Anda di halaman 1dari 15

Simki-Techsain Vol. 01 No.

01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

ARTIKEL
PENGARUH UMUR TERHADAP KINERJA REPRODUKSI SAPI PERAH DI
CV. KARUNIA KECAMATAN GAMPENGREJO KABUPATEN KEDIRI

Oleh:
PUJI HERMANTO
13.1.04.01.0036

Dibimbing oleh :
1. Dr. Fitriani, MP
2. drh. Dianita Dwi Sugiartanti, M.Sc

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2017
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

SURAT PERNYATAAN
ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap : PUJI HERMANTO
NPM : 13.1.04.01.0036
Telepun/HP : 085784435384
Alamat Surel (Email) : muhammadhermanto73@yahoo.com
Judul Artikel : PENGARUH UMUR TERHADAP KINERJA
REPRODUKSI SAPI PERAH DI CV. KARUNIA
KECAMATAN GAMPENGREJO KABUPATEN
KEDIRI
Fakultas – Program Studi : PETERNAKAN
NamaPerguruan Tinggi : UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
Alamat PerguruanTinggi : Jl. KH. Achmad Dahlan 76 Kediri

Dengan ini menyatakan bahwa:


a. artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan bebas
plagiarisme;
b. artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila


dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada
tuntutan dari pihak lain, saya bersedia bertanggung jawab dan diproses sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Mengetahui Kediri, 11 Juli 2017

Pembimbing I Pembimbing II Penulis,

Dr. Fitriani, MP drh. Dianita Dwi Sugiartanti,M.Sc PUJI HERMANTO


NIDN. 0704016803 NIDN. 0712089101 13.1.04.01.0036

Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id


|| 1||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id


|| 2||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id


|| 3||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

PENGARUH UMUR TERHADAP KINERJA REPRODUKSI SAPI PERAH DI CV.


KARUNIA KECAMATAN GAMPENGREJO KABUPATEN KEDIRI

PUJI HERMANTO
13.1.04.01.0036
FAKULTAS PETERNAKAN
Email: muhammadhermanto73@yahoo.com
Dr. Fitriani, MP1 dan drh. Dianita Dwi Sugiartanti, M.Sc2
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh umur terhadap kinerja reproduksi sapi perah di CV.
Karunia Kabupaten Kediri. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei lapang. Data
yang diambil adalah data recording IB yang diperoleh di CV. Karunia. Parameter yang diukur pada
penelitian ini adalah days open (DO), first mating, service per conception (S/C) dan calving interval
(CI). Hasil penelitian menunjukkan Nilai rata-rata indukan sapi perah PFH mulai umur 3, 4, 5 dan 6
tahun berturut-turut adalah: service per conception (1,6±0,55 kali, 1,6±0,89 kali, 1±0 kali dan
1,4±0,55 kali). days open (109,2±65.9 hari, 181±78,8 hari, 161,6±98,5 hari dan 186,4±68,9 hari), first
mating (78±43,6 hari, 141,2±100.6 hari, 161,6±985 hari dan 146,2±90,9 hari). Calving Interval
(382±65,7 hari, 470±69,6 hari, 408,8±66,2 hari dan 471,4±92,6 hari). Kesimpulan, umur induk sapi
perah PFH yang berbeda tidak berpengaruh terhadap kinerja reproduksi di CV. Karunia, indukan
sapi perah PFH umur 3 tahun menunjukan kinerja reproduksi yang baik. Saran, ternak yang sudah
pernah mengalami gangguan reproduksi sebaiknya diafkir dan perlunya penambahan tenaga
inseminator.
Kata Kunci: umur induk sapi perah PFH, kinerja reproduksi sapi perah PFH di CV.Karunia

