TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN UMUM
Mendukung tercapainya program Indonesia Sehat dalam meningkatkan akses keluarga
terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif di Kecamatan Ajung Kabupaten
Jember Provinsi Jawa Timur dan melaporkan hasil pendataan keluarga sehat di
wilayah UPT Puskesmas Ajung tahun 2018.
3. TUJUAN KHUSUS
METODE KEGIATAN
1. LOKASI KEGIATAN
Pendataan Keluarga Sehat dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ajung Kabupaten
Jember Provinsi Jawa Timur.
2. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan pendataan dilakukan bertahap, dimulai pada bulan Maret 2017 sampai
dengan bulan Februari tahun 2019 di 4 desa dengan rincian sebagai berikut :
3. PELAKSANAAN KEGIATAN
Adapun susunan tim pendataan keluarga adalah sebagaimana berikut :
4. SASARAN
Sasaran responden pendataan adalah keluarga yang berdomisili di 7 desa di
wilayah kerja UPT Puskesmas Ajung, yaitu Desa Rowo Indah, Desa Wirowongsi,
Desa Pancakarya, Desa Klompangan, Desa Sukamakmur, Desa Mangaran dan Desa
Ajung.
6. SUMBER DANA
Kegiatan pendataan keluarga sehat di UPT Puskesmas Ajung menggunakan
anggaran dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan dana kapotasi dari Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Perjalanan dinas petugas dibiayai oleh BOK sedangkan
anggaran penggandaan kuisioner diperoleh dari dana JKN.
7. PELAKSANAAN
a. Sosialisasi Lintas Program (terlampir)
b. Sosialisasi Lintas Sektor (terlampir)
c. Pelaksanaan Pendataan Keluarga
Surveyor melakukan kunjungan rumah dan mengisi kuisioner beserta form
indeks keluarga sambil mewawancarai kepala keluarga beserta anggota rumah
tangga lainya. Kemudian melakukan pemeriksaan tekanan darah sesuai indikasi
pertanyaaan pada kuisioner. Setelah selesai melakukan wawancara dan
pemeriksaan, surveyor memberikan tanda/ label identifikasi pada rumah yang telah
dilakukan pendataan di setiap rumah responden. Penentuan nilai indeks keluarga
mengacu pada ketentuan petunjuk teknis Permenkes RI No. 39 Tahun 2016
sebagaimana ketentuan berikut :
Jika ada ketidaklengkapan isi kuesioner, maka admin meminta surveyor untuk
melengkapi. Setelah kuesioner terisi lengkap dan direkap, maka surveyor membuat
pelaporan hasil pendataan sebagai bahan pertanggungjawaban kegiatan.
BAB III
HASIL ANALISA DAN UPAYA TINDAK LANJUT
PENDERITA GANGGUAN
PENDERITA TB PARU
JIWA BERAT YANG DIOBATI 100.00
BEROBAT SESUAI STANDART
DAN TIDAK DITELANTARKAN
PENDERITA HIPERTENSI
BEROBAT TERATUR
Upaya tindak lanjut yang dilakukan dalam mengatasi hal tersebut mencakup:
NO PRIORITAS AKAR PENYEBAB MASALAH INTERVENSI DAN RENCANA PEMECAHAN MASALAH
MASALAH
1 Penderita 1. Pengetahuan masyarakat kurang 1. Penyuluhan tentang bahaya hipertensi pada kelompok
Hipertensi terhadap penyakit hipertensi masyarakat terutama masyarakat beresiko seperti lansia
berobat secara 2. Perilaku masyarakat berisiko 2. Menggerakkan budaya hidup bersih dan sehat bersama lintas
teratur (3.78%) menimbulkan hipertensi sektor
3. Masyarakat enggan memanfaatkan 3. Aktif melakukan sosialisasi tentang kegiatan posbindu di desa
pelayanan kesehatan (posbindu)
2 Keluarga 1. Pengetahuan masyarakat kurang 1. Penyuluhan kelompok di posyandu dan kegiatan masyarakat
memiliki terhadap pentingnya jamban sehat tentang pentingnya BAB di jamban
akses/menggun 2. Kebiasaan yang menjadi budaya yakni 2. Pemicuan gesit di dusun-dusun
akan jamban BAB di sungai 3. Program percepatan kepemilikan jamban (Arisan Jamban
sehat (35.10%) 3. Social ekonomi yang rendah untuk Bergulir)
pengadaan jamban
4. Sarana MCK kurang memadai
3 Sekeluarga 1. Keluarga tidak paham apa yang 1. Pertemuan lintas sektor upaya penjaringan peserta JKN PBI
sudah menjadi dimaksud JKN hingga mendapat SK Bupati dan menerima fasilitas JKN PBI
keanggotaan 2. Keluarga menganggap tidak masalah 2. Pertemuan lintas sektor kepada kelompok masyarakat seperti
JKN (48.02%) jika tidak ikut peserta JKN poktan/gapoktan termasuk tempat kerja informal yang ada di
3. Keluarga menganggap iuran JKN setiap desa dalam upaya penjaringan peserta JKN jalur
cukup mahal mandiri.
