2015 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Dididk,
Penyelenggaraan Ujian Nasional, dan Penyelenggaraan Ujian
Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada SMP/MTs atau yang
Sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang Sederajat;
16) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 57 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pemerintah Melalui Ujian Nasional, dan Penilaian Hasil Belajar oleh
Satuan Pendidikan Melalui Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan
Kesetaraan pada SMP/MTs atau yang Sederajat dan SMA/MA/SMK
atau yang Sederajat;
17) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah.
18) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar dalam
Pendidikan.

4. Visi Dan Misi BK


Visi
Visi pelayanan BK adalah terwujudnya kehidupan pribadi-sosial-
individu sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang
membahagiakan sesuai dengan karakter bangsa melalui tersedianya
pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan
pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal,
mandiri, mampu mengendalikan diri dan bahagia.
Misi pelayanan BK meliputi:
1) Misi pendidikan, yaitu misi pelayanan BK yang memfasilitasi
pengembangan peserta didik/sasaran layanan melalui pembentukan
perilaku efektifnormatif dan berkarakter-cerdas dalam kehidupan
keseharian dan masa depan melalui upaya pendidikan yang dijalani
peserta didik/sasaran layanan.

-4-
2) Misi pengembangan, yaitu misi pelayanan BK yang memfasilitasi
pengembangan potensi dan kompe-tensi peserta didik/sasaran layanan
yang berkarakter-cerdas di dalam lingkungan satuan pendidikan, keluarga
dan masyarakat.
3) Misi pengentasan masalah, yaitu misi pelayanan BK yang
memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik sasaran layanan
mengacu pada kehidupan efektif dan berkarakter-cerdas sehari-hari.

5. Sebutkan Tujuan Bimbingan Kejuruan Dan Bagaimana Aplikasinya Di


SMK
Secara umum pelayanan bimbingan kejuruan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
dalam bentuk kehidupan efektif sehari-hari (KES) sesuai dengan tuntutan
karakter-cerdas yang terpuji, kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan
perkembangan peserta didik. Pelayanan bimbingan kejuruan juga secara
khusus membantu peserta didik berkenaan dengan arah perminatan mereka
mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan. Di samping itu pelayanan BK
menangani permasalahan peserta didik dalam bentuk kehidupan efektif
sehari-hari yang terganggu (KES-T), yaitu kehidupan pribadi dan kehidupan
di dalam lembaga satuan pendidikan, hubungan teman sebaya, kehidupan
dalam keluarga, kehidupan sosial/kemasyarakatan, serta lingkungan sekitar.
Adapun secara khusus, tujuan bimbingan karier di SMK adalah untuk
membantu atau memfasilitasi perkembangan individu (siswa) agar memiliki
kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
1) Memahami dan menilai dirinya, terutama potensi dasar (bakat, minat,
sikap, kecakapan, dan cita-cita) yang terkait dengan dunia kerja yang
akan dimasukinya kelak. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karier amat dipengaruhi oleh kemampuan individu memahami dan
menilai potensi dasar yang dimilikinya. Oleh karena itu, maka setiap
siswa perlu dibantu untuk memahami potensi dasar dirinya, sehingga
menentukan pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai dengan dunia
kerja pilihannya itu.

-5-
2) Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada diri dan
masyarakatnya, sehingga menumbuhkan sikap positif terhadap dunia
kerja. Sikap positif berarti bahwa individu mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apa pun tanpa merasa rendah diri, yang penting bermakna bagi
diri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama yang
dianutnya.
3) Mengetahui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi
dirinya serta memahami jenis-jenis pendidikan dan/atau pelatihan yang
diperlukan untuk mengembangkan karier dalam bidang pekerjaan
tertentu. Melalui pengetahuan dan pemahaman tersebut individu
terdorong untuk membentuk identitas karier dengan cara mengenali ciri-
ciri pekerjaan, persyaratan yang dituntut, lingkungan pekerjaan, prospek
kerja, dan kesejahteraan kerja.
4) Menemukan dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan
oleh faktor diri dan lingkungannya.
5) Merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan,
dan kondisi kehidupan sosial-ekonomi.
6) Membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. Misalnya,
apabila seorang siswa bercita-cita menjadi pemandu wisata, dia
senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang
relevan dengan karier kepariwisataan.

Untuk aplikasinya sendiri di SMK bimbingan kejuruan dilakukan melalui


aktivitas-aktivitas seperti:
a. Mengoordinasikan kegiatan seleksi siswa baru untuk memperoleh
kesesuaian bakat, minat dan kemampuan anak
b. Memberikan bimbingan belajar efektif
c. Memberikan layanan bimbingan belajar bagi mereka yang mengalami
gangguan belajar
d. Mengoordinasikan kegiatan pemasaran tamatan
e. Penelusuran tamatan
Dengan demikian maka pelaksanaan bimbingan kejuruan di SMK sudah
sesuai denganfungsinya.

