Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN ANGKA KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS (TB) PARU DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PETALA BUMI PEKANBARU PERIODE JANUARI


2011-DESEMBER 2013

Imelda Atika
Sri Melati Munir
Inayah

atikaimelda273@yahoo.com

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis


which can be cured and prevented. Cured is patient who wan completed treatment with sputum
smear-negatif in the last month of treatment and on at least one previous occasion.
The aim of this research is to recognize the cure rate of pulmonary tuberculosis patient in
Petala Bumi hospital of Pekanbaru. The research design was desriptive using retrospective
approach. This research was conducted of ward patients and TB-01 form. Sample collected from
29 patients that included in inclusion criteria. The result showed that patients of pulmonary
tuberculosis declared cured in lung department of petala bumi hospital of Pekanbaru showed
large proportion in the productive group 15-54 years (89,65%), the most gender is male (62,07%),
most work is entrepreneur (65,51%), most education level is senior high school (41,38%), most
increasing of weight (86,20%), most drugs swallowing control (PMO) is any PMO (96,55%), and
most regularity of taking medicine is unregularity (100%).

Keywords: tuberculosis (TB), cure rate

Pendahuluan kalangan sosio-ekonomi lemah.2 Saat ini


Indonesia berada di peringkat kelima dunia
Tuberkulosis (TB) paru adalah suatu untuk kasus penyakit TB setelah India, China,
penyakit menular yang disebabkan oleh Nigeria, dan Afrika Selatan.4
Mycobacterium tuberkulosis yang dapat
disembuhkan dan dicegah.1,2 Penyakit ini Dunia telah menetapkan TB sebagai
merupakan masalah kesehatan yang salah satu indikator keberhasilan pencapaian
mendapatkan perhatian serius di dunia Millennium Development Goals (MDGs).4
khususnya di negara-negara berkembang. Walaupun memiliki beban penyakit TB yang
Mengingat pentingnya permasalahan penyakit tinggi, Indonesia merupakan negara pertama
tuberkulosis tersebut, maka pada tahun 1993 diantara High Burden Country (HBC) di
World Health Organisation (WHO) telah wilayah WHO South-East Asian yang mampu
mencanangkan Global Emergency terhadap mencapai target global TB untuk deteksi
penyakit TB.3 kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun
2006. Pada tahun 2009, tercatat sebanyak
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 294.732 kasus TB yang telah ditemukan dan
2012, angka kesakitan penyakit TB paru ini diobati serta lebih dari 169.213 diantaranya
yaitu sekitar 8,6 juta jiwa di dunia dan sekitar terdeteksi basil tahan asam (BTA) positif.
1,3 juta jiwa yang meninggal disebabkan Rerata pencapaian angka keberhasilan
penyakit ini. Hampir 95% kasus TB paru pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah
menyerang usia produktif, yaitu kelompok sekitar 90%. Meskipun secara nasional
umur 15-44 tahun, terutama mengenai menunjukkan perkembangan yang meningkat

JOM FK Volume 2 No. 1 Februari 2015 1


dalam penemuan kasus dan tingkat Metode Penelitian
kesembuhan, pencapaian di tingkat provinsi
masih menunjukkan disparitas antar wilayah. Lokasi Penelitian
Sebanyak 28 provinsi di Indonesia yang Penelitian dilakukan di RSUD Petala Bumi
termasuk Riau belum dapat mencapai angka pada bulan Juni – Juli 2014.
penemuan kasus atau Case Detection Rate
(CDR) 70% dan angka keberhasilan atau Desain Penelitian
Success Rate (SR) 85%.4 Jenis penelitian adalah menggunakan metode
dekriptif retrospektif.
Pada tahun 2009, tercatat sebanyak
294.732 kasus TB yang telah ditemukan dan Populasi dan Sampel
diobati serta lebih dari 169.213 diantaranya Populasi adalah semua rekam medik
terdeteksi basil tahan asam (BTA) positif. pasien baru TB paru BTA positif yang telah
Rerata pencapaian angka keberhasilan mendapatkan pengobatan periode Januari
pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah 2011-Desember 2013.
sekitar 90%. Meskipun secara nasional
menunjukkan perkembangan yang meningkat Pengumpulan Data
dalam penemuan kasus dan tingkat Pengumpulan data dilakukan dengan
kesembuhan, pencapaian di tingkat provinsi mengambil data dari status rekam medik
masih menunjukkan disparitas antar wilayah. pasien baru TB paru di Instalasi Rekam Medik
Sebanyak 28 provinsi di Indonesia yang RSUD Petala Bumi.
termasuk Riau belum dapat mencapai angka
penemuan kasus atau Case Detection Rate Analisis Data
(CDR) 70% dan angka keberhasilan atau Analisis data dilakukan secara deskriptif
Success Rate (SR) 85%.4 dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Berdasarkan laporan tahun 2011 dari Hasil Penelitian


