PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Healy dan Wahlen (1999: 368) memberikan definisi manajemen laba yang ditinjau dari
sudut pandang penetap standar, yaitu manajemen laba terjadi ketika para manajer
menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk
mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja
ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang
menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu.
3. Schipper (1989: 92) mengartikan manajemen laba dari sudut pandang fungsi pelaporan
pada pihak eksternal, sebagai disclosure management, dalam pengertian bahwa manajemen
melakukan intervensi terhadap proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
2
Meskipun sudut pandang definisi manajemen laba yang telah dikemukakan oleh beberapa
peneliti akuntansi berbeda, namun pada dasarnya definisi manajemen laba yang dikemukakan
mengarah pada perspektif opportunis.
Scott (2000: 351) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama,
melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak uang, dan political cost (opportunistic Earnings
Management). Kedua, memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting
(efficient Earning Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas
untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak
terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian manajer
dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melakukan manajemen laba, misalnya
dengan membuat perataan laba dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Selain itu, dari
beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh
manajer tidak hanya dengan cara memaksimalkan laba tetapi juga dengan meminimalkan laba.
3
5. Timing Revenue and Expenses Recognation.
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan timing suatu
transaksi, misalnya pengakuan premature atas pendapatan.
4
3. Motivasi Politis (political motivation)
Aspek politis tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan
strategis, karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak. Perusahaan yang
berkecimpung dibidang penyediaan fasilitas bagi kepentingan orang banyak seperti listrik, air,
telekomunikasi, dan sarana infrastruktur, secara politis akan mendapat perhatian
dari pemerintah dan masyarakat. Perusahaan seperti ini cenderung menurunkan laba untuk
mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode kemakmuran tinggi. Tindakan ini
dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.
5. Pergantian Direksi
Beragam motivasi timbul di sekitar waktu pergantian direksi sebagai contoh, direksi yang
mendekati masa akhir penugasan atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba
untuk meningkatkan bonusnya. Demikian juga dengan direksi yang kurang berhasil
memperbaiki kinerja perusahaan akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau
membatalkan pemecatannya.
5
Manajemen mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan metode sebelumnya
sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka laba.
2. Memainkan kebijakan perkiraan akuntansi
Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara memainkanjudgment
(kebijakan) perkiraan akuntansi. Hal tersebut memberikan peluang bagi manajemen untuk
melibatkan subyektivitas dalam menyusun estimasi.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan (sering disebut manipulasi
keputusan operasional)
6
2. Pendekatan Beban Pajak Tangguhan
Pendekatan lain dalam mendeteksi manajemen laba ialah dengan menggunakan beban
pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan (deferred tax expense) timbul akibat perbedaan
temporer antara laba komersil (laba bersih didalam laporan laba-rugi) dengan laba fiskal (laba
hasil perhitungan kantor pajak). Perbedaaan tersebut dikarenakan pelaporan keuangan
perusahaan menggunakan PSAK sedangkan laporan keuangan fiskal menggunakan undang-
undang pajak. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) memberikan kebebasan
manajemen dalam menentukan prinsip atau asumsi pembuatan laporan keuangan. Peraturan
pajak lebih ketat dan konservatif dalam menentukan kebijakan pelaporan keuangan.
Metode ini berdampak laba perusahaan pada suatu periode tinggi namun, menurun
dibeberapa periode berikutnya. Variabel beban pajak tangguhan diukur dengan melihat
perubahan antara aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) dan kewajiban pajak tangguhan
(deferred tax liabilities). Penggunaan beban pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen
laba menjadi penting karena metode sebelumnya, akrual, terbuka peluang untuk kesalahan.
Penelitian menggunakan beban pajak tangguhan untuk mendeteksi manajemen laba di
Indonesia dilakukan oleh Yulianti (2004).
3. Indeks Beneish
Beneish (1999: 10-12) melakukan penelitian dalam mendeteksi manajemen laba dengan
menggunakan informasi akuntansi yang terdapat di dalam laporan keuangan. Metode yang
digunakan ialah berupa rasio (indeks) keuangan dimana variabel-variabelnya merupakan
variabel yang diduga dapat dilakukan rekayasa untuk meningkatkan atau menurunkan laba.
Ukuran rasio keuangan digunakan karena dapat menangkap distorsi yang muncul dari tindakan
manajemen laba sekaligus sebagai acuan investor dalam menganalisis laporan keuangan.
Indeks tersebut adalah, Days Sales in Receiveable Index, Gross margin Index, Asets Quality
Index, Sales Growth Index, Depreciation Index Sales, general and administration expense index,
Leverage Index, dan Total acrual to total aset.
7
Dalam model keagenan dirancang sebuah sistem yang melibatkan kedua belah pihak,
sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Dalam
kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas principal, dan dapat
memuaskan serta menjamin agen untuk menerima reward dari hasil aktivitas pengelolaan
perusahaan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen terletak pada
maksimalisasi manfaat (utility) pemilik (principal) dengan kendala (constraint) manfaat (utility)
dan insentif yang akan diterima oleh manajemen (agent). Karena kepentingan yang berbeda
sering muncul konflik kepentingan antara pemegang saham/ pemilik (principal) dengan
manajemen (agen).
Informasi laporan keuangan yang disampaikan secara tepat waktu akan mengurangi
asimetri informasi yang erat kaitannya dengan teori agency (Kim dan Verrechia, 1994) dalam
(Saleh, 2004:897). Sehingga dalam hubungan keagenan, manajemen diharapkan dalam
mengambil kebijakan perusahaan terutama kebijakan keuangan yang menguntungkan pemilik
perusahaan. Bila keputusan manajemen merugikan bagi pemilik perusahaan maka akan timbul
masalah keagenan (Ismiyanti dan Hanafi, 2004:176).
Laporan akuntansi berupa laporan keuangan memang dimaksudkan untuk digunakan oleh
berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan sendiri. Namun yang paling berkepentingan
dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen).
Informasi akuntansi ini penting bagi pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini
berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.
Para pengguna internal (para manajamen memiliki kontak langsung dengan entitas atau
perusahaannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi., sehingga tingkat
ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar pengguna eksternal (Irfan,
2002:88). Sehingga untuk mengurangi asimetri informasi dan mencegah terjadinya konflik
keagenan, sudah menjadi kewajiban bagi pihak manajemen untuk melaporkan laporan
keuangan secara tepat waktu.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manajemen laba atau earnings management adalah penyajian yang tidak tepat atas
proforma ekonomis pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen atau penyedia
laporan keuangan dengan meningkatkan atau menurunkan laba atau earnings yang dilaporkan.
Manipulasi laba ini bertujuan untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan
karena ada motivasi atau tekanan yang muncul di sisi penyedia laporan keuangan untuk
memanipulasi laporan keuangan. Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan statement
keuangan menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi atau
peristiwa lain diakui pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dikeluarkan. Unsur akrual dapat terjadi berdasarkan kebijakan
manajemen (discretionary accruals) atau non-kebijakan manajemen (nondiscretionary
accruals). Dasar akrual ini mempunyai implikasi bahwa laba akuntansi antara lain ditentukan
oleh besaran akrual baik yang discretionary maupun non discretionary