A. PENDAHULUAN dengan produksi susu yang relatif


tinggi. Namun buruknya manajemen
Sapi Peranakan Friesian reproduksi sapi perah menyebabkan
Holstein (PFH) merupakan sapi perah produktifitas susu relatif rendah
hasil keturunan dari induk Freisian sehingga tidak dapat mencukupi
Holstein (FH) yang dikawinkan secara kebutuhan susu dalam negeri.
alami maupun Inseminasi Buatan (IB) Data Badan Statistik (BPS)
dengan FH murni. Keunggulan dari (2015) jumlah populasi sapi perah di
sapi PFH diantaranya lebih tahan Indonesia mulai tahun 2011, 2012,
panas daripada sapi FH dan mudah 2013, 2014, dan 2015 secara berturut-
menyesuaikan pada iklim tropis turut adalah 597.000, 612.000,
dengan tidak mengurangi produksi 444.000, 483.000 dan 525.000 ekor.
susu maksimal. Oleh karena itu sapi Dari data tersebut menunjukan
PFH merupakan sapi yang paling populasi sapi perah di Indonesia
cocok untuk dibudidayakan di sebagian besar adalah betina (78,95%)
Indonesia. Sapi PFH mewarisi sifat dan selebihnya jantan (21,05%).
bobot badan cukup tinggi dan mudah Berdasarkan kategori umur, populasi
beradaptasi dengan lingkungan tropis sapi perah betina dewasa (>2 tahun)
Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id
|| 4||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

mencapai 64, 56%. Sapi perah betina Menurunnya kemampuan organ


anak (<1 tahun) dan sapi perah muda reproduksi akan menyebabkan sistem
(1-2 tahun) masing-masing 15,66% hormonal menjadi terganggu padahal
dan 19,78% dari total populasi sapi sistem hormonal mempengaruhi
perah betina yang hanya 78,95% kemampuan reproduksi ternak dalam
(411.185 ekor) pada tahun 2015. hal ovulasi, estrus, fertilitas maupun
Namun produksi ini belum memenuhi mempertahankan kebuntingan. Sama
kebutuhan susu masyarakat Indonesia halnya dengan pendapat Subandriyo
(Zainudin, dkk., 2014). (1993) menyatakan bertambahnya
Rendahnya produktifitas susu angka paritas menyebabkan umur
sapi perah juga dipengaruhi oleh umur induk semakin tua sehingga
induk sapi perah yang berkaitan menyebabkan kondisi induk akan terus
dengan status fisiologi sapi perah menurun dan kemampuan
tersebut. Semakin bertambahnya umur reproduksinya juga mengalami
induk diikuti oleh kenaikan angka penurunan.
ovulasi yang menyebabkan CV. Karunia Kecamatan
produktivitas mencapai optimal dan Gampengrejo Kabupaten Kediri,
akan mengalami penurunan secara merupakan perusahaan yang bergerak
perlahan seiring dengan usia ternak di bidang peternakan sapi perah yang
yang semakin tua (Zainudin, dkk., memiliki jumlah 20 ekor sapi perah
2014). PFH. Dari latar belakang dan
Umur induk sapi perah yang permasalahan tersebut, perlu adanya
sudah tua sebaiknya dilakukan penelitian untuk mengetahui kinerja
pengafkiran karena kemampuan reproduksi indukan sapi perah PFH
reproduksi induk yang berumur >10 meliputi Days Open (DO), First
tahun sudah menurun baik secara Mating, Service per Conception (S/C)
hormonal. Kondisi tubuh ternak secara dan Calving Interval (CI) (Atabany,
fisiologis sudah tidak memungkinkan dkk., 2011).
untuk mempertahankan kebuntingan
karena kemampuan otot, tulang serta B. METODE PENELITIAN
jaringan sudah melemah dan disertai
dengan kerusakan sel-sel yang cepat Penelitian ini dilaksanakan mulai
namun tidak diimbagi dengan 5 Januari 2017 – 5 April 2017,
kecepatan pertumbuhan sel sehingga bertempat di Peternakan Sapi Perah
nutrisi yang diperoleh dari pakan CV. Karunia Desa Jong Biru
hanya cukup untuk memperbaiki Kecamatan Gampengrejo Kabupaten
kondisi tubuh yang rusak dan tidak Kediri.
cukup untuk kebutuhan reproduksi Materi yang digunakan dalam
maupun mempertahankan kebuntingan penelitian ini adalah 20 ekor sapi PFH
(Suyadi dan Wahjuningsih, 2011). yang minimal telah mengalami partus

Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id


|| 5||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

dua kali agar dapat diketahui calving Keterangan:


intervalnya. S2 = Varians atau ragam
Metode yang digunakan dalam n = Banyaknya data atau sampel
peneltian ini adalah survei lapang. xi = Bilangan dari suatu peubah
Data yang diambil adalah data i = 0,1,2.......N
recording IB yang diperoleh di CV. 3. Standar Deviasi (S)
Karunia. Data yang diperoleh Perhitungan simpangan baku
selanjutnya dikelompokkan merupakan analisis untuk
berdasarkan umur induk sapi perah mengetahui batas kesalahan
sebagai berikut: yang dianggap benar.
1. Kelompok I : Umur 3 tahun
berjumlah 5 ekor
Keterangan:
2. Kelompok II : Umur 4 tahun
S = Standar Deviasi
berjumlah 5 ekor
S2 = Ragam
3. Kelompok III : Umur 5 tahun
4. Koefisien Variasi (KV)
berjumlah 5 ekor
Koefisien variasi merupakan
4. Kelompok IV : Umur 6 tahun
parameter untuk mengetahui
berjumlah 5 ekor
besarnya keragaman atau nilai
Analisis data deskriptif yang heterogen dari sampel yang
digunakan mengacu kepada Robert dijadikan bahan kajian.
S
and Rohlf (1992); Sudjana (1996); 𝐾𝑉 = X 100%
Rasyad (2003), yaitu:
1. Nilai Rata-rata (Mean) Keterangan:
S = Simpangan Baku
= rata-rata
Keterangan:
= nilai rata hitung C. HASIL DAN PEMBAHASAN
xi = nilai sampel ke-i
Proses reproduksi sangatlah
n = banyaknya data sampel
penting bagi usaha peternakan sapi
Nilai rata-rata (Mean) tersebut
perah, mengingat tanpa adanya
digunakan untuk mengetahui
reproduksi mustahil produktivitas
rata-rata dari pencapaian sifat-
dapat diharapkan mencapai hasil yang
sifat reproduksi yang dijadikan
maksimal. Menurut Nuryadi dan
kajian dari sejumlah sampel
Wahjuningsih (2011) berbagai aspek
yang diambil.
yang menjadi hal penting diperhatikan
2. Ragam (s2)
dari segi reproduksi antara lain days
open (DO), First mating, service per
conception (S/C) dan calving interval
(CI).
Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id
|| 6||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Tabel 1. Kinerja reproduksi sapi perah PFH pada berbagai umur di CV.
Karunia Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri.
Umur (Tahun)
Nilai 3 4 5 6
DO 109,2±65,85 181±78,78 161,6±98,47 186,4±68,90
FM 78±43,63 141±100,62 161,6±98,47 146,2±90,86
S/C 1,6±0,55 1,6±0,89 1±0 1,4±0,55
CI 382±65,65 470±69,64 408,8±66,22 471,4±92,60
Sumber: Data primer diolah, 2017

Days open Nilai DO pada sapi perah umur


Days open (DO) pada sapi perah 4, 5 dan 6 tahun menunjukan angka
adalah sebagai jarak waktu antara sapi yang tinggi, sedangkan DO untuk sapi
beranak hingga perkawinan terakhir perah umur 3 tahun lebih efisien. Days
yang menghasilkan suatu kebuntingan. open yang panjang membuat ternak
Masa kosong yang ideal berkisar lebih terfokus untuk memproduksi
antara 85-115 hari (Izquierdo, dkk., susu selama masa laktasi, sehingga
2008). Dari hasil penelitian terlihat kemampuan reproduksinya menurun
pada Tabel 1, pada umur induk yang akibat pakan yang dikonsumsi lebih
berbeda terdapat perbedaan rata-rata banyak terserap untuk kebutuhan
nilai days open yaitu pada umur 3 produksi susu. Hal ini disebabkan
tahun (109,2±65,9 hari), umur 4 tahun karena pakan pada sapi perah
(181±78,8 hari), umur 5 tahun digunakan untuk memenuhi kebutuhan
(161,6±98,5 hari) dan umur 6 tahun hidup pokok, produksi dan reproduksi
(186,4±68,9 hari). (Darodjah, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan Semakin lama periode days
perbedaan lama days open, namun dari open sapi perah akan mengakibatkan
analisa data menunjukkan bahwa tidak penurunan kinerja reproduksi sapi
berbeda nyata antara umur induk sapi perah, sehingga banyak waktu dan
perah terhadap kinerja reproduksi biaya terbuang. Dengan demikian sapi
(P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa perah sebaiknya dikawinkan 60-90
tidak terdapat pengaruh umur 3 hingga hari setelah beranak karena interval
6 tahun terhadap kinerja reproduksi perkawinan setelah beranak
sapi perah PFH. Sesuai dengan Sattar, menentukan panjang interval
et. al. (2005) ; Subhi, dkk., (2012) kelahiran, hal ini akan berpengaruh
yang menyatakan bahwa indukan sapi terhadap produksi susu (Makin, 1990).
perah pada umur 3, 4, 5, dan 6 tahun Menurut Izquierdo, dkk., (2008)
tidak menunjukan variasi kinerja bahwa jenis kelamin pedet yang
reproduksinya. dilahirkan berpengaruh pada days
open. Sapi yang melahirkan pedet
Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id
|| 7||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