Dinas Kesehatan Provinsi Riau, angka
kesembuhan TB paru masih 75,80%.4 4.1 Karakteristik umum pasien TB paru
Rendahnya angka kesembuhan ini berkaitan yang telah dinyatakan sembuh di
dengan karakteristik pasien diantaranya umur, RSUD Petala Bumi Pekanbaru
jenis kelamin, imunitas, perilaku hidup sehat, periode Januari 2011-Desember
resistensi obat, dan penyakit penyerta yang 2013.
dialami pasien.7
Karakteristik umum pasien TB paru yang
telah dinyatakan sembuh dinilai dari usia,
Waktu pengobatan yang cenderung
jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan.
lama memungkinkan terjadi kebosanan atau
Hasil penelitian terlihat pada tabel 4.1.
ketidakteraturan berobat, sehingga
mempengaruhi kesembuhan pasien TB paru Usia sampel yang terbanyak dalam
BTA positif.8 Untuk mengatasi hal tersebut, penelitian adalah pada rentang usia produktif
maka diperlukan seorang Pengawas Minum 15-54 tahun sebanyak 26 orang (89,65%) dan
Obat (PMO) yang dapat bersikap tegas untuk usia tidak produktif >54 tahun sebanyak 3
mengawasi pasien dalam meminum obat. orang (10,35%).
Selain itu ketaatan pasien dalam
memeriksakan dahaknya pada 1 bulan Jenis kelamin terbanyak yang dinyatakan
sebelum akhir pengobatan dan pada akhir sembuh adalah laki-laki sebanyak 18 orang
pengobatan sangat penting dilakukan karena (62,07%) dan perempuan sebanyak 11 orang
hal tersebut bertujuan untuk menilai hasil (37,93%).
pengobatan apakah sembuh atau gagal.7
Jenis pekerjaan terbanyak dalam sampel
penelitian adalah wiraswata sebanyak 19
JOM FK Volume 2 No. 1 Februari 2015 2
orang (65,51%), diikuti pegawai negeri sipil Jenis N %
(PNS) sebanyak 2 orang (6,9%), dan tidak
bekerja sebanyak 8 orang (27,58%).  Penambahan
Berat Badan (BB)
Jenis pendidikan terbanyak dalam - Positif 25 86,20%
sampel penelitian adalah SMU sebanyak 12 - Negatif 4 13,8%
orang (41,38%), diikuti SMP sebanyak 8
orang (27,58%), SD sebanyak 7 orang  PMO
(24,14%), dan S1 sebanyak 2 orang (6,9%). - Ada 28 96,55%
- Tidak ada 1 3,45%
Tabel 4.1 Karakteristik umum sampel
penelitian  Keteraturan
minum obat
Jenis N % - Teratur 0
 Usia - Tidak teratur 29 100%
- Produktif (15-54) 26 89,65
- Tidak produktif Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat
3 10,35
(>54) bahwa dari faktor penambahan berat badan
 Jenis kelamin terdapat sebanyak 25 orang (86,20%) yang
- Laki-laki 18 62,07 mengalami kenaikan berat badan yang dinilai
- Perempuan 11 37,93 dari sebelum masa pengobatan hingga selesai
 Pekerjaan masa pengobatan, dan sebanyak 4 orang
- Wiraswasta 19 65,51 (13,8%) yang tidak mengalami kenaikan berat
- PNS 2 6,9 badan. Pada faktor PMO terdapat sebanyak 28
- Tidak bekerja 8 27,58 orang (96,55%) yang tercatat memiliki
 Pendidikan pengawas minum obat dan sebanyak 1 orang
- SD 7 24,14 (3,45%) yang tidak memiliki pengawas
- SMP 8 27,58 minum obat. Pada faktor keteraturan minum
- SMU 12 41,38 obat ditemukan bahwa semua pasien teratur
- S1 2 6,9 dalam meminum obat.
Pembahasan
4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi
angka kesembuhan pasien TB paru di 5.1 Karakteristik umum pasien TB paru
RSUD Petala Bumi Pekanbaru yang telah dinyatakan sembuh di
periode Januari 2011-Desember 2013 RSUD Petala Bumi Pekanbaru
Faktor-faktor yang mempengaruhi periode Januari 2011-Desember
angka kesembuhan pada pasien TB paru dapat 2013.
dilihat dari perubahan berat badan, ada atau
tidak adanya PMO, dan keteraturan minum Pasien TB paru yang dinyatakan
obat. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel sembuh di RSUD Petala Bumi Pekanbaru
4.2. periode Januari 2011-Desember 2013
terbanyak ditemukan pada usia produktif yaitu
Tabel 4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pada usia 15-54 tahun. Hal ini mungkin
angka kesembuhan pasien TB paru disebabkan karena pada rentang usia produktif
ini tingkat mobilitasnya tinggi, lebih mudah
menerima dan menyerap informasi ketika
diberikan penyuluhan, serta memiliki motivasi
yang besar untuk sembuh.
Penelitian yang dilakukan oleh
Erawatyningsih dkk mengatakan bahwa usia

