1. PENGKAJIAN
a. Data umum
? Nama KK : Tn D
? Alamat : Kertonatan Kartosuro RT 12, RW 3
? Pekerjaan : buruh pabrik
? Pendidikan : SMA
? Komposisi Keluarga :
1 Tn D Laki Kepala Keluarga 45 thn SMA -
2 Ny W Perempuan Istri 40 thn SMP -
3 Sdri L Perempuan Anak 25 thn Mahasiswa 1 rumah
4 Sdri R Perempuan Anak 17 thn Pelajar 1 rumah
tipe keluarga : nuclear family
Suku bangsa : keluarga Tuan D termasuk suku bangsa jawa
Agama : semua anggota keluarga menganut agama islam
Status sosial ekonomi keluarga :
Dalam keluarga ini yang bekerja yaitu Tuan D sebagai buruh pabrik rokok dengan penghasilan
kurang lebih Rp. 800.000/ bulan dan Ny. W sebagai penjaga toko dengan penghasilan Rp
400.000/ bulan, barang yang dimiliki TV bewarna 14 inci, meja kursi, 3 buah tempat tidur, 1
buah motor.
Aktifitas rekreasi keluarga :
Keluarga Tuan D tidak mempunyai waktu dan dana tersendiri untuk pergi ketempat
rekreasi.Untuk rekreasi setiap hari adalah dengan nonton TV.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik lingkungan rumah :
Status kepemilikan rumah milik sendiri. Lantai rumah masih dari tanah, jendela rumah ada 3
buah terletak pada tiap kamar, dinding rumah terbuat dari kayu dengan ukuran luas rumah 3 x 6
m/segi, rumah agak rapat dengan tetangga, keadaan lingkungan rumah kotor, keadaan udara
didalam rumah agak lembab, kamar mandi dan jamban di luar rumah, jenis air minum yang
digunakan adalah dari air sumur, jarak antara sumur dengan jamban pembuangan 15 meter.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW :
Keluarga Tuan D merupakan keluarga pendatang. Hubungan dengan tetangga berlangsung baik,
namun keluarga jarang terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungannya misalnya
pada kebiasaan budaya setempat membantu tetangga yang punya hajat.
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Sejak pernikahan keluarga tidak pernah berpisah dan mereka hidup dalam 1 rumah, kunjungan
kerumah keluarga sangat jarang, terutama hanya bila ada acara keluarga saja
4) Sistem pendukung keluarga
Tuan D, Ny W serta anak R secara umum dalam keadaan sehat
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. D berlangsung kurang baik karena Tn. D tidak pernah
memperhatikan keluarga, selain itu Tn. D juga selalu memaksakan kehendaknya kepada isteri
dan anak-anaknya, dimana dalam keluarga ini kepala keluarga sebagai pengambil keputusan
tunggal.
2) Struktur kekuatan keluarga
Keluarga kurang responsif terhadap kegiatan yang dilakukan oleh lingkungannya, warga sekitar
tidak dapat merubah peilaku Tn. D karena keluarga Tn. D tertutup dengan lingkungan sekitar.
3) Struktur peran
• Masing-masing anggota keluarga berperilaku kurang sesuai dengan perannya
• Tuan D sebagai buruh pabrik belum dapat memenuhi kebutuhan keluarga
• Ny. W sebagai ibu rumah tangga dan patuh kepada suaminya.
4) Nilai atau norma keluarga
Apabila anggota keluarga ada yang saki, tidak dibawa ke puskesmas terdekat kecuali jika
anggota kelurga tersebut dalam keadaan parah.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif :
Dalam keluarga ini kurang tercipta sikap saling menghargai karena dari suami selalu
memaksakan kehendaknya kapada isteri dan anak-anaknya serta kepala keluarga tidak pernah
bisa menerima pendapat dari anggota keluarganya.
2) Fungsi spesialisasi
Secara umum, interaksi atau hubungan dalam keluarga kurang baik.
3) Fungsi perawatan kesehatan
(a) Pemenuhan kebutuhan nutrisi :
Keluarga kurang mampu mencukupi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang bergizi.
(b) Pemenuhan kebutuhan pakaian
Keluarga mampu mencukupi kebutuhan pakaian pada seluruh anggota keluarga meskipun secara
sederhana.
(c) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga sampai saat ini masih kurang tahu tentang penyebab dan faktor yang mempengaruhi
penyakit HIV.
(d) Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Keluarga tidak bisa mengambil keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga (Sdri. L).
(e) Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit :
Keluarga kurang mampu memberikan perawatan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh
anggota keluarga yang menderita (Sdri. L).
(f) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat:
Keluarga tidak mengetahui tentang pentingnya cara menjaga kebersihan lingkungan rumahnya,
terbukti keadaan rumahnya cukup kotor dan berantakan.
(g) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat : keluarga sudah
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, tetapi tidak secara maksimal.
4) Fungsi Reproduksi :
Keluarga Tn D telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mempunyai dua orang anak. Ny.
W telah mengikuti program KB dengan baik.
5) Fungsi Ekonomi :
Dalam keluarga Tn D dengan gaji buruh pabrik yang di terima setiap bulan, keluarga merasa
kurang dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk anggota keluarga, karena
untuk kepentingan biaya pendidikan untuk anaknya.
2) Palpasi
• Kepala : tidak ada benjolan atau kelainan
• Leher : tidak ada pembengkakan pada tyroid dan vena jugularis normal
• Abdomen :
- Tidak ada pembesaran pada hepar
- Tidak teraba adanya massa
- Turgor kulit jelek
• Ekstrimitas :
- Ekstrimitas bawah tidak ada oedema
- Simetris antara kiri dan kanan
- Pergerakan normal
• Nadi : 90 kali/menit dengan frekuensi yang teratur
2. ANALISIS DATA
No Analisa Data Problem Etiologi
1
2 DS: pasien mengatakan bahwa dia takut dengan penyakit yang diderita,serta pasien juga tidak
tau apa yang harus dilakukan.
DO: pasien tampak cemas dan gelisah, pasien tampak tidak mempunyai motivasi.
DS: pasien mengatakan bahwa tidak nafsu makan, pasien mengatakan mual dan muntah.
DO: pasien tampak kurus dan lemah, BB turun. Cemas
Nutrisi kurang dari kebutuhan Ketidak tahuan keluarga terkait penyakit AIDS.
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita, terkait kebutuhan
nutrisi.
3. DIAGNOSA
a. Cemas pada Sdri. L di keluarga Tn. D b/d kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit
AIDS.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Sdri. L di keluarga Tn. D b/d ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi.
4. PRIORITAS MASALAH
a. Cemas pada Sdri. L di keluarga Tn. D b/d kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit
AIDS.