jantan mempunyai days open lebih yang lebih baik daripada induk yang
pendek daripada pedet betina yaitu berumur lebih tua. Suyadi dan
132,56 hari berbanding 143,69 hari. Wahjuningsih (2011) menyatakan
bahwa untuk menghindari
First mating kemungkinan gangguan reproduksi
First mating adalah jangka dan mendapatkan angka konsepsi yang
waktu yang menunjukan perkawinan tinggi, maka sebaiknya sapi betina
atau inseminasi buatan pertama kali mulai dikawinkan paling sedikit 60
setelah melahirkan (Oktaviani, 2010). hari setelah melahirkan, oleh karena
Menurut Salisbury dan Van Demark itu angka rata-rata dari first mating
(1961) perkawinan pertama pada sapi yang dicapai di CV. Karunia ini masih
perah FH sebaiknya dilakukan pada kurang baik.
kisaran antara 60-80 hari setelah Faktor lain yang mempengaruhi
beranak. Dari Tabel 1, didapat data first mating adalah pakan. Pakan yang
recording tahun 2014-2016 terhadap mengandung nutrisi kurang akan
20 ekor induk sapi perah PFH. Pada mengakibatkan penurunan kinerja
umur induk yang berbeda terdapat saluran reproduksi seperti
perbedaan rata-rata nilai first mating keterlambatan berahi atau berahi
yaitu pada umur 3 tahun (78±43,6 tenang, sehingga akan menyebabkan
hari), umur 4 tahun (141,2±100,6 efisiensi reproduksi menurun.
hari), umur 5 tahun (161,6±98,5 hari) Sulistyawati (2008), menyatakan
dan umur 6 tahun (146,2±90,9 hari). bahwa kesuburan reproduksi ternak
Hasil penelitian menunjukkan dipengaruhi oleh nutrisi yang
perbedaan lama first mating, namun diperoleh ternak dan berperan penting
dari analisa data menunjukkan bahwa dalam siklus reproduksi. Kekurangan
tidak berbeda nyata antara umur induk asupan nutrisi berakibat buruk pada
sapi perah terhadap kinerja reproduksi ternak, baik dari produksi maupun
(P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa reproduksinya.
tidak terdapat pengaruh umur 3 hingga Pelaksaan inseminasi
6 tahun terhadap kinerja reproduksi dilakukan oleh inseminator ketika
sapi perah PFH. Sesuai dengan Sattar, mendapat laporan dari peternak ketika
et al. (2005) dan Subhi, dkk., (2012) sapi betina menunjukan tanda-tanda
yang menyatakan bahwa indukan sapi berahi. Dengan kata lain, pencapaian
perah pada umur 3, 4, 5, dan 6 tahun angka perkawinan pertama setelah
tidak menunjukan variasi kinerja beranak ini dipengaruhi oleh
reproduksinya. keputusan peternak sendiri. Resiko
Nilai first mating pada sapi keterlambatan kebuntingan adalah
perah umur 4, 5 dan 6 tahun salah satu alasan para peternak untuk
menunjukan angka yang cukup tinggi, mengawinkan kembali sapi-sapinya
sedangkan first mating umur 3 tahun sesegera mungkin setelah beranak
lebih efisien. Umur induk yang lebih (Suyadi dan Wahjuningsih, 2011).
muda menunjukan kinerja reproduksi
Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id
|| 1||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Makin, (2012) menyebutkan PFH, sesuai dengan penelitian Subhi,


