ARTIKEL
PENGARUH UMUR TERHADAP KINERJA REPRODUKSI SAPI PERAH DI
CV. KARUNIA KECAMATAN GAMPENGREJO KABUPATEN KEDIRI
Oleh:
PUJI HERMANTO
13.1.04.01.0036
Dibimbing oleh :
1. Dr. Fitriani, MP
2. drh. Dianita Dwi Sugiartanti, M.Sc
SURAT PERNYATAAN
ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017
PUJI HERMANTO
13.1.04.01.0036
FAKULTAS PETERNAKAN
Email: muhammadhermanto73@yahoo.com
Dr. Fitriani, MP1 dan drh. Dianita Dwi Sugiartanti, M.Sc2
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh umur terhadap kinerja reproduksi sapi perah di CV.
Karunia Kabupaten Kediri. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei lapang. Data
yang diambil adalah data recording IB yang diperoleh di CV. Karunia. Parameter yang diukur pada
penelitian ini adalah days open (DO), first mating, service per conception (S/C) dan calving interval
(CI). Hasil penelitian menunjukkan Nilai rata-rata indukan sapi perah PFH mulai umur 3, 4, 5 dan 6
tahun berturut-turut adalah: service per conception (1,6±0,55 kali, 1,6±0,89 kali, 1±0 kali dan
1,4±0,55 kali). days open (109,2±65.9 hari, 181±78,8 hari, 161,6±98,5 hari dan 186,4±68,9 hari), first
mating (78±43,6 hari, 141,2±100.6 hari, 161,6±985 hari dan 146,2±90,9 hari). Calving Interval
(382±65,7 hari, 470±69,6 hari, 408,8±66,2 hari dan 471,4±92,6 hari). Kesimpulan, umur induk sapi
perah PFH yang berbeda tidak berpengaruh terhadap kinerja reproduksi di CV. Karunia, indukan
sapi perah PFH umur 3 tahun menunjukan kinerja reproduksi yang baik. Saran, ternak yang sudah
pernah mengalami gangguan reproduksi sebaiknya diafkir dan perlunya penambahan tenaga
inseminator.
Kata Kunci: umur induk sapi perah PFH, kinerja reproduksi sapi perah PFH di CV.Karunia
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Tabel 1. Kinerja reproduksi sapi perah PFH pada berbagai umur di CV.
Karunia Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri.
Umur (Tahun)
Nilai 3 4 5 6
DO 109,2±65,85 181±78,78 161,6±98,47 186,4±68,90
FM 78±43,63 141±100,62 161,6±98,47 146,2±90,86
S/C 1,6±0,55 1,6±0,89 1±0 1,4±0,55
CI 382±65,65 470±69,64 408,8±66,22 471,4±92,60
Sumber: Data primer diolah, 2017
jantan mempunyai days open lebih yang lebih baik daripada induk yang
pendek daripada pedet betina yaitu berumur lebih tua. Suyadi dan
132,56 hari berbanding 143,69 hari. Wahjuningsih (2011) menyatakan
bahwa untuk menghindari
First mating kemungkinan gangguan reproduksi
First mating adalah jangka dan mendapatkan angka konsepsi yang
waktu yang menunjukan perkawinan tinggi, maka sebaiknya sapi betina
atau inseminasi buatan pertama kali mulai dikawinkan paling sedikit 60
setelah melahirkan (Oktaviani, 2010). hari setelah melahirkan, oleh karena
Menurut Salisbury dan Van Demark itu angka rata-rata dari first mating
(1961) perkawinan pertama pada sapi yang dicapai di CV. Karunia ini masih
perah FH sebaiknya dilakukan pada kurang baik.
kisaran antara 60-80 hari setelah Faktor lain yang mempengaruhi
beranak. Dari Tabel 1, didapat data first mating adalah pakan. Pakan yang
recording tahun 2014-2016 terhadap mengandung nutrisi kurang akan
20 ekor induk sapi perah PFH. Pada mengakibatkan penurunan kinerja
umur induk yang berbeda terdapat saluran reproduksi seperti
perbedaan rata-rata nilai first mating keterlambatan berahi atau berahi
yaitu pada umur 3 tahun (78±43,6 tenang, sehingga akan menyebabkan
hari), umur 4 tahun (141,2±100,6 efisiensi reproduksi menurun.
hari), umur 5 tahun (161,6±98,5 hari) Sulistyawati (2008), menyatakan
dan umur 6 tahun (146,2±90,9 hari). bahwa kesuburan reproduksi ternak
Hasil penelitian menunjukkan dipengaruhi oleh nutrisi yang
perbedaan lama first mating, namun diperoleh ternak dan berperan penting
dari analisa data menunjukkan bahwa dalam siklus reproduksi. Kekurangan
tidak berbeda nyata antara umur induk asupan nutrisi berakibat buruk pada
sapi perah terhadap kinerja reproduksi ternak, baik dari produksi maupun
(P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa reproduksinya.