JOM FK Volume 2 No. 1 Februari 2015 3


produktif lebih cenderung untuk menjalani mengetahui pengobatan TB gratis, sedangkan
pengobatan daripada orang yang berusia lanjut pada perempuan tidak.20
atau tidak produktif (>54 tahun).25 Penelitian
yang dilakukan oleh Puri di Surakarta Jenis pekerjaan terbanyak dalam
mendukung hasil penelitian ini yaitu angka sampel penelitian adalah wiraswata sebanyak
kesembuhan TB paru tertinggi pada usia 31- 19 orang (65,51%), diikuti pegawai negeri
40 tahun yang berjumlah 10 orang (20%) sipil (PNS) sebanyak 2 orang (6,9%), dan
sedangkan yang paling sedikit pada rentang tidak bekerja sebanyak 8 orang (27,58%).
umur 61-65 yaitu 1 orang (2%).26 Tingginya jumlah pasien TB paru yang
dinyatakan sembuh dengan pekerjaan
Dari kelompok jenis kelamin wiraswasta mungkin karena jumlah prevalensi
didapatkan bahwa laki-laki merupakan pasien TB paru pada pekerjaan wiraswata
kelompok terbanyak dinyatakan sembuh. berhubungan dengan lingkungan pekerjaan
Kemungkinan hal ini disebabkan karena yang mendukung terpaparnya penyakit.
secara prevalensi penyakit TB paru lebih
banyak menyerang pada laki-laki dan pada Hal ini juga didukung bahwa
kelompok ini lebih cepat mendapatkan wiraswasta tidak terikat dengan pekerjaannya
informasi tentang penyakitnya, sedangkan sehingga mereka lebih memiliki waktu yang
pada perempuan mungkin lebih canggung banyak untuk berobat ke pelayanan kesehatan,
untuk pergi berobat ke pelayanan kesehatan. dan pada mereka juga tidak terikat pada satu
Selain itu pada perempuan cenderung untuk rumah sakit tertentu sehingga mereka dapat
meminta izin dan biaya pengobatan pada berobat ke pelayanan kesehatan mana saja.
suami atau keluarga untuk pergi ke pusat
pelayanan kesehatan, serta ketika muncul Berdasarkan hasil penelitian yang
gejala perempuan cenderung mendatangi dilakukan oleh Tirtana pekerjaan yang
tempat tradisional terdekat, sehingga ketika memiliki resiko terpapar oleh penyakit TB
terdeteksi di rumah sakit perkembangan paru adalah pekerja swasta dan buruh.29 Hasil
penyakit lebih berat.19 penelitian dari Muniroh mendukung hasil
penelitian ini yaitu pekerjaan pasien TB paru
Hal yang sama dengan hasil penelitian kasus baru yang dinyatakan sembuh mayoritas
yang dilakukan oleh Puri di Surakarta yang pada wiraswasta yaitu 24 orang (80%) dan
menggambarkan bahwa TB paru kasus baru yang paling sedikit adalah pegawai negeri
yang dinyatakan sembuh lebih banyak sipil dengan jumlah 2 orang (6,7%).30
ditemukan pada jenis kelamin laki-laki dengan
jumlah 21 orang (42%) sedangkan pada Jenis pendidikan terbanyak dalam
perempuan 14 orang (28%).26 Syafrizal sampel penelitian adalah SMU sebanyak 12
melaporkan bahwa secara epidemiologi orang (41,38%), diikuti SMP sebanyak 8
dibuktikan terdapat perbedaan antara laki-laki orang (27,58%), SD sebanyak 7 orang
dan perempuan baik dalam hal prevalensi (24,14%), dan S1 sebanyak 2 orang (6,9%).
infeksi, progresiviti penyakit, insiden dan Kemungkinan pendidikan SMU lebih banyak
kematian akibat TB.27 dinyatakan sembuh karena pada jenjang
Data yang didapatkan dari WHO pendidikan tersebut seseorang dapat
melaporkan bahwa setiap tahunnya penderita menerima dan memahami informasi, serta
TB paru 70% lebih banyak pada laki-laki melaksanakan pengobatan sesuai tatalaksana
dibandingkan perempuan, secara umum TB, sehingga dalam proses pengobatan dapat
perbandingan antara perempuan dan laki-laki segera tuntas.
berkisar 1:1.28 Nakagawa dkk mengatakan
bahwa pada perempuan ditemukan diagnosis Hasil penelitian yang dilakukan oleh
yang terlambat, sedangkan laki-laki cenderung Puri di RSUD dr.Moewardi Surakarta
pergi ke pelayanan kesehatan ketika mereka mendukung penelitian ini yaitu berdasarkan

