Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEPATITIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB II

Dosen Pengampu : Yuyun Solihatin, M.Kep., Ners.

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Ai Sarah Sakinah
2. Aprilia Handini
3. Yoga Maulana
4. Asep Aris
5. Nisa Nurul Hikmah
6. Khoerul Muhlasin
7. Linda Dara

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan segenap
alam, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada klien Hepatitis”. Makalah ini
dibuat sebagai tugas mata kuliah Sistem Pencernaan. Makalah ini berisi tentang
Pengertian, Etiologi dan Epidemologi, Tanda dan Gejala, Patologi, Manifestasi
dan Gambaran Kliis, Patofisiologi, Komplikasi, Pengobatan, Pencegahan dan
asuhan keperawatan pada klien dengan Hepatitis. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
Demikian semoga makalah ini bisa menjadi tambahan referensi untuk
mahasiswa keperawatan. Kami sadar bahwa makalah masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun khususnya dari dosen penanggung jawab mata kuliah agar dalam
pembuatan makalah berikutnya bisa lebih sempurna.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak
orang. Terima kasih.

Tasikmalaya, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................ 1
BAB II KONSEP DASAR
A. Definisi ........................................................................... 3
B. Epidemologi ................................................................... 4
C. Etiologi ........................................................................... 4
D. Klasifikasi....................................................................... 5
E. Gambaran klinis ............................................................. 9
F. Patofisiologi ................................................................... 10
G. Penatalaksanaan ............................................................. 12
H. Komplikasi ..................................................................... 12
I. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hepatitis ............. 13
BAB III KASUS ................................................................................ 17
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................. 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................... 26
B. Saran ............................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis
dan inflamasi pada sel- sel hati yang menghasilakan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas. Sampai saat ini telah teridentifikasi
lima tipe hepatitis virus yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis A dan E
mempunyai cara penularan yang serupa (jalur fekal – oral) sedangkan hepatitis
B, C, dan D memilki banyak karateristik yang sama.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama
perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti :
1. Cytomegalovirus
2. Virus Epstein-Barr
3. Virus Herpes simplex
4. Virus Varicella-zoster
Klien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan
mempunyai penyakit liver residu. Meskipun angka kematian hepatitis relatif
lama, pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui masalah tentang hepatitis dan asuhan
keperawatan pada klien dengan hepatitis.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus “ Hepatitis “ ini disusun supaya:
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, etiologi, klasifikasi,
manisfestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, serta proses keperawatan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien
dengan hepatitis.

1
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang
diperlukan pada pasien yang dirawat dengan keluhan hepatitis.
d. Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan hepatitis.

2
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh
berbagai kausa, termasuk infeksi virus atau pajana ke bahan – bahan toksik.
Pada hepatitis virus, Peradangan hati yang berkepanjangan atau berulang,
yang biasanya berkaitan dengan alkoholisme kronik, dapat menyebabkab
sirosis, suatu keadaan berupa penggantian hepatosit yang rusak secara
permanen oleh jaringan ikat. Jaringan hati memiliki kemampuan mengalami
regenerasi, dan dalam keadaan normal mengalami pertukaran sel yang
bertahap. Apabila sebagian jaringan hati rusak, jaringan yang rusak tersebut
dapat diganti melalui peningkatan kecepatan pembelahan sel – sel yang sehat.
Tampaknya terdapat suatu faktor dalam darah yang bertanggung jawab
mengatur proliferasi sel hati, walaupun sifat dan mekanisme factor pengatur
ini masih merupakan misteri. Namun, seberapa cepat hepatosit dapat diganti
memiliki batas. Selain hepatosit, di antara lempeng – lempeng hati juga
ditemukan beberapa fibroblast (sel jaringan ikat) yang membentuk jaringan
penunjang bagi hati. Bila hati berulang – ulang terpajan ke bahan – bahan
toksik, misalnya alcohol, sedemikian seringnya, sehingga hepatosit baru tidak
dapat beregenerasi cukup cepat untuk mengganti sel – sel yang rusak,
fibroblast yang kuat akan memanfaatkan situasi dan melakukan proliferasi
berlebihan. Tambahan jaringan ikat ini menyebabkan ruang untuk
pertumbuhan kembali hepatosit berkurang.
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-
obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis adalah
peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar, hepatitis virus
merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan
peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi
dan bahan kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara parenteral

3
(IV) . Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau
terbukanya hepatotoxin, seperti : industri toxins, alkohol dan pengobatan yang
digunakan dalam terapi medik.
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati
(liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan
obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis,
hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis
akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik (hepatitis B,C)
dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C). hepatitis
yang biasanya disebabkan oleh obat-obatan, alkohol (hepatitis alkoholik), dan
obesitas serta gangguan metabolisme yang menimbulkan nonalkoholik
steatohepatitis (NASH) disebut Hepatitis Nonvirus.

