Pengaruh Suhu Preheating Pada Hasil Pengelasan Gtaw Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Stainless Steel 304
Pengaruh Suhu Preheating Pada Hasil Pengelasan Gtaw Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Stainless Steel 304
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 5201410007
FAKULTAS TEKNIK
2015
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Panitia Ujian
Ketua : Dr. M. Khumaedi, M.Pd.
NIP. 196209131991021001
Sekretaris : Wahyudi, S.Pd, M.Eng.
NIP. 198003192005011001
Dewan Penguji
iii
ABSTRAK
Dani Mega Sari, 2015. TM, FT, UNNES. “Pengaruh Suhu Preheating pada
Hasil Pengelasan GTAW terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Stainless Steel 304”.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. A little things that we believe can make much miracle in our live.
2. “Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan
PERSEMBAHAN
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan rahmat dan hidayah dari Allah SWT penulis dapat
Pengelasan GTAW terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Stainless Steel 304”. Skripsi
ditulis dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mendapat gelar Sarjana
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati disampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
Negeri Semarang.
5. Drs. Aris Budiyono, M.T, penguji utama I yang telah memberikan banyak
vi
6. Drs. Sunyoto, M.Si, penguji utama II yang telah memberikan banyak
12. Keluarga Young Shin (Rufaida) dan Khadijah yang selalu member
14. Semua pihak yang telah memberikan motivasi, saran dan masukkan
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
vii
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ........................................................... 5
C. Rumusan Masalah ............................................................... 6
D. Penegasan Istilah .................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 11
A. Kajian Teori.......................................................................... 11
B. Kajian Penelitian yang Relevan ........................................... 28
C. Kerangka Berpikir ................................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 32
A. Bahan ................................................................................... 32
B. Alat ....................................................................................... 32
viii
C. Prosedur Penelitian .............................................................. 33
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 42
E. Analisis Data ........................................................................ 42
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xi
4.4 Fase Austenit Dari Grains Boundaries 48
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
11 Sertifikat Las 94
12 Foto-Foto Kegiatan 95
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
las yang memiliki kualitas yang baik untuk menunjang konstruksi yang
kuat, aman dan tahan lama. Kualitas hasil pengelasan tidak hanya dapat
pengelasan yang baik secara visual, belum tentu memiliki struktur yang
baik. Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil pengelasan tersebut telah
hasil pengelasan menjadi retak. Tegangan sisa tidak bisa terlihat maupun
mikro hasil las yang disebut dengan Non-Destructive Test (NDT) dan
(DT).
1
2
beban – beban: gaya, momen, torsi yang berasal dari luar. Tegangan sisa
berasal dari dalam bahan itu sendiri. Hal ini bisa terjadi pada proses-
stuktur mikro. Tegangan sisa juga terjadi pada perlakuan panas (hot
atau perubahan fasa. Pada laku panas tegangan sisa bisa terjadi pada
Seperti halnya yang terjadi pada proses pengelasan yang dilakukan pada
Stainless steel 304 yang termasuk dalam kelompok baja tahan karat
karat ini berfrasa austenit pada temperatur kamar. Material ini memiliki
Struktur FCC yang dimiliki oleh austenit menyebabkan baja tahan karat
yang baik, mampu dibentuk dan mampu dilas. Kekurangan baja jenis ini
rendah mempunyai sifat mekanis yang baik; kekuatan tarik relatif tinggi
antara 415 – 550 MPa (60.000 – 80.000 psi), ketangguhan baik dan
mekanik dan sifat fisis logam. Oleh karena itu, pemilihan suhu
4
struktur mikro HAZ adalah salah satu contoh produk perlakuan panas
pengelasan.
satu metode pengelasan adalah Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau
bisa juga disebut dengan Tungsten Inert Gas (TIG). Pengelasan GTAW
steel. Hal ini disebabkan gas tungsten akan mengusir oksigen yang akan
lasan yang baik pada baja tahan karat, maka pada proses pengelasan yang
Pengelasan GTAW terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Stainless Steel 304”.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan menjadi kebih jelas dan tidak menyimpang dari
304.
Perolehan data sifat fisis dan mekanis hasil lasan stainless steel 304
C. Rumusan Masalah
steel 304 sebelum dilakukan pengelasan adalah 100oC, 200oC dan 300oC.