rata-rata kawin pertama setelah dkk., (2012) Tjatur dan Ihsan (2011) ;
beranak pada ternak sapi perah di Sattar et. al.(2005) bahwa umur tidak
Koperasi Peternak Garut Selatan mempengaruhi kinerja reproduksi sapi
(KPGS), Kabupaten Garut, Koperasi perah.
Peternak Sapi Bandung Utara Nilai S/C pada sapi perah umur
(KPSBU), Koperasi Unit Desa (KUD) 3 dan 4 tahun menunjukan angka yang
Gemah Ripah Kabupaten Sukabumi tinggi, sedangkan S/C umur 5 dan 6
adalah 86,45±20,64 hari. Darojah tahun lebih efisien. Nilai S/C yang
(2005) menyebutkan rata-rata kawin rendah akan menyebabkan semakin
pertama setelah beranak pada ternak tinggi nilai kesuburan hewan-hewan
sapi perah di KUD Sinarjaya, Ujung betina dalam kelompok tersebut.
Berung, Kotamadya Bandung adalah Sebaliknya makin tinggi nilai S/C,
78.13±29,63 hari. makin rendah nilai kesuburan
kelompok betina tersebut
Service per conception (Toelihere,1981). Nilai S/C yang
Service per conception (S/C) semakin tinggi menyebabkan semakin
adalah penilaian atau perhitungan tingginya nilai DO dan CI. Hal ini
jumlah pelayanan (service) inseminasi disebabkan oleh beberapa faktor salah
buatan (IB) yang dibutuhkan oleh satunya umur induk yang berhubungan
seekor betina sampai terjadinya langsung dengan status fisiologi ternak
kebuntingan (Toelihere, 1993). tersebut.
Menurut Toelihere (1993), bahwa nilai Ternak yang terlalu muda saat
S/C yang normal berkisar antara 1,6 perkawinan pertama akan sulit
sampai 2,0. Dari Tabel 1, didapat data terjadinya kebuntingan karena
recording tahun 2014-2016 terhadap perkembangan fisiologi ternak tersebut
20 ekor induk sapi perah PFH. Pada belum sempurna. Selain itu, kinerja
umur induk yang berbeda terdapat hormon masih belum sempurna
perbedaan rata-rata nilai S/C yaitu sehingga biasanya dalam deteksi
pada umur 3 tahun (1,6±0,55 kali), berahi kurang jelas dan ternak
umur 4 tahun (1,6±0,89 kali), umur 5 mengalami kesulitan ketika
tahun (1±0 kali) dan umur 6 tahun melahirkan dan memiliki resiko
(1,4±0,55 kali). gangguan reproduksi yang cukup
Hasil penelitian menunjukkan tinggi. Menurut Muljana (1985), sapi
perbedaan dari segi jumlah S/C, yang sudah pubertas mempunyai
namun dari analisa data menunjukkan folikel yang disertai dengan pelepasan
bahwa tidak berbeda nyata antara hormon estrogen.
umur induk sapi perah terhadap Hormon ini menyebabkan
kinerja reproduksi (P>0,05). Hal ini terjadinya estrus yang disertai dengan
menunjukan bahwa tidak terdapat pelepasan ovum yang disebut dengan
pengaruh umur 3 hingga 6 tahun ovulasi. Ovum akan masuk ke dalam
terhadap kinerja reproduksi sapi perah oviduk dan nantinya akan bertemu
Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id
|| 2||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

