Anda di halaman 1dari 4

ABSTRAK

Latar belakang masalah: Parasetamol dan ibuprofen banyak digunakan untuk


demam pada anak-anak sebagai monoterapi dan sebagai terapi kombinasi. Belum
terbukti jelas mana perawatan yang lebih unggul. Oleh karena itu, Penelitian ini
direncanakan untuk membandingkan efektivitas parasetamol, ibuprofen dan
kombinasi parasetamol-ibuprofen untuk pengobatan anak dengan demam.

Tujuan: Untuk membandingkan efektivitas parasetamol, ibuprofen dan kombinasi


parasetamol-ibuprofen dalam menurunkan demam pada anak.

Metode: Penelitian dilakukan secara blind, random, komparatif. Uji klinis paralel
dilakukan kepada 99 anak dengan demam yang memiliki rentang usia 6 bulan
hingga 12 tahun. Subjek kemudian dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama
menerima parasetamol 15 mg/kgBB, kelompok kedua ibuprofen 10 mg/kgBB, dan
kelompok ketiga diberi kombinasi parasetamol dan ibuprofen, dosis tunggal
melalui oral. Kemudian semua pasien dilakukan follow-up dengan interval 1, 2, 3,
dan 4 jam setelah dosis diminum dengan menggunakan termometer timpani.

Hasil: Setelah 4 jam pemberian obat, secara signifikan, suhu timpani rata-rata lebih
rendah pada kelompok kombinasi dibandingkan dengan kelompok parasetamol (P
<0.05); Namun, perbedaannya tidak signifikan secara klinis (<1°C). Tingkat
penurunan suhu tertinggi ada pada kelompok kombinasi. Jumlah anak afebris 4 jam
pasca dosis tertinggi pada kelompok kombinasi. Perbedaan antara kombinasi dan
parasetamol signifikan untuk jam pertama (P = 0.04). Penurunan suhu tertinggi
tercatat dalam 1 jam pemberian obat di semua kelompok. Tidak ada efek samping
serius yang terjadi pada kelompok mana pun.

Kesimpulan: Kombinasi parasetamol dan ibuprofen lebih cepat mereduksi suhu


dibandingkan parasetamol atau ibuprofen saja. Jika pengurangan suhu lebih cepat
adalah tujuan terapi yang diinginkan, penggunaan kombinasi parasetamol +
ibuprofen dapat dianjurkan.

Kata Kunci: anak, terapi kombinasi, demam, ibuprofen, parasetamol


PENDAHULUAN

Demam atau yang disebut dengan pyrexia/ hipertermia adalah gejala medis
yang biasa ditemukan karena adanya elevasi suhu dari suhu normal, yaitu antara
36.5 – 37.5℃. Demam biasa ditemukan pada anak. Untuk mengurangi risiko
terjadinya kejang pada demam, orang tua biasa mengurangi kegelisahan pada anak
dan juga menurunkan suhu. Pilihan untuk mengurangi demam pada anak termasuk
meminum cairan dingin, berpakaian ringan, menggunakan spons hangat, dan
meminum obat antipiretik seperti parasetamol dan ibuprofen.

Parasetamol dan ibuprofen telah menunjukkan memiliki efektivitas yang


lebih besar daripada plasebo, dan ibuprofen lebih besar efektivitasnya daripada
parasetamol dalam mengobati demam. Namun, dalam beberapa ulasan literatur
menyimpulkan bahwa parasetamol lebih baik digunakan karena kecilnya efek
samping yang ditimbulkan dibandingkan dengan ibuprofen. Ibuprofen memiliki
keunggulan dosis yang lebih jarang (setiap 6 – 8 jam vs setiap 4 jam untuk
parasetamol) dan durasi kerjanya yang lebih lama membuatnya menjadi alternatif
yang cocok untuk parasetamol.

Paracetamol dan ibuprofen memberikan efek pada poin yang berbeda di


jalur pirogenik. Karena itulah tindakan sinergis dapat mungkin terjadi. Orang tua
dan pekerja kesehatan mengobati demam pada anak dengan menggunakan
ibuprofen dan parasetamol. Pemberian kedua obat tersebut secara bersamaan
dengan kombinasi dosis tetap atau terpisah memang sudah banyak dilakukan, tetapi
bukti perbandingan efektivitas antara kombinasi dengan yang terpisah masih
kurang. Saat ini, the Cochrane systematic review sedang meringkas semua literatur
yang ada mengenai keefektivan parasetamol, ibuprofen, dan kombinasi kedua obat
ini sedang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
membandingkan keefektivitas dosis tunggal parasetamol, ibuprofen dan kombinasi
antar keduanya dalam pengobatan demam pada anak.

METODE

Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian blind, randomized, parallel group, multiple arm
comparative, single dose trial yang dilakukan di departmen pediatri dari rumah
sakit pendidikan tersier. Sebelum penelitian, persetujuan didapatkan dari Komite
Etik Institusional dan informed consent didapatkan dari orang tua atau wali legal
sebelum skrining pasien dilakukan.

Kriteria Inklusi
Anak usia 6 bulan – 12 tahun, jenis kelamin laki-laki atau perempuan, dan memiliki
suhu ≥38℃ dengan pengukuran suhu menggunakan temperatur timpani.

1
2
3

Anda mungkin juga menyukai