D. Penegasan Istilah
a. Pengelasan
dari bahan yang sama atau sejenis dengan bahan yang dilas dan
c. Preheating
suhu preheating.
d. Sifat Fisis
indera, misal bentuk dapat dilihat. Ada beberapa sifat fisis bahan
8
e. Sifat Mekanis
1989: 84).
f. Stainless Steel
10.5% atau lebih. Semua baja anti karat memiliki daya tahan tinggi
dalam rentang yang luas dari media karat. Lapisan ini memperbaiki
diri dengan cepat karena adanya oksigen dan rusak karena goresan,
tertinggi, solusi alkali, dan sekitar klorida yang kuat, bahkan pada
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dan manfaat praktis dari
a. Manfaat Teoritis
10
b. Manfaat Praktis
pengelasan di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengelasan
Las (Alip, 1989: 32) dijabarkan tentang berbagai macam las dan
tahun penemuannya.
Tahun
Jenis Las
Penemuannya
Las Busur Elektroda Carbon Batang 1880
Las Tahanan Listrik 1885
Las Thermit 1890
Las Oxy-Acetylene 1895
Las Busur Elektroda Terbungkus (batangan) 1900
Las Bususr Elektroda Terbungkus Cellulose 1905
11
12
digunakan untuk desain dan konstruksi struktur baja. Kode lain yang
13
dipakai, sumber panas (pada las fusi), besarnya tekanan pada las
3. Pengelasan GTAW
las serta bahan yang akan dilas. Pada penelitian ini digunakan proses
mengelas bahan stainless steel. Hal ini disebabkan gas tungsten akan
14
dihindari terbentuknya.
bahan penambah terbuat dari bahan yang sama atau sejenis dengan
bahan yang dilas dan terpisah dari pistol las (welding gun)
ini disebut GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) atau TIG (Tungsten
Inert Gas) Welding. Jenis Mesin Las Busur Listrik dengan pelindung
gas Helium (He), gas Argon (Ar), gas Karbondioksida (CO2) atau
dari daerah las. Oleh karena itu, maka TIG biasa digunakan untuk
a. Elektroda
listrik.
Gambar 2.1 Las Busur Listrik dengan Pelindung Gas (Wiryosumarto dan
Okumura, 2000: 16)
Kelompok elektroda tak terumpan masih dibagi lagi
kedalam dua jenis yaitu jenis dengan logam pengisi dan jenis
16
CO2.
Gambar 2.2 Klasifikasi Jenis Las Busur Listrik dengan Pelindung Gas
(Wiryosumarto dan Okumura, 2000: 17)
17
b. Polaritas
dihasilkan dangkal.
1) Mesin Las
2) Torch Las
3) Tabung Gas
4) Meja Las
4. Stainless Steel
sifat struktur besi dan menjadi tidak magnetik. Stainless steel yang
20
dengan oksigen yang ada di air dan udara membentuk sebuah lapisan
yang sangat tipis dan stabil yang mengandung produk dari proses
terbentuk dengan sangat rapat. Lapisan korosi ini lebih tipis dari
pada diagram CCT merupakan batas antara satu fasa dengan fasa
lain.
terdiri dari 3 bagian yaitu logam lasan, daerah pengaruh panas yang
a. Logam Las
bersangkutan.
Titik A dari gambar tersebut adalah titik mula dari struktur pilar
sumber panas. Pada garis lebur sebagian dari logam dasar turut
b. Logam Induk
terpengaruh oleh suhu panas las dan tetap dalam struktur mikro
kristalnya orthohombik.
Gambar 2.7 Transformasi fasa pada logam hasil pengelasan (Sonawan dan
Suratman, 2006: 72)
Perubahan metalurgi yang paling penting dalam
7. Foto Mikro
diberikan.
8. Uji Tarik
satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah
dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan
dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk
elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Tegangan :
( ⁄ )
09 (ASTM 2012: 6)
karena itu akan lebih relevan apabila penulis mengulas tentang hasil
penelitian yang sudah ada sehingga dapat dilakukan sebagai acuan untuk
Pendinginan Air Dan Udara Pada Stainless Steel 304 Terhadap Uji
pendingin, yaitu air dan udara, namun variasi juga terdapat pada arus
yang digunakan untuk pengelasan, yaitu 100 Ampere dan 250 Ampere.
Data dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah dari hasil
rata–rata pendinginan air, arus 100 Ampere adalah sebesar 1,100 J/mm2
roda depan sepeda motor setelah mengalami proses annealing maka akan
30
karbon (C) kadar karbon (C) = 0,224 % dan (C) = 0,223 %, sehingga
material ini termasuk dalam golongan baja karbon rendah (< 0,30 % C) ,
Las Logam Tak Sejenis Baja Tahan Karat Austanitik AISI 304 dan Baja
bervariasi sesuai metalurgi las, yaitu daerah las, HAZ dan logam induk.