6. Prinsip-Prinsip Bimbingan Karir Di SMK

-6-
f. Bimbingan karier ditujukan bagi semua individu. Prinsip ini berarti
bahwa bimbingan karier diberikan kepada semua individu atau
peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah;
baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Dengan demikian, bimbingan karier merupakan suatu proses bantuan
atau layanan yang berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup
seseorang; bukan merupakanperistiwa yang terpilah satu sama lainnya.
g. Bimbingan karier merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
(siswa) yang sedang dalam proses berkembang. Dengan demikian, ciri-
ciri dan tugastugas perkembangan pada tahap tertentu hendaknya
dijadikan dasar pertimbangan dalam setiap kegiatan bimbingan
karier. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan
karier lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada
penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik atau pendekatan
dalam setting (adegan) kelompok daripada perseorangan (individual).
Pendekatan prventif adalah layanan bimbingan untuk mencegah
individu/klien agar tidak terjerumus kepada masalah dalam proses
pengembangan dirinya. Pendekatan pengembangan adalah layanan
bimbingan untuk memfasilitasi laju perkembangan individu/klien.
Pendekatan kuratif adalah layanan bimbingan untuk menyembuhkan
individu/klien dari masalah psikologis atau model pencarian jalan
keluar dari masalah yang dihadapi individu.
h. Bimbingan karier bersifat individual. Setiap individu bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan karier individu
dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut.
Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah
individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan teknik
kelompok.
i. Bimbingan karier menekankan hal yang positif. Dalamkenyataan masih
ada individu yang memiliki persepsi yang negatif terhadap
bimbingan karier karena bimbingan karier dipandang sebagai satu cara
yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan itu, bahwa

-7-
dalam hal ini bimbingan karier sebenarnya merupakan proses bantuan
yang menekankan pengembangan kekuatan dalam diri dan kesuksesan,
karena bimbingan karier merupakan cara untuk membangun pandangan
yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang
untuk berkembang.
j. Bimbingan karier merupakan usaha bersama. Bimbingan karier bukan
hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru dan
kepala sekolah. Mereka sebagai tim kerja terlibat dalam proses
bimbingan karier. Program bimbingan karier akan berlangsung efektif
apabila ada upaya kerja sama antar personel sekolah, juga dibantu oleh
personel dari luar sekolah, seperti orang tua siswa atau para spesialis.
k. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan
karier. Bimbingan karier diarahkan untuk membantu individu agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan kariernya. Bimbingan
karier berperanan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada
individu. Hal itu sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan kariernya. Kehidupan karier individu diarahkan oleh tujuan
kariernya, dan bimbingan karier memfasilitasi individu untuk
mempertimbangkan, menyesuaikan diri,dan menyempurnakan tujuan
karier melalui pengambilan keputusan yang tepat dan
bertanggungjawab atas keputusan itu. Kemampuan individu untuk
membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi
kemampuan yang harus dikembangkan. Oleh karena itu, bimbingan
karier tidak sekadar memperhatikan hak individu unuk menentukan
pilihan atau mengambil keputusan sendiri, tetapi juga membantu
individu agar memperoleh keterampilan dalam mengembangkan cara-
cara pemenuhan pilihan/putusan itu
secara bertanggung jawab.
l. Bimbingan karier berlangsung dalam berbagai latar kehidupan.
Pemberian layanan bimbingan karier tidak hanya berlangsung di
sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,
lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat. Bidang layanan

-8-
bimbingan karier pun bersifat multi-aspek, yaitu meliputi aspek pribadi,
sosial, dan pendidikan yangterkait dengan karier.

7. Perkembangan Karir Seseorang


Karier seseorang dalam hidupnya mengalami perkembangan mulai
tahap pencarian, penemuan, pemantapan, pemeliharaan, dan sampai tahap
penurunan. Karier seseorang dapat diraih melalui pekerjaan, jabatan,
posisi, dan/atau hobi. Tahap pencarian karier dimulai usia anak-anak sampai
remaja. Tahap penemuan karir dimulai usia dewasa muda sampai
dewasa. Tahap pemantapan karier dimulai pada usia dewasa hingga
tengah baya. Tahap pemeliharaan karier dimulai pada usia tua. Tahap
penurunan karier dimulai pada usia lanjut.
Tabel berikut menggambarkan tahapan perkembangan karier manusia
secara umum.

Berdasarkan tabel di atas, posisi siswa SMK sedang berada pada


tahap eksplorasi dalam perkembangan kariernya. Adapun tugas
perkembangan karier pada masa eksplorasi adalah sebagai berikut.
a. Mengenal keterampilan membuat keputusan karier dan memperoleh
informasi yang relevan untuk membuat keputusan karier.
b. Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan
kesempatan kerja.
c. Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan
minat dan kemampuan.

-9-
d. Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan
mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat
dan kemampuannya.

