ABDOMINAL PAIN
Disusun Oleh :
RIZAL ARIEF WIBOWO
20184010147
Pembimbing :
dr. Tuti Widowati, Sp. Rad
SMF RADIOLOGI
RSUD TJITROWARDOJO PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
ABDOMINAL PAIN
Oleh :
LAPORAN KASUS
Usia : 44 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
ANAMNESIS
Keluhan utama :
- Pasien datang ke IGD RSUD Tjitrowardjojo dengan keluhan perut kaku sejak 2 hari
yang lalu, tidak bisa flatus, BAB (-), pinggang terasa sakit.
- Pasien datang ke IGD RSUD Tjitrowardjojo dengan keluhan perut kaku dan terasa
nyeri, tidak bias flatus, BAB (-), mual (-), muntah (-).
- Riwayat Hipertensi, DM, dan penyakit jantung-paru disangkal. Pasien tidak pernah
mengalami hal serupa sebelumnya.
- Keluarga tidak memiliki penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi dan
penyakit sistem cardiovaskular.
ANAMNESIS SISTEM
a. Sistem saraf pusat : pusing (-), nyeri kepala (-)
b. Sistem integumentum : BAB (-), Flatus (-)
c. Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
d. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (+)
e. Sistem urinaria : BAK normal tidak ada keluhan
f. Sistem respiratori : sesak nafas (-), batuk (-)
g. Sistem cardiovascular : berdebar-debar (-)
PRIMARY SURVEY
a. Aiway : Jalan nafas clear, tidak ada sumbatan, berbicara lancar
Look : Jejas (-) tampak kesakitan
Listen : Suara vesikuler normal +/+
Feel : Nyeri tekan daerah abdomen (+)
b. Breathing : Frekuensi nafas 20x/m
c. Circulation : TD: 118/61, nadi (71x/m)
PEMERIKSAAN FISIK :
Kesan umum : Kesakitan
Kesadaran : Compos mentis , E4V5M6
Vital sign : Tekanan darah : 118/61 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 71 x /menit
Suhu : 37 C
Pemeriksaan kepala :
- Mata : pupil : isokor 3mm/3mm
CA (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Telinga : secret (-), perdarahan (-)
- Hidung : secret (-), epistaksis (-)
Pemeriksaan leher :
Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembengkakan
Kelenjar limfonodi : tidak ditemukan pembengkakan
Trachea : tidak ditemukan kelainan
Pemeriksaan thorax :
- Inspeksi : Jejas (-) pergerakan dada tidak simetris, ketinggalan gerak kanan (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-)
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-) ronkhi (-)
Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : Distensi (-), jejas (-) benjolan (-)
- Auskultasi : BU (+) menurun
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (+), abdomen supel, tidak teraba massa
Diagnosis sementara:
Abdominal Pain
Diagnosis banding:
Gastritis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen 3 posisi, dengan hasil:
Tampak pre peritoneal fat baik
Tampak psoas line baik
Distribusi udara usus merata
Tidak tampak distensi udara usus
Tidak tampak air fluid level
Tidak tampak udara bebas cavum peritoneum
Kesan:
Tidak tampak kelainan foto abdomen
Farmakoterapi
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ketorolac 2x 30 mg / 8 jam
Injeksi Ranitidin 2x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Abdominal Pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak
menyenangkan yang terasa di setiap region abdomen. Nyeri abdomen akut biasanya
digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan atau durasi
pendek. Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu yang lama atau berulang/hilang timbul.
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara thorax
dan pelvis. rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang terbentuk
dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk membantu
menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai adalah pembagian
abdomen oleh dua buah bidang bayangan horizontal dan dua bidang bayangan vertikal.
Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah
(regiones). Dua bidang diantaranya berjalan horizontal melalui setinggi tulang rawan
iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya
vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan hingga ke
pertengahan ligamentum inguinale. Regio abdomen tersebut adalah: 1) hypocondriaca
dextra, 2) epigastrica, 3) hypocondriaca sinistra, 4) lumbalis dextra, 5) umbilical, 6)
lumbalis sinistra, 7) inguinalis dextra, 8) pubica/hipogastrica, 9) inguinalis sinistra.
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung empedu, sebagian
duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar suprarenal
kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian dari
hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri, sebagian
jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter
kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
Dengan mengetahui proyeksi organ intra-abdomen tersebut, dapat
memprediksi organ mana yang kemungkinan mengalami cedera jika dalam
pemeriksaan fisik ditemukan kelainan pada daerah atau regio tersebut.