4
Sifat masalah
Ancaman kesehatan
Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian
Potensial masalah dapat di cegah : cukup
Menonjolnya masalah : masalah harus segera ditangani 3/3x1
1 Merupakan ancaman karena bila hal tersebut dibiarkan terus dapat mengancam dan
menyebabkan gangguan kesehatan
Dengan diberikan pengarahan pada salah satu anggota keluarga, masalah dapat diubah tetapi
memerlukan proses.
Dengan memperhatikan pengarahan,potensial masalah cukup untuk dapat dicegah
Keluarga tau bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit AIDS maka perlu segera
ditangani
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Sdri. L di keluarga Tn. D b/d ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi.
Sifat masalah
Ancaman kesehatan
Keluarga tau bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit AIDS maka perlu segera
ditangani
Berdasarkan scoring diatas, maka prioritas diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. D adalah
sebagai berikut :
1. Cemas pada Sdri. L di keluarga Tn. D b/d kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit
AIDS,di tandai dengan:
Keluarga mengetahui bahwa Sdri. L menderita penyakit AIDS, tetapi belum mengetahui
mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan penyakit AIDS, baik sifat, penyebab,
komplikasi,prognosa, cara perawatan dan diet pada penderita penyakit AIDS (Sdri. L).
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Sdri. L di keluarga Tn. D b/d ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi, di tandai dengan:
Kelurga tidak mampu memberikan nutrisi yang sesuai dan dibutuhkan oleh Sdri. L.
d. DAFTAR PUTAKA
Muhlisin, Abi. 2004. Konsep – Proses Keperawatan Keluarga. Surakarta : Jurusan Keperawatan
Program D III Kesehatan UMS.
www.http//yuwielueninet.wordpress.com/2008/11/04/gangguan-kesehatan-wani...
Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengetahui tentang penyakit AIDS
Berikan PENKES mengenai :
a) Pengertian AIDS
b) Tanda dan gejala AIDS
c) Faktor penyebab AIDS
d) Cara penatalaksanaan penderita AIDS
1.Memberikan PENKES mengenai :
a) Pengertian AIDS
b) Tanda dan gejala AIDS
c) Faktor penyebab AIDS
d) Cara penatalaksanaan khususnya nutrisi pada penderita AIDS
2 Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Sdri. L di keluarga Tn. D b/d ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi, di tandai dengan:
Kelurga tidak mampu memberikan nutrisi yang sesuai dan dibutuhkan oleh Sdri. L.
Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai cara pemenuhan nutrisi pada anggota keluarga yang
sakit (AIDS) Khusus :
1. keluarga dapat menyebutkan cara penatalaksanaan nutrisi bagi penderita AIDS.
2. keluarga mampu melakukan perawatan pada penderita AIDS.
Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mampu mengambil keputusan untuk memberikan
penatalaksanaan yang tepat pada penderita AIDS
1. Berikan PENKES mengenai :
Cara penatalaksanaan khususnya nutrisi pada penderita AIDS
2. Ajarkan ibu untuk membut catatan makanan harian yang khusus untuk anggota keluarga yang
menderita AIDS. 1.Memberikan PENKES mengenai :
Cara penatalaksanaan khususnya nutrisi pada penderita AIDS
2.mengajarkan ibu untuk membut catatan makanan harian yang khusus untuk anggota keluarga
yang menderita AIDS.
keperawatan keluarga
Selama pertengahan tahun “masa kanak-kanak ini, dasar-dasar untuk peran dewasa dalam
pekerjaan, rekreasi, dan interaksi sosial terbentuk. Usia sekolah dimulai saat anak masuk sekolah
dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitas usia 12 tahun merupakan tanda akhir masa kanak-
kanak menengah. Sekolah dan lingkungan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga membutuhkan penyesuaian antara anak dan orang tua. Saat anak
membutuhkan penyesuaian ini perawat membantu meningkatkan kesehatannya. Hal ini
dilakukan dengan membantu orang tua dan anak mengidentifikasikan stressor potensial dan
merancang intervensi untuk meminimalkan stres dan respon anak. Bila anak mengalami sakit
dan mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat
traumatik dan penuh dengan stress. Pada makalah ini akan dibahas mengenai keperawatan
keluarga pada anak dengan masalah kesehatan epilepsi sehingga perlu kiranya untuk untuk
mengetahui konsep tentang penyakit epilepsi.
Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relatif sering terjadi. Epilepsi merupakan
suatu gangguan fungsional kronik dan banyak jenisnya dan ditandai oleh aktifitas serangan yang
berulang-ulang. Serangan kejang yang merupakan gejala atau manifestasi utama epilepsi dapat
diakibatkan kelainan fungsional (motorik, sensorik, psikis). Serangan tersebut tidak lama, tidak
terkontrol serta timbul secara episodik. Serangan ini menggangu kelangsungan kegiatan yang
sedang dikerjakan pasien pada saat itu. Serangan ini berkaitan dengan pengeluaran infuls oleh
neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung lokal. Istilah epilepsi sering digunakan secara
bergantian.
Epilepsi oleh Hipokrates diidentifikasi sebagai masalah yang ada kaitannya dengan otak.
Epilepsi dapat menyerang segala kelompok usia. Pada kebanyakan kasus mungkin terdapat
interaksi antara predisposisi pembawaan dan faktor-faktor lingkungan, insiden epilepsi lebih
sering dijumpai pada keturunan orang-orang yang menderita epilepsi jika dibanding dengan
penduduk lain pada umumnya.
Insiden kira-kira 1% populasi (lebih dari 2 juta orang) di Amerika Serikat mengalami epilepsi,
dengan 100000 kasus baru terdiagnosis setiap tahun. Telah ada peningkatan insiden gangguan
ini, kemungkinan karena sejumlah faktor. Perbaikan perawatan obstetrik dan neonatal
menyelamatkan bayi yang mengalami gawat nafas. Sirkulasi dan kegawatan lain selama
persalinan: bayi ini dapat di dipredisposisikan pada kejang intermiten. Perbaikan
penatalaksanaan medis, bedah dan keperawatan terhadap pasien dengan cedera kepala, tumor
otak, meningitis, dan ensefalitis, menyelamatkan pasien dengan kondisi ini dapat menimbulkan
perubahan serebral dengan kejang resultan.
Insiden epilepsi sesungguhnya tidak diketahui. Diperkirakan jumlah penderita epileppsi sekitar
0,5 % penduduk. Perkiraan ini dianggap terlalu konservatif karena sebagian pasien atau dokter
segan untuk melaporkan masalah yang dideritanya, yang ditambah keragu-raguan apakah suatu
golongan kejang dapat digolongkan sebagai serangan epilepsi atau bukan. Banyak pasien
merahasiakan penyakit ini karana masyarakat mempumyai pandangan yang negatif terhadap
epilepsi. Belajar menyesuaikan diri terhadap diskriminasi sehubungan dengan pekerjaan,
pendidikan dan sosial sering kali lebih sulit dari pada epilepsi sendiri. Meskipun epilepsi dapat
terjadi pada semua umur, insiden paling tinggi pada masa kank-kanak. 75% kasus ini terjadi
sebelum usia 20 tahun, maka epilepsi biasanya merupakan penyakit sekunder.