8. Strategi Implementasi Bimbingan Karir Di SMK


Materi program atau layanan bimbingan karier dikembangkan dari tugas-
tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa
SMK yang tengah memasuki masa remaja. Dalam penerapannya,
konselor dan guru diharapkan berangkat dari pengkajian secara seksama
terhadap setiap rumusan aspek perkembangan, tahap internalisasi, dan
tujuan yang akan dicapai dari setiap kompetensi. Langkah selanjutnya,
konselor dan guru hendaknya mempertimbangkan kesesuaian objek kajian
tersebut dengan mata pelajaran masing-masing dan/atau bidang
pengembangan bakat, minat, dan kreativitas siswa. Pada giliran
berikutnya, konselor dan guru dapat menuangkan hasil pengkajian itu ke
dalam rancangan program bimbingan karier yang terpadu dalam
keseluruhan program pendidikan di sekolah. Melalui langkah-langkah seperti
itu, konselor dan guru diharapkan memperoleh kemudahan dalam
merancang, melaksanakan, dan menilai program bimbingan karier secara
komprehensif.
Materi layanan bimbingan karier bukan seperti materi pembelajaran
yang harus disampaikan oleh guru kepada siswa, melainkan berupa
deskripsi tentang ruang lingkup kegiatan yang diturunkan dari rumusan
kompetensi, dan harus dikelola oleh konselor dan/atau guru dalam bentuk
berbagai kegiatan bimbingan karier yang dilandasi aturan kebijakan dan
prinsip keilmuan. Dalam arti lain, materi merupakan satuan-satuan
layanan yang bertitik-tolak dari dasar pemikian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara profesional. Materi-materi layanan bimbingan
karier yang dapat dikembangkan dan sejalan dengan tugas perkembangan
siswa SMK, antara lain, sebagai berikut.

- 10 -
a. Pengembangan karier yang sesuai dengan ajaran agama; praktik
kegiatan bekerja yang mengarah pengembangan karier menurut ajaran
agama.
b. Pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap pengembangan persiapan
karier; cara-cara mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat
untuk pengembangan karier; praktik cara-cara mengembangkan
kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karier.
c. Kemanfaatan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan
persiapan karier; praktik memanfaatan hubungan teman sebaya dalam
upaya pengembangan persiapan karier; konsep persamaan gender
dalam pilihan dan pengembangan karier.
d. Keterkaitan antara nilai dan cara-cara bertingkah laku dalam kehidupan
sosial yang lebih luas terhadap kondisi bekerja dan pengembangan
karier; praktik mewujudkan hubungan yang baik antara nilai dan
carabertingkah laku pribadi
dan sosial terhadap pengembangan karier.
e. Pengaruh kemampuan, bakat, dan minat terhadap karier; identifikasi
pengaruh kemampuan, bakat, dan minat sendiri terhadap pilihan karier;
identifikasi arah kecenderungan karier sendiri sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minat; identifikasi apresiasi berbagai jenis
karier termasuk karier dalam bidang seni tanpa terlalu terikat pada
kemampuan, bakat, dan minat sendiri.
f. Keterkaitan pengetahuan dan keterampilan programSMK dengan karier-
karier tertentu; praktik peningkatan keterkaitan pengetahuan dan
keterampilan program SMK dengan karier-karier tertentu; keterkaitan
pengetahuan dan keterampilan program SMK dengan arah
pengembangan karier yang diinginkan; identifikasi pilihan
pengembangan persiapan karier yang diinginkan; identifikasi peranan
kehidupan masyarakat untuk pengembangan persiapan karier yang
diinginkan; praktik peranan kehidupan masyarakat untuk
pengembangan persiapan karier yang diinginkan.

- 11 -
g. Kehidupan karier sesuai dengan gambaran tentang kehidupan
mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi; cara-cara
mewujudkan sikap dasar dalam pengembangan karier untuk
kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi, serta
penerapannya.
h. Penerapan sistem etika dan nilai dalam pekerjaan dan pengembangan
karier.

9. Karakteristik Peserta Didik


Karakteristik peserta didik/konseli diartikan sebagai ciri-ciri yang
melekat pada peserta didik/konseli SMK yang bersifat khas dan
membedakannya dengan peserta didik/konseli satu dengan lainnya. Selain
kecerdasan, bakat, minat, dan disposisi lainnya, karakteristik peserta
didik/konseli SMK yang perlu dipahami meliputi aspek-aspek berikut.
1) Aspek Fisik
Peserta didik/konseli SMK berada pada masa remaja madya yang
telah mencapai kematangan fisik diantaranya: perubahan bentuk tubuh,
ukuran, tinggi, berat badan, dan proporsi muka serta badan yang tidak
lagi menggambarkan anak-anak. Hal ini ditunjukkan dengan
terbentuknya fisik khas laki-laki dan perempuan. Perkembangan fisik
yang telah sempurna diiringi dengan perkembangan psikoseksual
dengan kematangan organ-organ seksualnya. Mereka menjadi lebih
memberikan perhatian terhadap penampilan fisiknya serta mulai tertarik
pada lawan jenisnya.
2) Aspek Kognitif
Perkembangan pemikiran peserta didik/konseli SMK mulai
menunjukkan kemampuan berpikir logis yang lebih baik. Mereka
mulai mampu berfikir yang menghubungkan sebab dan akibat dari
kejadian-kejadian di lingkungannya. Pemahaman terhadap diri serta
lingkungannya mulai lebih meluas dan mendalam. Mereka cenderung
berfikir secara ideal, sehingga seringkali mengkritisi maupun menentang
pemikiran orang dewasa. Walaupun mereka memiliki argumentasi-