dengan spermatozoa dan terjadi 150 ekor sapi perah betina hanya
fertilisasi. Wahyudi, dkk., (2013) lebih ditangani oleh 1 (satu) orang petugas
lanjut menyatakan bahwa tingkat inseminator sehingga memberikan
kesuburan ternak juga dipengaruhi hasil yang kurang optimal dalam
oleh umur ternak tersebut. pelayanan IB pada sapi perah.
Semakin tua umur induk maka Darojah, (2011) menyebutkan
reproduksi akan semakin baik rata-rata S/C rata-rata S/C pada ternak
dibandingkan dengan induk muda. sapi perah di Ujung Berung
Proses ovulasi pertama setelah beranak Kotamadya Bandung 2,20±0,98 kali.
menandakan sempurnanya Ratnawati, dkk., (2011) menyebutkan
perkembangan folikel di ovarium yang rata-rata S/C antar bangsa sapi sapi
menentukan fertilitas selanjutnya dan perah impor dan lokal di KUTT Suka
perlu adanya perbaikan fisiologis agar Makmur - Grati, Pasuruan pada
induk dapat kembali memulai siklus kelahiran ke-1, ke-2 dan ke-3 masing-
estrus post partus (Pryce, et. al., masing adalah 1±0,0 kali; 2,9±1,4 kali
2004). Rokana, dkk (2010) dan 3,0±1,7 kali.
menambahkan bahwa pemerahan pada
sapi mempengaruhi timbulnya berahi. Calving interval
Sapi yang diperah 2x sehari memiliki Calving interval (CI) adalah
berahi lebih awal dibandingkan sapi selang waktu antara dua kejadian
yang diperah 3x sehari. beranak berurutan. Efisiensi
Faktor lain yang mempengaruhi reproduksi dikatakan baik apabila
keberhasilan S/C diantaranya adalah seekor induk sapi dapat menghasilkan
kualitas semen yang digunakan, satu pedet dalam satu tahun (Ball and
deteksi berahi, tingkat kemampuan Peters, 2004). Menurut Bath, dkk.,
inseminator dan bobot hidup (1978), selang beranak dapat dipakai
(Zainudin, dkk. 2014). Keberhasilan sebagai ukuran efisiensi reproduksi,
S/C dipengaruhi oleh kualitas semen selang beranak yang optimum untuk
yang secara langsung dipengaruhi oleh sapi perah adalah 12-13 bulan (12
proses penanganan dan penyimpanan. bulan ±15 hari). Dari Tabel 1, didapat
Semen sebaiknya disimpan dalam data recording tahun 2014-2016
likuid nitrogen dengan temperatur - terhadap 20 ekor induk sapi PFH. Pada
196°C dengan container yang terbuat umur induk yang berbeda terdapat
dari stainless steel maupun perbedaan rata-rata nilai S/C yaitu
alumunium. Proses penyimpanan pada umur 3 tahun (382±65,7 hari),
semen mempunyai pengaruh yang umur 4 tahun (470±69,6 hari), umur 5
besar terhadap daya hidup (viabilitas) tahun (408,8±66,2 hari) dan umur 6
spermatozoa dalam straw tahun (471,4±92,6 hari).
(Leksanawati, 2010). Hasil penelitian menunjukkan
S/C di CV. Karunia sudah baik, perbedaan lama CI, namun dari analisa
tapi perlunya penambahan Inseminator data menunjukkan bahwa tidak
karena dengan jumlah induk sebanyak berbeda nyata antara umur induk sapi
Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id
|| 3||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

perah terhadap kinerja reproduksi Darojah, (2009) menyatakan bahwa


(P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa hasil penelitian pada sapi perah di
tidak terdapat pengaruh umur 3 hingga Ujung Berung Kotamadya Bandung
6 tahun terhadap kinerja reproduksi rata-rata nilai CI didapatkan
sapi perah PFH, sesuai dengan 398±42,15 hari. Zainudin. (2014)
penelitian Subhi, dkk., (2012) Tjatur menyatakan bahwa hasil penelitian
dan Ihsan (2011) ; Sattar et. al.(2005) pada sapi perah di Kecamatan
bahwa umur tidak mempengaruhi Kepanjen Kabupaten Malang rata-rata
kinerja reproduksi sapi perah. nilai CI didapatkan 460,9±97,2 hari,
Tingginya nilai CI dipengaruhi 538,8±160 hari, 674±296,1 hari dan
lamanya first mating yang dapat 539,7±124,6 hari.
memperpanjang nilai DO. Panjangnya
nilai DO disebabkan oleh fertilitas dari D. PENUTUP
fisiologi induk mengenai masa
pubertas dan pemulihan organ Kesimpulan
reproduksi. Sapi betina yang fertil Umur induk sapi perah
mempunyai ciri dapat berkonsepsi dan Peranakan Freisian Holstein (PFH)
mampu mempertahankan kebuntingan yang berbeda tidak berpengaruh
sampai terjadinya proses partus terhadap kinerja reproduksi di CV.
kembali (Sulistyawati, 2008). Karunia. Indukan sapi perah PFH
Menurut Toelihere (1981), umur 3 tahun menunjukan kinerja
sapi dara dapat dikawinkan pada umur reproduksi yang baik yaitu DO
12-15 bulan dengan syarat manajemen 109,2±65,9 hari, First Mating 78±43,6
pakan dan pemeliharaannya baik. Jika hari, Calving Interval 382±65,7 hari.
pertumbuhannya kurang baik biasanya
baru dikawinkan umur 18-24 bulan Saran
sehingga sapi beranak pertama kali Ternak yang sudah pernah
pada umur 27-33 bulan. Toelihere mengalami gangguan reproduksi
(1985) menambahkan bahwa pubertas sebaiknya diafkir dan perlunya
(dewasa kelamin) ditandai dengan penambahan tenaga inseminator.
terjadinya berahi dan ovulasi, yang
artinya organ-organ reproduksi sapi E. DAFTAR PUSTAKA
dara mulai matang dan berkembang
Atabany, A., Purwanto, B. P.,
untuk menghasilkan pedet. Sapi betina
Toharmat, T., dan Anggraeni,
yang fertil dapat berkonsepsi dan A. 2011. Hubungan Masa
mampu mempertahankan kebuntingan Kosong Dengan Produktivitas
sampai terjadinya proses partus Pada Sapi Perah Friesien
(Dawash, et.al, 1997). Holstein di Baturaden,
Fanani, dkk., (2013) dalam Indonesia. Media Peternakan
penelitiannya di Kecamatan Pudak, Jawa Barat. 34 (2): 77-82.
kabupaten ponorogo didapatkan nilai
Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A.
CI pada sapi perah 12,36±1,22 bulan.
Tucker and R.D. Appleman.
Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id
|| 4||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