Berdasarkan uraian di atas saat ini epilepsi masih menjadi suatu problem kedokteran masyarakat
baik di Indonesia maupun di negara lain. Selain itu hingga saat ini epilepsi masih dianggap
secara tidak tepatnya sebagai gangguan syaraf yang harus di tanggulangi oleh dokter penyakit
syaraf. Masih banyak medikus praktikus yang tidak mengetahui bahwa mayoritas penderita
epilepsi memerlukan pengobatan seumur hidup. Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang penyakit epilepsi. Sehingga dapat berguna bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
click link
2184 clicks
Untuk dapat merequest file lengkap yang dilampirkan pada setiap judul, anda harus menjadi
special member, klik Register untuk menjadi free member di Indoskripsi.
Semua Member Special dapat merequest file yang ada di website ini.
NB: Ada kemungkinan beberapa skripsi belum ada filenya, karena dikirim oleh member biasa
dan masih menunggu konfirmasi dari member yang bersangkutan.
http://one.indoskripsi.com/node/4345
PERKEMBANGAN BALITA
• Perkembangan biologis
• Perkembangan kepribadian, kognitif, dan moral
• Perkembangan spiritual
• Perkembangan gambaran diri
• Perkembangan seksual
• Perkembangan sosial
KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN
Pengertian: perkembangan anak tidak sesuai dengan standar kemampuan yang sudah harus
dicapai dalam batas usianya. Misal: anak belum dapat berjalan pada usia 2 tahun.
Tanda dan gejala: anak belum mampu melakukan ketrampilan tertentu yang harusnya sudah
dapat dilakukan anak seusianya.
Cara merawat: gunakan buku pedoman perkembangan yang telah dikeluarkan Depkes RI
untuk mengkaji pencapaian anak terhadap tugas perkembangannya dan lakukan stimulasi
sesuai petunjuk yang tertulis dalam pedoman tersebut.
KURANG GIZI
KURANG GIZI
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi yang
kurang. Kekurangan gizi ini secara umum menyebabkan gangguan pada
• Pertumbuhan
Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan sebagai zat
pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi rontok
• Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak kekurangan tenaga untuk
bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas, dan merasa lemas
• Pertahanan tubuh
Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi seperti batuk,
pilek dan diare
• Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak tenang, cengeng dan
apatis.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan,
dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan, berpedoman pada standar praktek keperawatan, dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan.
1. Pengkajian
Tahap ini mencakup pengumpulan data, analisis / interpretasi data kondisi bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual klien.
Adalah pernyataan yang dirumuskan berdasarkan data yang terkumpul berupa rumusan
tentang respon klien terhadap masalah kesehatan serta factor penyebab (etiologi) yang
berkontribusi terhadap timbulnya masalah yang perlu diatasi dengan tindakan / intervensi
keperawatan.
4. Implementasi
Yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis,
dan interpersonal. Tindakan keperawatan meliputi; tindakan keperawatan, observasi
keperawatan, pendidikan kesehatan/keperawatan, tindakan medis yang dilakukan perawat
(tugas limpah).
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, mempunyai kode etik yang telah ditetapkan
oleh Munas PPNI VI.
Standar praktek asuhan keperawatan keluarga sesuai rapim PPNI terdiri dari :
Standar V : Evaluasi
Standar IV : Kesejawatan
Standar V : Etik
Standar VI : Kolaborasi
Membantu keluarga untuk memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan profesional.
3. Sebagai pendidik
4. Sebagai koordinator
Memanfaatkan semua sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan
keluarga yang lain secara terkoordinasi.
5. Sebagai kolaborator
Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam merencanakan asuhan
keperawatan pada keluarga.
6. Sebagai pembaharu
Mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan
ketrampilan keluarga menjadi sehat.
7. Sebagai pengelola
PENGKAJIAN
1. Data Umur
2. Pengkajian Lingkungan
a. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
b. Sistem pendukung keluarga.
3. Struktur keluarga.
a. Pola komunikasi keluarga.
b. Struktur Kekuatan keluarga.
c. Struktur Peran.
4. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif.
b. Fungsi Sosialisasi.
c. Fungsi ekonumi.
5. Stres dan koping keluarga.
MASALAH-MASALAH KESEHATAN
Komunikasi kaum dewasa muda dengan orang tua mereka.
Transisi peran bagi suami isteri.
Orang yang memberikan perawatan (Bagi orang tua lanjut usia).
Kondisi kesehatan kronis dan factor-faktor yang berpengaruh, seperti : Kolesterol tinggi,
obesitas dan tekanan darah tinggi tinggi.
Menopause wanita dikaitkan karena efek kebiasaan minum, merokok yang lama dan praktek
diet.
LAPORAN KASUS
Dalam laporan kasus ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah kesehatan TB Paru pada Tn. I dalam konteks keperawatan yang dilaksanakan
pada tanggal 2 s.d 13Mei 2011, dengan pendekatan proses asuhan keperawatan pada keluarga.
A. KARAKTERISTIK
Tanggal 2 Mei 2011, penulis melakukan pengkajian pada keluarga Ny. S dan dari hasil
pengkajian telah diperoleh data sebagai berikut:
1. Kepala Keluarga
Nama kepala keluarga adalah Ny. S dengan jenis kelamin perempuan, berusia 68 tahun, agama
Islam. Pendidikan terakhir tidak sekolah. Pekerjaan sebagai terima pesanan kue. Tempat tinggal
di Jln. Cipinang Pulo Maja RT 06, RW 012, No 13, kelurahan Cipinang Besar Utara, kecamatan
Jatinegara, Jakarta Timur.
2. Susunan Anggota Keluarga
3.
Genogram
1. Tipe Keluarga
Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak dalam satu rumah.
Ny. Ade usia 29 tahun, jenis kelamin perempuan. Berat badan 45 kg, tinggi badan 152
cm. Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80x/menit, suhu tubuh 35,90C, frekuensi pernafasan
20x/menit, reguler. Pada pemeriksaan inspeksi kepala: rambut panjang, hitam dan ikal, tidak ada
ketombe. Mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas dan bawah
tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi, bunyi paru tidak terdengar wheezing dan ronki.
Palpasi abdomen teraba janin usia 5 bulan. Bunyi pernafasan vesikuler, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening dan tiroid.