- 12 -
argumentasi pemikiran yang berkembang, namun juga sering merasa
ragu-ragu sehubungan dengan keterbatasan pengalaman yang
dimilikinya. Peserta didik/konseli SMK juga menampakkan egosentrisme
berfikir, yang menganggap dirinya benar serta cenderung menentang
pemikiran orang dewasa maupun aturan-aturan di lingkungannya.
3) Aspek Sosial
Pada aspek sosial, peserta didik/konseli SMK mulai tumbuh
kemampuan memahami orang lain. Kemampuan ini mendorongnya
menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya. Mereka menjalin
hubungan pertemanan yang erat dan menciptakan identitas kelompok
yang khas. Hubungan kelompok sebaya lebih menguat serta
cenderung meninggalkan keluarga. Orang tua merasa kurang
diperhatikan. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap
konformitas, yaitu kecenderungan untuk: meniru, mengikuti opini,
pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau keinginan orang lain.
Perkembangan konformitas dapat berdampak positif atau negatif,
tergantung kepada kualitas kelompok dimana konformitas itu
dilakukan. Ada beberapa sikap yang sering ditampilkan peserta
didik/konseli SMK antara lain: kompetisi atau persaingan,
konformitas, menarik perhatian, menentang otoritas, sering menolak
aturan dan campur tangan orang dewasa dalam hal urusan-urusan
pribadinya. Kondisi ini mengakibatkan pandangan negatif masyarakat
pada peserta didik/konseli di kelompok usia tersebut.
4) Aspek Emosi
Peserta didik/konseli SMK merupakan kelompok usia remaja
digambarkan dalam keadaan yang tidak menentu, tidak stabil, dan emosi
yang meledak-ledak. Meningginya emosi terjadi karena adanya
tekanan tuntutan sosial terhadap peran-peran baru selayaknya orang
dewasa. Kondisi ini dapat memicu masalah, seperti kesulitan belajar,
penyalahgunaan obat, dan perilaku menyimpang. Remaja yang sering
mengalami emosi yang negatif cenderung memiliki prestasi belajar
yang rendah. Namun peserta didik/konseli mulai belajar

- 13 -
mengendalikan emosinya. Pada masa remaja ini juga terjadi
perkembangan emosi terhadap lawan jenis. Dengan matangnya hormon
seksual, mereka mulai merasakan ketertarikan dan memberikan perhatian
khusus pada lawan jenis. Pada umumnya mereka tumbuh rasa jatuh cinta
yang terkadang berlanjut sampai pacaran.
5) Aspek Moral
Melalui pengalaman berinteraksi sosial dengan orang tua, guru,
teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas peserta
didik/konseli SMK sudah lebih matang jika dibandingkan dengan
usia anak atau remaja awal. Mereka sudah lebih mengenal nilai-nilai
moral atau konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan
kedisiplinan. Peserta didik/konseli sudah dapat menginternalisasikan
penilaianpenilaian moral dan menjadikannya sebagai nilai pribadi.
Pertimbangan moral yang diinternalisai peserta didik/konseli bukan lagi
karena dorongan orang lain atau perintah orang tua namun karena
keinginan dari hati dan merupakan pilihannya. Peserta didik/konseli
berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi
juga aspek psikis, seperti rasa senang dengan adanya penerimaan,
pengakuan, atau penilaian positif dari teman sebaya atau orang lain
tentang perbuatannya.
6) Aspek Religius
Pada tahap usia ini peserta didik/konseli lebih matang sehingga
mulai meyakini agamanya dan melakukan ibadah sesuai aturan
agamanya. Dalam kehidupan beragama, Peserta didik/konseli sudah
melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Peserta
didik/konseli sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan
manusia sebagai penganutnya (ada yang taat dan ada yang tidak
taat). Kegiatan ibadah yang dilakukan bukan lagi berdasar dogma
semata, melainkan berdasar kesadaran diri untuk menjalankan perintah
agama. Dalam mewujudkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa itu, maka peserta didik/konseli seharusnya

- 14 -
mengamalkan nilainilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam
kehidupannya sehari-hari.
10. Tugas-Tugas Konselor Di SMK
1) Menyelenggarakan layanan pemilihan dan penetapan
peminatan yang sesuai dengan potensi peserta didik dan
kesempatan yang ada
pada satuan pendidikan, dengan uraian tugas sebagai
berikut:
a) Menetapkan aspek-aspek peminata eserta didik
b) Menyiapkan kriteria peminatan peserta didik
c) Menetapkan cara dalam menetapkan peminatan peserta
didik
d) Menyiapkan instrumen (non test) untuk mengungkap
peminatan
peserta didik dan dukungan orang tua
e) Menyiapkan dan menyampaikan informasi peminatan
peserta
didik meliputi kuota, macam peminatan, cara, aspek-asepk
dan
kriteria dalam penetapan pilihan peminatan kepada calon
peserta
didik baru atau masyarakat luas.
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah

Kejuruan . 91

f) Mengumpulkan data peminatan peserta didik


g) Menganalisis data peminatan peserta didik
h) Menetapkan peminatan dan pengelompokan belajar
peserta didik
i) Memberikan layanan konsultasi kepada orang tua atau
peserta
didik yang memerlukan atau tidak sesuai dengan antara
penetapan dari sekolah/madrasah dengan peminatan pilihan

- 15 -
diri
peserta didik dan/atau orang tua.
2) Menyelenggarakan pendampingan dalam pembelajaran
sesuai
dengan peminatan peserta didik dengan cara memberikan
layanan
konseling individual, konseling kelompok, bimbingan
kelompok,
dan bimbingan klasikal.
3) Menyelenggarakan pengembangan dan penyaluran potensi
peserta
didik dengan cara melakukan kegiatan praktik dan atau
magang
bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia usaha serta
lembaga
terkait.
4) Menyelenggarakan evaluasi penyelenggaraan program
peminatan
dan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk pengembangan
potensi
peserta didik dengan memperhatikan kesempatan yang ada.
5) Bekerjasama dengan guru mata pelajaran dan pendidik
lainnya,
melakukan pembinaan dan pengembangan serta penyaluran
potensi
peserta didik secara optimal.

11. Teknik-Teknik Pemahaman Peserta Didik Dan Pemanfaatan Hasil


Assesmen Yang Dilakukan Oleh Konselor
a. Teknik–teknik Pemahaman Peserta Didik/Konseli

- 16 -
Secara garis besar teknik memahami karakteristik peserta
didik/konseli yang digunakan dalam bimbingan dan konseling meliputi
teknik tes dan non tes.
1) Teknik tes
Teknik tes merupakan teknik untuk memahami individu
dengan menggunakan instrumen tes terstandar. Guru bimbingan
dan konseling atau konselor yang telah memiliki lisensi melalui
pelatihan sertifikasi dapat menggunakan instrumen tes yang telah
dipelajari. Bagi yang belum memiliki lisensi penyelenggaraan
tes psikologis, sekolah dapat bekerja sama dengan lembaga tes
psikologis terpercaya. Guru bimbingan dan konseling atau
konselor hendaknya mampu memahami hasil tes,
menginterpretasikan, dan menyusun rekomendasi berdasarkan hasil
tes.
Hasil tes yang lazim digunakan untuk keperluan bimbingan
dan konseling antara lain hasil tes kecerdasan, tes bakat, tes
minat, tes kepribadian, tes kreativitas, tes sikap dan tes prestasi
belajar. Guru bimbingan dan konseling atau konselor hendaknya
dapat memanfaatkan hasil tes untuk keperluan layanan
bimbingan dan konseling, sehingga layanan yang diberikan tepat
sesuai kebutuhan dan kondisi peserta didik/konseli. Khususnya
pemberian layanan yang mampu membantu peserta didik/konseli
mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
2) Teknik non tes
Teknik non tes merupakan teknik untuk memahami individu
dengan menggunakan instrumen yang terstandar dan tidak
standar. Teknik asesmen non tes yang sering digunakan untuk
keperluan bimbingan dan konseling antara lain: (a) observasi,
(b) wawancara (c) angket, (d) sosiometri, (e) dokumentasi, (f)
biografi ataupun autobiografi. Instrumen pengumpul data yang
sering digunakan untuk mengenali masalah serta kebutuhan

- 17 -
layanan bantuan antara lain: (a) daftar cek masalah (DCM), (b) alat
ungkap masalah (AUM), (c) inventori tugas perkembangan (ITP).
Guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat
menggunakan instrumen yang dikembangkan sendiri dengan
langkah-langkah sebagaimana pengonstruksian instrumen tes.
Adapun langkah-langkah pengembangan meliputi: menetapkan
tujuan pengungkapan data pribadi, menentukan aspek dan atau
dimensi yang diukur, merumuskan definisi operasional, memilih
cara pengukuran yang digunakan, instrumen dan lembar jawaban,
merumuskan manual penggunaan instrumen, penyekoran atau
pengolahan, serta interpretasinya.

