Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wareen Ch.

Latupeirissa
NPM : 12175201140086

JUDUL BUKU

“Menggereja Yang Pro Hidup”; Tafsir Teks Dan Diskursus Teologi Dengan Perspektif
Marginalitas, Pembebasan Dan Perdamaian.

PENGARANG

Yohanes Parihala

PENERBIT

Penerbit Aseni; Jl. Mambruk, RT 025, Kelurahan Kwamki Mimika Baru, Papua

BIOGRAFI PENULIS

Yohanis Parihala, lahir di Papanggo (Jakarta Utara) 10 September 2984. Menamatkan Pendidikan
Sarjana Sains Teologi di Fakultas Teologi UKIM tahun 2007. Menyelesaikan Pendidikan Magister
Teologi di STT Jakarta dengan Predikat Cum Laude pada tahun 2011. Mendapatkan kesempatan
mengikuti Intensive Course di Global Institute Theology, yang diselenggarakan oleh WCRC tahun 2010
di McCormick Theological Seminarry di Chicago-Illinois dan Calvin Theological Seminary di Grand
Rapids – USA. Saat ini, menjadi Pendeta yang dithabiskan di Gereja Protestan Maluku yang ditugaskan
sebagai Dosen Perjanjian Baru di Fakultas Teologi UKIM, dan mendapatkan kepercayaan sebagai
Sekretaris Program Pascasarjana Magister Teologi Kristen, UKIM.

ALUR

Di dalam buku Menggereja yang Pro Hidup ada beberapa poin yang paling menonjol
terkhususnya pada bab-nya yang ke-II “Menggereja bersama anak kacupeng alus”. Dari judulnya saja
sudah menunjukan bahwa penulis memakai istilah-istilah yang sudah sering dipakai oleh orang banyak
terkhususnya orang Maluku. Hal ini, didasari dari factor konteks penulis sebagai seorang anak Maluku
sendiri yang berkembang serta fasih dengan istilah-istilah tersebut serta factor penulis yang bekerja dan
mengabdi di daerah maluku. Pemakaian istilah-istilah yang sudah akrab dengan pembaca sudah pasti
memicu minat pembaca tersebut. Selain itu metode tafsir yang dipakai penulis yaitu sosio-naratif yang
melihat teks sebagai sebuah narasi dengan juga melihat aspek sosial sebagai pokok menjadikan bab ini
menarik dibaca dengan penempatkan tokoh-tokoh di dalam teks Alkitab dengan watak dan proses
penafsiran dibalik kisah tokoh yang membuat penafsiran mudah dipahami tanpa meninggalkan ungsur
konteks masa kini. Konteks yang dirasa seimbang untuk pembaca karena penulis banyak mengaitkan
kisah pada kitab dengan konteks masa kini yang membuat para pembaca merasa bahwa kisah pada teks
seakan-akan menjawab langsung masalah yang tengah dialami pada konteks masa kini. Kisah anak
kacupeng alus dan orang yang membawanya kepada Yesus yang ditafsir sebagai seorang wanita ini jelas
di bicarakan sebagai suatu bentuk perjuangan dari sesama orang-orang yang di diskriminasi . tetapi hal ini
justru membuat suatu pernyataan yang jelas memberi suatu sokongan motivasi bagi setiap orang yang di
diskriminasi walaupun itu hanya sedikit dibahas dalam bab ini dan hampir sekeluruhannya lebih
mengarah soal anak kecupeng alus.

Anda mungkin juga menyukai