tidak terdapat pengaruh umur 3 hingga Pelaksaan inseminasi
6 tahun terhadap kinerja reproduksi dilakukan oleh inseminator ketika
sapi perah PFH. Sesuai dengan Sattar, mendapat laporan dari peternak ketika
et al. (2005) dan Subhi, dkk., (2012) sapi betina menunjukan tanda-tanda
yang menyatakan bahwa indukan sapi berahi. Dengan kata lain, pencapaian
perah pada umur 3, 4, 5, dan 6 tahun angka perkawinan pertama setelah
tidak menunjukan variasi kinerja beranak ini dipengaruhi oleh
reproduksinya. keputusan peternak sendiri. Resiko
Nilai first mating pada sapi keterlambatan kebuntingan adalah
perah umur 4, 5 dan 6 tahun salah satu alasan para peternak untuk
menunjukan angka yang cukup tinggi, mengawinkan kembali sapi-sapinya
sedangkan first mating umur 3 tahun sesegera mungkin setelah beranak
lebih efisien. Umur induk yang lebih (Suyadi dan Wahjuningsih, 2011).
muda menunjukan kinerja reproduksi
Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id
|| 1||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
dengan spermatozoa dan terjadi 150 ekor sapi perah betina hanya
fertilisasi. Wahyudi, dkk., (2013) lebih ditangani oleh 1 (satu) orang petugas
lanjut menyatakan bahwa tingkat inseminator sehingga memberikan
kesuburan ternak juga dipengaruhi hasil yang kurang optimal dalam
oleh umur ternak tersebut. pelayanan IB pada sapi perah.
Semakin tua umur induk maka Darojah, (2011) menyebutkan
reproduksi akan semakin baik rata-rata S/C rata-rata S/C pada ternak
dibandingkan dengan induk muda. sapi perah di Ujung Berung
Proses ovulasi pertama setelah beranak Kotamadya Bandung 2,20±0,98 kali.
menandakan sempurnanya Ratnawati, dkk., (2011) menyebutkan
perkembangan folikel di ovarium yang rata-rata S/C antar bangsa sapi sapi
menentukan fertilitas selanjutnya dan perah impor dan lokal di KUTT Suka
perlu adanya perbaikan fisiologis agar Makmur - Grati, Pasuruan pada
induk dapat kembali memulai siklus kelahiran ke-1, ke-2 dan ke-3 masing-
estrus post partus (Pryce, et. al., masing adalah 1±0,0 kali; 2,9±1,4 kali
2004). Rokana, dkk (2010) dan 3,0±1,7 kali.
menambahkan bahwa pemerahan pada
sapi mempengaruhi timbulnya berahi. Calving interval
Sapi yang diperah 2x sehari memiliki Calving interval (CI) adalah
berahi lebih awal dibandingkan sapi selang waktu antara dua kejadian
yang diperah 3x sehari. beranak berurutan. Efisiensi
Faktor lain yang mempengaruhi reproduksi dikatakan baik apabila
keberhasilan S/C diantaranya adalah seekor induk sapi dapat menghasilkan
kualitas semen yang digunakan, satu pedet dalam satu tahun (Ball and
deteksi berahi, tingkat kemampuan Peters, 2004). Menurut Bath, dkk.,
inseminator dan bobot hidup (1978), selang beranak dapat dipakai
(Zainudin, dkk. 2014). Keberhasilan sebagai ukuran efisiensi reproduksi,
S/C dipengaruhi oleh kualitas semen selang beranak yang optimum untuk
yang secara langsung dipengaruhi oleh sapi perah adalah 12-13 bulan (12
proses penanganan dan penyimpanan. bulan ±15 hari). Dari Tabel 1, didapat
Semen sebaiknya disimpan dalam data recording tahun 2014-2016
likuid nitrogen dengan temperatur - terhadap 20 ekor induk sapi PFH. Pada
196°C dengan container yang terbuat umur induk yang berbeda terdapat
dari stainless steel maupun perbedaan rata-rata nilai S/C yaitu
alumunium. Proses penyimpanan pada umur 3 tahun (382±65,7 hari),
semen mempunyai pengaruh yang umur 4 tahun (470±69,6 hari), umur 5
besar terhadap daya hidup (viabilitas) tahun (408,8±66,2 hari) dan umur 6
spermatozoa dalam straw tahun (471,4±92,6 hari).
(Leksanawati, 2010). Hasil penelitian menunjukkan
S/C di CV. Karunia sudah baik, perbedaan lama CI, namun dari analisa
tapi perlunya penambahan Inseminator data menunjukkan bahwa tidak
karena dengan jumlah induk sebanyak berbeda nyata antara umur induk sapi
Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id
|| 3||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri