Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakanproses alami
yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Proses alami ditandai dengan menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 dalam Nugroho, 2000). Usia
lanjut merupakan suatu periodedari rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau
penurunan fungsi tubuh (Papalia, 2007).
Secara umum, populasi penduduk lansia 60 tahun ke atas pada saat ini dinegara-negara
dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.Jumlah penduduklanjut usia di dunia saat
ini diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun
2025 akan mencapai 1,2 milyar. Antara tahun 2007 dan 2050, presentasi jumlah penduduk
lansia di Amerika Afrika diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,3% mencapai 11%,
sementara ituperkiraan peningkatan jumlah populasi lansia juga terjadi di Asia antara
tahun2007 dan 2050 dari 2,3% mencapai 7,8% (Meiner, 2011). Di panti sosial tresna werdha
teratai Palembang yang menderita penyakit stroke hanya berkisar 8,3 % (4-6 lansia) dari 60
lansia yang tinggal dipanti.
Peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia dimulai pada tahun 1971sebesar 4,48%,
pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia sebesar 7,28%, kemudian pada tahun 2010
meningkat menjadi 9,77%, dan pada tahun 2020 diproyeksikan menjadi sebesar 11,34%
(Astutiet al, 2007).Dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk
lansia paling tinggi adadi Provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), Jawa
Tengah(10,34%), sedangkan Sumatra Barat menduduki posisi ke tujuh yaitu 8,09% (Susenus,
2012).
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia membawa dampak terhadap berbagai aspek
kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun pemerintah.
Dampak meningkatnya jumlah lansia ini dapat dilihat pada kemunduran fungsi organ yang
menyebabkan kelompok ini rawan terhadap penyakit-penyakit degeneratif di samping masih
adanya penyakit-penyakit infeksi (Constantinides, 1994 di dalam Darmojo dan Martono,
2006). Menurut Menkes (2012) masalah yang sering ditemui pada lansia dalamkehidupan
sehari - hari yaitu penyakit jantung koroner (32%), hipertensi (31,7%),arthritis (30,3%),
cedera (7,5%).
Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di Indoneia (15,4%) (Riskesdas, 2007).
Stroke merupakan penyebab umum kematian urutan ketiga dinegara maju setelah penyakit
kardiovaskular dan kanker. Setiap tahun, lebih dari 700.000 orang Amerika mengalami
stroke,dan 150.000 orang meninggal akibat stroke atau akibat komplikasi segera setelah
stroke. Setiap saat 4,7 juta orang di AmerikaSerikat pernah mengalami stroke, mengakibatkan
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan stroke mengeluarkan biaya lebih $18 milyar
setiap tahun (Goldszmidt , 2011). Menurut Yayasan Stroke Indonesia terdapat kecenderungan
meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir,bahkan
menurut survey tahun 2004, stroke menyerang 35,8% pasien usia lanjutdan 12,9% pada usia
yang lebih muda.
Penelitian lain mengatakan lebih dari 80 %stroke non hemoragik terjadi pada lanjut
usia (Chen, 2010). Insidens stroke karena perdarahan (Hemoragik) lebih sering terjadi pada
usia 40 - 60 tahun sedangkan akibat infark (Non perdarahan) lebih sering dijumpai pada usia
60 - 90tahun. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiaptahun.
Dari jumlah penderita itu sekitar 2,5% / 250.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan
maupun lumpuh berat (Junaedi dan Iskandar, 2007).
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejalaatau tanda yang
sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Bustan, 2007). Klasifikasi stroke dibagi menjadi
dua, yaitu pendarahan yang mendadak karena pecahnya pembuluh darah di otak (stroke
hemoragik), dan asupan darah ke otak berkurang atau pengumpulan darah atau penyumbatan
pembuluh darah (nonhemoragik) (Sutrisno, 2007). Stroke non hemoragik adalah suatu
penyakit yangdiawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang
yangapabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan kematian bagian otaktersebut
(Junaidi, 2011). Stroke non hemoragik memiliki persentase paling besaryaitu sebesar 80%,
terbagi atas subtipe stroke trombotik dan embolik yang dapat mengurangisirkulasi atau
kebutuhan darah di otak atau mengakibatkan kematianneuron yangdiperlukan otak (Agoes,
2011).
Stroke yang menyerang lanjut usia menyebabkan ketergantungan lanjut usia semakin
meningkat. Pada lansia terjadinya proses menua yang mengakibatkan kelemahan
(impairment), keterbatasan (disability) dan keterlambatan atau ketidak mampuan (handicap)
yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Nugroho, 2000). Akibat proses
menua menyebabkan lansia tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari sehingga
membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, pemenuhan
kebutuhan dasarnya dilakukan secara dependen dengan bantuan care giver baik perawat
ataupun keluarga (Sonatha, 2012).Teori tentang perawatan diri yang diperkenalkan oleh
Orem menekankan pada tujuan keperawatan untuk memandirikan pasien. Teori tersebut
dapat dijadikan dasar dalam pemberian perawatan pada pasien pasca stroke dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas dasar sehari-harinya (Potter&Perry, 2005).
Aktivitas Kehidupan Sehari-hari /ADL (activity daily living) adalah fungsidan aktivitas
individu yang normalnya dilakukan tanpa bantuan orang lain (Wallace dalam Triswandari,
2008). ADL pasien pasca stroke merupakan masalah yang menarik perhatian para
professional kesehatan. Menurut (Smeltzer dan Bare,2002) terdapat kira-kira 2 juta orang
bertahan hidup dari stroke yang mempunyai kecacatan, dari angka ini 40% memerlukan
bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Hal ini di dukung oleh penelitian Haqhqooet
al,(2013) menemukan sekitar 65,5% penderita stroke ketergantungan dan membutuhkan
bantuan oranglain dalam memenuhi kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan
fisik sehinggga mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan sehari-
harinya (ADL)yang berakibat dapat meningkatkan ketergantungan untuk memerlukan
bantuan orang lain (Nugroho, 2008).
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan
kesehatannya (Maryamet al, 2009). Keluarga merupakan sistem pendukung utama pemberi
pelayanan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) anggota keluarga. Dukungan sosial
keluarga merupakan sesuatu keadaanyang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari
orang lain yang dapatdipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang
memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Setiadi, 2008). Selama perawatan di rumah,
keluarga berperan penting dalam upaya meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri,
meningkatkan rasa percaya diri pasien, meminimalkan kecacatan menjadi seringan mungkin,
serta mencegah terjadinya serangan ulang stroke (Mulyatsih, 2008).Dukungan keluarga
sangat penting untuk menjaga dan memaksimalkan penyembuhan dan pemulihan fisik dan
kognitif pasien (Wurtiningsih, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang masalah menunjukan bahwa stroke adalah salah satu
penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi, dari masalah tersebut penyususun
memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit stroke dipanti social tresna
werdha teratai Palembang. dengan meliputi :
1. Apa pengertian stroke ?
2. Apa penyebab yang menyebabkan terjadinya stroke ?
3 . Apa saja gejala klinis dari penyakit stroke ?
4 . Bagaimana patofisiologi dari penyakit stroke ?
5 . Bagaimana pencegahan dari penyakit stroke ?
6 . Bagaimana asuhan keperawatan penyakit stroke pada lansia ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum dan asuhan keperawatan pada lansia
dengan stroke di panti social tresna werdha teratai palembang

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui pengertian stroke
2. Mengetahui penyebab yang menyebabkan terjadinya stroke
3 . Mengetahui gejala klinis dari penyakit stroke
4 . Mengetahui patofisiologi dari penyakit stroke
5 . Mengetahui pencegahan dari penyakit stroke
6 . Mengetahui asuhan keperawatan penyakit stroke pada lansia

1.4 Manfaat Penelitiana


1.4.1 Bagi Pendidikan Akademik
Makalah ini menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan serta sebagai bahan pemikiran dan acuan mahasiswa dalam penelitian
keperawatan gerontik terutama dalam asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit
stroke.

1.4.2 Bagi Panti


Makalah ini dapat menjadi masukan dan informasi baru khususnya tentang asuhan
keperawatan pada lansia dengan penyakit strok di panti sosial tresna werdha teratai
Palembang.
1.4.3 Bagi Ilmu Keperawatan
Makalah ini memberikan tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu
keperawatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan geriatric dengan menerapkan asuhan
keperawatan pada lansia dengan penyakit stroke

1.4.4 Bagi pembaca


Makalah ini menjadi penambah wawasan ilmu baru mengenai penerapan asuhan
keperawatan pada lansia dengan masalah stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Undang –
Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang dimaksud dengan lanjut
usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. (Departemen
Kesehatan RI, 2014 ).

2.1.2 Batasan Lansia


Menurut WHO (Word Health Organzation) menggolongkan lanjut Usia menjadi 4
yaitu : Usia pertengahan (middle age ) 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly ) 60 – 74 tahun,
lanjut usia tua(old) 75 – 90 tahun, dan usia sangat tua ( very old ) diatas 90 tahun. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, membagi usia lanjut menjadi, klompok
menjelang usia lanjut (virilitas) 45 – 54 tahun, klompok usia lanjut (presenium ) 55 – 64
tahun, dan kelompok kelompok usia lanjut (senium ) diatas 65 tahun.