B. Epidemologi
Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan,
memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari
sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60% sampai 90% kasus–kasus
hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-
kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus–kasus yang ringan
dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang
kurang dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang dewasa di
Amerika Serikat telah memilki antibodi terhadap virus hepatitis A, banyak
orang tidak mengingat kembali episode atau kejadian sebelumnya yang
memperlihatkan gejala hepatitis.

C. Etiologi
1. Virus hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing menyebabkan
tipe hepatitis yang berbeda.
2. Alkohol
3. Keracunan Obat-obatan

4
D. Klasifikasi
1. Virus Hepatitis yang Ditularkan secara Parenteral dan Seksual
Hepatitis B
Hepatitis B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji,
prevalensi dari penyakit.Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan
penyakit.
Infeksi hepatitis B terdapat diseluruh dunia, menyebabkan 250.000
kematian per tahun. Sejak 1982, vaksin efektif dari hepatitis B tersedia dan
adanya kampanye penurunan penyakit akan memungkinkan penurunan
dampak penyakit ini di masa depan.
Penularan. Daerah dimana penyakit ini endemik ( Kutub, Afrika,
Cina, Asia Selatan dan Amazon ), bentuk penularan yang sering adalah
secara perinatal dari ibu terinfeksi pada bayinya. Di Negara berkembang
dengan prevalensi penyakit lebih rendah, rute utama penularan adalah
seksual dan parenteral. Di Amerika Serikat, populasi risiko tinggi meliputi
laki – laki homoseksual, pengguna obat intravena, petugas perawatan
kesehatan dan mereka yang mendapat transfusi darah.
Patofisiologi. Virus harus dapat masuk ke aliran darah dengan
inokulasi langsung, melalui mebran mukosa atau merusak kulit untuk
mencapai hati.Di hati, replikasi perlu inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan
sebelum penjamu mengalami gejala.Beberapa infeksi tidak terlihat
untukmereka yang mengalami gejala, tingkat kerusakan hati, dan
hubungannya dengan demam yang diikuti ruam, kekuningan, arthritis,
nyari perut, dan mual.Pada kasus yang ekstrem, dapat terjadi kegagalan
hati yang diikuti dengan ensefalopati.Mortalitas dikaitkan dengan
keparahan mendekati 50%.
Infeksi primer atau tidak primer tampak secara klinis, sembuh
sendiri dalam 1 sampai 2 minggu untuk kebanyakan pasien.Kurang dari
10% kasus, infeksi dapat menetap selama beberapa dekade. Hepatitis B
dipertimbangkan sebagai infeksi kronik pada saat pasien mengalami
infeksi sisa pada akhir 6 bulan.Komplikasi berhubungan dengan hepatitis