3. Hasil kegiatan kongres takmir dan bumil dapat memberikan
kontribusi percepatan pemberian JKN jalur PBI kepada
peserta yang memenuhi syarat penerima PBI. Selain itu juga
efektif pemberian edukasi kepada masyarakat akan
pentingnya mendaftar menjadi keanggotaan JKN.
65.22
PENDERITA GANGGUAN JIWA
PENDERITA TB PARU BEROBAT
BERAT YANG DIOBATI DAN
SESUAI STANDART
TIDAK DITELANTARKAN
PENDERITA HIPERTENSI
BEROBAT TERATUR
Upaya tindak lanjut yang dilakukan dalam mengatasi hal tersebut mencakup:
1 Penderita 1. Menghindari stigma negatif dari 1. Melakukan kunjungan pelayanan kesehatan ke rumah pasien
gangguan jiwa masyarakat untuk memudahkan proses pengobatan
berat yang diobati 2. Kurangnya pengetahuan tentang 2. Melakukan penguatan kepada keluarga penderita dengan
dan tidak kesehatan jiwa dan cara memberikan pengetahuan tentang kesehatan jiwa
ditelantarkan (0%) pengobatannya 3. Melakukan pemantauan terhadap status kesehatan pasien
3. Tidak ada dukungan penuh dari
keluarga dalam proses
penyembuhan pasien
2 Sekeluarga sudah 1. Pengetahuan masyarakat kurang 1. Melakukan sosialisasi terkait pentingnya memiliki dan
menjadi anggota terhadap pentingnya memiliki menjadi anggota JKN
JKN (28, 44%) JKN
2. Faktor ekonomi yang membuat 2. Melakukan pendataan bersama lintas sektor terkait
masyarakat menganggap iuran masyarakat yang kurang mampu sehingga dapat diuslkan ke
terlalu mahal pemerintah daerah untuk menerima bantuan iuran daerah
3. Anggapan masyarakat bahwa (PBID) dalam pembayaran JKN
perihal administrasi dan birokrasi
terkait kepengurusan JKN yang
merepotkan
3 Keluarga memiliki 1. Pengetahuan masyarakat kurang 1. Penyuluhan kelompok di posyandu dan kegiatan masyarakat
akses atau terhadap pentingnya jamban sehat tentang pentingnya BAB di jamban
menggunakan 2. Kebiasaan yang menjadi budaya 2. Pemicuan gesit di dusun-dusun
jamban sehat yakni BAB di sungai 3. Program percepatan kepemilikan jamban (Arisan Jamban
(65.22%) 3. Social ekonomi yang rendah untuk Bergulir)
pengadaan jamban
4. Sarana MCK kurang memadai
3.3 Analisis Hasil Pendataan PISPK Desa Pancakarya
Adapun jumlah KK yang disurvei adalah 2746 KK.