2.1.3 Kriteria Lansia


Menurut Padila, (2013: 89). lansia memiliki karakteristik sebagai berikut ( Budi Ana
Keliat, 1999) :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga mal adaftif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.4 Tipe Lansia


Menurut Padila, (2013: 89). Tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut
diantaranya :

a. Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan hal yang baru, selektif dalam mencapai
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan tidak
melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan
acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, konstruktif, dependen (tergantung),
defensive (bertahan), militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat
kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

2.1.5 Perubahan Fisiologi Pada Lansia


Perubahan fisiologi yang terjadi pada lanjut usia, ( Aspina, 2014:35) :
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukuranya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
4) Menurunya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%.

b. Sistem Cardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular antara lain :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, hal ini menyebabkan menurunkan kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri
bisa menyebabkan tekanan darah menurun yaitu menjadi 65 mmHg yang dapat
menyebabkan pusing mendadak.
5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer : sistolis normal ± 170 mmHg, diastolis normal ± 90 mmHg.

c. Sistem Pernafasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan antara lain :
1) Otot – otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunya aktivitas dari silia.
3) Paru – paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dari kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5) 𝑂2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) 𝐶𝑂2 pada arteri tidak berganti.
7) Kemampuan untuk batuk berkurang.
8) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.

d. Sistem Persarafan
Perubahan yang terjadi pada sistem persarafan antara lain :
1) Berat otak menurun 10 – 20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya ).
2) Cepatnya menurunya hubungan persyarafan.
3) Lambatnya dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
4) Mengecilnya saraf panca indra : berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
e. Sistem Gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal yaitu :
1) Kehilangan gigi : penyebab utama adanya Periodontal Disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gigi
yang buruk.
2) Indra pengecap menurun : adanya iritasi yang kronis dan selaput lendir atropi indra
pengecap (± 80 % ), hilangnya sensitivitas dari saraf pengecap tentang rasa asin,
asam dan pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung : rasa lapar menurun ( sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu ).
7) Liver (hati) : makin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.

f. Sistem Genitourinaria
Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria antara lain :
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glomerulus ). Kemudian mengecil dan nefron menjadi
atrofi, aliran darah ke ginjal menurun 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria
(biasanya + 1 ) BUN (Blood Urea Nitrogen ) meningkat sampai 21 mg%, nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika Urinaria (kandung kemih)
Otot – otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi
urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.
g. Sistem Endokrin
1) Produksi dari hampir semua hormone menurun.
2) Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah.
3) Pituitari : pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh
darah, berkurangnya produksi dari ACTH (Adrenocortikotripica Hormone), TSH (
Thyroid Stimulating Hormone), FSH ( Folikel Stimulating Hormone ), dan LH
(Leutinezing Hormone ).
4) Menurunya aktivitas tiroid, menurunya BMR ( Basal Metabolic Rate ), dan
menurunya daya pertukaran zat.
5) Menurunya produksi aldesteron.
6) Menurunya sekresi hormone kelamin, misalnya : progestron, estrogen dan
testosteron.

h. Sistem Indera : Pendengaran, Pengelihatan, Perabaan dll


Organ sensor pendengaran, pengelihatan, pengecap, peraba, dan penghirup
memunginkan kita berkomunikasi dengan lingkungan. Pesan yang diterima dari sekitar
kita membuat tetap mempunyai orientasi, ketertarikan dan pertentangan. Kehilangan
sensorik akibat penuaan merupakan saat dimana lansia menjadi kurang kinerja fisiknya
dan lebih banyak duduk :
1) Sistem Pendengaran
a) Presbiakuisis (ganguan pendengaran). Hilangnya kemampuan/daya pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada – nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata – kata, 50% terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyababkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatkan keratin.
d) Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau
stress.
2) Sistem Pengelihatan
a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b) Karena lebih berbentuk sfesis (bola).
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan
ganguan pengelihatan.
d) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan,
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunya lapang pandang : berkurangnya luas pandangannya.
g) Menurunya daya membedakan warna biru/hijau pada skala.

3) Rabaan
Indra peraba memberikan pesan yang paling intim dan paling mudah untuk
menerjemahkan. Bila indra lain hilang, rabaan dapat mengurangi perasaaan
sejahtera. Meskipun reseptor lain akan mengumpul dengan bertambahnya usia,
namun tidak pernah menghilang.
4) Pengecap dan penghidu
Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin dan pahit. Diantara semuanya rasa
manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas bagi kita mengapa mereka senang
membubuhkan gula secara berlebihan. Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan
terhadap makanan yang asin dan banyak bumbu. Harus dianjurkan penggunaan
rempah, bawang, bawang putih dan lemon untuk mengurangi garam dalam
menyedapkan masakan.

i. Sistem Integumen
Fungsi kulit meliputi proteksi, perubahan suhu, sensasi, dan eskresi. Dengan
bertambahnya usia, terjadilah perubahan intrinsic dan ekstrinsik yang mempengaruhi
penampilan kulit :
1) Kulit mengkerut dan keriput akibat hilangnya jaringan lemak.
2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta
perubahan ukuran dan bentuk – bentuk sel epidermis.
3) Menurunya respon terhadap trauma.
4) Mekanisme proteksi kulit menurun :
a) Produksi serum menurun.
b) Penurunan serum menurun.
c) Gangguan pegmentasi kulit.
5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
6) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
7) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
8) Pertumbuhan kaku lebih lambat.
9) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
10) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
11) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.

j. Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan grandual masa tulang terjadi selama usia 40 tahun:
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh dan osteoporosis.
2) Kifosis.
3) Pinggang, lutut dan jari – jari pergelangan terbatas.
4) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
5) Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
6) Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis.
7) Atrofi serabut otot (otot – otot serabut mengecil ) : serabut – serabut otot mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot – otot kram dan tremor.
8) Otot – otot polos tidak begitu berpengaruh.

k. Sistem Reproduksi dan Seksualitas


1) Vagina
Orang – orang yang makin menua sexual intercourse masih juga
membutuhkanya, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi seksual seseorang
berhenti, frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun
tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan sampai tua.
Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.
2) Menciutnya ovary dan uterus.
3) Atrofi payudara.
4) Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
5) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik)
yaitu :
a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
b) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan
seksual.
c) Tidak terlalu cemas karena merupakan perubahan alami.
6) Produksi estrogen dan progestron oleh ovarium menurun saat menopause. Perubahan
yang terjadi pada sistem reproduksi wanita meliputi penipisan dinding vagina
dengan pengecilan dan ukuran dan hilangnya elastisitas, penurunan, skresi vagina,
mengakibatkan lemasnya vagina dan perineum. Perubahan tersebut berakibat
perdarahan vagina dan nyeri saat bersenggama. Pada pria lansia penis dan testis
menurun ukuranya dan kadar androgen berkurang.

Peningkatan Kesehatan Seksual


Dorongan dan aktivitas seksual berkurang tetapi tidak hilang sama sekali,
aktivitas sesuai juga tidak boleh dikurangi. Perawatan menerangkan bahwa aktivitas
seksual berbeda – beda pada setiap individu tetapi ada hubungannya dengan prilaku
seksual pada masa muda. Jika diperlukan konseling lebih lanjut, maka dapat dirujuk
keprofesional yang bterlatih. Anjuran tambahan meliputi penggunaan pelumas vagina
atau menawarkan terapi penggantian estrogen bila diinginkan.

2.2 Stroke
2.2.1 Definisi
Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai
dengan daerah fokal di otak yang terganggu.
Stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu pada setiap gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak.Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi
biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan
otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. . Singkatnya,
Ketika pasokan darah ke bagian otak terputus, itulah yang dinamakan stroke.Stroke adalah
kondisi kesehatan yang serius dan penanganan cepat sangatlah penting karena semakin cepat
penderita ditangani, kerusakan yang terjadi pun semakin kecil.
Ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan dijumpai pada usia
di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat secara eksponensial
denagn bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang
berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000
pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada
wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur.

2.2.2 Epidemiologi Penyakit Stroke


Menurut hasil penelitian yang dikoordinasi oleh WHO, dari 16 pusat riset di 12 negara
naju dan berkembang antara Mei 1971 sampai dengan Desember 1974 memperlihatkan
bahwa insiden stroke yang paling tinggi adalah di Ahita (Jepang) yaitu 287 per 100.000
populasi per tahun, sedang yang terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000
populasi per tahun. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke
Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita
Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah yang
disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima
pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan serius menetap no 1 di seluruh
dunia.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat
seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun
2010 menjadi 8 juta di tahun 2030. Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika
dimana kegemukan dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di
Amerika,setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Berdasarkan data
tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena
serangan stroke dan 4 dari 5 keluarga di Amerika terkena stroke.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung
dan kanker. Menurut data tahun 1990-an, diperkirakan ada 500.000 orang penderita stroke di
Indonesia, sekitar 125.000 diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Tetapi jumlah
sebenarnya sulit diketahui karena banyak yang tidak dibawa ke dokter karena ketiadaan biaya
atau jarak rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal. Menurut survei tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Pada tahun 2004
pun beberapa penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap yang
disebabkanstroke berjumlah 23.636 orang. Kejadian stroke di Indonesia pun selalu meningkat
dari tahun ke tahun. Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat ke-97 dunia
untuk jumlah penderita stroke terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai 138.268
orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011.
2.2.3 Anatomi fisiologi

Susunan Saraf pusat


1. Medula Spinalis
a. Otak besar
b. Otak kecil
2. Otak
3. Batang otak
Susunan saraf perifer
1. Susunan saraf somatic
Susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas otot
sadar atau serat lintang.
2. Susunan saraf otonom
Susunan saraf yang mempunyai peranan penting memengaruhi pekerjaan otot
involunter (otot polos) seperti jantung, hati, pancreas, jalan pencernaan, kelenjar dan
lain-lain.
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis

Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang
mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran otak awal.
a. Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta hipotalamus.
b. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
c. Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebelum.
Serebrum
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:
1. Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus sentralis.
2. Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang oleh korako-
oksipitalis.
3. Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral dari fisura serebralis dan di depan lobus
oksipitalis.
4. Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum.

Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi dan
banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area. Secara umum
korteks serebri dibagi menjadi empat bagian:
1. Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus
bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh
bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di samping itu juga korteks sensoris
bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
2. Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan kemampuan
otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir, rangsangan yang diterima
diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan daya yang lain. Bagian anterior lobus
temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
3. Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah
kontribusi pada traktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.
Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap mental dan
kepribadian.
Fungsi serebrum
1. Mengingat pengalaman yang lalu.
2. Pusat persarafan yang menangani, aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan,
dan memori.
3. Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.
Batang otak
Batang otak terdiri dari:
1. Diensefalon,
Ialah bagian otak yang paling rostral, dan tertanam di antara ke-dua belahan otak
besar (haemispherium cerebri). Diantara diensefalon dan mesencephalon, batang otak
membengkok hampir sembilah puluh derajat kearah ventral. Kumpulan dari sel saraf
yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut
menghadap kesamping. Fungsi dari diensefalon:
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
b. Respiratori, membantu proses persarafan.
c. Mengontrol kegiatan refleks.
d. Membantu kerja jantung.
2. Mesensefalon,
Atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol ke atas. Dua di
sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua di sebelah bawah disebut
korpus kuadrigeminus inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan ke ventral di bagian
medial. Serat nervus troklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis tengah ke sisi
lain. Fungsinya:
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
3. Pons varoli,
Brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons varoli dengan
serebelum, terletak di depan serebelum di antara otak tengah dan medula oblongata.
Disini terdapat premotoksid yang mengatur gerakan pernapasan dan refleks. Fungsinya:
a. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medula oblongata
dengan serebelum atau otak besar.
b. Pusat saraf nervus trigeminus.
4. Medula oblongata
Merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons
varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah medula oblongata merupakan
persambungan medula spinalis ke atas, bagian atas medula oblongata yang melebar
disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral medula oblongata. Fungsi
medula oblongata:
a. Mengontrol kerja jantung.
b. Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor).
c. Pusat pernapasan.
d. Mengontrol kegiatan refleks

Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan
dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan di atas medula
oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris, merupakan pusat koordinasi
dan integrasi.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang
melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui
pendunkulus serebri inferior (korpus retiformi) permukaan luar serebelum berlipat-lipat
menyerupai serebelum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebelum
ini mengandung zat kelabu.
Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga lapisan yaitu
granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang masuk dan yang
keluar dari serebrum harus melewati serebelum
Fungsi serebelum
1. Arkhioserebelum (vestibuloserebelum), serabut aferen berasal dari telinga dalam
yang diteruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk keseimbangan dan rangsangan
pendengaran ke otak.
2. Paleaserebelum (spinoserebelum. Sebagai pusat penerima impuls dari reseptor
sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus (N. trigeminus) kelopak mata, rahang
atas, dan bawah serta otot pengunyah.
3. Neoserebelum (pontoserebelum). Korteks serebelum menerima informasi tentang
gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan mengaturgerakan sisi badan.

Saraf otak
Urutan Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan saraf untuk
saraf dan fungsi
I Nervus olfaktorius Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk penglihatan
III Nervus Motorik Penggerak bola mata dan
okulomotoris mengangkat kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan
penggerak bola mata

V Nervus trigeminus Motorik dan sensorik -

N. Oftalmikus Motorik dan sensorik Kulit kepala dan kelopak mata


atas
N. Maksilaris Sensorik Rahang atas, palatum dan
hidung
N. Mandibularis Motorik dan sensorik Rahang bawah dan lidah
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Sensorik Otot lidah, menggerakkan lidah
dan selaput lendir rongga
mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan
pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, tonsil, dan lidah,
rangsangan citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, laring, paru-paru dan
esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus hipoglosus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah

Saraf otonom
Saraf Simpatis
Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang
belakang melalui serabut – serabut saraf. Sistem simpatis terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Kornu anterior segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen lumbalis 1-3 terdapat
nucleus vegetative yang berisi kumpulan – kumpulan sel saraf simpatis.
Sel saraf simpatis ini mempunyai serabut – serabut preganglion yang keluar dari
kornu anterior bersama- sama dengan radiks anterior dan nucleus spinalis. Setelah
keluar dari foramen intervertebralis, serabut – serabut preganglion ini segera
memusnahkan diri dari nucleus spinalis dan masuk ke trunkus simpatikus serabut.
Serabut preganglion ini membentuk sinap terhadap sel – sel simpatis yang ada dalam
trunkus simpatikus. Tetapi ada pula serabut – serabut preganglion setelah berada di
dalam trunkus simpatikus terus keluar lagi dengan terlebih dahulu membentuk sinaps
menuju ganglion – ganglion / pleksus simpatikus.
2. Trunkus simpatikus beserta cabang – cabangnya.
Di sebelah kiri dan kanan vertebra terdapat barisan ganglion saraf simpatikus
yang membujur di sepanjang vertebra. Barisan ganglion – ganglion saraf simpatikus ini
disebut trunkus simpatikus. Ganglion – ganglion ini berisi sel saraf simpatis. Antara
ganglion satu dengan ganglion lainnya, atas, bawah, kiri, kanan, dihubungkan oleh
saraf simpatis yang keluar masuk ke dalam ganglion – ganglion itu. Hali ini
menyebabkan sepasang trunkus simpatikus juga menerima serabut – serabut saraf yang
datang dari kornu anterior. Trunkus simpatikus di bagi menjadi 4 bagian yaitu :
a. Trunkus simpatikus servikalis.
Terdiri dari 3 pasang ganglion. Dari ganglion – ganglion ini keluar cabang –
cabang saraf simpatis yang menuju ke jantung dari arteri karotis. Disekitar arteri
karotis membentuk pleksus. Dari pleksus ini keluar cabang – cabang yang menuju
ke atas cabang lain mempersarafi pembuluh darah serta organ – organ yang
terletak di kepala. Misalnya faring, kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, otot – otot
dilatators, pupil mata, dan sebagainya.
b. Trunkus simpatikus torakalis.
Terdiri dari 10-11 ganglion, dari ganglion ini keluar cabang – cabang
simpatis seperti cabang yang mensarafi organ – organ di dalam toraks ( mis, orta,
paru – paru, bronkus, esophagus, dsb ) dan cabang – cabang yang menembus
diafragma dan masuk ke dalam abdomen, Cabang ini dalam rongga abdomen
mensarafi organ – organ di dalamnya.
c. Trunkus simpatikus lumbalis.
Bercabang – cabang menuju ke dalam abdomen, juga ikut membentuk
pleksus solare yang bercabang – cabang ke dalam pelvis untuk turut membentuk
pleksus pelvini.
d. Trunkus simpatikus pelvis.
Bercabang cabang ke dalam pelvis untuk membentuk pleksus pelvini.
3. Pleksus simpatikus beserta cabang cabangnya.
Di dalam abdomen, pelvis, toraks, serta di dekat organ – organ yang dipersarafi
oleh saraf simpatis ( otonom ).
Umumnya terdapat pleksus – pleksus yang dibentuk oleh saraf simpatis /
ganglion yaitu pleksus/ganglion simpatikus.
Ganglion lainnya ( simpatis ) berhubungan dengan rangkaian dua ganglion besar,
ini bersama serabutnya membentuk pleksus – pleksus simpatis :
1. Pleksus kardio, terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabangnya ke
daerah tersebut dan paru – paru
2. Pleksus seliaka, terletak di sebelah belakang lambung dan mempersarafi organ –
organ dalam rongga abdomen
3. Pleksus mesentrikus ( pleksus higratrikus ), terletak depan sacrum dan mencapai
organ – organ pelvis

Tabel 10-2 Organ tubuh dan system pengendalian ganda


Organ Rangsangan simpatis Rangsangan
parasimpatis
Jantung Denyut dipercepat Denyut dipercepat
Arteri koronari Dilatasi Konstriksi
Pembuluh darah perifer Vasokonstriksi Vasodilatasi
Tekanan darah Naik Turun
Bronkus Dilatasi Konstriksi
Kelenjar ludah Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Kelenjar lakrimalis Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Pupil mata Dilatasi Konstriksi
Sistem pencernaan Peristaltik berkurang Peristaltik bertambah
makanan (SPM)
Kelenjar – kelenjar SPM Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Kelenjar keringat Ekskresi bertambah Ekskresi berkurang
Fungsi serabut saraf simpatis
1. Mensarafi otot jantung
2. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
3. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus
4. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
5. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
6. Mempertahankan tonus semua otot sadar.