5
kronik dapat menjadi parah, dengan kanker hati, sirosis dan asites terjadi
dalam beberapa tahun sampai dengan puluhan tahun setelah infeksi awal.
Diagnosis. Tes serologik untuk hepatitis akan member informasi
diagnostik dan informasi tentang tingkat penularandan kemungkinan tahap
penyakit. Tes dilakukan langsung berhubungan dengan virus dan antibodi
yang dihasilkan penjamu dalam merespons protein tersebut.Virus
mempunyai inti dan bagian luar sebagai pelindung.Protein behubungan
dengan bagian antigen inti dan antigen permukaan.Tes laboratorium untuk
antigen inti tidak tersedia, tetapi antigen permukaan sering menunjukan
HBsag, yang dapat didetekasi, dalam beberapa minggu awal infeksi.
Peningkatan titer selama beberapa minggu dan juga terjadi penurunan pada
tingkat yang tidak dapat dideteksi.Adanya HBsag menadakan infeksi saat
itu dan tingkat penularan relative tinggi. Antigen lain yang merupakan
bagian dari virus disebut e antigen( HBeag). HBeag adalah penanda
ketajaman yang sangat sensitive karena dapat dideteksi dalam perkiraan
terdekat pada waktu penyakit klinis dan pada saat di mana tampak risiko
menjadi lebih besar untuk menular.
Vaksin. Vaksin hepatiis B dihasilkan dengan menggunakan antigen
hepatitis B untuk menstimulasi produksi antibodi dan untuk memberikan
perlindungan terhadap infeksi, keamanan, dan keefektifannya mendekati
90% dari vaksinasi. Karena virus hepatitis B mudah ditularkan dengan
jarum suntik di area perawatan kesehatan.Penurunan infeksi perinatal dan
risiko penularan terjadi setelah kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan
secara rutin pada bayi setelah lahir. Vaksinasi individual ( yang
sebelumnya tidak terinfeksi ) akan memiliki serologi hepetitis B yang
positif hanya pada HBsab. Ini menjamin kekebalan yang dihasilkan olah
vaksin yang dapat dibedakan dari produksi alami, saat inti antbodi juga
ada.

6
Hepatitis C
Sampai saat ini, hepatitis Non- A, Non- B menunjukan gambaran
virus hepatitis yang bukan hepatitis A, B atau agens penyebab lain.
Banyak dari hepatitis Non- A, Non- B ditularkan melalui parenteral. Hal
ini sebelumnya tidak diketahui dan virus ini juga tidak diketahui dan
sekarang teridentifikasidan disebut hepatitis C. Kemudian, tes antibodi
untuk memeriksa pasien terhadap agens ini telah tersedia.
Patofisiologi. Hepatitis C sekarang diperkirakan dapat menginfeksi
sekitar 150.000 orang per tahun di Amerika Serikat. Hal ini dianggap
menjadi penyakit yang ditularkan hampir selalu melalui transfusi darah.
Namun, ada bukti bahwa virus ditularkan melalui cara perenteral lain (
menggunakan bersama jarun yang terkontaminasi oleh pengguna obat
intravena dan tusukan jarum yang tidak disengaja dan cedera lain pada
petugas kesehatan ). Terdapat bukti lanjut dimana virus ditularkan melalui
kontak seksual.
Diagnosis. Tes serologik saat bisa dilakukan untuk mendeteksi
virus hepatitis C dengan antibodi yang diinterpretasi secara terbatas.
Banyak pasien yang memiliki gejala klinik dari virus hepatitis perlu
dilakukan tes.
Tes fungsi hati digunakan untuk mendapat status hepatitis.
Penyakit ini tidak terlalu dipahami pada saat ini, tapi peningakatan dan
biasanya ditemukan penurunan berulang enzim hati. Dengan informasi ini
dan tanda klinis lain, dipercaya bahwa sebanyak separuh dari semua pasien
mengalami infeksi hepatitis C yang berkembang menjadi infeksi kronik.
Hal ini telah menunjukan penyebab utama penyakit hati kronik dan sirosis
di Amerika Serikat.
Penatalaksanaan. Saat ini, tidak diketahui terapi, vaksin atau agens
profilaktik pasca pemajananyang diakui untuk hepatitis C. Petugas
perawatan kesehatan harus mengikuti prinsip kewaspadaan umum untuk
meminimalkan risiko penularan karena pekerjaan. Prinsip ini didasarkan
pada pemahaman bahwa populasi yang terinfeksi adalah carrier penyakit