Untuk kepentingan klinis rongga abdomen dibagi menjadi tiga regio yaitu :
rongga peritoneum, rongga retroperitoneum dan rongga pelvis. rongga pelvis
sebenarnya terdiri dari bagian dari intraperitoneal dan sebagian retroperitoneal. Rongga
peritoneal dibagi menjadi dua yaitu bagian atas dan bawah. rongga peritoneal atas, yang
ditutupi tulang tulang toraks, termasuk diafragma, liver, lien, gaster dan kolon
transversum. Area ini juga dinamakan sebagai komponen torako-abdominal dari
abdomen. Sedangkan rongga peritoneal bawah berisi usus halus, sebagian kolon
ascenden dan descenden, kolon sigmoid, caecum, dan organ reproduksi pada wanita.
Rongga retroperitoneal terdapat di abdomen bagian belakang, berisi aorta
abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar duodenum, pancreas, ginjal, dan ureter,
permukaan paskaerior kolon ascenden dan descenden serta komponen retroperitoneal
dari rongga pelvis. Sedangkan rongga pelvis dikelilingi oleh tulang pelvis yang pada
dasarnya adalah bagian bawah dari rongga peritoneal dan retroperitoneal. Berisi
rektum, kandung kencing, pembuluh darah iliaka, dan organ reproduksi interna pada
wanita.
C. Klasifikasi Abdominal Pain
a. Nyeri Yang Berasal Dari Perut
Inflamasi peritoneum parietal
-. Kontaminasi bakterial : Appendisitis yang mengalami perforasi, penyakit
radang pelvis
-. Iritasi kimiawi : Tukak yang mengalami perforasi, pankreatitis
D. Patofisiologi
a) Peradangan pada peritoneum parietal
Nyeri inflamasi peritoneum parietal bersifat tetap dan sakit dan terletak
langsung pada daerah yang meradang, reference-nya yang tepat adalah mungkin
karena nyeri ini diteruskan oleh saraf-saraf somatik yang memasok peritoneum
parietal. Intensitas nyerinya bergantung pada tipe dan jumlah substansi asing
yang terpapar pada peritoneum parietal selama periode waktu tertentu. Misalnya,
pelepasan mendadak sejumlah kecil cairan asam lambung steril kedalam rongga
peritoneum menyebabkan lebih banyak nyeri daripada sejumlah sama bahan
fekal netral yang amat tercemar. Cairan pankreas yang aktif secara enzimatik
menimbulkan lebih banyak nyeri dan inflamasi daripada yang ditimbulkan
sejumlah sama empedu steril yang tidak mengandung enzim yang poten. Darah
dan air kemih sering demikian lunak sehingga tidak terdeteksi jika keterpaparan
peritoneum tidak terjadi secara mendadak dan masif.Pada kasus kontaminasi
bacterial, seperti ada penyakit peradangan pelvis, nyerinya sering rendah
intensitasnya pada permulaan/ dini penyakit sampai pelipatgandaan bakteri telah
menyebabkan perluasan substansi yang mengganggu. Sedemikian pentingnya
kecepatan bahan yang mengganggu itu mengenai peritoneum sehingga kasus
pecahnya ulkus peptikum bisa dikaitkan dengan gambaran klinis yang sama
sekali berbeda bergantung pada kecepatan cairan lambung memasuki rongga
peritoneal.
Nyeri inflamasi peritoneal tanpa kecuali dititikberatkan oleh tekanan atau
perubahan regangan peritoneum, apakah ditimbulkan oleh palpasi atau gerakan,
seperti pada batuk-batuk atau bersin. Sebagai akibatnya, pasien peritonitis
berbaring diam-diam ditempat tidur, lebih suka menghindarkan gerakan,
kebalikannya dengan pasien dengan kolik, yang mungkin mengeliat tanpa putus-
putus.