JOM FK Volume 2 No. 1 Februari 2015 4


pendidikan pasien TB paru yang dinyatakan diagnosis dan setelah menjalani pengobatan
sembuh yang terbanyak adalah SMA dengan intensif selama dua bulan hasilnya jumlah
jumlah 17 orang (34%).26 Tingkat pendidikan pasien yang mengalami gizi buruk turun
formal merupakan landasan seseorang dalam menjadi 8%.35 Penelitian yang dilakukan
berbuat dan memahami serta menerima atau Schwenk pada pasien tuberkulosis dewasa
menolak sesuatu, tingkat pendidikan formal menunjukan bahwa pasien yang pulih dari
juga memungkinkan perbedaan pengetahuan infeksi tuberkulosis akan mencapai
dan pengambilan keputusan.31Ester keseimbangan energi yang positif dan
mengatakan bahwa pendidikan pasien dapat mengalami peningkatan berat badan.36
meningkatkan kepatuhan, sepanjang
pendidikan tersebut merupakan pendidikan Hasil penelitian menyatakan bahwa
yang aktif seperti penggunaan buku serta pasien TB paru kasus baru yang dinyatakan
kaset oleh pasien secara mandiri.32 Tingkat sembuh di RSUD Petala Bumi Pekanbaru
pendidikan formal seseorang mempengaruhi terbanyak pada pasien TB paru yang memiliki
kemampuan seseorang dalam menerima, PMO dengan jumlah 28 orang (96,55%) dan
menyerap, atau mengadopsi informasi.33 yang tidak meiliki PMO yaitu 1 orang
(3,45%). Kemungkinan pasien TB paru yang
5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi dinyatakan sembuh lebih banyak yang
angka kesembuhan pasien TB paru di memiliki PMO, karena tugas-tugas PMO
RSUD Petala Bumi Pekanbaru tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan
periode Januari 2011-Desember 2013 perilaku berobat pasien. Sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rizkiyani
Hasil penelitian menyatakan bahwa berdasarkan PMO pasien TB paru kasus baru
pasien TB paru yang dinyatakan sembuh di yang dinyatakan sembuh mayoritas ada PMO
RSUD Petala Bumi Pekanbaru yang yang berjumlah 83 orang (85,6%) sedangkan
mengalami kenaikan berat badan adalah yang tidak ada PMO ada 14 orang (14,4%).7
sebanyak 25 orang (86,20%) dan yang tidak
mengalami kenaikan berat badan sebanyak 3 Keberadaan PMO sendiri menjadi
orang (13,8%). salah satu kompenen DOTS dalam
pengawasan langsung terhadap pengobatan
Berat badan yang meningkat ketika panduan OAT serta menjamin keteraturan
pasien berobat menggambarkan bebasnya pengobatan.9 Hal yang penting adalah PMO
tubuh dari infeksi TB sehingga tersebut dapat memenuhi syarat seperti,
mengakibatkan kondisi kesehatan pasien dikenal dan dipercaya oleh pasien, tinggal
membaik dan nafsu makan meningkat dekat dengan pasien, membantu pasien
kembali. Sesuai dengan penelitian yang dangan sukarela serta bersedia dilatih untuk
dilakukan oleh Usman bahwa kenaikan berat mendapatkan penyuluhan bersama-sama
badan pada pasien TB paru akan dengan pasien.6,9 Umumnya di Indonesia
meningkatkan angka kesembuhan.34 Pada PMO yang ditunjuk merupakan keluarga
pasien yang sembuh namun berat badannya terdekat yang tinggal satu rumah dengan
tidak mengalami kenaikan mungkin pasien.26,37
disebabkan karena pola makannya yang tidak
teratur, angka kecukupan gizi yang kurang, Penelitian yang dilakukan oleh
dan aktivitas yang tinggi akan menyebabkan Manders dan Sidy mengatakan PMO yang
tingkat metabolismenya tinggi. berasal dari anggota keluarga akan
memberikan pengaruh terhadap kepatuhan
Penelitian yang dilakukan Dodor pada pengobatan pasien TB sebab keluarga
pasien tuberkulosis dengan usia ≥18 tahun menyebabkan suasana yang lebih nyaman
menunjukkan 15% pasien tuberkulosis bagi penderita sendiri.38,39 Penelitian lain juga
memiliki status gizi buruk pada saat awal sepakat bahwa peran keluarga sebagai PMO