C. Kerangka Berpikir
panas) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan
didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli dan
2012).
Dalam penelitian ini peneliti mengukur sifat fisis dan mekanis yang
A. Bahan
B. Alat
“LORCH” perlengkapannya
3. Penggaris (Spectrometer)
7. Ampelas PME 3”
32
33
C. Prosedur Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Uji komposisi
Pengelasan GTAW
Pembuatan spesimen
Pengujian tarik
Data
Analisis data
Kesimpulan
Selesai
2. Proses Penelitian
2014.
persen (%).
komputer.
kertas.
1) Pembuatan kampuh V.
buah plat yang nantinya akan menjadi 4 pasang plat yang akan
2) Pengelasan.
GTAW.
benda kerja untuk suhu 200oC dan 300oC. Pada benda kerja
c. Proses Pengujian
spesimennya 40 x 40 mm.
2) Foto Mikro.
mikro.
39
secara sempurna.
3) Uji Tarik.
“Controlab”.
Keterangan:
1. Batang pompa 5. Meja plotter
2. Unit pompa 6. Ragum bawah
3. Dudukan ragum 7. CPU
4. Ragum atas
ketebalan.
pembebanan.
sebagai data.
dideskripsikan sesuai gambar yang keluar dari hasil pengujian. Data uji
tarik keluar sesuai hasil pengujian tarik yang dilakukan oleh masing-
a. Dokumentasi
b. Uji Laboratorium
E. Analisis Data
yang diperoleh. Data berupa gambar yang diperoleh dari pengujian foto
analisis yang telah dilakukan. Data yang kedua adalah berupa angka atau
dihitung nilai rata-rata dari data tersebut dan disajikan dalam bentuk
grafik. Sama halnya pada gambar hasil foto mikro, data tersebut dianalisa
A. Hasil Penelitian
1. Uji Komposisi
kimia yang terkandung pada bahan Stainless Steel 304. Hasil uji
45
46
struktur mikro yang terkandung pada HAZ, logam induk dan daerah
lasan.
Gambar 4.1 Struktur Ferrite dan Pearlite pada Stainlees Steel 304 pembesaran
75x (Metals Handbook 8th Edition Vol.7 Atlas of Microstructures of Industrial
Alloys)
Gambar 4.2 Fase Austenit yang terdiri dari struktur Ferrite pembesaran 500x
(Metals Handbook 8th Edition Vol.7 Atlas of Microstructures of Industrial Alloys)
47
stainlees steel 304. Struktur ferrite pada bagian yang gelap dan
mengalami difusi.
Gambar 4.3 Fase Austenit yang terdiri dari Grain boundaries pembesaran 200x
(Metals Handbook 8th Edition Vol.7 Atlas of Microstructures of Industrial Alloys)
Gambar 4.4 Fase Austenit yang terdiri dari Grain boundaries pembesaran 1000x
(Metals Handbook 8th Edition Vol.7 Atlas of Microstructures of Industrial Alloys)
49
Gambar 4.6 - 4.7 - 4.8 susunan ferrite yang terbentuk lebih kasar
b. Logam Las
semakin getas.
c. HAZ
sensitasi yang bersumber dari heat input yang terjadi pada saat
satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah
dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan
Data yang diperoleh dari hasil uji tarik disajikan berupa grafik
Tegangan Luluh
360 356,11
353,52
355
347,63
Tegangan Luluh (MPa)
350
345
340
335
326,74
330 Tegangan Luluh
325
320
315
310
Suhu
35 Kamar 100 200 300
Suhu Preheating (C)
signifikan, yaitu pada suhu kamar memiliki nilai 353.52 MPa, suhu
100oC memiliki nilai 36.11 MPa dan pada suhu 200oC memiliki nilai
347.63 MPa. Nilai tegangan luluh pada suhu tertinggi, yaitu suhu
MPa.
59
Tegangan Maksimal
606,87
610
600
Tegangan Maksimal (MPa)
587,64
590
578,89
580
568,92
570
Tegangan Maksimal
560
550
540
Suhu
35 Kamar 100 200 300
Suhu Preheating (C)
pada suhu 100oC yaitu dengan nilai 606.87 MPa sedangkan nilai
MPa. Nilai tegangan maksimal pada suhu suhu kamar dan 200oC
hanya selisih 8.75, yaitu 578.89 MPa pada suhu suhu kamar dan
587.64oC.