Ciri karakteristik lain dari iritasi peritoneal adalah spasme refleks tonik pada
abdomen, yang terbatas pada segmen tubuh yang terlibat. Intensitas spasme otot
yang tonik menyertai inflamasi peritoneal bergantung pada lokasi proses
peradangan, kecepatannya berkembang, dan integritas system nervosa. Spasme
pada suatu apendiks retrosekal yang mengalami perforasi atau ulkus yang
berperforasi ke dalam kavum peritoneum minor (lesser peritoneal sac) mungkin
minimal atau absen karena efek protektif dari visera yang menindihnya. Seperti
pada nyeri inflamasi peritoneal, suatu proses yang berkembang secara perlahan
sering sangat melemahkan derajat spasme otot. Kegawatan abdomen yang
katastrofik seperti suatu ulkus yang mengalami perforasi telah berulang
dihubungkan dengan nyeri yang minimal atau kadang tidak ada nyeri yang dapat
dideteksi atau spasme otot pada pasien lemah, tua, sakit gawat, debil atau pasien
psikotik.
c) Gangguan vaskuler
d) Dinding abdominal
Nyeri yang timbul dari dinding abdomen biasanya konstan dan sakit.
Pergerakan, berdiri lama, dan tekanan menambah perasaan nyeri itu dan spasme
otot. Pada kasus hematoma sarung (muskulus) rektus, kini yang paling sering
dijumpai dalam kaitan dengan terapi antikoagulan, suatu massa mungkin
terdapat pada kuadran bawah abdomen. Keterlibatan otot-otot secara serentak
pada bagian lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk membedakan miositosis
dinding abdomen dari suatu proses intraabdominal yang dapat menyebabkan
nyeri pada daerah yang sama.
g) Penyebab neurogenik
Nyeri kausalgik (Causalgic) mungkin terdapat pada cedera saraf tipe sensoris.
Nyeri ini mempunyai karakter rasa seperti terbakar dan biasanya terbatas pada
distribusi suatu saraf perifer. Rangsangan normal seperti sentuhan atau
perubahan suhu dapat berubah menjadi nyeri jenis ini, yang juga sering terdapat
pada seorang pasien dalam keadaan istirahat. Suatu temuan yang bermanfaat
adalah demonstrasi bahwa tempat-tempat nyeri kutaneus kini berspasi secara
tidak teratur, dan ini mungkin merupakan indikasi satu-satunya dari suatu lesi
saraf tua yang mendasari nyeri kausalgik. Sekalipun nyeri itu dapat dicetuskan
oleh palpasi yang lembut, kekakuan otot-otot abdomen tidak terdapat, dan
pernapasan tidak terganggu. Penggelembungan abdomen tidak biasa dan nyeri
itu tidak berhubungan dengan masuknya makanan.
Nyeri yang berasal dari saraf spinalis atau radiks saraf hilang timbul dengan
cepat dan terasa menusuk. Nyeri ini dapat disebabkan oleh herpes zoster,
menyertai artritis, tumor, herniasi nucleus pulposus, diabetes atau sifilis.Sekali
lagi, nyeri ini tidak dihubungkan dengan makanan, distensi abdomen, atau
perubahan pernapasan. Spasme otot berat, seperti pada krisis lambung tabes
dorsalis, sering terjadi tetapi menghilang atau tidak bertambah dengan
penekanan abdomen. Nyeri bertambah parah dengan pergerakan spina dan
biasanya hanya terasa pada beberapa dermatom saja. Hiperestesia juga sering
terjadi.
Nyeri psikogenik tidak satupun yang sesuai dengan para pasien penyakit
tersebut di atas. Disini mekanismenya sulit diberi definisi. Problem yang paling
umum ialah remaja atau orang muda yang histeris yang menderita nyeri
abdomen dan orang yang harus kehilangan usus buntu atau organ lain karena itu.
Ovulasi atau beberapa peristiwa alami lain yang menyebabkan nyeri abdomen
ringan yang singkat kadang-kadang dialami sebagai malapetaka abdominal.
Jenis dan lokasi nyeri psikogenik amat beragam tapi biasanya tidak ada
hubungannya dengan makanan. Awitannya kerap terlihat nyata pada malam hari.
Mual dan muntah jarang ditemukan walaupun kadang-kadang pasien melaporkan
gejala-gejala ini. Spasme jarang timbul pada otot-otot abdomen dan jika terjadi,
tidak menetap, khususnya jika perhatian pasien dapat dialihkan.Nyeri tekan
setempat jarang, dan jika ditemukan, kejang otot pada daerah itu tidak konsisten
dan sering tidak ada. Pembatasan kedalaman pernapasan adalah kelainan
pernapasan yang paling umum, tetapi ini berwujud dalam rasa tercekik atau
tersedak dan merupakan bagian dari keadaan cemas. Pembatasan ini terjadi
karena tidak adanya thoracic splinting atau karena terjadinya perubahan pada
kecepatan pernapasan.