JOM FK Volume 2 No. 1 Februari 2015 5


sangat baik karena dapat mengurangi resiko sebanyak 26 orang (89,65%) dan pada
kegagalan dalam pengobatan dan membantu usia tidak produktif (>54 tahun)
meningkatkan semangat dan kepercayaan diri sebanyak 3 orang (10,35%).
penderita untuk dapat sembuh.40 Penelitian 3. Berdasarkan jenis kelamin, pasien TB
yang dilakukan oleh Sumange menemukan paru yang dinyatakan sembuh di
bahwa ada hubungan antara PMO dengan RSUD Petala Bumi Pekanbaru lebih
kepatuhan perilaku berobat.33 banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu
18 orang (62,07%) dan yang berjenis
Hasil penelitian yang dilihat dari faktor kelamin perempuan yaitu 11 orang
keteraturan minum obat pada pasien TB paru (37,93%).
yang dinyatakan sembuh di RSUD Petala 4. Berdasarkan pekerjaan, pasien TB paru
Bumi Pekanbaru ditemukan bahwa semua yang dinyatakan sembuh di RSUD
pasien teratur meminum OAT yaitu dengan Petala Bumi Pekanbaru lebih banyak
jumlah 29 orang (100%). Hal ini bekerja sebagai wiraswasta dengan
menunjukkan bahwa keteraturan minum obat jumlah 17 orang (58,62%) dan paling
berpengaruh pada angka kesembuhan pasien. sedikit bekerja sebagai PNS dengan
Adapun keteraturan minum obat ini jumlah 2 orang (6,9%).
kemungkinan disebabkan karena pemberian 5. Berdasarkan pendidikan, pasien TB
edukasi yang baik pada pasien. Selain itu paru yang dinyatakan sembuh di
mungkin pasien memiliki motivasi yang besar RSUD Petala Bumi Pekanbaru lebih
untuk sembuh. banyak berpendidikan SMU yang
berjumlah 12 orang (41,38%),
Penelitian ini didukung dari hasil sedangkan yang paling sedikit adalah
penelitian yang dilakukan oleh Muniroh yaitu lulusan sarjana yaitu 2 orang (6,9%)
keteraturan berobat pasien TB paru kasus paru 6. Berdasarkan perubahan berat badan,
yang dinyatakan sembuh lebih banyak yang pasien TB paru yang dinyatakan
berobat teratur yaitu 16 orang (63,3%) sembuh di RSUD Petala Bumi
sedangkan yang tidak teratur ada 2 orang Pekanbaru dan mengalami kenaikan
(36,7%).30 Murtaningsih menyatakan bahwa berat badan adalah sebanyak 25 orang
kesembuhan ≥ 85% disebabkan karena (86,20%), sedangkan yang tidak
keteraturan berobat. Dari penelitian yang mengalami kenaikan berat badan
dilakukan di Puskesmas Purwodadi I adalah sebanyak 4 orang (13,8%).
Kabupaten Grobogan dengan analisis 7. Berdasarkan PMO, pasien TB paru
menggunakan chi squarediperoleh nilai yang dinyatakan sembuh di RSUD
p<0.05 dengan hasil bahwa ada hubungan Petala Bumi Pekanbaru lebih banyak
antara keteraturan berobat dengan pada pasien TB paru yang memiliki
41
kesembuhan pasien TB. PMO yaitu sebanyak 28 orang
(96,55%) dan yang tidak ada PMO
Simpulan dan Saran yaitu 1 orang (3,45%).
8. Berdasarkan keteraturan minum obat,
Simpulan pasien TB paru yang dinyatakan
sembuh di RSUD Petala Bumi
1. Angka kesembuhan pasien TB paru di Pekanbaru tidak ada yang teratur
RSUD Petala Bumi Pekanbaru yaitu minum obat yaitu 29 orang (100%).
sebanyak 29 orang (7,03%) dari 412
orang. Saran
2. Berdasarkan usia, pasien TB paru yang
1. Diharapkan kepada petugas kesehatan
dinyatakan sembuh di RSUD Petala
di bagian Poliklinik untuk melakukan
Bumi Pekanbaru lebih banyak pada
upaya peningkatan kualitas pencatatan
usia produktif (15-54 tahun) yaitu
kasus TB terutama TB yang