An. O usia 7 ½ tahun, jenis kelamin laki-laki. Pekerjaan sebagai pelajar kelas 2 SD.tinggi
badan 104 cm, berat badan 20 kg, denyut nadi 88x/menit, frekuensi pernafasan 18x/menit,
reguler, suhu tubuh 35,90C. Tampak kurus, rambut pendek ikal, warna hitam, tidak berketombe.
Kulit sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas
bawah tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi
jantungtidak terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan lemas, hepar dan spleen
tidak teraba. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan
perkusi, abdomen terdengar bunyi tympani.
Ny. N usia 28 tahun jenis kelamin perempuan, berat badan 51 kg, tinggi badan 152 cm,
tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 360C, pernafasan 20x/menit, reguler. Pada
pemeriksaan inspeksi didapat data rambut pendek ikal, warna hitam, tidak berketombe. Kulit
sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah
tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak
terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan lemas, hepar dan spleen tidak teraba.
Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan perkusi,
abdomen terdengar bunyi tympani.
Tn. R usia 41 tahun jenis kelamin laki-laki, berat badan 50 kg, tinggi badan 155 cm,
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 22x/menit, reguler, suhu 360C. Pada
pemeriksaan inspeksi didapat data rambut pendek ikal, warna hitam, tidak berketombe. Kulit
sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah
tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak
terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan lemas, hepar dan spleen tidak teraba.
Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan perkusi,
abdomen terdengar bunyi tympani.
An. T usia 2 ½ tahun jenis kelamin laki-laki, berat badan 13 kg, tinggi badan 88 cm.
Hasil inspeksi rambut lurus, berwarna hitam dan pendek. Tidak berketombe. Kulit sawo matang.
Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah tidak ada
kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak terdengar
gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan lemas, hepar dan spleen tidak teraba. Tidak ada
pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan perkusi, abdomen
terdengar bunyi tympani.
A. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu keluarga melepas anak usia dewasa. Tugas
perkembangan keluarga yaitu memperluas siklus keluarga dengan masuknya keluarga baru dan
perkawinan anak ke-2, melanjutkan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, membantu
orang tua usia lanjut dan mulai menurun status kesehatannya.
(Perkembangan keluarga berada pada tahap IV yaitu keluarga melepas anak usia dewasa).
B. STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi Dalam Keluarga
1.1 Pola Interaksi
Pola interaksi paling sering terjadi dalam keluarga yaitu saat pagi hari dan malam hari, biasanya
interaksi terjadi saat menonton TV. Dalam komunikasi, yang paling dominan adalah Tn. I
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Komunikasi dalam keluarga saling tertutup satu sama
lain. Interaksi yang berlangsung biasanya hanya sekedar. Tidak ada konflik dalam keluarga
tentang pola interaksi.
2. Struktur Keluarga
2.1 Pengambilan Keputusan
Cara atau metode pengambilan keputusan di keluarga yaitu secara musyawarah. Di dalam
keluarga ini yang mengambil keputusan dalam keluarga adalah Tn. I. Didalam masalah
kesehatan dalam keluarga, diperlukan tenaga kesehatan seperti dokter/perawat untuk
memecahkan masalah kesehatan keluarga. Anggota keluarga yang paling dipercaya kepada
keluarga adalah ibu.
3. Struktur Nilai-Nilai/Values
3.1 Sistem Nilai
Ny. S bersuku Betawi. Budaya yang dominan dalam keluarga adalah budaya betawi. Dalam
keluarga tidak ada nilai-nilai tertentu dan nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan
karena menurut keluarga kesehatan merupakan hal yang penting. Ketaatan keluarga dalam
menjalankan kegiatan agama adalah kurang taat. Yang paling taat beribadah dan selalu
mengikuti pengajian adalah Ny. S.
4. Struktur Peran
4.1 Pembagian Peran Dalam Anggota Keluarga
Pembagian peran dalam anggota keluarga yaitu Ny. S sebagai kepala keluarga, sebagai ibu untuk
anak-anak,dan sebagai nenek dari cucu-cucunya. Sedangkan anak sebagai anggota keluarga dan
sebagaiistri/suami bagi pasangannya, serta menjadi orangtua dari anak-anaknya. Ny. S berperan
sebagai ibu dan nenek, Tn. I berperan sebagai pencari nafkah dan dibantu oleh Ny. N dan Tn. R.
Tidak ada perubahan peran ataupun konflik ketidaksesuaian peran dalam keluarga.
C. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi dan keluarga merasa bangga apabila salah satu
anggota keluarga berhasil. Respon keluarga terhadap kehilangan yaitu berduka, namun selama
ini keluarga saling menguatkan dan menjaga satu sama lain.
2. Fungsi Sosial
Anggota keluarga tidak ada yang ikut dalam keanggotaan organisasi masyarakat dan tidak ada
yang cukup berpengaruh di masyarakat di keluarga Ny. S. Terdapat konflik di masyarakat yaitu
An. T nakal sehingga dijauhi oleh tetangga. Keluarga mengggunakan faktor-faktor penunjang
untuk memecahkan masalah kesehatannya yaitu dengan cara berobat ke Puskesmas Cipinang
Besar Utara atau ke Puskesmas Jatinegara. Anggota keluarga yang mempunyai keterampilan
khusus adalah Ny. S yaitu terampil membuat kue. Anggota keluarga yang tidak bisa membaca
dan menulis adalah Ny. S karena tidak pernah sekolah.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga Ny. S, khususnya Ny. M dahulu tidakmengikuti keluarga berencana (KB). Jumlah anak
dalam keluarga Ny. S berjumlah 13 orang. Anggota keluarga ada yang mengikuti program KB
yaitu Ny. N yaitu menggunakan suntik KB dalam 3 bulan sekali. Efek sampingnya berat badan
menjadi lebih gemuk.
4. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga didapat dari hasil Ny.S menerima pesanan kue dan anaknya dengan
pendapatan kurang lebih Rp1.000.000,- / bulan. Uang ini digunakan setiap bulannya untuk
kebutuhan harian, kebutuhan bulanan, kebutuhan makan, bayar pajak, bayar rekening listrik, dan
biaya transportasi. Penghasilan keluarga sudah cukup memenuhi kebutuhan karena dibantu oleh
anak perempuan yang ke-10 sebesar Rp200.000,- dan anak laki-laki ke-11 sebesar Rp200.000,-,
dan anak perempuan ke-12 sebesar Rp200.000,-. Dalam keluarga Ny. S tidak terdapat anggota
keluarga yang mempunyai tabungan.
Jika terdapat anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga membawa ke fasilitas kesehatan
seperti puskesmas, dokter praktek, bidan/mantri praktek. Jika hanya sakit biasa, keluarga
membeli obat warung seperti bodrex, komix, dan paramex karena sudah mengetahui obatnya.