b. Pemanfaatan Data Hasil Asesmen untuk Memahami Peserta


Didik/Konseli
Data hasil pemahaman terhadap peserta didik/konseli dapat
digunakan untuk:
1) Membuat profil individual setiap peserta didik/konseli.
Berdasarkan data hasil asesmen maka setiap peserta
didik/konseli dapat disusun profil yang menggambarkan tentang
identitas diri peserta didik/konseli, karakteristik tugas
perkembangan, klasifikasi kecerdasan, bakat, minat, efikasi diri,
motivasi belajar, kesiapan belajar, arah karir, kematangan sosial,
kematangan emosi, manajemen konflik, regulasi diri dalam
belajar, prestasi akademik dan non akademik yang dimiliki,
latar belakang keluarga-sekolah-masyarakat dan lain-lain, serta
gambaran tentang kelebihan dan kelemahan setiap peserta
didik/konseli.
2) Membuat profil kelas.
Berdasarkan data individual peserta didik/konseli tersebut,
maka dikembangkan profil kelas, sehingga tiap kelas memiliki
profilnya sendiri-sendiri. Profil sebaiknya dituangkan ke dalam
bentuk matrik, misalnya dalam format landscape excel, atau dalam

- 18 -
bentuk grafik sehingga semua data dapat dimasukkan. Dengan
profil kelas ini dapat diketahui kedudukan peserta didik/konseli
dalam kelasnya. Profil akan menggambarkan variasi kebutuhan
layanan bimbingan dan konseling yang meliputi: bimbingan dan
konseling pribadi, sosial, belajar, dan karir.
3) Menyusun rancangan program layanan bimbingan dan konseling.
Berdasarkan profil individual dan kelas, disusun rancangan
program layanan bimbingan dan konseling secara individual,
kelompok, klasikal, kelas besar atau lintas kelas, dan atau
menggunakan media. Layanan Bimbingan dan Konseling dapat
dirancang secara khusus untuk dilaksanakan oleh guru bimbingan
dan konseling atau konselor serta dapat pula dirancang berkolaborasi
dengan staf lainnya.

12. Pentahapan Bimbingan Dan Konseling Di SMK


Dalam perencanaan program bimbingan dan konseling, terdapat dua
tahapan, yaitu (1) tahap persiapan (preparing) dan (2) tahap perancangan
(designing). Tahap persiapan (preparing) terdiri dari (1) melakukan
asesmen kebutuhan, (2) aktivitas mendapatkan dukungan unsur
lingkungan sekolah, dan (3) menetapkan dasar perencanaan. Tahap
perancangan (designing) terdiri atas (1) menyusun program tahunan, (2)
menyusun jadwal kegiatan selama setahun (3) menyusun program semester.
Tahapan kegiatan perencanaan program bimbingan dan konseling dapat
dilihat pada bagan berikut:

- 19 -
A. Tahap Persiapan (Preparing) dalam Perencanaan Program
Tahap persiapan (preparing) terdiri atas kegiatan kegiatan berikut ini:
1. Melakukan asesmen kebutuhan
Asesmen kebutuhan untuk menemukan apa-apa yang akan
diperlukan oleh peserta didik/konseli. Asesmen kebutuhan ini
menjadi dasar dalam merancang program program bimbingan yang
relevan.
Hasil analisis kebutuhan digunakan untuk merumuskan program
bimbingan dan konseling. Sebagai bagian dari akuntabilitas, maka
asesmen kebutuhan akan menyediakan bahan kriteria keberhasilan
untuk melakukan evaluasi. Atas dasar kebutuhan siswa dan
kebutuhan sekolah dimana guru bimbingan dan konseling atau

- 20 -
konselor bekerja, maka disusunlah isi program, prioritas bidang
layanan, dan komponen layanan bimbingan dan konseling.
Langkah-langkah asesmen: a) mengidentifikasi data yang
dibutuhkan untuk penyusunan program; b) memilih instrumen
pengukuran kebutuhan; c) mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
dan menginterpretasi data hasil asesmen kebutuhan. Setiap langkah
diuraikan sebagai berikut.
a) Mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan
program
Langkah awal dalam asesmen kebutuhan adalah
menentukan data yang akan diukur/dungkap untuk kepentingan
penyusunan program layanan bimbingan dan konseling. Data
yang perlu diungkap antara lain adalah data tentang tugas-tugas
perkembangan, permasalahan, dan prestasi peserta didik/konseli.
b) Memilih instrumen pengukuran data sesuai kebutuhan
Instrumen pengumpulan data yang dapat digunakan dalam
asesmen kebutuhan, di antaranya adalah (1) instrumen dengan
pendekatan masalah, seperti Alat Ungkap Masalah Umum
(AUM-U), Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM- PTSDL),
Daftar Cek Masalah (DCM), (2) instrumen dengan pendekatan
SKKPD yaitu Inventori Tugas Perkembangan (ITP), (3)
instrumen dengan pendekatan tujuan bidang layanan (pribadi,
sosial, belajar dan karir) dapat berupa angket, pedoman
observasi, pedoman wawancara dan angket sosiometri.
Instrumen-instrumen tersebut dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan kegiatan perencanaan program bimbingan dan
konseling.
c) Mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi
data hasil asesmen kebutuhan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang dipilih. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
menginterpretasi hasil analisis data dilakukan sesuai dengan

