ANALISIS URIN
Oleh:
FARMASI II B
KELOMPOK 7
1
sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada
filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh proses pengubahan gula
menjadi glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin terhambat. Orang
yang demikian menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat warna
makanan juga dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna pada urin.
Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat
merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu
banyak mengkonsumsi obat – obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2000).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum uji analisis urin.
Adapun uji-uji yang akan dilakukan yaitu uji penentuan kejernihan dan warna,
penentuan pH urin, penentuan garam-garam ammonium, dan penentuan kadar
glukosa urn secara semikuantitatif.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urin
Urin atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Wilmar, 2000).
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri.
Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis
urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea.
Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril (Wilmar, 2000).
Terdapat tiga proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan
urin, yaitu:
1. Filtrasi (Penyaringan)
Kapsula bowman dari dalam malphigi menyaring darah dalam glomelurus
yang mengandung air, garam, gula, urea, dan zat bermolekul besar (protein dan
sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomelurus (Urin Primer). Di dalam filtrat
ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna
bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan garam-garam (Wiwi, 2006).
2. Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)
11
Dalam tubulus kontortus proksimal dalam urin primer yang masih berguna
akan direabsorpsi kembali dan yang dihasilkan oleh filtrat tubulus ini adalah urin
sekunder yang memiliki kadar urea tinggi (Wiwi, 2006).
3. Eksresi (Pengeluaran)
Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang
tidak dipergunakan lagi dan terjadi reabsorpsi aktif ion Na+dan Cl- serta sekresi
ion H+ dan K+. Di tempat ini sudah terbentuk urin yang sesungguhnya yang tidak
terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus
kolektifus lalu menuju pelvis renalis (Wiwi, 2006).
Adapun proses pembentukan urin secara ringkas dijelaskan oleh Ganong
(1999) yaitu: cairan yang menyerupai plasma di filtrasi melalui dinding kapiler
glomerulus ke tubulus renalis di ginjal (filtrasi glomerulus). Dalam perjalanannya
sepanjang tubulus ginjal, volume cairan filtrat akan berkurang dan susunannya
berubah akibat proses reabsorbsi tubulus (penyerapan kembali air dan zat terlarut
dari cairan tubulus) dan proses sekresi tubulus (sekresi zat terlarut ke dalam
cairan tubulus) untuk membentuk kemih (urin) yang akan disalurkan ke dalam
pelvis renalis. Air serta elektrolit dan metabolit penting lainnya akan diserap
kembali. Selain itu, susunan urin dapat berubah-ubah dan banyak mekanisme
pengaturan homeostasis yang meminimalkan atau mencegah perubahan susunan
cairan ekstrasel dengan cara mengubah jumlah air dan zat terlarut tertentu yang
diekskresi melalui urin. Dari pelvis renalis, urin dialirkan ke dalam vesika
urinaria (kandung kemih) untuk kemudian dikeluarkan melalui proses berkemih,
atau miksi (Ganong, 1999).
Urin mengandung bermacam-macam zat, antara lain: urea, asam urea,
amoniak, dan zat-zat lain yang merupakan hasil pembongkaran protein. Garam-
garam terutama garam dapur. Pada orang yang melakukan diet yang rata-rata
berisi 80-100 gram protein dalam 24 jam, kadar air dan zat padat dalam 24 jam
pada air kemih adalah sebagai berikut: air 96%, zat padat 4% (terdiri atas urea
2% dan hasil metabolisme lainnya 2% (Irianto, 2012).
11
Menurut Wulangi (1979), Analisa urin itu penting, karena banyak penyakit
dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi di dalam
urin Zat yang dapat dikeluarkan dalam keadaan normal yang tidak terdapat dalam
urin adalah glukosa, aseton (keton), albumin, darah dan nanah.
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui
adanya kelainannya di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya,
kelainan yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat
seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan (Ethel, 2003)
Banyak analisis urin yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan volume urin,
warna urin, berat jenis urin, bau urin, pemeriksaan glukosa, benda-benda keton,
peeriksaan bilirubin, dan lain-lain. Pada praktikum ini hanya dilakukan uji
penentuan kejernihan dan warna, penentuan pH urin, penentuan garam-garam
ammonium dan penentuan kadar glukosa urin secara semikuantitatif.
a) Penentuan kejernihan dan warna
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang
dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak
berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah,
coklat, hijau, putih susu, dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan
urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara
kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna
seperti urochrom, urobilin, dan porphyrin (Wilmar, 2000).
b) Penetapan pH
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena
dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar
antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi
petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin
bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat
merombak ureum menjadi amoniak akan menyebabkan urin bersifat basa
(Wilmar, 2000).
c) Penentuan garam-garam ammonium
11
Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika terdapat
diabetes melitus maka jumlah amonia yang terkandung sangat tinggi. (Harper,
1961)
d) Penentuan kadar glukosa urin secara semikunatitatif
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu
penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro.
Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positif palsu pada urin yang
mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa,
pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat,
vitamin C (Wilmar, 2000).
Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara
enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan
pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl (Wilmar, 2000).
Menurut Despopoulus (1998), reaksi pemberian glukosa terhadap urin
manusia normal akan menyebabkan naiknya kadar gula. Pada manusia normal
akan menyebabkan perubahan warn ajika sebelumnya diperlakukan dengan
benedict.
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Penentuan pH urin
11
Penentuan garam-garam ammonium
masukkan 2 ml
pereaksi barfoed
pada tiap tabung
11
BAB IV
HASIL
Melalui uji analisis urin dengan melakukan pengamatan terhadap beberapa uji
seperti uji penentuan kejernihan dan warna, penentuan pH urin, penentuan garam-
garam ammonium dan penentuan kadar glukosa urin secara semikuantitatif telah
diperoleh hasil seperti pada tabel di bawah ini:
Gambar hasil
pH 5 6
11
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji penentuan garam-garam ammonium
Bau Gambar hasil penambahan
Warna
NaOH
Tengik Biru
Pereaksi
2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
barfoed
Urin 4 tetes - - -
Glukosa 1% - - 4 tetes -
Glukosa 5% - - - 4 tetes
Hasil gambar
sebelum
pemanasan
11
Larutan Blangko Standar 1 Standar 2 Uji 1
Pereaksi
2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
barfoed
Urin 4 tetes - - -
Glukosa
- 4 tetes - -
0,3%
Glukosa
- - 4 tetes -
1%
Glukosa
- - - 4 tetes
5%
Hasil
gambar
sesudah
pemanasan
Keterangan :
Negative :0
+ : < 0,5%
++ : 0,5-1,0%
+++ : 1,0-2,0%
11
BAB V
PEMBAHASAN
Urin dari salah satu praktikan dimasukkan ke dalam wadah. Setelah itu
dilakukan pengamatan terhadap kejernihan dan warna urin. Hasil yang
didapatkan adalah urin berwarna kuning pekat (kuning tua) dan sedikit keruh.
Warna kuning pekat atau kuning tua menunjukkan warna normal pada urin.
Kepekatan dan warna urin tergantung pada makanan dan obat yang dikonsumsi.
2. Penentuan pH urin
12
Sebanyak 1 ml urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan NaOH encer sampai larutan bersifat basa. Penentuan basa
dilakukan dengan mencelupkan kertas lakmus merah sampai kertas lakmus
menunjukkan warna basa (biru). Campuran yang telah bersifat basa tersebut
dipanaskan di atas lampu spiritus lalu diamati bau yang muncul dan diuji uap
tersebut dengan kertas lakmus merah yang dibasahi.
12
sedikit endapan merah/jingga yang menandakan hasil (+++) atau kadar glukosa
di dalamnya berkisar antara 1,0 - 2,0 %. Larutan glukosa 5% (tabung uji 1)
mengalami perubahan warna yaitu awal biru jernih berubah menjadi merah
(++++) yang lama kelamaan mengendap. Ketiga larutan ini sebagai pembanding
untuk mengidentifikasi kadar glukosa yang terdapat dalam urin. Apabila urin
mengandung glukosa, maka akan terbentuk endapan merah.
Hasil yang didapatkan pada tabung blangko yang berisi reagen barfoed dan
urin menunjukkan warna hijau. Hal ini menunjukkan hasil (+) atau kadar glukosa
dalam urin adalah <5%.
12
BAB VI
KESIMPULAN
Dari percobaan analisis urin maka dapat disimpulkan bahwa pada uji penentuan
kejernihan dan warna urin menunjukkan hasil yaitu urin berwarna kuning pekat
(kuning tua) dan sedikit keruh. Warna kuning pekat atau kuning tua menunjukkan
warna normal pada urin. Pada uji penentuan pH urin menunjukkan kertas pH setelah
dimasukkan ke dalam sampel sesuai dengan warna pH 6 yang termasuk pH normal
urin. Pada uji penentuan garam-garam ammonium menunjukkan normal karena
kertas lakmus merah berubah menjadi biru muda (adanya amoniak) dan bau yang
ditimbulkan adalah bau amoniak atau bau urin pada umumnya. Kemudian pada
penentuan kadar glukosa urin secara semikuantitaif menunjukkan hasil pada tabung
blangko yang berisi reagen barfoed dan urin menunjukkan warna hijau. Hal ini
menunjukkan hasil (+) atau kadar glukosa dalam urin adalah <5%.
DAFTAR PUSTAKA
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.
Ganong, W.F. 1999 ; Buku Ajar Fisiolog Kedokteran. Jakarta. EGC. Edisi 17. Halaman
536 - 537, 552 - 554.
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.