E. DERAJAT KESEHATAN
1. Kejadian Kesakitan Saat Ini
Tn. I menderita penyakit TB Paru 2 ½ tahun yang lalu, kemudian sudah minum obat OAT
selama 6 bulan, namun Tn. I tidak pernah cek kesehatan lagi apakah kuman TB sudah benar-
benar hilang atau tidak. Sedangkan An. O termasuk dalam gizi kurang karena sulit makan.
2. Kejadian Kecacatan
Tidak ada anggota keluarga yang menderita cacat fisik.
F. KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Perumahan
Jenis rumah permanen denga luas bangunan 40 m2. Status rumah milik pribadi dengan atap
rumah menggunakan asbes. Ventilasi rumah dengan luas < 10% luas lantai dengan pencahayaan
kurang, yaitu cahaya tidak dapat masuk ke rumah pada siang hari. Penerangan di rumah
menggunakan listrik. Lantai di rumah menggunakan ubin. Kondisi kebersihan rumah secara
keseluruhan kotor. Bagian-bagian rumah terdapat ruang tamu, ruang tidur, dapur, dan kamar
mandi yang bergabung dengan WC tampak gelap, tidak ada ahaya yang dapat masuk, lembab.
2. Denah Rumah
1. Pengelolaan Sampah
Keluarga mempunyai pembuangan sampah terbuka. Biasanya sampah-sampah rumah tangga
tersebut di ikat dengan kantong plastik hitam dan setiap pagi di buang ditempat pembuangan
sampah yang ada di daerah rumahnya.
2. Sumber Air
Keluarga mempunyai sumber air pompa tangan. Untuk keperluan air minum keluarga Ny. S
membeli air minum yang sudah matang diwarung. Keadaan air tidak berwarna, tidak berasa,
tidak ada endapan, dan tidak berbau.
3. Jamban Keluarga
Keluarga mempunyai WC sendiri dengan jenis leher angsa dan pembuangan tinja dengan sumber
air yaitu 10 meter.
2. Balita
Balita bernama An. T berusia 2 ½ tahun, jenis kelamin laki-laki, sudah diberi imunisasi dasar
lengkap kecuali imunisasi campak kerena keluarga takut akan efek sampingnya panas dan
akibatnya anak bisa meninggal dunia. Anggota keluarga mendapatkan imunisasi di Puskesmas
CBU. Berat badan 13 kg, tinggi badan 88 cm, balita mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat) dan
Ny. N tidak mengerti cara membacanya. Kesimpulan grafik BB dalam KMS meningkat setiap
bulannya dan berada dalam garis hijau. An. T tampak makan 2x sehari. Pengadaan bahan
makanan dengan cara membeli di warung. Makanan yang dikonsumsi semua lengkap dan
disertai susu. An. T mendapatkan vitamin A setiap bulannya.
PENJAJAKAN II
1. Pengkajian Terhadap Masalah: Resiko Terjadinya Penularan TB Paru Pada Anggota Keluarga
Lain
Dari hasil wawancara dengan Tn.I tentang TB Paru, Tn. I telah mengetahui penyakit TBC
setelah diberitahu oleh dokter Puskesmas sejak 2 ½ tahun yang lalu. Kemudian Tn. I minum obat
OAT selama 6 bulan dengan teratur, namun Tn. I menganggap penyakitnya sudah sembuh total
berkat minum obat tanpa mengecek dahak lagi ke Puskesmas setelah obat OAT habis. Pada saat
ditanyakan apa itu TB, menurut Tn. I TB itu adalah penyakit paru-paru, tanda gejalanya batuk-
batuk, nyeri dada, dan sesak nafas. Penyebabnya karena mencium aroma pentol korek api kayu.
Akibat dari TB adalah dadanya terasa nyeri dan sesak nafas. Untuk mengatasi masalahnya Tn. I
selama ini berobat ke Puskesmas, namun dalam 2 minggu ini Tn. I batuk-batuk dan tidak periksa
ke Puskesmas, Tn. I hanya meminum obat yang di beli di warung. Tn. I juga mengatakan selama
ini tidak pernah membuka jendela dan jarang merapikan kamar tidur. Sedangkan keluarga
mensupport klien untuk segera berobat ke Puskesmas. Hasil observasi penulis terhadap
lingkungan keluarga kadang Tn. I batuk dan tidak menutup mulutnya dan ruang tidur dikamar
tampak tidak rapi, berdebu, lembab, kotor dan gelap. Selama ini Tn. I tidak memanfaatkan
fasilitas kesehatan lagi yang ada di Puskesmas karena tidak ada dana untuk berobat rontgen dada
dan tidak ada waktu. Klien mengatakan sudah sembuh dan mengatakan batuknya hanya masuk
angin.
2. Pengkajian Terhadap Masalah Keluarga: Tidak Efektifnya Bersihan Jalan Nafas Pada Keluarga
Ny. S akibat TB Paru
Keluarga mengeluh Tn. I batuk-batuk sejak 2 minggu karena masuk angin. 2 ½ tahun
yang lalu Tn. I terdiagnosa TB Paru dan sudah menjalani pengobatan OAT selama 6 bulan
namun tiak pernah cek kesehatan lagi setelah obat OAT 6 bulan itu habis. Pada saat ditanyakan
apa itu TB, menurut Tn. I TB itu adalah penyakit paru-paru, tanda gejalanya batuk-batuk, nyeri
dada, dan sesak nafas. Penyebabnya karena mencium aroma pentol korek api kayu. Akibat dari
TB adalah dadanya terasa nyeri dan sesak nafas. Untuk mengatasi masalahnya Tn. I selama ini
berobat ke Puskesmas, namun dalam 2 minggu ini Tn. I batuk-batuk dan tidak periksa ke
Puskesmas, Tn. I hanya meminum obat yang di beli di warung. Tn. I juga mengatakan selama ini
tidak pernah membuka jendela dan jarang merapikan kamar tidur. Sedangkan keluarga
mensupport klien untuk segera berobat ke Puskesmas. Hasil observasi penulis terhadap
lingkungan keluarga kadang Tn. I batuk dan tidak menutup mulutnya dan ruang tidur dikamar
tampak tidak rapi, berdebu, lembab, kotor dan gelap. Selama ini Tn. I tidak memanfaatkan
fasilitas kesehatan lagi yang ada di Puskesmas karena tidak ada dana untuk berobat rontgen dada
dan tidak ada waktu. Klien mengatakan sudah sembuh dan mengatakan batuknya hanya masuk
angin.