E. Diagnosis
Dalam anamnesis penderita gawat abdomen, perlu ditanyakan dahulu
permulaan timbulnya nyeri (kapan mulai, mendadak atau berangsur), letaknya
(menetap, pindah atau beralih), keparahannya dan sifatnya (seperti ditusuk,
tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik), perubahannya (bandingkan dengan
permulaan), lamanya, apakah berkala, dan faktor apakah yang
mempengaruhinya (adakah yang memperingan atau memberatkan seperti
sikap tubuh, makanan, minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, miksi).
Harus ditanyakan apakah pasien pernah mengalami nyeri seperti ini.
Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk
peritoneum viseral (nyeri viseral) atau peritoneum parietal atau dari otot,
lapisan dari dinding perut (nyeri somatik).Pada saat nyeri dirasakan pertama
kali, nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan terlokalisasi dan berbentuk
khas. Nyeri yang berasal dari organ padat kurang jelas dibandingkan myeri
dari organ yang berongga.Nyeri yang berasal dari viseral dan berlangsung akut
biasanya menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung berubah, pucat dan
berkeringat dan disertai fenomena viseral motor seperti muntah dan
diare.Biasanya pasien juga merasa cemas akibat nyeri yang ditimbulkan
tersebut.
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstruksi
usus tinggi, muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah hebat.
Sembelit (konstipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada
peritonitis umum.
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritonium. Jika ada
peradangan peritonium setempat, ditemukan tanda rangsang peritonium yang
sering disertai defans muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi, daur
haid dan gejala lain seperti keadaan sebelum diserang tanda gawat perut, harus
dimasukkan dalam anamnesis.
Seperti telah disebutkan diatas, anamnesis mengandung data kunci
yang dapat mengarahkan diagnosis gawat perut. Sifat, letak, dan perpindahan
nyeri merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah, kelainan
defekasi, dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskuler, dan perut
kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting.
Kadang ditemukan gawat perut dengan penderita yang langsung
pingsan. Pingsan dapat disebabkan oleh nyeri hebat seperti pada awal kolik
empedu, perforasi tukak peptik, obstruksi usus halus akut, perforasi akut
apendiks, kehamilan ektopik terganggu, dan pankreatitis akut. Dalam keadaan
ini, selalu harus dipikirkan kemungkinan perdarahan yang banyak.
(1) Kolik bilier, (2) perforasi tukak peptik duodenum, (3) perforasi tukak peptik
lambung, (4) pankreatitis akut, (5) obstruksi usus halus akut, (6) perforasi
apendisitis akut, (7) kehamilan ektopik terganggu
A. Nyeri hebat sekali : (1) kolik bilier, (2) infark jantung, (3) kolik ureter,
(4) perforasi tukak peptik, (5) ruptur aneurisma aorta.
B. Nyeri hebat yang makin berat : (1) pankreatitis akut, (2) trombosis v
mesenterika,(3) kehamilan ektopik.
C. Nyeri menetap : (1) kolesistitis akut, kolangitis akut, hepatitis akut, (2)
apendisitis akut, salpingitis akut (PID), (3) divertikulitis sigmoid,
salpingitis akut.
D. Kolik yang makin hebat : (1) awal pankreatitis (jarang), (2) kolitis
berat.
Nyeri yang beasal dari saraf spinalis atau radiks saraf hilang timbul
dengan cepat dan terasa menusuk. Nyeri ini dapat disebabkan oleh herpes
zoster, menyertai artritis, tumor, herniasi nucleus pulposus, diabetes atau
sifilis. Sekali lagi, nyeri ini tidak dihubungkan dengan makanan, distensi
abdomen, atau perubahan pernapasan. Spasme otot berat, seperti pada krisis
lambung tabes dorsalis, sering terjadi tetapi menghilang atau tidak bertambah
dengan penekanan abdomen. Nyeri bertambah parah dengan pergerakan spina
dan biasanya hanya terasa pada beberapa dermatom saja. Hiperestesia juga
sering terjadi.
Nyeri psikogenik tidak satupun yang sesuai dengan para pasien penyakit
tersebut di atas.Disini mekanismenya sulit diberi definisi. Problem yang paling
umum ialah remaja atau orang muda yang histeris yang menderita nyeri
abdomen dan orang yang harus kehilangan usus buntu atau organ lain karena
itu. Ovulasi atau beberapa peristiwa alami lain yang menyebabkan nyeri
abdomen ringan yang singkat kadang-kadang dialami sebagai malapetaka
abdominal.