Upaya tindak lanjut yang dilakukan dalam mengatasi hal tersebut mencakup:
35.28
20.59
TIDAK ADA ANGGOTA 97.25
PERTUMBUHAN BALITA
KELUARGA YANG MEROKOK DIPANTAU TIAP BULAN
52.00 58.82
PENDERITA GANGGUAN JIWA
PENDERITA TB PARU
BERAT YANG DIOBATI DAN
BEROBAT SESUAI STANDART
TIDAK DITELANTARKAN
PENDERITA HIPERTENSI
BEROBAT TERATUR
Upaya tindak lanjut yang dilakukan dalam mengatasi hal tersebut mencakup:
PRIORITAS
NO AKAR PENYEBAB MASALAH INTERVENSI DAN RENCANA PEMECAHAN MASALAH
MASALAH
1 Penderita 1. Menghindari stigma negatif dari 1. Melakukan kunjungan pelayanan kesehatan ke rumah pasien
gangguan jiwa masyarakat untuk memudahkan proses pengobatan
berat yang 2. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan 2. Melakukan penguatan kepada keluarga penderita dengan
diobati dan jiwa dan cara pengobatannya memberikan pengetahuan tentang kesehatan jiwa
tidak 3. Tidak ada dukungan penuh dari keluarga 3. Melakukan pemantauan terhadap status kesehatan pasien
ditelantarkan dalam proses penyembuhan pasien
(20.59%)
2 Sekeluarga 1. Pengetahuan masyarakat kurang terhadap 1. Melakukan sosialisasi terkait pentingnya memiliki dan
sudah menjadi pentingnya memiliki JKN menjadi anggota JKN
anggota JKN 2. Faktor ekonomi yang membuat
(25.25%) masyarakat menganggap iuran terlalu 2. Melakukan pendataan bersama lintas sektor terkait
mahal masyarakat yang kurang mampu sehingga dapat diuslkan ke
3. Anggapan masyarakat bahwa perihal pemerintah daerah untuk menerima bantuan iuran daerah
administrasi dan birokrasi terkait (PBID) dalam pembayaran JKN
kepengurusan JKN yang merepotkan
3 Tidak ada 1. Kurangnya pengetahuan akan bahaya 1. Penyuluhan tentang bahaya merokok
anggota perokok aktif dan pasif 2. Memanfaatkan leflet-leaflet dan media kesehatan
keluarga 2. Sulitnya merubah kebiasan merokok lainnya tentang bahaya merokok pada kelompok-
yang bagi para pecandu kelompok masyarakat (misalnya sekolah, tempat
merokok 3. Harga rokok yang dianggap terjangkau mengaji, majelis ilmu)
(35.28%) oleh masyarakat sehingga rokok 3. Berkolaborasi dengan lintas program (K3, KIA,UKS,
menjadi kebutuhan sehari - hari PTM, TB dll) untuk melakukan upaya mengurangi
4. Masyarakat tidak mengetahui adanya kebiasaan perilaku merokok di masyarakat.
layanan Kementerian Kesehatan untuk 4. Advokasi kepada lintas sektor untuk pembentukan
mengonsultasikan kecanduannya regulasi batasan merokok, atau ruangan bebas asap
terhadap rokok. rokok.
5. Budaya dan keadaan sosial masyarakat
yang menjadikan rokok suguhan di
setiap acara-acara kemasyarakatan
Dari hasil pendataan keluarga sehat di empat desa di Kecamatan Ajung, dapat
disimpulkan dan diperoleh cakupan data indikator keluarga sehat sebagai berikut:
45.61 21.81
TIDAK ADA ANGGOTA 93.98
PERTUMBUHAN BALITA
KELUARGA YANG MEROKOK 73.75 DIPANTAU TIAP BULAN
42.25
3 Penderita 7. Pengetahuan masyarakat kurang 7. Penyuluhan tentang bahaya hipertensi pada kelompok
hipertensi berobat terhadap penyakit hipertensi masyarakat terutama masyarakat beresiko seperti lansia
teratur (42.25%) 8. Perilaku masyarakat berisiko 8. Menggerakkan budaya hidup bersih dan sehat
menimbulkan hipertensi bersama lintas sektor
9. Masyarakat enggan memanfaatkan 9. Aktif melakukan sosialisasi tentang kegiatan
pelayanan kesehatan (posbindu) posbindu di desa
BAB IV
PENUTUP