7
ini. Perhatian terhadap jarum dan kewaspadaan yang tepat harus
digunakan pada semua pasien.
Hepatitis D
Hepatitis D adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B
yang lebih kompleks untuk bertahan. Hepatitis D hanya merupakan risiko
untuk mereka yang mempunyai antigen permukaan hepatitis B positif.
Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit akut dengan gejala baru
atau berulang dan sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai
carrier hepatitis B.
Tidak ada tindakan spesifik untuk hepatitis. Pencegahan untuk
virus ini dicapai sebagai keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B.
Perilaku preventif terhadap virus darah ini ( tidak menggunakan jarum
bergantian dan menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual )
harus ditekankan pada orang yang terinfeksi hepatitis B yang tidak
terinfeksi hepatitis D.
2. Virus hepatitis yang Ditularkan melalui Rute Fekal – Oral
Hepatitis A
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute
fekal – oral. Virus ini menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik
atau menetap seperti yang ditunjukan oleh virus hepatitis darah.
Pada anak,p enyakit ini sering tidak dikenali atau tampak dengan
keluhan tidak parah. Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat
berupa kelemahan sampai dengan demam, ikterik, mual dan muntah.
Penyakit ini baisanya berlangung 1 sampai 3 minggu. Pasien jarang
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pada saat gejala timbul,
sangat kecil kemungkinan menular pada orang lain.
Karena dapat ditularkan dengan makanan dan air yang
terkontaminasi, hepatitis A dapat menjadi potensi epidemic di Negara
dengan penanganan yang buruk. Petugas penyiapan makanan yang
terinfeksi mempunyai potensi penularan penyakit pada orang lain jika
kebersihan diri tidak dilakukan dengan baik.

8
Tes antibodi hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM yang
menunjukan infeksi akut atau yang baru terjadi.atau IgG yang menunjukan
infeksi yang sudah sembuh.
Hepatitis E
Hepatitis E adalah infeksi virus yang menyebar melalui
kontaminasi makanan dan air melalui jalur fekal – oral. Sampai dengan
saat ini, infeksi disebut dengan hepatitis enteric Non- A Non- B. Diagnosa
dibuat dengan menyingkirkan hepatitis A, B, dan C dan menentukan yang
paling mungkin dari sumber makanan atau air yang terkontaminasi.
Sekarang tes untuk antibodi untuk hepatitis E telah tersedia, studi
epidemologi akan sangat terfasilitasi.
Hepatitis E telah jarang ditemukan di Amerika Serikat, tetapi
berhubungan dengan epidemic dari air yang terkontaminasi di Asia,
Afrika, dan Republik Soviet. Di Amerika Serikat, hepatitis E harus
dipertimbangkan pada beberapa orang yang telah melakukan perjalanan
keluar negeri dan mempunyai gejala virus hepatitis tetapi serologic
negative untuk virus hepatitis lain.

E. Gambaran klinis
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai
penyakit mencolok, kegagalan hati dan kematian. Terdapat tiga stadium pada
semua jenis hepatitis: stadium prodromal, stadium ikterus, dan periode
kovalensasi (pemulihan)
1. Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode
masa tunas virus selesai dan pasien mulai memperlhatkan tanda-tanda
penyakit. Stadium ini disebut praikterus karena ikterus belum muncul.
Individu akan sangat infeksius pada stadium ini. Antibody terhadap virus
biasanya belum dijumpai. Stadium ini berlangsung 1-2 minggu ditandai
oleh :
a. Malese umum
b. Rasa lelah

9
c. Gejala-gejala infeksi saluran napas atas
d. Mialgia (nyeri otot)
e. Keengganan terhadap sebagian besar makanan
2. Stadium ikterus adalah stadium kedua hepatitis virus, dan dapat
berlangsung 2-3 minggu atau lebih. Pada sebagian besar orang, stadium ini
ditandai oleh, seperti diisyaratkan oleh namanya, timbulnya ikterus.
Manifestasi lain adalah :
a. Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodormal
b. Pembesaran dan nyeri hati
c. Splenimogali
d. Mungkin gatal (pruritus) di kulit
3. Stadium pemulihan dalah stadium ketiga hepatitis virus dan biasanya
timbul dalam4 bulan untuk hepatitis B dan C dan dalan 2-3 bulan untuk
hepatitis A. Selama periode ini :
a. Gejala-gejala mereda, termasuk ikterus
b. Nafsu makan pulih

F. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan
infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan
degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir
sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini
menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam
kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah
sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit
hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit
dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2
sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian.
Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan

10
pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit
dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan :
merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dengan
nonvirus
b. AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat
satu sampai dua minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
c. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)
d. Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
e. Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal,
dan sel plasma
f. Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
g. Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
h. Albumin serum : menurun
i. Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi
hati)
j. Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
k. HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan :
merupakan diagnostic sebelum terjadi gejala kinik
l. Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)
m. Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm,
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler)
n. Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
o. Biaosi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
p. Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
q. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi.