Jenis dan lokasi nyeri psikogenik amat beragam tapi biasanya tidak ada
hubungannya dengan makanan. Awitannya kerap terlihat nyata pada malam hari.
Mual dan muntah jarang ditemukan walaupun kadang-kadang pasien melaporkan
gejala-gejala ini. Spasme jarang timbul pada otot-otot abdomen dan jika terjadi, tidak
menetap, khususnya jika perhatian pasien dapat dialihkan. Nyeri tekan setempat
jarang, dan jika ditemukan, kejang otot pada daerah itu tidak konsisten dan sering
tidak ada. Pembatasan kedalaman pernapasan adalah kelainan pernapasan yang
paling umum, tetapi ini berwujud dalam rasa tercekik atau tersedak dan merupakan
bagian dari keadaan cemas. Pembatasan ini terjadi karena tidak adanya thoracic
splinting atau karena terjadinya perubahan pada kecepatan pernapasan.
F. Tata Laksana
Dengan semakin canggihnya pameriksaan baik pemeriksaan radiologi
dan endoskopi, tatalaksana pasien dengan akut abdomen juga semakin luas
selain terapi farmakologi dan terapi bedah terapi endoskopi dan terapi
radiologi intervensi serta terapi melalui laparoskopi merupakan modalitas
yang biasa dilakukan pada pasien dengan akut abdomen. Beberapa keadaan
akut abdomen dimana tindakan operasi bukan merupakan pilihan utama
adalah pada pankreatitis biliaris akut dimana setelah terapi antibiotik yang
kuat drainage bilier melalui endoskopi harus dilakukan.
Keadaan dimana pendekatan radiologi menjadi pilihan pertama yaitu
pada abses hati dimana aspirasi abses melalui ultrasonografi abdomen harus
dilakukan bersamaan dengan terapi antibiotik.
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut abdomen
adalah menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus
dilakukan tindakan operasi atau jika tindakan bedah tidak perlu dilakukan
segera kapan kasus tersebut harus dilakukan tindakan bedah.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil
keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin dan feses.Kadang perlu juga
dilakukan pemeriksaan Roentgen atau endoskopi.
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai
hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan
atau dehidrasi. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.
Hitung trombosit dan faktor koagulasi, selain diperlukan untuk persiapan
bedah, juga dapat membantu menegakkan kemungkinan demam berdarah
yang memberikan gejala mirip gawat perut.
Pemeriksaan laboratorium yang rutin perlu antara lain pemeriksaan
darah perifer dan urin lengkap. Pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan
antara lain amilase, lipase, elektrolik, gula darah dan ureum kreatinin.
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen
untuk memastikan adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau
paralisis usus. Pemeriksaan foto abdomen 3 posisi perlu dilakukan untuk
menentukan adanya tanda perforasi, ileus dan obstruksi usus. Selain itu, pada
foto polos abdomen juga dapat ditentukan adanya kalsifikasi pada pankreas,
fraktur tulang belakang dan adanya batu radiolusen pada kontur ginjal.
Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis kelainan hati, saluran empedu, dan pankreas. Apendisitis akut pun
dapat dipastikan dengan ultrasonografi sehingga dapat dihindari pembedahan
yang tidak perlu.
Pemeriksaan colon in loop, endoskopi saluran cerna dan CT scan
abdomen dilakukan sesuai dengan indikasi.
BAB III
Tehnik pemeriksaan
-. Aligment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis dan panggul baik
-. Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batas gambar
costae dan gas usus.
-. Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral muskulus psoas
dan processus transversus dari vertebra lumbal.
Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen 3 posisi, dengan hasil:
Tampak pre peritoneal fat baik
Tampak psoas line baik
Distribusi udara usus merata
Tidak tampak distensi udara usus
Tidak tampak air fluid level
Tidak tampak udara bebas cavum peritoneum
Kedua sinus costophrenicus tumpul
Kesan:
Tidak tampak kelainan foto abdomen
Daftar pustaka
1. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi
Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: The High Prevalenceof Pain in Emergency Medicalcare. Am
J Emerg Med 20:165-169, 2002.
3. Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New York.
Mcgrawhill companies.
4. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg MedClin
North Am 19:123-136, 2001.
5. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
7. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.