Data Objektif:
- Kesadaran compos mentis
- Tanda-tanda vital: TD 110/70 mmHg,
Nadi 8ox/menit, Pernafasan
25x/menit, irreguler, bunyi nafas
sedikit ronki, Suhu 360C
- Berat Badan 45 kg, TB 175 cm
- Tn. I tampak kurus, kondisi rumah
sempit, pencahayaan redup, udara
lembab, gelap, dan kotor
Data Objektif:
- An. O tampak kurus
- Berat badan 20 kg
- Tinggi badan 104 cm
- Kulit terlihat kering, warna sawo
matang
- An. O tampak tidak bisa tenang di
rumah dan selalu bermain.
- Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi
86x/menit, Pernafasan 20x/menit,
Suhu 360C
- Berdasarkan perhitungan IMT, An. O
termasuk dalam golongan anak dengan
gizi kurang.
IMT= BB (kg) : TB (m2)
= 20: 1,2
= 16,7
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
1. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan Resiko terjadinya penularan TB Paru pada anggota keluarga yang lain b.d
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR JUSTIFIKASI
2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan Tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada keluarga Ny. S khususnya Tn. I
b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluargaNy. S
khususnya An.O b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah gizi
kurang.
NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR JUSTIFIKASI
1.Jelaskan pada
b. Setelah diberikan keluarga Ny. S akibat 1.Keluarga dapat
penjelasan 1x30’ dari penyakit TB Paru Respon menyebutkan akibat
keluarga: verbal dari tidak minum
mengambil 2.Motivasi keluarga keluarga obat secara teratur
keputusan untuk untuk mengambil mampu maka kuman-kuman
mengatasi masalah keputusan menjelaskan TB akan kebal
TB Paru kembali didalam tubuh, maka
3.Tanyakan kembali akibat TB penyakit akan sulit
pada keluarga akibat Paru dan disembuhkan
dari penyebab TB mengambil
Paru keputusan
untuk
4.Berikan kesempatan mengatasai
keluarga untuk TB Paru
bertanya
1.Menjelaskan cara
c. Setelah 1x30’ perawatan TB Paru Respon
verbal 1.Keluarga mampu
diberikan menyebutkan cara
penjelasan, 2. Berikan contoh keluarga
menu makanan yang mampu perawatan penyakit
keluarga mampu TB Paru adalah:
melakukan bergizi menjelaskan
cara Minum obat teratur,
tindakan untuk makan-makanan yang
merawat anggota 3.Tanyakan kembali perawatan
bergizi, istirahat
keluarga yang tentang cara merawat TB Paru cukup, menjaga
menderita TB Paru dan menu kebersihan
penyakit TB yang bergizi lingkungan
Parudengan
menjelaskan cara 4.Diskusikan tentang
perawatan dan pentingnya perawatan
melaksanakannya di rumah
pada penderita TB
Paru
d. Setelah 3x60’
kunjungan 1.Mengidentifikasi
keluarga Ny. S pengetahuan keluarga Respon
tentang lingkungan verbal 1.Keluarga dapat
memodifikasi menyebutkan cara
lingkungan untuk rumah yang baik keluarga
dapat memodifikasi
mencegah lingkungan yang
terjadinya 2. Memodifikasi menjelaskan
keluarga untuk lingkungan dapat mendukung
penularan dengan penyembuhan
cara menyebutkan mengungkapkan yang dapat
kembali lingkungan mendukung penyakit TB Paru
lingkungan- adalah pencahayaan
lingkungan yang penyembuhan
penyakit TB ruangan yang cukup
baik bagi 3.Memotivasi
penderita TB Paru keluarga untuk Paru
memanfaatkan 2.Ventilasi rumah
fasilitas sesuai yang cukup
kemampuan
3.Jendela rajin dibuka
agar sinar matahari
bisa masuk kedalam
rumah
4.Menjemur kasur,
bantal, minimal 1
minggu sekali
5.Tidak membuang
dahak sembarangan
tempat, tapi gunakan
kaleng yang
didalamnya di isi
cairan desinfektan
seperti tysol, air
sabun, bayclin, agar
kuman TB dapat mati
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI EVALUASI
KEPERAWATAN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDART
2 Tidak efektifnya Setelah a. Setelah dilakukan 1.Jelaskan Respon TB Paru adalah suatu
bersihan jalan dilakukan pertemuan 1x45’, pengertian, tanda dan verbal dari penyakit yang
nafas pada tindakan keluarga mampu gejala, serta keluarga menular yang dapat
keluarga Ny. keperawatan mengenal masalah penyebab dari terkait menyerang siapa saja
Khususnya Tn. I selama 2 TB Paru dengan penyakit TB Paru pengertian, yang disebabkan oleh
b.d minggu cara menyebutkan 2.Tanyakan kembali penyebab, bakteri
ketidakmampuan diharapkan pengertian, tentang pengertian, tanda dan mycobacterium
keluarga merawat jalan nafas penyebab, tanda tanda dan gejala, gejala TB tuberculosae, tanda
anggota keluarga Tn. I efektif dan gejala TB Paru serta penyebab dari Paru dan gejalanya adalah
dengan masalah penyakit TB Paru batuk-batuk terus
penyakit TB Paru 3.Berikan menerus selama
reinforcement positif kurang lebih 3
atas kemampuan minggu dan berdahak,
b. Setelah dilakukan keluarga sesak nafas, keluar
pertemuan 1x45’ Respon keringat dingin pada
keluarga mampu verbal dan malam hari, dan berat
mengambil 1.Jelaskan pada
keluarga Tn. I akibat sikap dari badan menurun.
keputusan yang keluarga
tepat untuk dari penyakit TB
Paru tentang Akibat dari TB Paru
mengatasi maslaah akibat TB
TB Paru dengan 2.Tanyakan kembali adalah tuberkulosis
pada keluarga akibat Paru dan meningen, pnemonia
cara menyebutkan keputusan
akibat dari TB TB Paru tuberkulosis, dan
3.Motivasi keliuarga keluarga kematian. Keluarga
Paru dan untuk
memutuskan untuk untuk mengambil memutuskan untuk
keputusan dalam mengatasi TB mengatasi dan
merawat Tn. I Paru
dengan TB Paru mengatasi TB Paru merawat TB Paru Tn.