- 21 -
manual. Setiap instrumen pengumpul data yang telah standar
memiliki manual. Bila instrumen yang digunakan adalah
instrumen yang belum standar maka pengolahan, analisis, dan
interpretasi hasil analisis data menggunakan manual yang
disusun sendiri.
2. Mendapatkan dukungan dari kepala dan komite sekolah
Program bimbingan dan konseling hendaknya memperoleh
dukungan dari berbagai pihak yaitu kepala sekolah, wakil kepala
sekolah dan komite sekolah. Upaya mendapatkan dukungan dari
pimpinan ini dilakukan dalam rangka menggali masukan dan
pertimbangan dari berbagai pihak tentang kebutuhan-kebutuhan
yang dapat dijadikan titik tolak penyelenggaraan program bimbingan
dan konseling. Upaya untuk mendapatkan dukungan dapat dilakukan
dengan beberapa cara misalnya konsultasi, rapat koordinasi,
sosialisasi, dan persuasi. Kegiatan tersebut dilakukan sebelum
menyusun program dan selama penyelenggaraan program bimbingan
dan konseling. Hasil konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan
persuasi tergambar pada kebijakan yang mendukung program,
fasilitas untuk pelaksanaan program, kolaborasi dan sinergitas kerja
dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.
3. Menetapkan dasar perencanaan program
Perencanaan layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada
landasan filosofis dan teoritis bimbingan dan konseling. Landasan ini
berisi keyakinan filosofis dan teoritis, misalnya bahwa semua peserta
didik/konseli itu unik dan harus dilayani dengan penuh perhatian;
setiap peserta didik/konseli dapat meraih keberhasilan, untuk
mencapai keberhasilan dibutuhkan upaya kolaboratif; program
bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses
pendidikan; program bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap peserta didik/konseli. Selain
didasarkan pada landasan filosofis dan teoritis, perencanaan layanan
bimbingan dan konseling juga harus didasarkan pada hasil asesmen

- 22 -
kebutuhan peserta didik/konseli. Landasan filosofis, landasan teoritis
dan hasil asesmen kebutuhan dipaparkan secara ringkas dalam
rasional program bimbingan dan konseling.

B. Tahap Perancangan (Designing) dalam Perencanaan Program


Tahap perancangan (designing) terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu
penyusunan program tahunan dan penyusunan program semesteran.
Setiap kegiatan diuraikan pada bagian berikut;
1) Penyusunan Program Tahunan Bimbingan dan Konseling
Struktur program tahunan bimbingan dan konseling terdiri atas:
a) rasional, b) dasar hukum, c) visi dan misi, d) deskripsi kebutuhan,
e) tujuan, f) komponen program, g) bidang layanan, h) rencana
operasional, i) pengembangan tema/topik, j) rencana evaluasi,
pelaporan dan tindak lanjut, dan (k) sarana prasarana, dan (l)
anggaran biaya.
2) Merancang Program Semesteran Bimbingan dan Konseling
Setelah guru bimbingan dan konseling membuat rencana
kegiatan yang akan dilakukan selama satu tahun, guru BK
mendistribusikan komponen layanan dan strategi kegiatan dalam
program semesteran dan bulanan dalam bentuk yang lebih rinci.
Terdapat berberapa komponen dalam program semesteran dan
bulanan, yaitu;
a. Bulan dan komponen program
b. Layanan dasar; berisi tentang strategi layanan dan topik/tema
layanan dalam komponen layanan dasar, seperti bimbingan
klasikal dengan tema yang sudah dibuat dalam rencana kegiatan.
c. Layanan responsif; berisi tentang tentang strategi layanan dan
topik/tema (bila ada) dalam komponen layanan responsif,
misalnya konseling kelompok dengan tema teman baik
d. Perencanaan individual; berisi tentang strategi layanan dan
topik/tema dalam komponen layanan perencanaan individual

- 23 -
misalnya bimbingan klasikal dengan tema memilih jurusan dan
perguruan tinggi yang tepat
e. Dukungan sistem; berisi tentang strategi kegiatan dalam
dukungan sistem seperti pembuatan proposal PTK
3) Pembuatan Laporan Bulanan
Laporan diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling
karena menjadi acuan dalam berbagai kegiatan layanan yang
dilakukan. Kelengkapan data yang dilakukan pada setiap bulan
menjadi kekuatan sekolah dalam memberi layanan melalui program
bimbingan dan konseling. Kekuatan laporan bulanan diantaranya
dengan tertib atau di buatnya instrumen berupa; rekap absen, jumlah/
keadaan siswa, rekap masalah/ kasus yang terinventarisir, catatan
laporan/ notulen rapat, dan lain-lain.
4) Jurnal Harian
Jurnal harian diwujudkan dengan bukti fisik yang dilakukan
oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam
kesehariannya setiap kegiatan yang dilakukan tercatat dalam tabel
atau instrumen tersendiri dan diikuti dengan bukti fisik pada setiap
kegiatannya dapat berupa; RPL, Pengisian status konseling, daftar
hadir siswa, catatan anekdot, dan lain-lain.

C. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling di SMK


Ruang lingkup kegiatan dalam rangka implementasi atau
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMK mencakup empat
komponen program, yaitu komponen layanan dasar, komponen layanan
responsif, komponen layanan peminatan dan perencanaan individual, dan
komponen layanan dukungan sistem. Selain itu, kegiatan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling juga harus mencakup empat bidang
layanan, yaitu bidang layanan belajar, bidang layanan pribadi, bidang
layanan sosial dan bidang layanan karir. Komponen program dan bidang
layanan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara langsung
maupun tidak langsung atau melalui media.

- 24 -
Layanan langsung meliputi konseling individual, konseling
kelompok, bimbingan kelompok, bimbingan klasikal, bimbingan kelas
besar atau lintas kelas, konsultasi, kolaborasi (dengan guru, orang tua,
ahli lain, dan lembaga lain), alih tangan kasus, konferensi kasus,
kunjungan rumah, dan layanan advokasi. Layanan bimbingan dan
konseling tidak langsung atau melalui media meliputi kotak masalah, dan
pengembangan media bimbingan dan konseling.
Setiap SMK harus memiliki sejumlah guru bimbingan dan konseling
atau konselor yang memadai baik jumlah maupun kualifikasi pendidikan
dan kompetensinya. Setiap 150 - 160 siswa harus dilayani oleh satu
orang guru bimbingan dan konseling atau konselor. Konselor adalah
pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus
Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
(PPGBK/K) atau program Pendidikan Profesi Konselor (PPK). Guru
bimbingan dan konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan
Konseling dan memiliki kompetensi yang baik. Di setiap SMK, kepala
sekolah harus menunjuk seorang koordinator bimbingan dan konseling
dari guru bimbingan dan konseling atau konselor yang qualified yang ada
di sekolahnya.
D. Evauasi
Evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang tidak
berhenti sampai terkumpulnya data atau informasi. Data atau informasi
itu digunakan sebagai dasar kebijakan atau keputusan dalam
pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya. Prosedur
evaluasi program bimbingan dan konseling dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
c. Penyusunan Rencana Evaluasi

- 25 -
Dalam kegiatan penyusunan rencana evaluasi, langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor
adalah
5) Menentukan jenis data atau informasi yang dibutuhkan
6) Menentukan alat pengumpul data yang digunakan
7) Sumber data atau informasi yang dapat dihubungi
8) Waktu pelaksanaan
9) Kriteria evaluasi
d. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dapat menggunakan
metode-metode, seperti observasi, angket, wawancara, dan lainnya.
Pemilihan metode pengumpulan data sangat tergantung pada data
dan informasi yang diharapkan. Secara umum, metode angket
merupakan metode yang paling sering digunakan, karena dapat
menjangkau responden dalam jumlah banyak.
e. Analisis dan Interpretasi Data
Data dan informasi yang telah diperoleh selanjutnya diolah dan
dianalisis. Tahapan analisis ini sangat tergantung pada jenis data dan
informasi yang telah diperoleh selama proses pengumpulan data.
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil angket biasanya
dianalisis secara kuantitatif dan disajikan dalam bentuk frekuensi,
prosentase, dan grafik. Sedangkan data dan informasi yang didapat
dari observasi dan wawancara biasanya dianalisis secara kualitatif.
Data dan informasi yang telah disajikan kemudian diinterpretasi
dan disimpulkan, sehingga deskripsi akurat tentang pencapaian
keberhasilan program bimbingan dan konseling dapat dipahami
dengan baik oleh seluruh pihak yang berkepentinga

E. Pelaporan
Pelaporan merupakan langkah lanjutan setelah evaluasi. Isi dalam
pelaporan lebih bersifat mendeskripsikan dan memberi uraian analisis
terhadap hasil-hasil yang telah dicapai dalam kegiatan evaluasi

- 26 -
sebelumnya. Pelaporan pada hakikatnya merupakan kegiatan menyusun
dan mendeskripsikan seluruh hasil yang telah dicapai dalam evaluasi
proses maupun hasil dalam format laporan yang dapat memberikan
informasi kepada seluruh pihak yang terlibat tentang keberhasilan dan
kekurangan dari program bimbingan dan konseling yang telah dilakukan.
Terdapat tiga aspek pokok yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan laporan, yaitu; a) sistematika laporan hendaknya logis dan
dapat dipahami, b) deskripsi laporan yang disusun hendaknya
memperhatikan kaidah penulisan dan kebahasaan yang telah dibakukan,
dan c) laporan pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus
dilaporkan secara akurat dan tepat waktu. Akurasi laporan yang dibuat
menggambarkan detil keseluruhan layanan yang telah dilakukan. Bersifat
tepat waktu berarti laporan harus diserahkan kepada pihak terlibat dan
berkepentingan sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama.

UJIAN TENGAH SEMESTER


“MATA KULIAH BIMBINGAN KEJURUAN”
Dosen Pengampu : Drs. Kir Haryana, M.Pd.

- 27 -
Disusun Oleh :
Bangun Tri Sudiatno 14504241060
Kelas : AB 2014

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017

- 28 -

Anda mungkin juga menyukai