11
G. Penatalaksanaan
Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif dan mencangkup :
1. Istirahat sesuai keperluan
2. Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alcohol atau obat lain
3. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota
keluarga
4. Keluarga dan pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin
murni yang spesifik terhadap HAV atau HBV yang dapat memberikan
imunitas pasif terhadap infeksi. Imunitas ini bersifet sementara
5. Baru-baru ini FDA memberikan izin untuk penberian vaksin hepatitis A.
vaksin ini dibuat dari virus hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian
menunjukan bahwa vaksin ini 96% efektif setelah pemberian satu dosis.
6. Tersedia vaksin untuk HBV, Karena sifat virus yang sangat menular dan
berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua
individu yang termasuk dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para
tenaga keshatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah,
vaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi dalah orang-orang yang
beresiko terhadap virus, termasuk kaum homoseksual atau heteroseksual
yang aktif secara seksual, pecandu oabat bius, dan bayi.
7. Vaksinasi terhadap HBV dihasilkan melalui penyuntikan intramuskulus
DNA rekombinaan sebanyak tiga kali pada interval –interval yang telah
ditentukan. Dosis pertama dan kedua diberikan terpisah satu bulan, dan
dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis ke dua. Vaksinasi ini 85%
efektif dalam membentuk kekebalan.

H. Komplikasi
Komplikasi hepatitis adalah timbulnya hepatitis kronik yang terjadi
apabila individu terus memperlihatkan gejala dan antigen virus menetapkan
lebih dari 6 bulan.Gambaran klinis hepatitis aktif kronik atau fulminan
mungkin mencengkup gambaran kegagalan hati diatas, dengan kematian
timbul dalam 1 minggu sampai beberapa tahun kemudian.

12
I. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hepatitis
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
1) Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak
nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa
pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal
untuk perokok.
b. Pengkajian Kesehatan
1) Aktivitas
a) Kelemahan
b) Kelelahan
c) Malaise
2) Sirkulasi
a) Bradikardi (hiperbilirubin berat)
b) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
a) Urine gelap
b) Diare feses warna tanah liat
4) Makanan dan Cairan
a) Anoreksia
b) Berat badan menurun
c) Mual dan muntah
d) Peningkatan oedema
e) Asites
5) Neurosensori
a) Peka terhadap rangsang
b) Cenderung tidur
c) Letargi
d) Asteriksis

13
6) Nyeri / Kenyamanan
a) Kram abdomen
b) Nyeri tekan pada kuadran kanan
c) Mialgia
d) Atralgia
e) Sakit kepala
f) Gatal (pruritus)
7) Keamanan
a) Demam
b) Urtikaria
c) Lesi makulopopuler
d) Eritema
e) Splenomegali
f) Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
a) Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia,
mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1 : Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks
viseral), empedu tertahan.

14
Kriteria Hasil :
1) Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
2) Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
Intervensi :
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam
frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
3) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
4) Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat
sepanjang hari.
5) Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk
memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak
dan protein sesuai toleransi.
6) Awasi glukosa darah.
7) Berikan obat sesuai indikasi
8) Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
b. Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan denganpembengkakan hepar yang mengalami inflamasi
hati dan bendungan vena porta.
Kriteria Hasil :
1) Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri
(tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi :
1) Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri.
2) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap
nyeri
3) Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berakhir, bila diketahui.

15
4) Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung
efek hepatotoksi.
c. Diagnosa Keperawatan 3 : Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi
paru dan akumulasi sekret.
Kriteria Hasil :
1) Pola nafas adekuat
Intervensi :
1) Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
2) Auskultasi bunyi nafas tambahan
3) Berikan posisi semi fowler
4) Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
5) Berikan oksigen sesuai kebutuhan

16
BAB III
KASUS

Tn. A 32 tahun, datng ke UGD Rs SEJAHTERA dengan keluhan rasa


ngilu seluruh badan, demam, lemas, mual, muntah, TD 120/80, HR 80x/menit, RR
20x/menit, suhu 39c. riwayat minum alcohol + selam 7 tahun lalu, riwayat
merokok +, ikterik +, hasil lab HB 10,5, HT 32, leukosit 14800, trombosit
213000, bilirubin direct 6,5 , bilirubin indirect 5,3 , bilirubin total 8,5.
Tugas :
1. Buat data tambahan
2. Analisa data
3. Buat 3 dx keperawatan berdasrkan prioritas
4. Buat intervensi dan rasional pada masing2 dx minimal 5
5. Buat evaluasi tiap dx
JAWAB:
1. Data tambahan
a. Warna urin gelap
b. Warna feses seperti dempul
c. Anoreksia
d. Asites
e. Gatal seluruh badan (pruritus)
f. Albumin 29 g/l
g. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
2. Analisa Data
Ds :
a. Klien mengatakan nyeri seluruh badan
b. Klien mengatakan demam
c. Klien mengatakan mual, muntah
d. Riwayat minum alcohol selama 7 tahun
e. Riwayat merokok
f. Riwayat ikterik