Tn. I I
4.Berikan
reinforcement positif
c. Setelah dilakukan atas keputusan yang
pertemuan 2x45’ diambil keluarga
keluarga mampu dalam mengatasi TB
melakukan Paru Respon
perawatan pada verbal, sikap,
anggota keluarga dan
1.Jelaskan cara psikomotor
yang menderita
penyakit TB Paru perawatan, keluarga Cara perawatan
dengan cara pencegahan penyakit tentang cara penyakit TB Paru
menjelaskan cara TB Paru perawatan adalah minum obat
perawatan dan 2.Ajarkan klien cara TB Paru dan secara teratur, makan
pencegahan batuk efektif dan pencegahan makanan yang
penularan TB Paru, membuang dahak penularan TB bergizi, istirahat
mendemonstrasika yang benar Paru cukup, menjaga
n cara batuk efektif 3.Tanyakan kembali kebersihan
dan pembuangan cara perawatan, lingkungan. Cara
dahak pada pasien pencegahan penyakit pencegahan penularan
TB Paru TB Paru TB Paru dengan
4.Anjurkan keluarga memisahkan
mempraktekkan perlengkapan makan
kembali cara batuk anggota keluarga
efektif dan dengan pasien,
membuang dahak ke menutup mulut saat
d. Setelah dilakukan tempatnya bersin dan batuk,
pertemuan 1x45’ 5.Berikan Respon serta membuang
keluarga mampu reinforcement positif verbal, sikap dahak pada
memodifikasi atas hasil yang dan tempatnya. Proses
lingkungan untuk dicapai psikomotor batuk efektif: tarik
mencegah keluarga nafas dalam melalui
terjadinya tentang hidung dan
penularan dengan lingkungan hembuskan seperti
cara menyebutkan yang dapat meniup balon
lingkungan- 1.Diskusikan hal-hal mendukung sebanyak 3x dan
lingkungan yang yang dapat dilakukan penyembuhan waktu yang ketiga
baik bagi pasien untuk memodifikasi penyakit TB batukkan lalu buang
penyakit TB Paru lingkungan Paru dahak ke tempat yang
2.Motivasi keluarga berisi lysol lalu tutup.
untuk
mengungkapkan
kembali cara Cara memodifikasi
memodifikasi lingkungan yang
lingkungan dapat mendukung
3.Berikan penyembuhan
reinforcement positif penyakit TB Paru
e. Setelah dilakukan Respon adalah pencahayaan
pertemuan 1x45’ atas hasil yang telah verbal, sikap,
dicapai ruangan yang cukup,
keluarga mampu dan ventilasi rumah yang
memanfaatkan psikomotor cukup, jendela dibuka
fasilitas kesehatan keluarga agar sinar matahari
yang tersedia tentang bisa masuk kedalam
dengan cara manfaat rumah, menjemur
menyebutkan pelayanan kasur, bantal minimal
manfaat kunjungan kesehatan 1minggu sekali
ke pelayanan 1.Diskusikan dengan dan
keluarga tentang dijemur, tidak
kesehatan, penggunaan membuang dahak
menyebutkan manfaat kunjungan pelayanan
ke pelayanan sembarangan tempat,
jenis-jenis kesehatan tapi gunakan kaleng
pelayanan kesehatan
yang didalamnya
kesehatan yang sudah diisi cairan
tersedia dam desinfektan seperti
memanfaatkan lysol, air sabun,
fasilitas kesehatan bayclean, agar kuman
TB Paru dapat mati.
Manfaatkan
kunjungan ke
pelayanan kesehatan
adalah untuk
memperoleh
informasi dan
pengobatan, jenis
pelayanan kesehatan
adalah untuk
memperoleh
informasi dan
pengobatan, jenis
pelayanan kesehatan:
Puskesmas, bidan
praktek, klinik
swasta, posyandu,
keluarga berkunjung
ke pelayanan
kesehatan
(Puskesmas).
Sesuai dari hasil pengkajian tanggal 2 Mei 2011 dan di identifikasi adanya masalah
kesehatan yaitu TB Paru pada Tn.I dan penulis merumuskan masalah keperawatan serta
menyusun perencanaan bersama keluarga dengan menyepakati waktu untuk melakukan tindakan
keperawatan.
Implementasi yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah kesehatan TB paru pada Tn.I pada
tanggal 10 Mei 2011 jam 09.15 WIB:
1. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang TB paru
Respon: Tn.I mengatakan TB paru adalah penyakit plek.
2. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang TB paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
3. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang penyebab TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan penyebabnya karena menghisap aroma pentol korek api kayu.
4. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang penyebab TB paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
5. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan tanda dan gejala TB paru adalah sesak nafas dan batuk-batuk.
6. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang tanda dan gejala TB Paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
7. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang cara penularan TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan cara penularan TB paru yaitu jika kita minum pada gelas yang sama.
8. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang cara penularan TB Paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
9. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang cara mengetahui seseorang terkena TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan cara mengetahui seseorang terkena TB paru yaitu dengan cara berobat
ke Puskesmas.
10. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang cara mengetahui seseorang terkena
TB Paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
11. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan agar tidak menular kepada
orang lain
Respon: Tn.I mengatakan cara mencegah agar tidak menular kepada orang lain yaitu jangan
minum pada gelas yang sama, nanti bisa menular penyakit TB paru.
12. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang cara pencegahan agar tidak menular
kepada orang lain
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
13. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang cara mencegah dan mengobati TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan cara mencegahnya dengan cara minum jangan pada gelas yang sama
dan cara mengobatinya dengan berobat ke Puskesmas.
14. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang cara mencegah dan mengobati TB
Paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
15. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang obat-obatan TB Paru dan efek sampingnya
Respon:Tn.I mengatakan tidak nafsu makan dan air kencingnya berwarna kuning saat minum
obat OAT.
16. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang obat-obatan TB Paru dan efek
sampingnya
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
17. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang akibat bila minum obat tidak teratur atau
terputus
Respon: Tn.I mengatakan akibat bila tidak minum obat tidak teratur atau terputus yaitu nanti bisa
kambuh lagi dan makin parah penyakitnya.
18. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang akibat bila minum obat tidak teratur
atau terputus
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
EVALUASI
Skoring :
Tentukan skor untuk setiap kriteria.
Skor dibagi dengan angka tertinggi dikalikan dengan bobot
Jumlah skor untuk semua kriteria.
Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
PENGKAJIAN KELUARGA
Data umum dg mengidentifikasi data demografi dan sosio kultur meliputi :
Komposisi Keluarga
Status imunisasi dan KB
Genogram dibuat 3 generasi
Tipe Keluarga
Suku bangsa
Agama
Status sosial ekonomi keluarga
Aktifitas rekreasi keluarga
Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan kelg saat ini
GENOGRAM
LK PR Identi klien mninggal menikah pisah
Cerai anak angkat
Tugas perkembangan keluarga yg belum terpenuhi
Riwayat keluarga inti
Riw Keseh masing2 angg kelg,
Kel- Utama merupk Masalah/problem pd DX Kep kelgangg kelg
Riwayat kes keluarga sebelumnya.
Riw dari kelg masing2, baik dari suami atau istri
Data Lingkungan
Karakteristik rumah
Karakteristik tetangga dan komunitas
Mobilitas geografis keluarga
Perkumpulan kelg dan interaksi dg masyarakat.