60
Regangan
50 41,87
36,63 36,23
Regangan (%) 40
30
20
Regangan
10 4,5
0
35 100 200 300
Suhu Preheating (C)
nilai tertinggi dan pada suhu 300oC nilai regangan menjadi 4.5 %
B. Pembahasan
Selama proses pengelasan, siklus thermal terjadi pada daerah
logam las dan HAZ diantaranya yaitu pemanasan hingga mencapai suhu
mempengaruhi struktur mikro dan sifat mekanik logam las dan HAZ,
preheating :
pada HAZ dan logam induk memiliki kesamaan yaitu terdiri dari
ferrite. Pada data uji tarik nilai tegangan luluh pada pengelasan tanpa
yang signifikan, namun pada logam induk terlihat ferrite lebih kasar
Struktur mikro logam las pada preheating 100oC ini terlihat memiliki
struktur yang lebih kasar. Dapat dilihat dari struktur yang tersusun di
tampak lebih kasar dan letaknya lebih rapat-rapat pada logam induk.
mendapat efek yang tidak terlalu baik pada hasil pengelasan. Terlihat
jelas pada struktur mikro HAZ, logam induk dan logam las, terdapat
A. Simpulan
tingkat kekerasan pada logam las, namun bahan akan semakin getas.
saat proses pengelasan; Struktur mikro pada logam las seperti ferrite
logam las adalah karbida krom. Semakin kontras warna dan semakin
64
65
bahwa; Berdasarkan nilai yang diperoleh dari uji tarik, nilai tegangan
B. Saran
hasil las sudah sesuai dengan spesifikasi, karena cacat las yang
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2011. Perubahan Struktur Mikro dan Sifat Mekanik pada Pengelasan
Drum Baja Karbon Wadah Limbah Radioaktif. Jurnal Teknologi
Pengelolaan Limbah. Volume 14, Nomor 2: 14-30.
ASTM. 2012. Annual Book of ASTM Standards. Volume 3. West Conshohocken:
American Society for Testing and Material.
Alip, M. 1989. Teori dan Praktek Las. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Mehl, Robert F. Metals Handbook 8th Edition Atlas Of Microstructures of Of
Industrial Alloys. Volume 7. Ohio: American Society For Metal.
PT PLN. Perlakuan Panas (PWHT). Suralaya: Jasa Diklat Unit Pendidikan Dan
Pelatihan.
Saifudin dan Mochammad Noer Ilman. 2011. Pengaruh Preheat terhadap Struktur
Mikro dan Kekuatan Tarik Las Logam Tak Sejenis Baja Tahan Karat
Austeniti AISI 304 dan Baja Karbon A36. Artikel Ilmiah. Hlm. 1-5.
Sonawan, H dan Rochim Suratman. 2006. Pengantar Untuk Memahami Proses
Pengelasan Logam. Bandung: Alfabeta.
Sriwidharto. 1996. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: Pradnya Paramita
Sudibyo, A dan Pramuko Ilmu Purboputro. 2013. Pengaruh Pengelasan Gas
Tungsten Arch Welding (GTAW) dengan Variasi Pendingin Air dan Udara
pada Stainless Steel 304 terhadap Uji Komposisi Kimia, Struktur Mikro,
Kekerasan dan Uji Impact. Simposium Nasional RAPI XII. Hlm. M41-
M48.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suheni dan Syamsuri. 2007. Pengaruh Perubahan Arus Las TIG terhadap
Kekuatan Impak pada Material yang Berbeda. SAINTEK Volume 11. No. 1.
Hlm. 79-90.