17
Do :
TTV :
a. TD = 120/80
b. HR = 80x/menit
c. RR = 20 x/menit
d. S = 39 0C
Hasil Lab :
a. Hb = 10,5
b. Ht = 32
c. Leukosit = 14800
d. Trombosit = 21300
e. Bilirubin direk = 6,5
f. Bilirubin indirect = 5,3
g. Bilirubin total = 8,5

No DS +DO Masalah Etiologi

1 DS : Intoleransi Kelemahan
 Klien mengatakan lemas Aktivitas Fisik
 Klien mengatakan ngilu seluruh
badan
DO : -
DT :
 Asites
 Nyeri tekan pada kuadran kanan atas

2 DS : Resiko Kegagalan
 Klien mengatakan mual muntah Nutrisi masukan untuk
DO : Kurang dari memenuhi
 Bilirubin direk 6,5 Kebutuhan kebutuhan
 Bilirubin indirect 5,3 Tubuh metabolik
 Bilirubin total 8,5
DT :
 Warna urin gelap
 Warna feses seperti tanah liaat
 Anoreksia
 Nyeri tekan pada kuadran kanan atas

18
3 DS : Resiko Pertahanan
 Demam Infeksi primer tidak
DO : adekuat
 Suhu = 390C
 Leukosit 14800
DT :

3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolic
b. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik
c. Resiko Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
4. Intervensi dan Rasional
a. Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolic
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selma 7 x 24 jam,
masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak mengatakan mual muntah
2) Bilirubin direk
3) Bilirubin indirect
4) Bilirubin total 0,25 – 1 mg/dl
5) Warna urin kuning jernih
6) Warna feses kuning kecoklatan
7) Anoreksia teratasi
Intervensi
1) Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam
frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling banyak
Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi.
Anoreksi juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan
makanan yang sulit pada sore hari

19
2) Kolaborasi :
Konsul pada ahli diet, dukung tim nutrisi untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai
toleransi
Rasional : bila toleran, masukan normal atau lebih protein akan
membantu regenerasi hati. Pembatasan protein diindikasikan pada
penyakit berat( contoh hepatitis kronis) karena akumulasi pada produk
akhir metabolism protein dapat mencetuskan hepatic ensefalopati.
3) Berikan obat terapi steroid, contoh prednisone (deltasone) tunggal atau
kombinasi dengan azatioprin (imuran).
Rasional : Steroid dapat menurunkan aminotransferase serum dan
kadar bilirubin, tetapi tidak mempengaruhi nekrosis hati atau
regenerasi. Kombinasi terapi mempunyai efek samping lebih sedikit.
4) Berikan obat antimetik, contoh metalopramide (raglan):
trimetobenzamit (tigan).
Rasional : diberikan setengah jam sebelum makan, dapat menurunkan
mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
5) Berikan tambahan makanan / nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional : mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda
kekurangan terjadi/ gejala memanjang
b. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 24 jam
masalah intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak mengatakan lemas
2) Klien tidak mengatakan ngilu seluruh badan
3) Asites teratasi
4) Nyeri tekan pada kuadran kanan atas teratasi

20
Intervensi
1) Tingkatkan tirah baring/ duduk. Berikan lingkungan tenang: batasi
pengunjung sesuai keperluan
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan
energy yang digunakan untuk penyembuhan.
2) Ubah posisi dengan sering
Rasional : Meminimalkan tekanan pada area tertentu
3) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan
4) Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati
Rasional : Memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi
5) Kolaborasi :
Berikan antidote/ bantu dalam procedure sesuai indikasi (contoh
lavase, katersis, hiperventilasi) tergantung pada pemajanan
Rasional : Membuang agen pada hepatitis toksik dapat membatasi
derajat kerusakan jaringan
c. Resiko Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam,
masalah infeksi teratasi
Kriteria Hasil :
1) Demam teratasi
2) Suhu 36-370C
3) Leukosit 6000-9000
Intervensi
1) Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enteric dan pernafasan sesuai
kebijakan rumah sakit: termasuk cuci tangan efektif
Rasional : mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui
cuci tangan efektif dalam mencegah transmisi virus.
2) Membatasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : Pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya
respiratorius) potensial resiko komplikasi sekunder.