1978. Dairy Cattle : Principles, Kementerian Pertanian. 2016.


Practises, Problems, Profits. Pedoman Pembibitan Sapi
2nd Ed. Lea and Fabiger, Perah yang Baik. Jakarta.
Philadelphia.

BPS. 2015. Jumlah Populasi Ternak Leksanawati, A.Y. 2010. Penampilan


Dan Produksi Susu Perusahaan Reproduksi Induk Sapi Perah
Sapi Perah Di Indonesia 2015. Peranakan Friesian Holstein di
Badan Pusat Statistik. Jakarta. Kelompok Ternak KUD
Diakses 25 November 2016. Mojosongo Boyolali. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Darodjah, S, 2005. Evaluasi
Penampilan Reproduksi Sapi
Perah (Studi Kasus di Muljana, W. 1985. Kegunaan Dan
Perusahaan Peternakan Sapi Pemeliharaan Sapi Perah. CV.
Perah KUD Sinarjaya). Aneka Ilmu. Semarang.
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Bandung. Nuryadi dan Wahjuningsih, S. 2011.
Penampilan Reproduksi Sapi
Darwash, A. O., Lamming, G. E. and Peranakan Ongole Dan
Woolliams, J. A. 1997. The Peranakan Limousin di
Phenotypic Association Kabupaten Malang. Jurnal
Between The Interval To Ternak Tropika. 12 (1): 76-81.
Postpartum Ovulation And
Traditional Measures Of Pryce, J. E., Royal, M. D.,
Fertility In Dairy Cattle. Garnsworthy P. C. and Mao, I.
Journal Animal Science. 65: 9– L. 2004. Fertility In The High-
16. Producing Dairy Cow.
Livestock Production Science.
Fanani, S., Subagyo Y. B. P. dan 86:125–135.
Lutojo. 2013. Kinerja
Reproduksi Sapi Perah Rasyad, R., 2003. Metode Statistik
Peranakan Friesian Holstein Deskriptif Untuk Umum.
(PFH) di Kecamatan Pudak, Grasindo. Jakarta. 43; 52; 65.
Kabupaten Ponorogo. Tropical
Animal Husbandry. 2 (1): 21- Ratnawati, Dian, A. Rasyid, L.
27. Affandhy. 2011. Kinerja
Produktivitas Sapi Perah Impor
Izquierdo, C. A., V. M. X. Campos, C. Dan Hasil Turunannya di Jawa
G. R. Lang, J. A. S. Oaxaca, S. Timur: studi kasus di dataran
C. Suares, C. A. C. Jimenez, rendah dan dataran tinggi
M. S. C. Jimenez, S. D. P. Pasuruan. Jurnal Penelitian. 7
Betancurt, & J. E. G. Liera. (4): 78-79. Semiloka nasional
2008. Effect Of The Off- prospek industri sapi perah
Springs Sex On Open Days In menuju perdagangan bebas
Dairy Cattle. J. Ani. Vet. Adv. 2020. Pasuruan Jawa Timur.
7(10): 1329-1331.

Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id


|| 5||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Robert. R.S., and Rohlf, F.J., 1992. Pertumbuhan Pedetnya Pada


Pengantar Biostatistika Edisi Umur 1-3 Bulan (Studi Kasus di
Kedua. Gadjah Mada Desa Air Duku dan Desa Air
University Press. Yogyakarta. Putih Kali Bandung, Selupu
Rejang, Rejang Lebong,
Rokana, E., Sigit, M. dan Soeroni, M. Bengkulu). Jurnal Sains
2010. Hubungan antara umur Peternakan Indonesia. 4 (1): 21-
induk dan lama menyusui 26.
terhadap periode anesterus post
partum kambing Peranakan Susilawati, T. 2011. Tingkat Keberhasilan
Etawa (PE). Jurnal Penelitian.
Inseminasi Buatan Dengan
26 (1): 145-150.
Kualitas Dan Deposisi Semen Yang
Sattar, A., Mirza, R. H., Niazi A. A. K Berbeda Pada Sapi Peranakan
and Latif, M. 2005. Productive Ongole. Jurnal Ternak Tropika. 12
and Reproductive Performance (2): 15-24.
of Holstein-Friesian Cows in
Pakistan. Pakistan Vet. J., Suwarsono. 1992. Kondisi Peternakan
25:75-81.
Sapi Perah Dan Kualitas Susu Di
Singarimbun, M. dan S. Effendi, 1995. Pulau Jawa. Buletin PPSKI, 5 (27)
Metode Penelitian Survai. 1988: 39-40.
Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Tjatur, A.N.K. dan Muh. Nur Ihsan.
Ekonomi dan Sosial. Jakarta. 2011. Penampilan Reproduksi
Sapi Perah Friesian Holstein
Siregar. S. B., 1992. Dampak Jarak (Fh) Pada Berbagai Paritas
Melahirkan Sapi Perah Induk dan Bulan Laktasi Di
Terhadap Pendapatan Peternak Ketinggian Tempat Yang
Sapi Perah. BLPP Cinagara. Berbeda.J. Ternak Tropika
Deptan. 11(2): 1-10.
Toelihere, M. R. 1993. Fisiologi
Subandriyo. 1993. Potensi Dan Reproduksi Pada Ternak.
Produktivitas Ternak Kambing Universitas Indonesia Press.
di Indonesia. Prosiding Bogor.
Lokakarya. Surabaya.
Toelihere, M. R. 1985. Ilmu
Sudjana, 1996. Metode Statistika. Kebidanaan Pada Ternak Sapi
Tarsito. Bandung. Dan Kerbau. Universitas
Indonesia Press. Bogor.
Sugeng. 2001. Sapi Perah Daerah
Tropis. Erlangga. Jakarta. Trisnawati, 2010. Kinerja Reproduksi
Sapi Perah Peranakan Friesian
Sulistyawati, E., Kusnadi, E., Sutarno, Holstein (PFH) di Kecamatan
L. dan Tampubolon, G. 2009. Musuk Boyolali. Universitas
Penampilan Reproduksi Sapi sebelas maret. Surakarta.
Perah FH (Friesh Holland) dan

Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id


|| 6||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Wahyudi, L., Susilawati, T. dan


Wahyuningsih, S. 2013. Zainudin, M., Ihsan, N., Suyadi, 2014.
Tampilan Produksi Sapi Perah Efisiensi Reproduksi Sapi
Pada Berbagai Paritas di Desa Perah Peranakan Friesian
Kemiri Kecamatan Jabung Holstein (PFH) Pada Berbagai
Kabupaten Malang. Jurnal Umur di CV. Milkindo Berkah
Ternak Tropika. 14 (2): 13-22. Abadi Desa Tegalsari
Kecamatan Kepanjen
Wijaya, I. 2008. Ilmu Reproduksi Kabupaten Malang. Universitas
Ternak Mata Kuliah Brawijaya. Malang. Jurnal Ilmu
Peternakan. Jurusan Produksi Peternakan.24 (3): 32 – 37.
Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Udayana. Bali.

Puji Hermanto |13.1.04.01.0036 simki.unpkediri.ac.id


|| 7||
Fakultas Peternakan - Prodi Peternakan

Anda mungkin juga menyukai