Sistem Parasimpatis
Saraf cranial otonom adalah saraf cranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini merupakan
penghubung, melalui serabut – serabut parasimpatis dalam perjalanan keluar dari otak
menuju organ – organ sebagian dikendalikan oleh serabut – serabut menuju iris. Dan dengan
demikian merangsang gerakan – gerakan saraf ke -3 yaitu saraf okulomotorik.
Saraf simpatis sacral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah sacral. Saraf –
saraf ini membentuk urat saraf pada alat – alat dalam pelvis dan bersama saraf – saraf
simpatis membentuk pleksus yang mempersarafi kolon rectum dan kandung kemih.
Refleks miksi juga menghilang bila saraf sensorik kandung kemih mengalami
gangguan. System pengendalian ganda ( simpatis dan parasimpatis ). Sebagian kecil organ
dan kelenjar memiliki satu sumber persarafan yaitu simpatis atau parasimpatis. Sebagian
besar organ memiliki persarafan ganda yaitu : menerima beberapa serabut dari saraf otonom
sacral atau cranial. Kelenjar organ dirangsang oleh sekelompok urat saraf ( masing – masing
bekerja berlawanan ).
Dengan demikian penyesuaian antara aktivitas dan tempat istirahat tetap dipertahankan.
Demikian pula jantung menerima serabut – serabut ekselevator dari saraf simpatis dan
serabut inhibitor dari nervus vagus. Saluran pencernaan memiliki urat saraf ekselevator dan
inhibitor yang mempercepaT dan memperlambat peristaltic berturut – turut.
Fungsi serabut parasimpatis :
1. Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis, dan
kelenjar – kelenjar dalam mukosa rongga hidung.
2. Mmepersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung, berpusat di nuclei
lakrimalis, saraf – sarafnya keluar bersama nervus fasialis.
3. Mempersarafi kelenjar ludah ( sublingualis dan submandibularis ), berpusat di nucleus
salivatorius superior, saraf – saraf ini mengikuti nervus VII
4. Mempersarafi parotis yang berpusat di nucleus salivatoris inferior di dalam medulla
oblongata, saraf ini mengikuti nervus IX
5. Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru – paru, gastrointestinum,
ginjal, pancreas, limfa, hepar, dan kelenjar suprarenalis yang berpusat pada nucleus
dorsalis nervus X
6. Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin,
berpusat di sacral II, III, IV.
7. Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflex yang berpusat di kornu lateralis
medulla spinalis bagian sacral. Bila kandung kemih dan rectum tegang miksi dan
defekasi secara reflex. Pada orang dewasa reflex ini dapat dikendalikan oleh kehendak.
Saraf yang berpengaruh menghambat ini berasal dari korteks di daerah lotus
parasentralis yang berjalan dalam traktus piramidalis.

2.2.4 Klasifikasi Penyakit Stroke


1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi bila pasokan darah ke otak terganggu
akibat pembuluh darah pecah dan berdarah di dalam otak,otak mengalami pendarahan
dan darah menekan otak sehingga mengakibatkan gangguan di seluruh tubuh. Otak
mengendalikan segala sesuatu di tubuh, termasuk gerakan, berbicara, pemahaman dan
emosi. Kerusakan otak dapat mempengaruhi fungsi-fungsi tersebut.
Sekitar 14 orang dari setiap 100 orang stroke mengalami stroke hemoragik.
Kondisi ini kebanyakan mempengaruhi orang tua, tetapi dapat terjadi pada usia
berapapun. Gejala-gejala yang terjadi cenderung lebih parah draipada yang disebabkan
oleh stroke iskemik. Ada dua jenis stroke hemoragik, yaitu:
a. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Stroke terjadi akibat pendarahan di dalam otak. Ketika Ketika arteri di dalam
otak pecah, ini disebut stroke intraserebral. Sekitar 10% dari semua stroke adalah
jenis ini. Karena darah bocor keluar menuju ke jaringan otak pada tekanan tinggi,
sampai otoregulasi otak tidak berfungsi lagi, dan bila pembuluh darahnya rapuh
atau ada aneurisma maka pembuluh darah dapat pecah dan terjadi Infark
hemorragik.
b. Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Stroke terjadi akibat pendarahan di permukaan otak dalam ruang subarachnoid
(ini dibentuk oleh dua lapisan membrane di antara otak dan tulang tengkorak).
Penyebabnya dapat berupa pecahnya aneurisma atau malformasi arterio vena
(MVA), akan segera memenuhi ruang sub arachnoid sehingga menimbulkan
iritasi batang otak
2. Stroke Iskemik
Stroke iskemik yaitu dimana daerah otak kekurangan aliran darah. Biasanya
terjadiketika terdapat sumbatan bekuan darah dalam pembuluh darah di otak atau arteri
oleh aterosklerosis (menumpuknya kolestrol dalam arteri) yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke ini adalah yang paling sering
terjadi. Sekitar 80% stroke adalah stroke Iskemik.
3. Thrombosis Serebsi (TS).
Penyempitan lumen pembuluh darah otak terjadi secara perlahan oleh karena
proses arteriosklerosis. Masih bersifat reversibel dan dapat membaik bila tekanan darah
cepat naik kembali/membaik (fase penumbra).
4. Emboli Serebri (ES).
Penyempitan/penyumbatan pembuluh darah terjadi secara mendadak/akut,
dengan sumber utama emboli dari jantung.
5. Serangan Otak Iskemik Sepintas atau Transient Ischemic Attack(SOS/TIA).
Sebagai akibat dari terhentinya aliran darah yang menuju ke otak disebabkan
sumbatan yang berasal dari emboli dan trombosis serebri.

2.2.5 Penyebab atau faktor Resiko Penyakit Stroke


1. Hipertensi
Dalam hipertensi dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh, yaitu diameter
pembuluh darah akan mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun berkurang 
otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa  jaringan otak lama-lama akan mati.
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadi nya darah tinggi adalah merokok, kelebihan
berat badan, minum alcohol secara berlebihan, kurang olahraga, dan stress, yang
semuanya dapat menyebabkan peningkatan sementara dalam darah tekanan.
2. Hiperkolesterolemia
Keadaan ketika kadar kolesterol di dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan
mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah yang lama kelamaan akan
semakin banyak dan menumpuk sehingga terjadi gangguan aliran darah akibat
penutupan arteri. berfungsi mengangkut kolesterol, trigliserida, dan lemak lain (lipid)
dalam darah ke berbagai bagian tubuh. Secara lebih spesifik, fungsi utama dari LDL
adalah untuk mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan dengan menggabungkannya
ke dalam membran sel. LDL seringkali disebut sebagai kolesterol jahat karena kadar
LDL yang tinggi berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. salah satunya adalah
terjadinya penyumbatan arteri (pembuluh nadi) bila kadar LDL terlalu tinggi.
3. Merokok
Orang yang merokok memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi
dibanding orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen dapat
mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah
menjadi sempit dan kaku  gangguan aliran darah
4. Diabetes Mellitus
Pembuluh darah penderita diabetes umumnya lebih kaku (tidak lentur). Adanya
penurunan ataupun peningkatan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat
menyebabkan kematian otak.
5. Penyakit jantung
Jantung merupakan pusat dari aliran darah. Apabila terjadi gangguan, misalnya
infark miokardium (kematian otot jantung) maka aliran darah ke tubuh mengalami
gangguan, termasuk aliran darah menuju otak  mematikan jaringan otak secara
mendadak ataupun bertahap
6. Obesitas Tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan
obesitas, yaitu besarnya kadar LDL (Low Density Lipoprotein) lebih tinggi dibanding
kadar HDL (High Density Lipoprotein).
7. Alkohol
Tingkat konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan
darah tinggi dan gangguan ritme jantungyang disebut fibrilasi atrium, yang keduanya
merupakan faktor risiko untuk stroke.
8. Usia
Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa suai semakin tua semakin besar pula
risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi
secara alamiah. Pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena
adanya plak.
9. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibanding perempuan.
Hal ini mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok, dapat merusak
lapisan dari pembuluh darah tubuh.
2.2.6 Manifestasi penyakit Stroke
Gejala stroke dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gejala stroke sementara yang bisa
hilang dengan sendirinya, gejala ringan yang juga bisa hilang dengan sendirinya, kemudian
yang terakhir adalah gejala stroke berat. Jika sudah masuk ke dalam gejala stroke berat gejala
itu tidak akan reda dengan sendirinya namun bisa sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan.
Jika tidak diobati, kematian bisa segera datang. Berikut ini beberapa gejalanya:
Gejala sementara :
1. Pusing
Salah satu gejala stroke sementara adalah rasa pusing atau sakit kepala. Pusing ini
tidak hanya pusing biasa, namun rasa pusing seperti vertigo. Orang yang mengalami
vertigo erat kaitannya dengan penyakit stroke, sebab vertigo bukanlah suatu penyakit
namun suatu tanda terkena penyakit. Misalnya saja adalah vertigo itu bisa menjadi
indikasi bahwa ada gejala stroke di dalam tubuh orang tersebut.
2. Bingung
Karena menyerang syaraf otak, gejala sementara dari stroke adalah penderita
akan merasakan kebingungan dengan dirinya sendiri.
3. Pandangan Kabur
Orang yang mengalami gejala stroke sementara juga akan mengalami pandangan
kabur. Pandangan yang kabur ini sama seperti yang dialami oleh penderita vertigo.
Behati-hatilah ketika terserang vertigo, bisa jadi vertigo itu merupakan indikasi bahwa
anda akan terkena stroke dikemudian hari. Rutinlah melakukan check up ke dokter
THT untuk mengetahui kondisi kesehatan anda.
4. Hilang Keseimbangan
Orang yang mengalami stroke sementara akan kehilangan tingkat keseimbangan.
Saat dia berjalan tiba-tiba dia tidak menyeimbangkan tubuhnya dan salah satu tubuhnya
condong menyandar ke tembok atau ke sesuatu yang bisa dijadikannya sebagai
sandaran.Masalah tergangguanya keseimbangan tubuh ini juga bisa menjadi ciri-ciri
darah rendah.
5. Lemah
Orang yang terkena stroke akan merasakan lemah pada tubuhnya. Pasien
merasakan bahwa seluruh syaraf di dalam tubuhnya seperti lolos dari tubuhnya.
Sehingga untuk bergerak saja dia merasakan lemah dan tidak bisa menopang tubuhnya
sendiri.
6. Mati Rasa Pada Sisi Tubuh
Saat seseorang merasakan mati rasa pada salah satu sisi tubuh, bisa jadi dia
terkena gejala stroke sementara. Mati rasa itu seperti rasa tidak sakit ketika dicubit atau
terbentur sesuatu, dalam tahap yang ringan mati rasa itu bisa menghilang dengan
sendirinya. Namun ciri-ciri darah tinggi juga sering menunjukkan mati rasa.
7. Kesemutan
Dalam tahap ringan, orang yang mengalami gejala stroke sementara akan
merasakan kesemutan terutama di daerah pergelangan tangannya dan juga kakinya
sehingga orang tersebut tidak akan bisa menggenggam ataupun berjalan.

Gejala ringan:
1. Mengalami Kelumpuhan
Dalam tahap gejala ringan, orang yang menderita stroke akan mengalami
kelumpuhan tangan maupun kelumpuhan di kakinya. Namun jika dalam tahap ringan,
kelumpuhan itu hanya berlangsung selama satu hari atau dalam hitungan jam saja.
Sedangkan untuk yang sudah tahap berat tidak bisa sembuh dalam hitungan bulan.
2. Bicara Mulai Tidak Jelas
Gejala stroke lainnya adalah bicara mulai tidak jelas. Hal itu dikarenakan dia
mulai kehilangan kelenturan otot wicaranya sehingga untuk berbicara pun dia mulai
tidak jelas. Dalam tahap ringan suara masih keluar dari mulutnya namun untuk tahap
berat, berbicara saja sudah susahdilakukan bagi penderita stroke

Gejala berat:
1. Hilang Kesadaran
Gejala berat dari stroke adalah orang tersebut akanmengalami hilang kesadaran.
Bahkan orang yang sudah mengalami stroke berat atau komplikasi bisa mengalami
koma, koma itu bisa sampai berbulan-bulan atau bahkan dalam hitungan minggu.
2. Tidak Bisa Bicara
Orang yang mengalami stroke berat mengalami kesulitan untuk berbicara, jika
gejala ringan orang tersebut masih bisa berbicara meskipun tidak jelas. Saat sudah
masuk ke dalam tahap ini orang yang mengalami stroke berat tidak bisa berbicara
sedikitpun.
3. Kelumpuhan Badan
Jika dalam tahap ringan yang mengalami kelumpuhan adalah tangan dan kaki
saja. Saat sudah masuk tahap parah dan berat orang tersebut akan mengalami
kelumpuhan badan, sehingga dia tidak bisa menggerakkan bagian tubuhnya dan hanya
bisa berbaring di atas tempat tidur saja.
4. Susah Menelan
Orang yang menderita stroke berat akan mengalami gejala berupa susah menelan.
Hal itu dikarenakan tenggorokan menjadi tidak elastis, sehingga untuk menelan
makanan maupun minuman yang masuk ke dalam tubuh dia akan merasakan
kesusahan. Akibatnya penderita stroke akan mengalami penurunan kualitas hidup
sehingga badan penderita stroke bisa semakin kurus.

5. Mengeluarkan Feses Dan Air Seni


Salah satu gejala stroke berat adalah orang itu tidak bisa mengontrol feses dan
juga air seninya. Feses dan mengeluarkan air seni pun ada di atas tempat tidur. Sering
buang air kecil juga bisa terjadi ketika mengalami dtroke
6. Pikun
Karena yang diserang otak, orang yang mengalami stroke berat sukar untuk
mengingat bahkan sulit untuk konesentrasi. Hal itu dikarenakan sel syaraf otaknya
mengalami kerusakan.
7. Perubahan Perilaku
Orang yang mengalami stroke berat biasanya mengalami perubahan perilaku.
Perilakunya itu seperti tidak dikehendakinya, perilakunya seperti anak kecil dan tidak
seperti dirinya sendiri. Tidak hanya itu saja, orang yang mengalami stroke berat mudah
marah tidak jelas, apa-apa yang dilakukan orang lain tidak menjadi keinginan dan juga
kehendaknya.

2.2.6 Patofisiologi Penyakit Stroke


1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui
arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat
ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah
tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis
jaringan otak.
2.2.7 Patoflow

Peningkatan
tekanan sistemik
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Aneurisma / APM
Vasospasme Arteri
serebral
Perdarahan
Arakhnoid/ventrikel
Iskemik/infark
otak

Deficit neurologi
Hematoma serebral

Hemisfer Kanan Hemisfer Kiri


Peningkatan
TIK/herniasis
serebral Hemiparase/plegi Hemiparase/plegi
kiri kanan
Penurunan Kesadaran

Penekanan saluran
pernafasan Deficit perawatan Hambatan
diri Mobilitas fisik

Bersihan jalan
Risiko gangguan Risiko
nafas tidak efektif
integritas kulit ketidakseimbangan
nutrisi

Area Gocca Kerusakan kontrol


syaraf motorik

Kerusakan fungsi N
VII dan N XII Kontrol spingter
ani menhilang

Hambatan
Inkontinensia
komunikasi verbal
urine/retensi urine

Gangguan
Risiko jatuh Eliminasi Urine
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
1. Hipoksia Serebral.
2. Penurunan Darah Serebral.
3. Luasnya Area Cedera.

2.2.9 Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi gejalah stroke,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejalah seperti stroke, dan
menyediakan informasi neurologi untuk mengetahui keberhasilan terapi. Komponen
penting dalam pemeriksaan neurologi mencakup pemeriksaan status mental dan tingkat
kesadaran, pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi serebral,
gait, dan refleks tendon profunda. Tengkorak dan tulang belakang pun harus diperiksa
dan tanda-tanda meningimus pun harus dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke
harus dibedakan dengan Bell’s palsy di mana pada Bell’s palsy biasanya ditemukan
pasien yang tidak mampu mengangkat alis atau mengerutkan dahinya.
b. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan mungkin


pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia, trombositosis,
trombositopenia, dan leukemia). Pemeriksaan ini pun dapat menunjukkan kemungkinan
penyakit yang sedang diderita saat ini seperti anemia.

Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk mengeliminasi kelainan yang memiliki


gejalah seperti stoke (hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat pula menunjukka penyakit
yang diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan ginjal).

Pemeriksaan koagulasi dapat menunjukkan kemungkinan koagulopati pada


pasien. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna jika digunakan terapi trombolitik dan
antikoagulan.

Biomarker jantung juga penting karena eratnya hubungan antara stroke dengan
penyakit jantung koroner. Penelitian lain juga mengindikasikan adanya hubungan anatara
peningkatan enzim jantung dengan hasih yang buruk dari stroke.
c. Pemeriksaan Radiologi
1) CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dan stroke
non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik memerlukan
pemberian trombolitik sesegera mungkin. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna
untuk menentukan distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan
adanya kelainan lain yang gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma,
abses).
Adanya perubahan hasil CT scan pada infark serebri akut harus dipahami.
Setelah 6-12 jam setelah stroke terbentuk daerah hipodense regional yang
menandakan terjadinya edema di otak. Jika setelah 3 jam terdapat daerah hipodense
yang luas di otak maka diperlukan pertimbangan ulang mengenai waktu terjadinya
stroke. Tanda lain terjadinya stroke non hemoragik adalah adanya insular ribbon
sign, hiperdense MCA (oklusi MCA), asimetris sulkus, dan hilangnya perberdaan
gray-white matter.
2) CT perfusion
Modalitas ini merupakan modalitas baru yang berguna untuk mengidentifikasi
daerah awal terjadinya iskemik. Dengan melanjutkan pemeriksaan scan setelah
kontras, perfusi dari region otak dapat diukur. Adanya hipoatenuasi menunjukkan
terjadinya iskemik di daerah tersebut.
3) CT angiografi (CTA)
Pemeriksaan CT scan non kontras dapat dilanjutkan dengan CT angiografi
(CTA). Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi defek pengisian arteri serebral yang
menunjukkan lesi spesifik dari pembuluh darah penyebab stroke. Selain itu, CTA
juga dapat memperkirakan jumlah perfusi karena daerah yang mengalami
hipoperfusi memberikan gambaran hipodense.
4) MR angiografi (MRA)
MRA juga terbukti dapat mengidentifikasi lesi vaskuler dan oklusi lebih awal
pada stroke akut. Sayangnya, pemerikasaan ini dan pemeriksaan MRI lainnya
memerlukan biaya yang tidak sedikit serta waktu pemeriksaan yang agak panjang.
Protokol MRI memiliki banyak kegunaan untuk pada stroke akut. MR T1 dan
T2 standar dapat dikombinasikan dengan protokol lain seperti diffusion-weighted
imaging (DWI) dan perfussion-weighted imaging (PWI) untuk meningkatkan
sensitivitas agar dapat mendeteksi stroke non hemoragik akut. DWI dapat
mendeteksi iskemik lebih cepat daripada CT scan dan MRI. Selain itu, DWI juga
dapat mendeteksi iskemik pada daerah kecil. PWI dapat mengukur langsung perfusi
daerah di otak dengan cara yang serupa dengan CT perfusion. Kontras dimasukkan
dan beberapa gambar dinilai dari waktu ke waktu serta dibandingkan.
5) USG, ECG, EKG, Chest X-Ray
Untuk evaluasi lebih lanjut dapat digunakan USG. Jika dicurigai stenosis atau
oklusi arteri karotis maka dapat dilakukan pemeriksaan dupleks karotis. USG
transkranial dopler berguna untuk mengevaluasi anatomi vaskuler proksimal lebih
lanjut termasuk di antaranya MCA, arteri karotis intrakranial, dan arteri
vertebrobasiler. Pemeriksaan ECG (ekhokardiografi) dilakukan pada semua pasien
dengan stroke non hemoragik yang dicurigai mengalami emboli kardiogenik.
Transesofageal ECG diperlukan untuk mendeteksi diseksi aorta thorasik. Selain itu,
modalitas ini juga lebih akurat untuk mengidentifikasi trombi pada atrium kiri.
Modalitas lain yang juga berguna untuk mendeteksi kelainan jantung adalah EKG
dan foto thoraks.