21
3) Jelaskan prosedur isolasi kepada pasien/ orang terdekat
Rasional : pemahaman alas an untuk perlindungan diri mereka sendiri
dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma. Isolasi
dapat berakhir 2-3 minggu dari timbulnya penyakit, tergantung pada
tipe atau lamanya gejala
4) Berikan informasi tentang adanya gamma globulin, ISG, HBig, Vaksin
hepatitis B (recombivax HB, engerix-B) melalui departemen kesehatan
atau dokter keluarga.
Rasional : efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang yang
terpajan tergantung tipe hepatitis da periode inkubasi
5) Berikan obat sesuai indikasi antibiotic tepat untuk agen pencegahan
(contoh gram negative, bakteri anaerob) atau proses sekunder.
Rasional : pengobatan hepatitis bacterial atau untuk mencegah/
membatasi infeksi sekunder
5. Evaluasi
Dx1:Resik Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolic
a. Klien tidak mengatakan mual muntah
b. Bilirubin direk
c. Bilirubin indirect
d. Bilirubin total 0,25 – 1 mg/dl
e. Warna urin kuning jernih
f. Warna feses kuning kecoklatan
g. Anoreksia teratasi
S: - Klien mengatakan mual muntah tidak ada
O: - bilirubin direk=
a. Bilirubin indirek=
b. Bilirubin total=0,25-1 mg/dl
c. Klien menghabiskan porsi makan yang diberikan
d. Warna fesses kuning kecoklatan

22
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
Dx2: Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik
S: - klien mengatakan keadaannya mulai membaik
a. Klien mengatakan ngilu diseluruh badab sudah hilang
b. Klien mengatakan nyeri tekan pada kuadran kanan atas = 0
O: - klien tampak segar
c. Asites (-)
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Dx3: resiko Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
Kriteria Hasil :
a. Demam teratasi
b. Suhu 36-370C
c. Leukosit 6000-9000
S: -
O: - suhu= 36-370c
-leukosit=6000-9000
-tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada teori dan kasus di atas, tidak terdapat banyak perbedaan yang
ditimbulkn dari gejala klinis, patofisiologis dan lain-lain.Pada kasus didapatkan
data klien dengan keluhan rasa ngilu seluruh badan, demam, lemas, mual, muntah,
hal ini serupa dengan gejala klinis yang mungkin timbul pada teori hepatitis.
Ngilu, nyeri pada kuadran kanan atas, anoreksia dan mual muntah merupakan
bentuk ketidak yamanan dari manifestasi akibat inflamasi hepar yang
menyebabkan peregangan hati.ketidak nyamanan di atas juga mempengaruhi
denyut nadi klien yang menjadi meningkat. Demam merupakan salah satu bentuk
manifestasi dari proses inflamasi hepar. lemas, merupakan manifestasi dari peoses
penyakit akibat terjadinya inflamasi pada hepar yang menimbulkan gangguan
suplai darah normal ke sel-sel hepar yang mengakibatkan kerusakan parenkim, sel
hati, dan duktuli empedu inhaperatik yang akan mengganggu metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein sehingga timbul kelemahan/keletihan. Bentuk
respon lain dari proses inflamasi pada hepar yang timbul pada kasus antara lain,
adanya demam, peningkatan suhu, dan peningkatan leukosit. Gangguan
metabolisme pada klien ditandai dengan ikterik, dan berbagai pemeriksaan
bilirubin yang dilakukan. Pada kasus dapat disimpulkan bahwa klien bukan
mengalami hepatitis virus melainkan hepatitis non virus yang dibuktikan dengan
adanya riwayat mengkonsumsi alkohol lenih dari 7 tahun dan merokok.
Berdasarkan data-data di atas kelompok sepakat mengambil diagnosa
utama yaitu resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan karena .nutrisi
merupakan hal terpenting dalam tubuh manusia, gangguan nutrisi sangat
berpengaruh terhadap kerja metabolism tubuh hal ini akan memperparah keadaan
apabila tidak segera diatasi. Diagnosa selanjutnya yang kelompok ambil adalah
intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik karena apabila klien mengalami
intoleransi aktivitas otomatis klien tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dia
lakukan untuk memenuhi kebutuhan maka dari itu kami mengangkat diagnose ini
sebagai diagnose ke dua. Dan diagnosa ketiga yang dapat ditarik yaitu resiko