JOM FK Volume 2 No. 1 Februari 2015 6


dinyatakan sembuh. [Skripsi]. Medan: Universitas
2. Diharapkan dilakukan penelitian yang Sumatera Utara; 2004.
lebih lanjut pada tahun yang akan 9. Pedoman Diagnosis dan
datang agar dapat memantau terus Penatalaksanaan Tuberkulosis di
perkembangan TB paru yang Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru
dinyatakan sembuh di RSUD Petala Indonesia. Jakarta; 2011.
Bumi Pekanbaru sehingga dapat 10. Poliklinik Paru RSUD Arifin Achmad
menjadi masukan kepada berbagai Provinsi Riau. Register TB.03
pihak dalam usaha penyembuhan TB penderita TB dengan program DOTS
paru. 2008. Pekanbaru; 2008.
11. Sudoyo A, Setyohadi, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Edisi
Daftar Pustaka
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
DAFTAR PUSTAKA Departemen Ilmu Penyakit Dlam
FKUI;2007.
1. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis 12. Brooks GF, Butel JS, Morse SA.
paru. Dalam : Dasar-dasar Ilmu Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Penyakit Paru. Jakarta : Airlangga, Microbiology). Jakarta: Salemba
2002. Medika;2005.
2. World Health Organization (WHO) 13. Depkes RI. Pedoman Nasional
Global Tuberculosis Report 2012. Penanggulangan TB. Cetakan ke-8.
France;2012. Jakarta;2002. 1-37.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan 14. Pedoman Nasional Penanggulangan
Kesehatan Depkes RI. dan BPS 1999. Penyakit TB. Edisi 2 : cetakan II.
4. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Departemen Kesehatan Republik
Aksi Nasional TB-HIV, Pengendalian Indonesia, 2008.Senewe F,. Faktor-
Tuberkulosis 2011-2014, Ditjen P2PL, faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Jakarta; 2011 berobat penderita TB paru di
5. Kementerian Kesehatan RI. Profil Puskesmas Depok. Bul. Penel.
Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Kesehatan. Vol.30. 2002: 31-38.
Jakarta; 2012 15. Dinkes Provinsi Riau. Laporan
6. Kementerian Kesehatan RI. Evaluasi Pertriwulan Tuberkulosis
Kepmenkes RI Nomor Elektronik 2008. Kota Pekanbaru.
364/MENKES/SK/V/2009 Tentang Pekanbaru;2008.
Pedoman Penanggulangan 16. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman
Tuberkulosis (TB), Jakarta; 2009 Manajerial Pelayanan Tuberkulosis
7. Rizkiyani I. Gambaran Epidemiologi Dengan Strategi DOTS Di Rumah
Penderita Tuberkulosis Paru BTA Sakit, Ditjen Bina Pelayanan Medik,
Positif Tahun 2006 dan Faktor-faktor Jakarta; 2010
yang mempengaruhi kesembuhannya 17. World Health Organization (WHO).
di Puskesmas Wilayah Kecamatan Treatment of tuberculosis : guidelines
Palmerah, Jakarta Barat [Skripsi]. for national programmes. Geneve :
Jakarta Barat: Universitas WHO;2003.
Indonesia;2006. (WHO/CDS/TB/2003.313)
8. Rasyid R. Faktor-faktor yang 18. Masniari L, ZS Priyanti, Aditama TY.
mempengaruhi keteraturan minum Faktor-faktor yang mempengaruhi
obat OAT pada penderita TBC paru kesembuhan penderita TB paru.
yang telah mengalami konversi di Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kota Jambi tahun 2003 dan 2004 Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP

JOM FK Volume 2 No. 1 Februari 2015 7


Persahabatan, Jakarta;2009. 100.
19. RS Leslie. Calculating medication 29. Tirtana BT. Faktor-faktor yang
compliance, adherence, and Mempengaruhi Keberhasilan
persistence in administrative pharmacy Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis
claims database. Medimpact Dengan Resistensi Obat Tuberkulosis
Healthcare Systems, Inc, San Diego, di Wilayah Jawa Tengah [Skripsi].
CA; 2008. Jawa Tengah : Universitas
20. Nakagawa MY, Ozasa K, Yamada N, Diponegoro;2011
Shimouchi A, Ishikawa, Bam DS, et 30. Muniroh, Nuho dkk. Faktor-faktor
al. Gender diffenrences in delays to yang Berhubungan dengan
diagnosis and health care seeking Kesembuhan Penyakit Tuberculosis
behaviour in prural area of Nepal. Int J (TBC) Paru di Wilayah Kerja
Tuberc Lung Dis 2011;5:24-31. Puskesmas Mangkang Semarang
21. Dep. Kesehatan RI. Pharmaceutical Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas.
Care untuk penyakit tuberkulosis. 2013 Mei;1(1):33-42
Direktorat Bina Farmasi Komunitas 31. Eliska. Pengaruh Karakteristik
dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan,
kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan Faktor Peran Pengawas Menelan
2005: 24-78. Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan
22. Babalik A, Kilicaslan Z, Kiziltas S, Penderita TB Paru dalam Pengobatan
Gencer S, Ongen G, et al. A di Puskesmas Teladan Medan Tahun
retrospective case-control study, 2005 [skripsi]. Universitas Sumatera
factors affecting treatment outcomes Utara ; 2005.
for pulmonary tuberculosis in Istanbul, 32. Ester, Monica. Psikologi Kesehatan.
Turkey. Balkan Med J 2013; 30: 204- Jakarta : Buku Kedokteran ; 2000.
10.
23. Ramzie M. Gambaran perubahan berat 33. Sumange A. Faktor yang
badan pada pasien tuberkulosis selama Berhubungan Dengan Kepatuhan
pengobatan DOTS di Balai Berobat Penderita TB Paru
Pengobatan Penyakit Paru-paru Medan di Puskesmas Wonomulyo Kab.
tahun 2009[Skripsi]. Medan: Polewali Mandar [Skripsi]. Makassar:
Universitas Sumatera Utara;2009. FKM Universitas Hasanuddin;2010
24. Manalu P. Faktor-faktor yang 34. Usman S. Konversi BTA pada