Fungsi ekonomi
Stress dan strategi koping
Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Kemampuan kelg berespon terhadap situasi/sterssor
Stategi koping yg digunakan
Stategi adaptasi disfungsional
P : Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan pada balita ( anak M), keluarga bapak T
E : berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota kelg dg G3 mobilisasi
2. Resiko (ancaman)
Sudah ada data yg menunjang namun belum terjadi gangguan.
Contoh :
P : Resiko terjadi konflik pada kelg Bpk I
E : berhubungan dg ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi
Contoh :
P : Potensial terjadi peningkatan keejahteraan pada ibu hamil (ibu N) keluarga bapak F
P : Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi kelg bapak X
Kriteria IV : menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana kelg melihat
masalah kesehatan tersebut .
Nilai skor yg tertinggi yg terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan kelg
4. Membantu kelg u/ menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dg cara :
EVALUASI
Evaluasi disusun dg menggunakan SOAP secara operasional
S : adalah hal2 yg dikemukakan o. kjelg secar subyektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan
O : adalah hal2 yg ditemui oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan
A: adalah analisa dari hail yg telah dicapai dg mengacu pada tujuan yg terkait dg diagnosis
P : adalah perencanaan yg akan datang setelah melihat respon dari kelg pada tahapan evaluasi
Keluarga melepaskan anak usia dewasa muda (anak I-terakhir meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan
Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru dari perkawinan anak
Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan
Membantu orangtua lansia dan sakit-sakitan dari suami/isteri
Tujuan utama keluarga
Reorganisasi keluarga menjadis ebuah unit yang tetap berjalan sementara melepaskan anak-anak yang
dewasa ke dalam kehidupan mereka sendiri (Duvall, 1977)
Orangtua mengambil peran sebagai kakek-nenek (terdapat perubahan citra diri)
Usia pertengahan: masa kehidupan yang terperangkap(tuntutan kaum muda, harapan dari yang lebih
tua, terperangkap dunia kerja, tuntutan bersaing dan keterlibatan keluarga)
Keluarga dewasa muda dengan orangtua usia pertengahan
Orangtua senantia mengetahui bahwa mereka adalah para pembuat keputusan negara; mereka
menggambarkan kualitas umum kehidupan dalam masyarakat. Masyarakat bergantung kepada
kepemimpinan dna produktivitas dari orang yang berasal dari golongan usia pertengahan (Kerchoff,
1976)
Masalah kesehatan
Komunikasi kaum dewasa muda dengan orangtua (transisi peran suami isteri), masalah orang yang
memberikan perawatan (bagi orangtua lansia)
Munculnya masalah kesehatan kronis : kolesterol tinggi, obesitas, hipertensi
KB bagi remaja dan dewasa muda
Menopause bagi orangtua
Efek gaya hidup: merokok, minum alkohol: gaya hidup sehat
Perempuan usia subur (reproduksi)
Usia 15-45 tahun
permasalahan kesehatan:
Indonesia: Anemia yang disebabkan kurang gizi pada ibu dan perempuan usia produktif, masih tinggi
angka kematian maternitas, masalah gender (KDRT, ketidaksetaraan peran)
Perkawinan usia muda (perempuan usia 13) tahun dan juga penundaan perkawinan (> 30 tahun)
menjadi fenomena yang ada pertemuan antara nilai lama dan nilai baru di Indonesia
Peran Perempuan dalam rumah tangga di Indonesia
Perempuan masih dominan dalam peran domestik
Perempuan mempunyai tuntutan untuk menjadi pengasuh utama anak
Perlindungan pada kesehatan perempuan masih minim (contoh cuti melahirkan tidak sesuai dengan
program ASI ekslusif)
Perempuan mempunyai peluang untuk perluasan peran (UU politik mengatur jumlah perempuan di
legislatif)
Penanganan kesehatan
Sosialisasi kesetaraan gender (contoh:mempunyai hak untuk memiliki pendidikan tinggi)
Usia yang aman untuk bereproduksi (20-35 tahun)
Sosialisasi peran komplementer dalam rumah tangga
Perbaikan gizi (bukan hanya penambahan Vitamin)
Askep keluarga dg anggota kelg yang dirawat di RS dan askep kelg dg anggota klg dg gangguan tum-
bang serta askep kelg dg anggota kelg yg memiliki masalah kesehatan prioritas di Indonesia
Asuhan keperawatan keluarga dengan anggota keluarga yang dirawat di RS
Sakit yang serius atau cacat jangka panjang dari anggota keluarga sangat mempengaruhi keluarga dan
fungsi keluarga, karena perilaku keluarga sangat mempengaruhi perjalanan
karakteristik sakit atau cacat (Bahson, 1987)
Adanya kelambatan memenuhi tugas perkembangan dan tuntutan situasi akan memperburuk dan
membebani keluarga dan dapat menurunkan fungsi keluarga sehingga penguasaan tugas perkembangan
terhalang atau terhambat
Faktor yang mempengaruhi Tugas perkembangan
Siklus kehidupan keluarga
Anggota keluarga menjadi sakit serius dan menjadi cacat sehingga menciptakan suatu perbedaan
Contoh: jika remaja cedera serius dan bergantung, menghambat penguasaan tugas perkembangan
remaja, tugas perkembangan menangani kebebasan berimbang dengan rasa tanggungjawab sehingga
membantu remaja untuk otonom menjadi terhambat, tantangan keluarga adalah berupaya memulai lagi
memperhatikan tugas-tugas perkembangan normal secepat mungkin
Dukungan sosial
Penyakit infeksi erat kaitan dengan higienitas lingkungan (masalah sistem pencernaan, pernafasan, kulit,
dll)
Peran: mengoptimalkan kemadirian keluarga dalam meningkatkan higienitas rumah dan lingkungan
sekitar
Penyakit metabolik banyak terkait dengan gaya hidup keluarga: konsumsi diet (lebih-kurang),
penggunaan obat-alkohol
Peran: mengoptimalkan keluarga dalam menerapkan pola dan melakukan gaya hidup sehat
askep kelg dg anggota kelg yg memiliki masalah kesehatan prioritas di Indonesia (lanj)
Degeneratif: adanya UHH yang meningkat mengindikasikan peningkatan pula penyakit degeneratif (DM,
Hipertensi, Dimensia, dll)
Peran: dengan adanya perubahan tipe keluarga dan peran keluarga maka perawat perlu meningkatkan
kemampuan dalam melakukan asuhan perawatan dengan seting komunitas (Rumah Jompo, dst), juga
meningkatkan kemampuan keluarga dalam melakukan peran perawatan lansia yang mengalami
ketergantungan, serta mengupayakan antisipasi dan perlambatan penurunan proses kemandirian