24
infeksi b.d pertahana primer tidak adekuat karena data-data tnda infeksi belum
kita temukan secara lengkap oleh sebab itu kelompok meletakkan diagnose itu
sebagai diagnose ketiga.
Untuk intervensi pada diagnosa pertama, kelompok sepakat untuk
melakukan tindakan yang menetapkan prinsip menjaga keseimbangan nutrisi klien
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kilen, dan pada diagnosa kedua perinsip
intervensi yang harus dilakukan adalah memberikan latihan fisik untuk mencegah
terjadinya atropi pada otot, dan memberikan latihan mandiri klien untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Pada diagnosa ketiga, kita dapat mencagah
timbulnya tanda-tanda infeksi lebih lanjut dan memberikan kolaborasi obat
antibiotik untuk dapat menanganni masalah di atas.

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hepatitis merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu
segera ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang
ditimbulkan hepatitis.Penularan hepatitis terjadi melalui kontak dengan darah /
produk darah, saliva, semen, alat-alat yang tercemar hepatitis dan inokulasi
perkutan dan subkutan secara tidak sengaja.Penularan secara parenteral dan
non parenteral serta vertikal dan horizontal dalam keluarga atau lingkungan.
Resiko untuk terkena hepatitis di masyarakat berkaitan dengan kebiasaan
hidup yang meliputi aktivitas seksual, gaya hidup bebas, serta pekerjaan yang
memungkinkan kontak dengan darah dan material penderita. Pengendalian
penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan dibandingkan
pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan meliputi
pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan
Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan
pasif.
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami
hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusaklaan hati seperti
digerogoti (piece meal) dan berkembang sirosis. Kondisi ini dibedakan dari
hepatitis kronik persisten dengan biopsy hati. Terapi kortikosteroid dapat
memperlambat perluasan cedera hati, namun prognosis tetap buruk. Kematian
biasanya terjadid alam 5 tahun akibat gagal ginjal atau komplikasi sirosis.
Hepatitis kronik aktif dapat berkembang pada hampir 50 % pasien dengan
HCV; sedangkan troporsinya pada penderita HBV jauh lebih kecil ( sekitar 1 –
3 %). Sebaiknya hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari
HAV atau HEV. Tidak semua kasus hepatitis kronik aktif terjadi menyusul
hepatitis virus akut. Obat-obatan yang dapat terlibat dalam patogenesis
kelainan ini termasuk alfametildopa (aldomet, isoniazid, sulfonamide dan
aspirin).

26
B. Saran
Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti
hepatitis ini, tindakan pencegahan adalah pilihan utama kita. Setelah membaca
dan mengetahui cara penularanya, sebetulnya kita semua sudah mengerti apa
yang harus kita kerjakan supaya terhindar dari penyakit menahun ini. Karena
jalur penularan terutama lewat suntikan, maka setiap kali disuntik harus yakin
bahwa jarumnya steril. Yang praktis adalah penggunakan jarum baru atau
disposibel (sekali pakai buang). Dan yang paling penting adalah melakukan
vaksinasi, vaksin merupakan suatu zat (antigen) yang jika disuntikan ke dalam
tubuh kita dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan zat
anti ( antibody) terhadap antigen tersebut.
Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan perawatan
secepatnya agar tidak bertambah parah hingga menyebabkan kanker hati. Dan
perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
klien yang belum megetahui bahaya dan cara pencegahan hepatitis sedini
mungkin.

27
DAFTAR PUSTAKA

Daft Chandrasoma, parakrama. 2006. Patologi Anatomi. Jakarta:BukuKedokteran


EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:Buku


Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Smeltzer, suzzane C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2


Jakarta:BukuKedokteran EGC.

http://dilihatya.com/207/ini-dia-contoh-makalah-hepatitis

28

Anda mungkin juga menyukai