67
LAMPIRAN – LAMPIRAN
69
⁄
71
⁄
72
5. Perhitungan Regangan ( )
Regangan ( ) non-preheating 2:
( )
Regangan ( ) non-preheating 3:
( )
( )
( )
74
( )
12 7
100 2 4
0
( 02 4 74)mm
100
0
1 2
100 3
0
21 2 4 3
Rata rata 3 04
3
(7 30 4 4 )mm
100
0
2
100 17
0
( 23 4 2 )mm
100
0
4
100 17
0
2 17 17
Rata rata 32 2
3
Pu
1 mm
h
h 1mm
Py P
100
Py
y
A0
40
1 mm 6
76
h 7 mm
7 0 077
Py 10000 34 4 17 kg
100
34 4 17 kg
y 3 4 7 kg⁄mm2 3 4 7 MPa
7 70 mm2
1
1 mm 6
3
h 7 mm
7 6
Py 10000 344 3 3 kg
100
344 3 3 kg
y 3 47 kg⁄mm2 3 4 7 MPa
7 07 mm2
Tegangan luluh ( y ) non-preheating 3:
1 07
1 mm 6 6
101
h mm
6 6
Py 10000 3 4 3 kg
100
3 4 3 kg
y 3 12272 kg⁄mm2 3 1 23 MPa
101 07mm2
3 4 7 3 47 3 1 23
Rata rata 3 3 3 MPa
3
0
1 mm 6 3
101
77
h mm
0 0347
Py 10000 3 0 47 kg
100
3 0 47 kg
y 3 133 kg⁄mm2 3 13 MPa
100 2 mm2
70
1 mm 6 6
h mm
6 6
Py 10000 3 0 23 kg
100
3 0 23 kg
y 3 kg⁄mm2 3 7 MPa
2 mm2
Tegangan luluh ( y ) preheating 100oC 3:
2 2
1 mm 6
104
h mm
6
Py 10000 3 4 7 kg
100
3 4 7 kg
y 34 1 23 kg⁄mm2 34 2 MPa
102 7 mm2
3 13 3 7 34 2
Rata rata 3 44 MPa
3
1 71
1 mm 6
102
78
h mm
6
Py 10000 3 20 kg
100
3 20 kg
y 3 07 kg⁄mm2 3 0 7 MPa
101 2 mm2
7
1 mm
h mm
Py 10000 3 3 32 kg
100
3 3 32 kg
y 34 774 7 kg⁄mm2 347 7 MPa
101 71 mm2
Tegangan luluh ( y ) preheating 200oC 3:
01
1 mm
101
h mm
Py 10000 3 4 43 kg
100
3 4 43 kg
y 34 7 kg⁄mm2 347 MPa
101 mm2
3 07 347 7 347
Rata rata 34 7 MPa
3
22
1 mm 6
79
h mm
6
Py 10000 33 32 kg
100
33 32 kg
y 32 3 kg⁄mm2 32 3 MPa
102 17 mm2
1 2
1 mm 6
102
h mm
6
Py 10000 330 43 kg
100
330 43 kg
y 32 2071 kg⁄mm2 32 21 MPa
101 3 mm2
Tegangan luluh ( y ) preheating 200oC 3:
2 71
1 mm
h mm
Py 10000 32 4 3 kg
100
32 4 3 kg
y 32 421 1 kg⁄mm2 324 22 MPa
101 1mm2
32 3 32 21 324 22
Rata rata 32 MPa
3
7. Perhitungan Regangan ( )
L Lf L0
100 100
L0 L0
( 37 4 3 )mm
100
0
1
100 31
0
Regangan ( ) non-preheating 3:
(7 7 4 )mm
100
0
2 7
100 1
0
2 4 31 1
Rata rata 3 31
3
b. Regangan ( ) preheating 100oC
Regangan ( ) preheating 100oC 1:
(7 4 4 1)mm
100
0
2 7
100 3 14
0
Regangan ( ) preheating 100oC 2:
( 2 47 4 )mm
100
0
12 2
100 2 04
0
81
( 7 2 4 7 )mm
100
0
1 07
100 3 14
0
3 14 2 04 3 14
Rata rata 3 11
3
c. Regangan ( ) preheating 200oC
Regangan ( ) preheating 200oC 1:
(7 4 )mm
100
0
2 0
100 21
0
Regangan ( ) preheating 200oC 2:
( 2 33 4 3)mm
100
0
12 7
100 2 4
0
( 02 4 74)mm
100
0
1 2
100 3 4
0
21 2 4 3 4
Rata rata 3 03
3
d. Regangan ( ) preheating 300oC
Regangan ( ) preheating 300oC 1:
( 3 14 4 70)mm
100
0
82
14 44
100 2
0
Regangan ( ) preheating 300oC 2:
(7 30 4 4 )mm
100
0
2
100 17
0
( 23 4 2 )mm
100
0
4
100 17
0
21 2 4 3 4
Rata rata 3 03
3
83
120
100
80
60 no preheating 1
no preheating 2
40
no preheating 3
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
-20
100oC.
100
80
60 preheating 100.1
preheating 100.2
40 preheating100.3
20
0
0 20 40 60 80
84
200oC.
120
100
80
preheating 200.1
60
preheating 200.2
preheating 200.3
40
20
0
0 20 40 60 80
300oC.
100
80
60 preheating 300.1
preheating 300.2
40 preheating 300.3
20
0
0 20 40 60 80
85