2.2.10 Pencegahan Penyakit Stroke


Ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan 4
faktor utama yang mempengaruhi penyakit ( gaya hidup, lingkungan, biologis dan pelayanan
kesehatan.
Pencegahan Primer:
a. Gaya hidup: reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori, exercise, no
smoking dan vitamin.
b. Lingkungan: kesadaran akan stress kerja.
c. Biologi: perhatian terhadap fakktor risiko biologis (jenis kelamin, riwayat keluarga),
efek aspirin.
d. Pelayanan kesehatan: health education dan pemerisaan tensi.
Pencegahan sekunder:
a. Gaya hidup: management stres, makanan rendah garam, stop smoking, penyesuaian
gaya hidup.
b. Lingkungan: penggantian kerja jika di perlukan, family counseling.
c. Biologi: pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.
d. Pelayanan kesehatan: pendidikan pasien dan evaluasi penyebab sekunder.
Pencegahan tersier:
a. Gaya hidup: reduksi stres, exercise sedang, stop smoking.
b. Lingkungan: jaga keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama, pakai whell-
chair) dan family support.
c. Biologi: kepatuhan berobat, tetapi fisik dan speach therapy.
d. Pelayanan kesehatan: emergency medical technic, asuransi.

2.2.11 Pengobatan Penyakit Stroke dan Perawatan Pasca Penyakit Stroke


Perawatan penyakit strok :
1. Pengobatan stroke iskemik
a. Obat penghancur gumpalan darah
seperti alteplase dapat digunakan untuk mengobati stroke iskemik. Akan tetapi
tidak semua pasien cocok dengan pengobatan ini. Pemberian alteplase hanya efektif
jika diberikan pada empat setengah jam pertama setelah serangan stroke mulai. Jika
lewat jangka waktu tersebut, obat ini tidak terbukti memiliki dampak yang positif.
Pada dasarnya, peluang untuk sembuh semakin besar jika alteplase semakin cepat
diberikan.
b. Untuk mengurangi kemungkinan pembekuan darah
pasien juga bisa diberikan obat anti trombosit seperti aspirin karena aspirin
dapat mengurangi kadar kelengketan dalam sel-sel darah. Pasien bisa diberikan obat
anti-platelet lainnya jika alergi terhadap aspirin.
c. Antikoagulan sebagai obat tambahan
Obat-obatan lainnya yang bisa mencegah pembekuan darah adalah obat
antikoagulan. Antikoagulan mencegah pembekuan darah dengan mengubah
komposisi kimia darah. Contoh obat-obatan antikoagulan adalah rivaroxaban
heparin, dan warfarin.Obat antikoagulan diberikan pada penderita yang detak
jantung yang tidak beraturan dengan tujuan untuk mengurangi risiko penggumpalan
darah.
d. Obat-obatan penurun tekanan darah
Salah satu cara mencegah stroke adalah dengan menurunkan tekanan darah.
Jika tekanan darah seseorang tinggi, maka dokter akan memberikan obat anti-
hipertensi untuk menurunkannya, seperti:
1) Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (angiotensin coverting
enzyme/ACE inhibitor).
2) Obat penghambat alfa dan beta (alpha- and beta-blocker).
3) Thiazide diuretics.
4) Obat penghambat saluran kalium (calcium channel blocker).
e. Statin untuk menurunkan kolesterol
Statin diberikan bagi orang yang memiliki kolesterol tinggi. Statin berfungsi
untuk menghambat sebuah enzim penghasil kolesterol di dalam hati.
F. Penyempitan pembuluh darah karotis
Karotis adalah arteri atau pembuluh darah di leher yang berfungsi sebagai
penyalur darah ke otak. Beberapa stroke iskemik terjadi akibat adanya penumpukan
lemak yang menyempitkan pembuluh darah karotis. Penyempitan ini dikenal juga
sebagai stenosis karotis (carotid stenosis). Operasi dapat dilakukan dokter apabila
penyempitan tersebut dianggap sudah parah.
2. Pengobatan serangan iskemik sesaat
Serangan iskemik sesaat dapat mengarah pada serangan stroke yang lebih besar.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka dokter akan memberikan obat sesuai dengan
penyebab terjadinya serangan iskemik sesaat.
Jika serangan iskemik sesaat diakibatkan kolesterol dan tekanan darah tinggi,
maka dokter akan memberi obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE
inhibitor) atau statin, atau bahkan kombinasi keduanya. Dalam beberapa kasus,
prosedur operasi carotid endartectomy diperlukan jika serangan iskemik sesaat terjadi
akibat penumpukan lemak pada arteri karotis.
3. Pengobatan stroke hemoragik
Penanganan stroke hemoragik biasanya adalah dengan operasi. Operasi dilakukan
untuk memperbaiki pembuluh darah yang pecah dan membersihkan darah di otak.
Prosedur operasi ini disebut sebagai kraniotomi. Selama kraniotomi, bagian kecil
tengkorak kepala akan dibuka. Kemudian dokter akan memperbaiki pembuluh darah
yang rusak dan memastikan tidak ada pembekuan darah. Tulang tengkorak yang dibuka
tadi akan dipasang kembali setelah pendarahan berhenti.

Setelah operasi, pasien akan diberikan fasilitas ventilator untuk membantunya bernapas.
Ventilator memberi waktu pada tubuh pasien untuk pulih dan mengontrol pembekakan di
otak. Biasanya selama pemulihan, pasien akan diberikan obat penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE inhibitor) untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya
kembali serangan stroke.
Perawatan Pasca Penyakit Stroke :
Sekali terkena serangan stroke, tidak membuat seseorang terbebas dari stroke. Di
samping dampak menimbulkan kecacatan, masih ada kemungkinan dapat terserang kembali
di kemudian hari. Penanganan pasca stroke yang biasa dilakukan adalah:
1. Rehabilitasi.
Penderita memerlukan rehabilitasi serta terapi psikis seperti terapi fisik, terapi
okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di unitortotik prostetik. Juga
penanganan psikologis pasien, seperti berbagi rasa,terapi wisata, dan sebagainya. Selain
itu, juga dilakukan Community based rehabilitation (rehabilitasi bersumberdaya
masyarakat) dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan masyarakat di lingkungan
pasien agar mampumenolong, setidaknya bersikap tepat terhadap penderita. Hal ini
akan meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan masyarakat.
2. Penerapan gaya hidup sehat.
Bahaya yang menghantui penderita stroke adalah serangan stroke berulang yang
dapat fatal atau kualitas hidup yang lebih buruk dari serangan pertama. Bahkan ada
pasien yang mengalami serangan stroke sebanyak 6-7 kali. Hal ini disebabkan pasien
tersebut tidak mengendalikan faktor risiko stroke. Penerapan gaya hidup sehat sangat
penting bagi mereka yang sudah pernah terkena serangan stroke, agar tidakkembali
diserang stroke seperti berhenti merokok, diet rendah lemak atau kolesterol dan tinggi
serat, berolahraga teratur 3 kali seminggu (30-45menit), makan secukupnya, dengan
memenuhi kebutuhan gizi seimbang,menjaga berat badan jangan sampai kelebihan
berat badan, berhenti minumalkohol dan atasi stres.
3. Selain itu konsumsi bahan-bahan makanan yang dapat mengurangi resiko timbulnya
kembali serangan stroke juga sangat diperlukan.

2.3 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat, pendidikan,
diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di
dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsif, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat – obat antib koagulan, aspirin,
vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang
sering digunakan klien, seperti pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat
beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan
obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan
untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Pasien dapat mengalami sesak, pola nafas tidak efektif.
2) Nutrisi
Mengalami kelemahan otot pengunyah sehingga pasien tidak dapat mengunyah
makanan keras bahkan dipasang NGT.
3) Eliminasi
Terjadi kelemahan otot panggul dan springter pada anus sehingga dapat
menyebabkan pasien mengalami konstipasi.
4) Aktivitas
Terjadi gangguan mobilitas akibat hemiparesis pada satu sisi anggota gerak.
Disarankan bed rest total.
5) Istirahat
Pasien istirahat dengan normal.
6) Pengaturan Suhu
Suhu tubuh pasien biasanya dalam batas normal.
7) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat kelemahan
yang dialami.
8) Rasa aman
Pasien dan keluarga biasanya merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi
seperti keemahan anggota gerak, gangguan berbicara dll.
9) Rasa Nyaman
Kadang pasien akan mengalami nyeri hebat pada bagian kepala yang
mengakibatkan pasien tidak nyaman serta merasa kepala berputar.
10) Sosial
Terjadi gangguan pada pasien saat berkomunikasi pada orang disekitarnya.
11) Pengetahuan/Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta apa pemicu
munculnya stroke tersebut.
12) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah karena
disarankan bed rest total.
13) Prestasi
14) Spiritual

7. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami gangguan
yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda – tanda vital : TD
meningkat, nadi bervariasi.
2) Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan warna
kulit; muka tampak pucat.
3) Kepala
Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.
4) Muka
Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.
5) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor, sclera
ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat dievalusai,mata
tampak cowong.
6) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
7) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung
tidak ada.
8) Mulut dan faring
Biasanya terpasang NGT
9) Leher
Simetris, kaku kuduk, tidak ada benjolan limphe nodul.
10) Thoraks
Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi
resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak
teridentifikasi.
11) Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal
kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1 dan S2 tunggal; dalam
batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary refill 2 detik .
12) Abdomen
Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.
13) Genitalia-Anus
Pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada hemoroid, terpasang kateter.
14) Ekstremitas
Akral hangat, kaji edema , kaji kekuatan otot , gerak yang tidak disadari , atropi
atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau tidak.

