Anda di halaman 1dari 10

82

Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Mei 2013, Hal: 82 - 91 Vol. 2, No. 1
ISSN :1979-4878

PENGARUH RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PROBABILITAS


KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA

Amir Saleh dan Bambang Sudiyatno


Alumni Magister Manajemen dan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang
Jl. Kendeng V Bendan Ngisor Semarang
(cjdw2008@gmail.com; bofysatriasmara@yahoo.com)

ABSTRACT
This study examines the efect of current ratio (CR), debt ratio (DR), total asset turnover (TATR), return on asset (ROA) and
return on equity (ROE) to bancruptcy probability. This type of research is causal research, the research done to find a
definitive causal relationship or find the cause of one or more problems. Objects in this study is a manufacturing company
which listed on the Indonesia Stock Exchange. Assessment of the research object is the manufacturing company's financial
statements during the years 2008-2012. Results were obtained: Current Ratio, Total Asset Turnover Ratio, can not predict the
occurrence of bankruptcy probability in the manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. While the Debt
Ratio, Return on Assets and Return On Equity can predict the occurrence of bankruptcy probability in the manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange.
Keywords : Current ratio, debt ratio, total asset turnover ratio, return on assets, return on equity, and bankruptcy probability

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh current current ratio (CR), debt ratio (DR), total asset turnover (TATR),
return on asset (ROA) and return on equity (ROE)terhadap probabilitas kebangkrutan. Tipe penelitian yang digunakan adalah
penelitian kausal, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menemukan hubungan sebab akibat yang defenitif atau menemukan
penyebab dari satu atau lebih masalah. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia. Pengkajian obyek penelitian adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur selama tahun 2008 – 2012. Hasil
penelitian diperoleh: Current Ratio, Total Asset Turnover Ratio, tidak dapat memprediksi terjadinya probability kebangkrutan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan Debt Ratio, Return On Asset dan Return On
Equity dapat memprediksi terjadinya probabilitas kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Kata kunci: current ratio, debt ratio, total asset turn over ratio, return on asset, return on equity, dan probabilitas
kebangkrutan.

PENDAHULUAN melebarkan ruang gerak bisnisnya


Seiring dengan krisis multi dimensi yang (www.inaplas.org).
melanda Indonesia, banyak masalah dan
Salah satu dampak dari krisis moneter adalah
penderitaan yang dialami bangsa ini, yang ditutupnya sejumlah perusahaan karena tidak
termasuk menonjol adalah dalam aspek ekonomi,
mampu mempertahankan going concernnya
yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena (kelangsungan usahanya). Ketidakmampuan atau
semakin banyak perusahaan yang bangkrut,
kegagalan perusahaan-perusahaan tersebut dapat
perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu kegagalan
jumlah tenaga kerja yang menganggur. Ini terlihat
ekonomi, dan yang kedua yaitu kegagalan
bahwa Omzet industri manufaktur sepanjang
keuangan. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan
kuartal III/2009 hanya mencapai Rp894,549 triliun ketidakseimbangan antara pendapatan dan
atau merosot 21% dibandingkan dengan realisasi
pengeluaran. Selain itu, kegagalan ekonomi juga
pada periode sama 2008 yang mencapai bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang
Rp1.132,34 triliun. Kendati daya beli di pasar
lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis
ekspor dan domestik menunjukkan tanda-tanda investasi. Perusahaan dikategorikan gagal
pemulihan mulai sejak kuartal II/2009, akumulasi
keuangannya jika perusahaan tersebut tidak
penurunan itu tetap tidak terelakkan mengingat mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh
dampak berantai krisis ekonomi dunia masih
tempo meskipun total aktiva melebihi total
menyulitkan industri pengolahan nasional untuk kewajibannya (Weston dan Brigham, 2005).
83
Vol. 2 No.1, Mei 2013 Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan

Jatuh bangunnya perusahaan merupakan hal prospek perusahaan di masa yang akan datang
yang biasa. Kondisi yang membuat para investor dibandingkan dengan rasio-rasio keuangan yang
dan kreditor merasa khawatir jika perusahaan lain (Bodroastuti, 2009). Tandelilin (2001) juga
mengalami kesulitan keuangan (menuju mengatakan bahwa bagi para investor, informasi
kebangkrutan) yang bisa mengarah kebangkrutan. EPS merupakan informasi yang dianggap paling
Tingkat kekhawatiran investor ini makin mendasar dan berguna, karena bisa
bertambah dengan munculnya Peraturan menggambarkan prospek earning perusahaan di
Pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) No. masa depan. Jadi, sebuah perusahaan memiliki
1 Tahun 1998 yang mengatur Kepailitan. Menurut pertumbuhan yang baik di masa yang akan datang
Perpu No. 1, debitur yang terkena default (gagal apabila mempunyai nilai Earning Per Share (EPS)
bayar) dapat dipetisikan bangkrut oleh dua kreditur positif secara terus menerus pada set iap
saja. periodenya (Whitaker, 1999). Sebaliknya, EPS
yang negatif dalam beberapa periode
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat
dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan menggambarkan prospek earning yang tidak baik
dan juga pertumbuhan perusahaannya sehingga hal
Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan
merupakan salah satu sumber informasi mengenai tersebut kurang menarik bagi para investor. Dalam
kondisi seperti itu perusahaan akan sulit untuk
posisi keuangan perusahaan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan perusahaan, yang mendapatkan dana yang dapat memicu terjadinya
profitabilitas kebangkrutan.
sangat berguna untuk mendukung pengambilan
keputusan yang tepat, data keuangan harus
dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN
pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini HIPOTESIS
ditempuh dengan cara melakukan analisis dalam
Pengertian Kesulitan Keuangan (Probabilitas
bentuk rasio-rasio keuangan. Foster (1986) dalam
Kebangkrutan)
Almilia dan Kristijadi (2003) menyatakan empat
hal yang mendorong analisis laporan keuangan Pada penelitian empiris, kesulitan keuangan
dengan model rasio keuangan yaitu : sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam itu
bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka
1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan
pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang
besaran antar perusahaan atau antar waktu paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan,
2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi yang merupakan kesulitan yang paling berat.
asumsi alat statistik yang digunakan Sehingga kesulitan keuangan bisa dilihat sebagai
kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan
3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan
rasio keuangan sampai yang paling berat.

4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio Perusahaan menuju kebangkrutan


didefinisikan sebagai kondisi dimana hasil operasi
keuangan dan estimasi atau prediksi variabel
tertentu (seperti kebangkrutan atau perusahaan tidak cukup untuk memenuhi
kewajiban perusahaan (Insolvency). Insolvency
profitabilitas kebangkrutan).
dapat dibedakan dalam 2 kategori sebagai berikut
(Emery, Finnery, Stowe, 2004 dalam Suroso 2006).
Kondisi profitabilitas kebangkrutan yang a. Technical Insolvency
digunakan dalam penelitian ini terkait dengan
Bersifat sementara dan munculnya karena
perusahaan yang mempunyai Earning Per Share
perusahaan kekurangan kas untuk memenuhi
(EPS) negatif. Menurut Elloumi dan Gueyie
(2001), perusahaan menuju kebangkrutan kewajiban-kewajiban jangka pendek.
didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki b. Bankruptcy Insolvency
laba per lembar saham (Earning Per Share)
Bersifat lebih serius dan munculnya ketika total
negatif. EPS merupakan rasio yang paling banyak nilai utang melebihi nilai total aset perusahaan
digunakan oleh pemegang saham dalam menilai
atau nilai ekuitas perusahaan negatif. Banyak
84
Amir Saleh dan Bambang Sudiyatno Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan

faktor yang dapat menyebabkan perusahaan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat
menghadapi kebangkrutan yaitu antara lain kategori: (Munawir, 2007)
kenaikan biaya operasi, ekspansi berlebihan, a. Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan
ketinggalan teknologi, kondisi persaingan,
keuangan (posisi keuangan jangka pendek
kondisi ekonomi, kelemahan manajemen maupun jangka panjang sehat sehingga tidak
perusahaan dan penurunan aktifitas
mengalami kebangkrutan).
perdagangan industry. Dalam kondisi ekonomi
yang tidak buruk, kebanyakan perusahaan yang b. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
mengalami kebangkrutan adalah akibat dari (jangka pendek) dan manajemennya berhasil
kelemahan manajemen (Whitaker, 1999). mengatasi dengan baik sehingga tidak pailit
(bangkrut).
Menurut Martin (1995) dalam Supardi &
Mastuti (2003), kebangkrutan didefinisikan sebagai c. Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan
berikut. keuangan tetapi menghadapi kesulitan yang
bersifat non keuangan sehingga diambil
a. Economic distress, berarti perusahaan keputusan menyatakan pailit.
kehilangan uang atau pendapatan sehingga
tidak mampu menutup biaya sendiri karena d. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
tingkat laba yang lebih kecil dari biaya modal dan manajemen tidak berhasil mengatasinya
atau nilai sekarang dan arus kas perusahaan sehingga akhirnya jatuh pailit.
lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi Gejala-gejala kebangkrutan diantaranya: pada
bila arus kas perusahaan sebenarnya jauh di saat suatu perusahaan memasuki tahap-tahap akhir
bawah arus kas yang diharapkan atau tingkat menjelang kegagalan atau kebangkrutan, ada suatu
pendapatan atas biaya historis dan investasinya pola perubahan profil finansial. Meskipun
lebih kecil daripada biaya modal perusahaan kebangkrutan atau insolvabilitas tidak dapat
yang dikeluarkan untuk sebuah investasi. diramalkan secara pasti, ada beberapa rasio
b. Kebangkrutan, berarti kesulitan dana untuk finansial yang telah terbukti berhasil menjadi
menutup kewajiban perusahaan atau kesulitan indikator segera terjadinya malapetaka itu.
likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan Rasio Keuangan Sebagai Prediktor
sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu Profitabilitas Kebangkrutan
jika utang lebih besar dibandingkan dengan aset.
Definisi kebangkrutan yang lebih pasti sulit Sejumlah kombinasi angka yang berbeda bisa
dirumuskan tetapi terjadi dari kesulitan ringan digunakan untuk menghasilkan rasio keuangan.
sampai berat. Kunci utama dalam analsis rasio keuangan adalah
memahami angka yang dikomunikasikan masing-
Penelitian-penelitian empiris biasanya masing rasio untuk menentukan keputusan
menggunakan pernyataan kebangkrutan sebagai investasi. Rasio keuangan merupakan teknik
definisi kebangkrutan. (Hanafi, 2004). Istilah analisis laporan keuangan yang paling banyak
kesulitan keuangan (perusahaan menuju digunakan untuk mengevaluasi kondisi serta
kebangkrutan) digunakan untuk mencerminkan prestasi keuangan perusahaan. Menurut Plat dan
adanya permasalahan likuiditas yang tidak dapat Plat (2002) rasio keuangan yang dapat digunakan
dijawab atau diatasi tanpa harus melakukan untuk memprediksi menuju kebangkrutan dapat
perubahan skala operasi atau restrukturisasi dikelompokkan sebagai berikut:
perusahaan. Pengelolaan kesulitan keuangan a. Rasio Likuiditas, yaitu : Current Ratio.
jangka pendek (tidak mampu membayar kewajiban Alasan penggunaan current ratio sebagai
keuangan pada saat jatuh temponya) yang tidak ukuran likuiditas antara lain karena rasio
tepat akan menimbulkan permasalahan yang lebih tersebut mempunyai kemampuan untuk
besar yaitu menjadi tidak solvable (jumlah utang mengukur current liabilities coverage, buffer
lebih besar daripada jumlah aktiva) dan akhirnya agairst losses dan reserve of liquid funds.
mengalami kebangkrutan. Dalam kaitannya dengan Current liabilities coverage mengukur proporsi
kesehatan keuangan dan potensi kebangkrutan aset lancar terhadap kewajiban lancar dan
85
Vol. 2 No.1, Mei 2013 Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan

menunjukkan tingkat kepastian perusahaan yang terdaftar pada BEI dengan kriteria sebagai
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. berikut :
Semakin besar current ratio, semakin besar pula a. Perusahaan yang mengeluarkan laporan
tingkat jaminan atas terbayarnya kewajiban keuangan selama 5 (lima) tahun dari tahun 2008
lancar perusahaan. Rumus untuk menghitung – 2012 dan perusahaan yang memiliki Earning
variabel ini adalah (Harahap, 2002) Per Share negatif..
Current Asset b. Perusahaan yang sahamnya masih aktif pada
CR= x 100%
Current Liabilitie s Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 –
b. Rasio Financial Leverage, yaitu: Debt Ratio 2012.
Teknik sampling atau pengambilan sampel
Variabel ini mengukur jumlah aktiva
dilakukan purposive sampling, yaitu penentuan
perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau
sampel dengan mengambil sejumlah obyek yang
modal yang berasal dari kreditur. Semakin besar
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
debt ratio, maka semakin besar resiko yang
akan dihadapi (Riyanto, 2001). Rumus variabel
Teknik Analisis
ini adalah:
Metode yang digunakan pada penelitian ini
Total Liabilities
DR = x 100% yaitu statistik deskriptif dan analisis regresi logistik
Total Asset (Uji hipotesis).
c. Rasio Efisiensi Operasi, yaitu: Perputaran Total Pengujian hipotesis dilakukan dengan
Aktiva menggunakan metode analisis regresi logistik
Variabel ini mengukur aktifitas aktiva, (logistic regression) karena memiliki satu variabel
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dependen (terikat) yang non metrik (nominal) serta
penjualan melalui aktiva dan mengukur memiliki variabel independen (bebas) lebih dari
seberapa efisien aktiva tersebut telah satu. Ghozali (2009) menjelaskan bahwa logistic
dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan. regression sebetulnya mirip dengan analisis
Semakin tinggi perputaran total aktiva, maka diskriminan yaitu untuk menguji apakah
semakin efektif total aktiva dalam menghasilkan probabilitas terjadinya variabel terikat dapat
penjualan. Rumus variable ini adalah: diprediksi dengan variabel bebasnya. Namun,
Sales dalam hal ini di analisis dengan logistic regression
TAT= x 100%
Total Asset karena tidak perlu asumsi normalitas data pada
d. Rasio Profitabilitas, meliputi: variabel bebasnya. Jadi logistic regression
1) Return on Asset (ROA) umumnya dipakai jika asumsi multivariate normal
Rumus untuk menghitung variabel ini adalah: distribution tidak dipenuhi. Model yang digunakan
EAT yaitu:
ROA = x 100%
TA Logit (FD/1-FD) = β0 + β1CR + β2DR + β3TATO +
2) Return On Equity (ROE) β4ROA + β5ROE + ε
Variabel ini dihitung dengan rumus:
EAT Dimana :
ROE = x100% Ln(FD/1-FD) = Probabilitas
TE
METODE PENELITIAN kebangkrutan
Populasi dan Sampel β0 = Konstanta
Populasi adalah jumlah perusahaan β1-7 = Koefisien regresi
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia CR = Current Ratio
(BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah DR = Debt Ratio
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI TATO = Total Asset
dari tahun 2008 – 2012. Turnover Ratio
Sampel adalah bagian yang diambil dari ROA = Return On Asset
populasi. (Istijanto, 2006) Sampel yang diambil ROE = Return On Equity
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur ε = Kesalahan
86
Amir Saleh dan Bambang Sudiyatno Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat


disimpulkan bahwa variabel probabilitas
Analisis Model Fit
kebangkrutan dipengaruhi oleh Current Ratio
Sebelum melakukan analisis regresi logistik (CR), Debt Ratio (DR), Total Asset Turnover Ratio
terlebih dahulu dilakukan analisis model fit (TATO), Return On Asset (ROA) dan Return On
menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness Equity (ROE) dengan persamaan matematis
of Fit Test, diperoleh hasil nilai Hosmer and sebagai berikut :
Lemeshow’s Goodness of Fit Test Statistic dengan
Ln(FD/1-FD) = -4,087 – 0,001CR + 7,447DR –
nilai signifikan sebesar 0,484, karena nilai 0,007TATO – 0,204ROA – 0,008ROE
signifikansi lebih dari 0,05 maka menunjukkan
tidak ada perbedaan antara model dengan nilai Berdasarkan hasil persamaan regresi logistik
observasinya, sehingga Goodness Fit Model baik tersebut maka nilai koefisien masing-masing
karena model ini dapat memprediksi nilai variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
observasinya. Koefisien Current Ratio sebesar -0,001, dengan
demikian current ratio memiliki nilai koefisien
Hasil Uji Cox and Snell R Square negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
Cox and Snell R Square digunakan untuk tinggi current ratio atau semakin tinggi likuiditas
mengetahui seberapa besar variabel-variabel perusahaan, akan semakin rendah terjadinya
independen mampu menjelaskan variabel probabilitas kebangkrutan.
dependen. Nilai Cox and Snell R Square. Dilihat Koefisien Debt Ratio sebesar 7,447, dengan
dari hasil output pengolahan data nilai Cox and demikian debt ratio memiliki nilai koefisien
Snell R Square adalah sebesar 0,440, hasil ini positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
mengukur bahwa perusahaan menuju kebangkrutan debt ratio atau semakin tinggi penggunaan hutang,
yang dapat dijelaskan oleh variabel Current Ratio, akan semakin tinggi terjadinya probabilitas
Debt Ratio, Total Asset Turnover Ratio, Return On kebangkrutan.
Asset dan Return On Equity adalah 44,00%,
sisanya sebesar 56,00% dijelaskan oleh variabilitas Koefisien Total Asset Turnover Ratio sebesar
variabel-variabel lain di luar model penelitian. -0,007, dengan demikan Total Asset Turnover
Atau secara bersama-sama variabel Current ratio, Ratio memiliki nilai koefisien negatif. Hal ini
Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset menunjukkan bahwa semakin tinggi Total Asset
(ROA), dan Return on Asset (ROE), dapat Turnover Ratio perusahaan atau semakin tinggi
menjelaskan probabilitas kebangkrutan sebesar nilai penjualan dengan aktiva yang dimiliki, maka
44,00%. akan semakin rendah terjadinya probabilitas
kebangkrutan.
Analisis Regresi Logit
Koefisien Return On Asset sebesar -0,204
Model regresi logistik sebagai alat estimasi bahwa Return On Asset memiliki nilai koefisien
sangat ditentukan oleh signifikansi parameter- negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
parameter dalam model yaitu koefisien regresi. Uji tinggi Return On Asset perusahaan atau semakin
signifikansi dilakukan dengan statistik t (uji t). Uji tinggi laba yang dihasilkan dari aktiva yang
t digunakan untuk menguji signifikansi koefisien dimiliki, maka akan semakin rendah atau
regresi secara parsial dari variabel independennya menurunkan terjadinya probabilitas kebangkrutan.
(Ghozali, 2005).
87
Vol. 2 No.1, Mei 2013 Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan

Koefisien Return On Equity sebesar -0,008 ratio merupakan pengukur likuiditas jangka
bahwa Return On Equity memiliki nilai koefisien pendek, sedangkan probabilitas kebangkrutan
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin merupakan prediksi jangka panjang. Penelitian ini
tinggi Return On Equity perusahaan atau semakin bertolak belakang dengan penelitian yang
tinggi laba yang dihasilkan dari modal sendiri, dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel
maka akan semakin rendah terjadinya probabilitas Kristijadi (2003), dan Koes Pranowo, dkk (2010)
kebangkrutan. yang menyatakan bahwa current ratio dapat
digunakan untuk memprediksikan probabilitas
Hasil Pengujian Hipotesis
kebangkrutan suatu perusahaan. Sedangkan hasil
Current Ratio (CR) penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
Hipotesis 1 ditolak. Jadi, Current Ratio (CR) tidak dilakukan oleh Wahyu Widarjo dan Doddy
dapat memprediksi terjadinya probabilitas Setiawan (2009), dimana hasil penelitian diperoleh
kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang current ratio tidak berpengaruh terhadap
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. probabilitas kebangkrutan perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Debt Ratio (DR)
Current Ratio yang dialami pada perusahaan
Hipotesis 2 diterima. Jadi, Debt Ratio (DR) dapat manufaktur yang dijadikan sampel dimana jumlah
memprediksi terjadinya probabilitas kebangkrutan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di dari jumlah kewajiban lancarnya, sehingga akan
Bursa Efek Indonesia. cukup untuk menutup kewajiban lancar yang
Total Asset Turnover Ratio (TATO) dimiliki perusahaan. Sesuai dengan teori yang
dikemukan oleh Brigham dan Houston (2001)
Hipotesis 2 ditolak. Jadi, Total Asset Turnover mengatakan bahwa jika kewajiban lancar
Ratio (TATRO) tidak dapat memprediksi meningkat lebih cepat dibandingkan aktiva
terjadinya probabilitas kebangkrutan pada lancar, maka rasio lancar akan turun dan hal
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa ini bisa menimbulkan permasalahan, maka dapat
Efek Indonesia. dimungkinkan bahwa pola hubungan antara
Return On Asset (ROA) current ratio dengan probabilitas kebangkrutan
adalah negatif.
Hipotesis 3 diterima. Jadi, Return On Asset (ROA)
dapat memprediksi terjadinya probabilitas Rasio yang rendah menunjukkan likuiditas
kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang jangka pendek yang rendah, sedangkan rasio
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. lancar yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva
lancar yang berarti likuiditas tinggi dan risiko
Return On Equity (ROE)
rendah (Hanafi, 2004). Semakin besar tingkat
Hipotesis 4 diterima. Jadi, Return On Equity likuiditas perusahaan, dalam hal ini aktiva
(ROE) dapat memprediksi terjadinya probabilitas lancarnya, memperlihatkan semakin baik
kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang kemampuan perusahaan dalam memenuhi
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. kewajiban jangka pendeknya, sehingga dalam
jangka pendek terhindar dari kemungkinan
PEMBAHASAN terjadinya probabilitas kebangkrutan.

Pengaruh Current Ratio Terhadap Probabilitas Pengaruh Debt Ratio Terhadap Probabilitas
Kebangkrutan Kebangkrutan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai
koefisien regresi sebesar -0,001 dan nilai signifikan koefisien regresi sebesar 7,447 dan nilai signifikan
t 0,667 > 0, 05, maka dapat disimpulkan bahwa 0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
pengaruh Current Ratio (CR) secara statistik tidak pengaruh Debt Ratio (DR) secara statistik
signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan. Hal signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan.
ini disebabkan karena likuiditas dengan current Penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel
88
Amir Saleh dan Bambang Sudiyatno Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan

Kristijadi (2003), dan Jiming dan Weiwei (2011) probabilitas kebangkrutan. Penelitian ini bertolak
yang menyatakan bahwa debt ratio dapat belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
digunakan untuk memprediksikan probabilitas Jiming dan Weiwei (2011) yang menyatakan
kebangkrutan suatu perusahaan. Sedangkan hasil bahwa Total Assets Turnover berpengaruh negatif
penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dan signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan.
yang dilakukan oleh Wahyu Widarjo dan Doddy
Total Asset Turnover Ratio yang tinggi
Setiawan (2009), dimana hasil penelitian diperoleh menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam
debt ratio tidak berpengaruh terhadap probabilitas
penggunaan aktivanya untuk menghasilkan
kebangkrutan perusahaan otomotif yang terdaftar penjualan. Semakin efektif perusahaan
di Bursa Efek Indonesia.
menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
Rasio ini menggambarkan semakin penjualan diharapkan dapat memberikan
besar rasio ini semakin besar jumlah keuntungan yang semakin besar bagi perusahaan.
aktiva perusahaan yang dibiayai oleh Hal itu akan menunjukkan semakin baik kinerja
keuangan yang dicapai oleh perusahaan sehingga
hutang, sehingga probabilitas perusahaan
kemungkinan terjadinya probabilitas kebangkrutan
terhadap kondisi financial distress akan semakin kecil.
semakin tinggi. Rasio yang tinggi
menunjukkan perusahaan menggunakan leverage Menurut Hanafi dan Halim (2005)
keuangan (financial leverage) yang tinggi. menjelaskan bahwa rasio yang tinggi biasanya
Penggunaan leverage yang tinggi akan menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya
meningkatkan rentabilitas modal saham dengan rasio yang rendah harus membuat manajemen
cepat jika nilai penjualan naik atau tinggi, tetapi mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan
sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas pengeluaran modalnya. Apabila rasio ini rendah,
modal saham akan menurun cepat pula. maka perusahaan tidak menghasilkan volume
penjualan yang cukup dibanding dengan investasi
Risiko perusahaan dengan financial leverage dalam aktivanya. Hal ini menunjukkan kinerja
yang tinggi akan semakin tinggi pula (Hanafi dan yang tidak baik, sehingga dapat mempengaruhi
Halim, 2005). Menurut Horne dan Wachowicz, Jr keuangan perusahaan dan memicu terjadinya
(2005), semakin tinggi rasio hutang, semakin besar probabilitas kebangkrutan Jadi, dapat dismpulkan
risiko keuangannya. Maksud terjadinya bahwa pola hubungan antara rasio total assets
peningkatan risiko adalah kemungkinan terjadinya turnover dengan probabilitas kebangkrutan adalah
default karena perusahaan terlalu banyak negatif.
melakukan pendanaan aktiva dari hutang. Jadi,
apabila rasio hutang (TLTA) semakin besar dapat Pengaruh Return On Asset Terhadap
membahayakan perusahaan karena dengan hutang Probabilitas Kebangkrutan
yang semakin banyak akan menyulitkan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai
perusahaan untuk memperoleh tambahan dana. koefisien regresi sebesar -0,204 dan nilai signifikan
Brigham dan Houston (2001) menjelaskan bahwa 0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
kreditur akan enggan meminjamkan tambahan pengaruh Retun On Asset (ROA) secara statistik
dana kepada perusahaan, dan manajemen mungkin signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan.
menghadapi risiko probabilitas kebangkrutan jika Penelitian ini mendukung penelitian yang
perusahaan meningkatkan rasio hutang dengan dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel
meminjam tambahan dana. Kristijadi, (2003) yang menyatakan bahwa return
Pengaruh Total Asset Turnover Ratio Terhadap on asset berpengaruh signifikan terhadap
Probabilitas Kebangkrutan probabilitas kebangkrutan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai Menurut Fakhrurozie (2007) menjelaskan


koefisien regresi sebesar -0,007 dan nilai signifikan bahwa rasio Return on Asset merupakan rasio
0,319 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitias yang mendeteksi atau mengukur
pengaruh Total Asset Turnover Ratio (TATO) kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
secara statistik tidak signifikan terhadap keuntungan dalam periode tertentu dan yang
89
Vol. 2 No.1, Mei 2013 Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan

mengatur akumulasi laba selama perusahaan


beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh
PENUTUP
terhadap rasio tersebut karena semakin lama
perusahaan beroperasi memungkinkan untuk Simpulan
memperlancar akumulasi laba ditahan. Adanya Berdasarkan hasil analisis data pada bab
keuntungan akan memperbesar “retained earning” sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai
yang ini berarti akan memperbesar modal sendiri. berikut :
Sebaliknya adanya kerugian yang diderita akan
memperkecil “retained earning” yang ini berarti 1. Current Ratio tidak dapat memprediksi
akan memperkecil modal sendiri (Riyanto, 2001). terjadinya probabilitas kebangkrutan pada
Apabila rasio ROA rendah menunjukkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
kemampuan aktiva perusahaan kurang produktif Efek Indonesia.
dalam menghasilkan laba, dan kondisi seperti ini 2. Debt Ratio dapat memprediksi terjadinya
akan mempersulit keuangan perusahaan dalam probabilitas kebangkrutan pada perusahaan
sumber pendanaan internal untuk investasi, manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
sehingga dapat menyebabkan terjadinya Indonesia. Semakin tinggi Debt Ratio yang
probabilitas kebangkrutan. Jadi, dapat dismpulkan dimiliki perusahaan akan semakin tinggi risiko
bahwa rasio ROA mempunyai pola hubungan keuangan yang dihadapi perusahaan. Jika
negatif terhadap probabilitas kebangkrutan. manajemen dapat mengelola hutang secara
Pengaruh Return On Equity Terhadap efisien, maka semakin kecil kemungkinan
Probabilitas Kebangkrutan terjadinya probabilitas kebangkrutan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai 3. Total Asset Turnover Ratio tidak dapat
koefisien regresi sebesar -0,008 dan nilai signifikan memprediksi terjadinya probabilitas
0,025 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang
pengaruh Retun On Equity (ROE) secara statistik terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
signifikan terhadap probalilitas kebangkrutan. 4. Return On Asset dapat memprediksi terjadinya
Penelitian ini mendukung penelitian yang probabilitas kebangkrutan pada perusahaan
dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Kristijadi, (2003) yang menyatakan bahwa return Indonesia. Semakin tinggi Return On Asset
on asset berpengaruh signifikan terhadap perusahaan menunjukkan kemampuan
probabilitas kebangkrutan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total
Rasio ini penting bagi perusahaan, karena aktiva yang digunakan semakin besar. Dengan
dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk demikian, maka jika kinerja perusahaan
memperoleh laba dengan ekuitas yang dimiliki. semakin baik, kecil kemungkinan terjadinya
Rasio ini menggambarkan seberapa besar modal probabilitas kebangkrutan.
sendiri dapat menghasilkan laba bagi perusahaan 5. Return On Equity dapat digunakan untuk
(Pradopo, 2011). memprediksi terjadinya probabilitas
Apabila rasio ROE rendah menunjukkan kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang
perusahaan kurang memiliki kemampuan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Apabila rasio
menggunakan ekuitas untuk menghasilkan laba, ROE tinggi menunjukkan perusahaan memiliki
dan semakin mempersulit keuangan perusahaan kemampuan menggunakan ekuitas untuk
dalam sumber pendanaan internal untuk investasi, menghasilkan laba, dan semakin memperlancar
sehingga dapat menyebabkan terjadinya financial keuangan perusahaan dalam pendanaan ataupun
distress atau probabilitas kebangkrutan. Jadi, dapat investasi. Sejalan dengan pola hubungan yang
disimpulkan bahwa rasio ROE mempunyai pola negatif menuju kebangkrutan, maka apabila
hubungan negatif terhadap probabilitas perusahaan memiliki ROE yang tinggi,
kebangkrutan. kemungkinan akan terjadi probabilitas
kebangkrutan semakin kecil.
90
Amir Saleh dan Bambang Sudiyatno Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan

meningkatkan kemampuannya memperoleh laba


dari penggunaan aktivanya, yaitu dengan cara
Implikasi
meningkatkan nilai penjualan.
Implikasi hasil penelitian ini adalah sebagai berikut
5. Return On Equity memiliki nilai negatif, bahwa
1. Current ratio memiliki hubungan yang negatif ROE yang tinggi menunjukkan kemampuan
atau semakin tinggi rasio ini, semakin rendah manajemen yang baik dalam memperoleh laba
profitabilitas kebangkrutan perusahaan, karena dari pengggunaakn ekuitas perusahaan,
perusahaan dapat memenuhi kewajiban sebaliknya ROE yang rendah menunjukkan
lancarnya. Meskipun secara statistik rendahnya kemampuan perusahaan dalam
pengaruhnya tidak signifikan, namun memperoleh laba dari penggunaan ekuitas, atau
perusahaan perlu meningkatkan kemampuan pengggunaan ekuitas yang tidak maksimal,
likuiditasnya agar dapat memenuhi kewajiban sehingga akan berakibat pada terjadinya
lancar, sehingga tidak terjadi kesulitan probabilitas kebangkrutan. Oleh karena itu
keuangan (financial distress) yang akan upaya yang harus dilakukan manajemen
berakibat pada terjadinya perusahaan menuju perusahaan adalah meningkatkan kemampuan
kebangkrutan. dalam memperoleh laba dari penggunaan
2. Debt ratio memiliki nilai positif atau semakin ekuitas perusahaan.
tinggi rasio ini dapat memprediksi probabilitas Riset Mendatang
kebangkrutan, karena perusahaan yang memiliki
kewajiban terlalu besar akan berakibat pada 1. Bagi peneliti mendatang selain menggunakan
pada analisis fundamental, dapat juga
tingginya risiko yang dihadapi perusahaan,
sehingga akan berakibat pada terjadinya menggunakan analisis non fundamental yaitu
perusahaan menuju kebangkrutan. Perusahaan penggunaan corporate governance.
perlu berupaya mengurangi jumlah kewajiban 2. Dapat digunakan selain rasio keuangan
atau hutangnya agar tidak menyulitkan fundamental juga rasio pasar seperti Economic
keuangan perusahaan, sehingga terhindar dari Value Added dan Market Value Added.
kemungkinan terjadinya perusahaan menuju
3. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan untuk
kebangkrutan. menambah sampel penelitian tidak hanya
3. Total Asset Turnover memiliki nilai negatif perusahaan manufaktur saja, melainkan dapat
bahwa perputaran yang tinggi menunjukkan diperluas pada perusahaan-perusahaan non
manajemen yang baik, sebaliknya perputaran manufaktur, agar hasilnya dapat
yang rendah harus membuat manajemen digeneralisaikan.
mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan
pengeluaran modalnya. Apabila perputaran
aktiva ini rendah, maka perusahaan tidak DAFTAR PUSTAKA
menghasilkan volume penjualan yang cukup Al-Rawi, K., Kiani, R., and Vedd, RR, 2008. The
dibanding dengan investasi dalam aktivanya. Use of Altman Equation for Bangkruptcy
Hal ini menunjukkan kinerja yang tidak baik, Prediction in an Industrial Firm,
sehingga dapat mempengaruhi keuangan International Business and Economics
perusahaan dan memicu terjadinya perusahaan Research Journal, July.
menuju kebangkrutan. Oleh karena itu,
perusahaan harus meningkatkan kemampuan Asquith P., R. Gertner dan D. Scharfstein. 1994.
rasio ini dengan cara meningkatkan nilai Anatomy of Financial Distress: An
penjualan agar tidak menimbulkan perusahaan Examination of Junk-Bond Issuers.
menuju kebangkrutan. Quarterly Journal of Economics.
4. Return On Aset memiliki nilai negatif, bahwa Archieliza Angelina. 2008. Pengaruh Rasio
ROA yang tinggi menunjukkan kemampuan Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi
manajemen yang baik dalam memperoleh laba. Financial Distress Pada Perusahaan
Upaya yang harus dilakukan manajemen adalah Manufaktur.
91
Vol. 2 No.1, Mei 2013 Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan

Bambang Riyanto, 2001. Dasar-dasar Luciana Spica Almilia dan Kristijadi. 2003.
Pembelanjaan Perusahaan. BPFE UGM: Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi
Yogyakarta. Kondisi Financial Distress Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Brown, D. T., C. M. James dan R. M. Mooradian.
1992. “The Information Content of Jakarta, JAAI Vol. 7, No. 2.
Distressed Restructurings Involving Public Meliza Silvy. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang
and Private Debt Claims”. Journal of Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca
Financial Economics. IPO dengan Analisis Multinomial Logit.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia (JEBI).
Etty M. Masser. 2006, Model Analisis CAMEL
Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Volume 18. No. 4.
Sektor Perbankan Yang Go Public. Munawir. S. 2007. Analisis Laporan Keuangan,
Foster, George. 1986. Financial Statement Yogyakarta : Liberty.
Analysis. Prentice Hall, Englewood Cliffs, Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1998 Tentang
New Jersey. Kepailitan.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Platt, H., dan M. B. Platt. 2002. Predicting
Multivariate dengan Program SPSS. Badan Financial Distress". Journal of Financial
Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Service Professionals, 56.
Haryadi Sarjono. 2006, Analisis Laporan Robbert Ang 1997. Buku Pintar: Pasar Modal
Keuangan Sebagai Alat Prediksi Indonesia (The Intelligent Guide to
Kemungkinan Kebangkrutan dengan Model Indonesian Capital Market). Mediasoft
Diskriminan Altman pada Sepuluh Indonesia, First Edition.
Perusahaan Properti di Bursa Efek Jakarta. Rowland Bismark Fernando Pasaribu. 2008.
Hill, N. T., S. E. Perry, dan S. Andes. 1996. Penggunaan Binary Logit Untuk Prediksi
Evaluating Firms in Financial Distress: Financial Distress Perusahaan Yang Tercatat
An Event History Analysis. Journal of Di Bursa Efek Jakarta”, Ventura Vol. 11, No.
Applied Business Research. 2.
Hanafi, Mamduh, dan Abdul Halim. 2004. Analisis Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan
Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN. manajemen Portofolio, edisi Pertama.
Yogyakarta Yogyakarta : BPFE.
Koes Pranowo, dkk. 2010. Determinant of Wahyu Widarjo dan Doddy Setiawan. 2009.
Corporate Financial Distress in an Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Emerging Market Economy: Empirical Kondisi Financial Distress Perusahaan
Evidence from the Indonesian Stock Otomotif.
Exchange 2004-2008. Whitaker, R. B. 1999. The Early Stages of
Lau, A. H. 1987. A Five State Financial Financial Distress. Journal of Economics
Distress Prediction Model. Journal of and Finance, 23.
Accounting Research 25.

Anda mungkin juga menyukai