mempengaruhi kejadian TB paru dan penderita TB paru kategori I dengan
upaya penanggulangannya, Jurnal berat badan rendah dibandingkan berat
Ekologi Kesehatan. 2010; 1340-46. badan normal yang mendapatkan
25. Erawatyningsih E. Faktor-faktor yang terapi intensif [Skripsi]. Medan:
mempengaruhi ketidakpatuhan berobat Universitas Sumatera Utara; 2008.
pada penderita tuberkulosis paru. 35. Dodor A. Evaluation of nutritional
Berita Kedokteran Masyarakat. Vol status of new tuberculosis patients at
25. No 3. 2009. the Effia-Nkwanta regional hospital.
26. Puri, Nomi A. Hubungan Kinerja Ghana Medical Journal. Vol.42. No1.
Pengawas Minum Obat (PMO) dengan 2008
Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus 36. Schwenk A, Hodgson I, Wright A, et
Baru Strategi DOTS [skipsi]. al. Nutrient partitioning during
Universitas Sebelas Maret;2010 treatment of tuberculosis: gain in body
27. Ester, Monica. Psikologi Kesehatan. fat mass but not in protein mass. Am J
Jakarta : Buku Kedokteran ; 2000. Clin Nutr 2004;79:1006-12.
28. Diwan VK, Thorson A. Sex, gender 37. Herryanto, Komalig F, dkk. Peran
and tuberculosis. Lancet. 1999; 353:1- pengawas menelan obat (PMO) pada

JOM FK Volume 2 No. 1 Februari 2015 8


kejadian putus berobat penderita
tuberkulosis paru di DKI Jakarta tahun
2002. Media Litbang Kesehatan.
Vol.14. No.2. 2004
38. Manders A, Banarjee A, et al. Can
guardians supervise tuberculosis
treatment as well as health workers? A
study on adherence during the
intensive phase. Int J Tuberc Lung Dis
2001:838-42.
39. Sidy Y. Analisis pengaruh peran
pengawas menelan obat dari anggota
keluarga terhadap kepatuhan
pengobatan penderita tuberkulosis di
kota Pariaman tahun 2010-
2011[skripsi]. Universitas
Indonesia;2012.
40. Rahmawati, Syafar M, Arsin A. Peran
PMO dalam pencegahan penularan TB
paru di wilayah kerja puskesmas
remaja Samarinda.2012
41. Murtaningsih, Wahyono B. Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan
Kesembuhan Penderita Tuberkulosis
Paru. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2010;6(1):44-50.

JOM FK Volume 2 No. 1 Februari 2015 9

Anda mungkin juga menyukai