B. Diagnosa Keperawatan
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual maupun
potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan
mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang menjadi tanggung
jawabnya.
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah
sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial
atau oral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan.
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.
6. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
8. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan
sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
9. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.

C. Perencanaan
NO Diagnosa NOC NIC
1. Gangguan perfusi NOC : NIC :
jaringan cerebral
1. Circulation status Peripheral Sensation
berhubungan dengan
2. Tissue Prefusion : Management (Manajemen
gangguan aliran darah
cerebral sensasi perifer)
sekunder akibat
Kriteria Hasil :
peningkatan tekanan 1. Monitor adanya daerah
intracranial. 1. mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
status sirkulasi yang terhadap
ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tumpul
a. Tekanan systole 2. Monitor adanya paretese
dandiastole dalam 3. Instruksikan keluarga
rentang yang untuk mengobservasi kulit
diharapkan jika ada lsi atau laserasi
b. Tidak ada 4. Gunakan sarun tangan
ortostatikhipertensi untuk proteksi
c. Tidak ada tanda 5. Batasi gerakan pada
tanda peningkatan kepala, leher dan
tekanan intrakranial punggung
(tidak lebih dari 15 6. Monitor kemampuan BAB
mmHg) 7. Kolaborasi pemberian
2. mendemonstrasikan analgetik
kemampuan kognitif 8. Monitor adanya
yang ditandai dengan: tromboplebitis
a. berkomunikasi 9. Diskusikan menganai
dengan jelas dan penyebab perubahan
sesuai dengan sensasi
kemampuan
b. menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
c. memproses
informasi
d. membuat keputusan
dengan benar
e. menunjukkan fungsi
sensori motori
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter
2. Gangguan komunikasi NOC NIC
verbal berhubungan 1. Anxiety self control Communication
dengan kehilangan 2. Coping Enhancement : Speech
kontrol otot facial atau 3. Sensory function : Deficit.
oral. hearing & vision 1. Gunakan penerjemah, jika
4. Fear self control diperlukan
Kriteria hasil : 2. Beri satu kalimat simple
1. Komunikasi : setiap bertemu, jika
penerimaan, diperlukan
interpretasi, dan 3. Dorong pasien untuk
ekspresi pesan lisan, berkomunikasi secara
tulisan, dan non verbal perlah dan untuk
meningkat. mengulangi permintaan
2. Komunikasi ekspresif 4. Berikan pujian positif
(kesulitan berbicara) : Communication
ekspresif pesan verbal Enhancement : Hearing
dan atau non verbal Defisit
yang bermakna. Communication
3. Komunikasi resptif Enhancement : Visual
(kesulitan mendengar) : defisit
penerimaan komunikasi Ansiety Reduction
dan interpretasi pesan Active Listening
verbal dan/atau non
verbal.
4. Gerakan terkoordinasi :
mampu mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan informasi :
klien mampu untuk
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmapuan
berbicara
7. Mampu manajemen
kemampuan fisik yang
dimiliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuha dengan
lingkungan.
3. Gangguan mobilitas NOC : NIC :
1. Joint Movement :
fisik berhubungan Exercise therapy :
Active
dengan kerusakan ambulation
2. Mobility Level
neuromuscular 1. Monitoring vital sign
3. Self care : ADLs
sebelm/sesudah latihan
4. Transfer performance
dan lihat respon pasien
Kriteria hasil:
saat latihan
1. Klien meningkat
2. Konsultasikan dengan
dalam aktivitas fisik
terapi fisik tentang
2. Mengerti tujuan dari
rencana ambulasi sesuai
peningkatan mobilitas
dengan kebutuhan
3. Memverbalisasikan
3. Bantu klien untuk
perasaan dalam
menggunakan tongkat saat
meningkatkan
berjalan dan cegah
kekuatan dan
terhadap cedera
kemampuan berpindah
4. Ajarkan pasien atau
4. Memperagakan
tenaga kesehatan lain
penggunaan alat Bantu
tentang teknik ambulasi
untuk mobilisasi
5. Kaji kemampuan pasien
(walker)
dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
2. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan

4. Resiko gangguan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari 1. Nutritional Status Nutrision Management
kebutuhan tubuh 2. Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan food and fluid intake makanan
ketidakmampuan 3. Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan ahli
menelan. nutrient intake gizi untuk menentukan
4. Weight control jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien
1. Adanya peningkatan 3. Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tujuan 4. Anjurkan pasien untuk
2. Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein dan
dengan tinggi badan vitamin C
3. Mampu 5. Monitor jumlah nutrisi
mengidentifikasi dan kandungan kalori
kebutuhan nutrisi 6. Berikan informasi tentang
4. Tidak ada tanda-tanda kebutuhan nutrisi
malnutrisi 7. Kaji kemempuan pasien
5. Menunjukkkan untuk mendapatkan
peningkatan fungsi nutrisi yang dibutuhkan
pengecapan dari Nutrition Monitoring
menelan
1. BB pasien dalam batas
6. Tidak terjadi penurunan
normal
berat badan yang berarti
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bisa
dilakukan
4. Monitor lingkungan
selama makan
5. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
6. Monitor mual muntah
7. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor kalori dan intake
nutrisi

5. Deficit perawatan diri NOC: NIC:


berhubungan dengan
1. Activity Intolerance Self-Care Assistance:
hemiparese/hemiplegi.
2. Mobility: Physical Bathing/Hygiene
impaired
1. Monitor kemampuan
3. Self Care Deficit
pasien terhadap
Hygiene
perawatan diri
4. Sensory perpeption,
2. Monitor kebutuhan akan
Auditory disturbed
personal hygiene,
Kriteria Hasil:
berpakaian, toileting dan
1. Pasien dapat makan.
melakukan aktivitas 3. Beri bantuan sampai klien
sehari-hari (makan, mempunyai kemapuan
berpakaian, untuk merawat diri
kebersihan, 4. Bantu klien dalam
toileting, ambulasi) memenuhi kebutuhannya.
2. Kebersihan diri 5. Anjurkan klien untuk
pasien terpenuhi. melakukan aktivitas
3. Mengungkapkan sehari-hari sesuai
secara verbal kemampuannya
kepuasan tentang 6. Pertahankan aktivitas
kebersihan tubuh perawatan diri secara
dan hygiene oral. rutin
4. Klien terbebas dari 7. Evaluasi kemampuan
bau badan klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
8. Berikan reinforcement
atas usaha yang dilakukan
dalam melakukan
perawatan diri sehari hari.

6. Resiko terjadinya NOC: NIC :


1. Respiratory status : Airway suction
ketidakefektifan
Ventilation 1. Pastikan kebutuhan
bersihan jalan nafas 2. Respiratory status :
oral/tracheal suctioning.
yang berhubungan Airway patency
2. Berikan O2 1-2liter/mnt,
dengan menurunnya 3. Aspiration Control
metode dengan
refleks batuk dan
pemasangan nasal kanul.
menelan, imobilisasi. Kriteria Hasil :
3. Anjurkan pasien untuk
1. Mendemonstrasikan istirahat dan napas dalam
batuk efektif dan suara (bagi anak usia diatas 5)
nafas yang bersih, tidak 4. Posisikan pasien untuk
ada sianosis dan memaksimalkan ventilasi
dyspneu (mampu 5. Lakukan fisioterapi dada
mengeluarkan sputum, jika perlu
bernafas dengan 6. Keluarkan sekret dengan
mudah, tidak ada batuk atau suction
pursed lips) 7. Auskultasi suara nafas,
2. Menunjukkan jalan catat adanya suara
nafas yang paten (klien tambahan
tidak merasa tercekik, 8. Berikan bronkodilator
irama nafas, frekuensi 9. Monitor status
pernafasan dalam hemodinamik
rentang normal, tidak 10. Berikan pelembab udara
ada suara nafas Kassa basah NaCl
abnormal) Lembab
3. Mampu 11. Berikan antibiotik
mengidentifikasikan 12. Atur intake untuk cairan
dan mencegah faktor mengoptimalkan
yang penyebab. keseimbangan.
13. Monitor respirasi dan
status O2
14. Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk
mengencerkan sekret
15. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.

7. Resiko gangguan NOC: NIC :


integritas kulit
1. Tissue Integrity : Pressure Management
berhubungan dengan
Skin and Mucous
tirah baring lama.
1. Anjurkan pasien untuk
Membranes
menggunakan pakaian
2. Hemodyalis Akses
yang longgar
Kriteria Hasil : 2. Hindari kerutan padaa
tempat tidur
1. Integritas kulit yang
3. Jaga kebersihan kulit
baik bisa
agar tetap bersih dan
dipertahankan
kering
2. Melaporkan adanya
4. Mobilisasi pasien
gangguan sensasi
(ubah posisi pasien)
atau nyeri pada
setiap dua jam sekali
daerah kulit yang 5. Monitor kulit akan
mengalami adanya kemerahan
gangguan 6. Oleskan lotion atau
3. Menunjukkan minyak/baby oil pada
pemahaman dalam derah yang tertekan
proses perbaikan 7. Monitor aktivitas dan
kulit dan mencegah mobilisasi pasien
terjadinya sedera 8. Monitor status nutrisi
berulang pasien
4. Mampu melindungi 9. Memandikan pasien
kulit dan dengan sabun dan air
mempertahankan hangat
kelembaban kulit 10. Inspeksi kulit terutama
dan perawatan pada tulang-tulang
alami yang menonjol dan
titik-titik tekanan
ketika merubah posisi
pasien.
11. Jaga kebersihan alat
tenun.

8. Gangguan eliminasi NOC: NIC


uri (incontinensia uri) 1. Urinary elimination Urinary Retention Care
yang berhubungan 2. Urinary Contiunence 1. Monitor intake dan
dengan penurunan output
sensasi, disfungsi Kriteria hasil: 2. Monitor penggunaan obat
kognitif, 1. Kandung kemih kosong antikolinergik
ketidakmampuan secarapenuh 3. Monitor derajat distensi
untuk berkomunikasi 2. Tidak ada residu urine bladder
>100-200 cc 4. Instruksikan pada pasien
3. Intake cairan dalam dan keluarga untuk
rentang normal mencatat output urine
4. Bebas dari ISK 5. Sediakan privacy untuk
5. Tidak ada spasme eliminasi
bladder Balance cairan 6. Stimulasi reflek bladder
seimbang dengan kompres dingin
pada abdomen.
7. Kateterisaai jika perlu
8. Monitor tanda dan gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)

9. Risiko jatuh NOC NIC


berhubungan dengan 1. Trauma Risk For Fall Prevention
penurunan kesadaran. 2. Injury Risk for 1. Mengidentifikasi faktor
Kriteria Hasil : resiko pasien terjadinya
1. Keseimbangan jatuh
2. Gerakan terkoordinasi :
2. kaji kemampuan mobilitas
kemampuan otot untuk
pasien
bekerja sama secara
volunteer untuk 3. Monitor tanda – tanda
melakukan geraka yang vital
bertujuan
4. Bantu pasien dalam
3. Prilaku pencegahan
berjalan atau mobilisasi
jatuh
4. Tidak ada kejadian jatuh 5. Ciptakan lingkungan yang
aman bagi pasien

6. Berikan alat Bantu jika


diperlukan

7. Libatkan keluarga dalam


membatu pasien
mobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reni Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi

NANDA, NIC dan NOC- jilid 1. Jakarta Timur: CV.Trans Info Media.

Corwin, Elizabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.

Data Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang 2018.

Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta: Salemba

Medika.

Lukman & Nurna Ningsih. 2009. Askep Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan

Sistem Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, Amin H & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Yogyakarta: Mediaction.

Ode, Sharif La. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

Yahya, Rahcmanuddin Chair. “Stroke Non Hemoragik – Gejala, Diagnosa, & Terapi Stroke

Iskemik”. Diakses pada tanggal 14 mei 2019 dari


http://www.jevuska.com/2007/04/11/gejala-diagnosa-terapi-stroke-non-hemoragik/
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang


3.1.1 Pendahuluan Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang
Sebagai telah ditetapkan dalam Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN), maka
tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
yang merata baik material dan spiritual. Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia
berdasarkan Pancasila UUD 1945 (Profil)
Dalam usaha mewujudkan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia / jompo
sebagaimana ditetapkan dalam Undang – Undang Nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian
Bantuan Penghidupan Orang Jompo (peraturan Pelaksanaan dituangkan surat keputusan
Menteri Sosial RI Nomor Huk. 3-1-50/107 tahun 1971), JO Undang – Undang Nomor 6
tahun 1974 tentang ketentuan – ketentuan pokok kesejahteraan sosial telah diberikan bantuan
pelayanan bagi para lanjut usia / jompo (Profil).
Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Km 6 Palembang sebagai Unit Pelaksanaan Teknis
dari Dinas Sosial Provinsi Kota Palembang, bertugas memberikan bantuan dan penyatuan
terhadap para lanjut usia / jompo yang kondisi fisiknya dan ekonominya lemah. Pemberian
bantuan ini berupa : pelayanan dan pemeliharaan, pembinaan kerohanian dan pelayanan yang
bersifat rekreatif (Profil).
Usaha untuk mewujudkan kesejahteraan social bagi para lanjut usia bukan hanya
tanggung jawab pemerintahan semata, melainkan tanggung jawab pemerintah dan seluruh
lapisan masyarakat. Partisipasi aktif dari masyarakat akan sangat membantu pemerintahan
mempercepat tercapainya tujuan tersebut (Profil).

3.1.2 Pengertian Lanjut Usia / Jompo


Lanjut usia atau yang sering kita sebut dengan jompo adalah karena suatu sebab atau
kondisi fisik yang menurun atau faktor regresi yang mengakibatkan kurangnya kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan permasalahan yang dihadapi para lanjut
usia tersebut baik social maupun ekonomi antara lain :
a. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan lingkungan yang dapat membantu dalam
kehidupannya.
b. Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia tinggal.
c. Ketidak mampuan keuangan / ekonomi dari keluarga untuk menjamin hidupnya secara
layak.
d. Kebutuhan penghidupan yang tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada.

3.1.3 Tujuan Pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang


Tercipta dan terbinanya kondisi sosial masyarakat dinamis yang kemungkinan
terselenggaranya usaha penyatuan lanjut usia / jompo terlantar, yang memungkinkan mereka
dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.

3.1.4 Landasan Oprasional


a. Undang – Undang Nomor 11 tahun 2009, tentang kesejahteraan sosial.
b. Keputusan menteri social RI nomor 43 tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya
peningkatan kesejahteraan social lanjut usia.
c. Keputusan menteri social RI Nomor 59/ HUK/ 2003 tentang organisasi dan tata kerja
panti sosial di lingkungan departemen.

3.1.5 Sasaran Garapan


Sasaran garapan pembinanan kesejahteraan social lanjut usia / jompo, adalalah :
a. Sudah lanjut usia / jompo
b. Tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kepentingan sehari
– hari.
c. Tindakan mempunyai sanak keluarga yang dapat memberikan bantuan untuk
kelangsungan hidupnya.

3.1.6 Tugas Pokok dan Fungsinya


Beberapa tugas pokok dan fungsi antara lain :
a. Memberikan pembinanan yang bersifat kreatif.
b. Memberikan pelayanan kepada penghuni panti baik cara makannya maupun kesehatan
fisiknya.
c. Memberikan bimbingan mental, sepiritual berupa pengajian, ceramah agama, olahraga
dll.
3.1.7 Persayaratan dan Prosedur Masuk
a. Persyaratan
1) Berusia 55 tahun ke atas.
2) Laki – laki atau perempuan.
3) Terlantar sosial / ekonominya.
4) Tidak berpenyakit menular ataupun lumpuh.
5) Surat keterangan tidak mampu sesuai dengan butir (3) dari Rt dan Kepala Desa/
Lurah.
6) Surat keterangan kesehatan jiwa dari Dokter Pemerintahan / PUSKES.
7) Pas photo ukuran 3x4 (4 lembar).
8) Surat pernyataan dari lurah setempat yang tidak ada tuntutan dari keluarga di
kemudian hari apabila penghuni tersebut meninggal dunia.
b. Prosedur Masuk
Setelah semua persyaratan diatas dipenuhi oleh yang berkepentingan, Yang
bersangkutan mengajukan permohonan melalui Dinas Sosial Provinsi Sumatera
Selatan.

3.1.8 Sarana dan Prasarana


a. Sarana
Penyelenggaraan Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Km.6 Palembang,
mempunyai sarana, diantaranya :
1) Asrama dengan kapasitas tamping 100 orang.
2) Lokasi Jalan Sosial No. 796 RT. 16 RW.03 Kelurahan SukaBangun Km.6
palembang.
3) Bangunan Panti, dibangun diatas tanah seluas ± 1,5 Ha.
Terdiri dari :
- Gedung kantor : 1 buah
- Ruang Tamu : 1 buah
- Zal Penghuni : 5 buah
- Musholla : 1 buah
- Dapur dan Gudang : 1 buah
- Ruang Poliklinik : 1 buah
- Kamar Mandi / WC : 18 buah
b. Prasarana
Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Km.6 Palembang, diasuh oleh 10 orang
pengasuh, yang terdiri dari :
- Pegawai Negeri Sipil : 2 orang
- Pegawai Honor : 10 orang

3.1.9 Program Pelayanan Panti Tresna Werdha Teratai Km.6 Palembang


Beberapa program pelayanan Panti Tresna Werdha Teratai yaitu :
a. Angquate/ Biodata calon penghuni.
b. Penempatan dan pelayanan.
c. Pembinaan mental spiritual penghuni dan kegiatan rekreatif.
d. Pelayanan pemakaman bagi penghuni yang meninggal.

3.1.10 Penyaluran
Ada yang diambil keluarganya dan ada juga yang diasuh dari masyarakat, bagi
penghuni yang masih mampu bekerja.

3.1.11 Pembinaan lanjut


Dibina oleh keluarganya dan masyarakat yang mengambilnya.

3.1.12 Penutup
Berhasilnya program pemerintah di bidang usaha – usaha kesejahteraan sosial,
sangatlah tergantung dari partisipasi anda, sebab pembangunan tersebut adalah tanggung
jawab pemerintah dan masyarakat.
Asuhan Keperawatan kasus
Pada Lansia Tn”J” di ruangan G dengan Stroke
di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang 2019

A. Pengkajian

Anda mungkin juga menyukai