Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

ABDOMINAL PAIN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Radiologi RSUD Tjirowardjojo

Disusun Oleh :
RIZAL ARIEF WIBOWO
20184010147

Pembimbing :
dr. Tuti Widowati, Sp. Rad

SMF RADIOLOGI
RSUD TJITROWARDOJO PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

ABDOMINAL PAIN

Telah disetujui pada tanggal 2019

Oleh :

Pembimbing Kepaniteraan Klinik Radiologi

dr. Tuti Widowati, Sp. Rad


BAB I

LAPORAN KASUS

Nama : Tn. Catur Wahyu Widayat

Usia : 44 tahun

Alamat : Kaliurip RT 02 RW 01 Bener Purworejo

Status : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

ANAMNESIS

Keluhan utama :

- Pasien datang ke IGD RSUD Tjitrowardjojo dengan keluhan perut kaku sejak 2 hari
yang lalu, tidak bisa flatus, BAB (-), pinggang terasa sakit.

Riwayat penyakit sekarang :

- Pasien datang ke IGD RSUD Tjitrowardjojo dengan keluhan perut kaku dan terasa
nyeri, tidak bias flatus, BAB (-), mual (-), muntah (-).

Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat Hipertensi, DM, dan penyakit jantung-paru disangkal. Pasien tidak pernah
mengalami hal serupa sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga :

- Keluarga tidak memiliki penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi dan
penyakit sistem cardiovaskular.

Riwayat personal sosial :


- Pasien belum pernah memiliki riwayat jatuh / trauma saat bekerja sebelumnya

ANAMNESIS SISTEM
a. Sistem saraf pusat : pusing (-), nyeri kepala (-)
b. Sistem integumentum : BAB (-), Flatus (-)
c. Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
d. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (+)
e. Sistem urinaria : BAK normal tidak ada keluhan
f. Sistem respiratori : sesak nafas (-), batuk (-)
g. Sistem cardiovascular : berdebar-debar (-)
PRIMARY SURVEY
a. Aiway : Jalan nafas clear, tidak ada sumbatan, berbicara lancar
Look : Jejas (-) tampak kesakitan
Listen : Suara vesikuler normal +/+
Feel : Nyeri tekan daerah abdomen (+)
b. Breathing : Frekuensi nafas 20x/m
c. Circulation : TD: 118/61, nadi (71x/m)

PEMERIKSAAN FISIK :
Kesan umum : Kesakitan
Kesadaran : Compos mentis , E4V5M6
Vital sign : Tekanan darah : 118/61 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 71 x /menit
Suhu : 37 C
Pemeriksaan kepala :
- Mata : pupil : isokor 3mm/3mm
CA (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Telinga : secret (-), perdarahan (-)
- Hidung : secret (-), epistaksis (-)
Pemeriksaan leher :
Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembengkakan
Kelenjar limfonodi : tidak ditemukan pembengkakan
Trachea : tidak ditemukan kelainan

Pemeriksaan thorax :
- Inspeksi : Jejas (-) pergerakan dada tidak simetris, ketinggalan gerak kanan (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-)
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-) ronkhi (-)
Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : Distensi (-), jejas (-) benjolan (-)
- Auskultasi : BU (+) menurun
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (+), abdomen supel, tidak teraba massa

Diagnosis sementara:
Abdominal Pain
Diagnosis banding:
Gastritis

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah


PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HB 13,9 gr/dL 13,2 – 17,3
AL (Angka Leukosit) 14,3 (H) ribu/ul 3,8 – 10,6
AE (Angka Eritrosit) 5,0 juta/ul 4,40 – 5,90
AT (Angka Trombosit) 314 ribu/ul 150-450
HMT (Hematokrit) 43 % 40 -52
MCV 85 80 – 100
MCH 28 26 – 34
MCHC 33 32 – 36
DIFFERENTIAL COUNT
Neutrofil 68,70 % 50 – 70
Limfosit 21,20(L) % 25 – 40
Monosit 8,70 (H) % 2–8
Eosinofil 1,0 (L) % 2.00 – 4.00
Basofil 0,40 % 0–1
Kimia klinik
Gula Darah sewaktu 83 mg/dL 74 – 106
Ureum 25,1 10-50
Creatinin 1,02 0,62-1,01
Sero Imunologi
HbsAg Negative

Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen 3 posisi, dengan hasil:
Tampak pre peritoneal fat baik
Tampak psoas line baik
Distribusi udara usus merata
Tidak tampak distensi udara usus
Tidak tampak air fluid level
Tidak tampak udara bebas cavum peritoneum
Kesan:
Tidak tampak kelainan foto abdomen
Farmakoterapi
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ketorolac 2x 30 mg / 8 jam
Injeksi Ranitidin 2x1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Abdominal Pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak
menyenangkan yang terasa di setiap region abdomen. Nyeri abdomen akut biasanya
digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan atau durasi
pendek. Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu yang lama atau berulang/hilang timbul.

B. Anatomi dan Fisiologi

Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara thorax
dan pelvis. rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang terbentuk
dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk membantu
menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai adalah pembagian
abdomen oleh dua buah bidang bayangan horizontal dan dua bidang bayangan vertikal.
Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah
(regiones). Dua bidang diantaranya berjalan horizontal melalui setinggi tulang rawan
iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya
vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan hingga ke
pertengahan ligamentum inguinale. Regio abdomen tersebut adalah: 1) hypocondriaca
dextra, 2) epigastrica, 3) hypocondriaca sinistra, 4) lumbalis dextra, 5) umbilical, 6)
lumbalis sinistra, 7) inguinalis dextra, 8) pubica/hipogastrica, 9) inguinalis sinistra.

1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung empedu, sebagian
duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar suprarenal
kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian dari
hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri, sebagian
jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter
kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
Dengan mengetahui proyeksi organ intra-abdomen tersebut, dapat
memprediksi organ mana yang kemungkinan mengalami cedera jika dalam
pemeriksaan fisik ditemukan kelainan pada daerah atau regio tersebut.
Untuk kepentingan klinis rongga abdomen dibagi menjadi tiga regio yaitu :
rongga peritoneum, rongga retroperitoneum dan rongga pelvis. rongga pelvis
sebenarnya terdiri dari bagian dari intraperitoneal dan sebagian retroperitoneal. Rongga
peritoneal dibagi menjadi dua yaitu bagian atas dan bawah. rongga peritoneal atas, yang
ditutupi tulang tulang toraks, termasuk diafragma, liver, lien, gaster dan kolon
transversum. Area ini juga dinamakan sebagai komponen torako-abdominal dari
abdomen. Sedangkan rongga peritoneal bawah berisi usus halus, sebagian kolon
ascenden dan descenden, kolon sigmoid, caecum, dan organ reproduksi pada wanita.
Rongga retroperitoneal terdapat di abdomen bagian belakang, berisi aorta
abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar duodenum, pancreas, ginjal, dan ureter,
permukaan paskaerior kolon ascenden dan descenden serta komponen retroperitoneal
dari rongga pelvis. Sedangkan rongga pelvis dikelilingi oleh tulang pelvis yang pada
dasarnya adalah bagian bawah dari rongga peritoneal dan retroperitoneal. Berisi
rektum, kandung kencing, pembuluh darah iliaka, dan organ reproduksi interna pada
wanita.
C. Klasifikasi Abdominal Pain
a. Nyeri Yang Berasal Dari Perut
Inflamasi peritoneum parietal
-. Kontaminasi bakterial : Appendisitis yang mengalami perforasi, penyakit
radang pelvis
-. Iritasi kimiawi : Tukak yang mengalami perforasi, pankreatitis

Obstruksi mekanis visera berongga


-. Obstruksi usus kecil dan besar
-. Obstruksi percabangan bilier
-. Obstruksi ureter
Gangguan vaskuler
-. Embolisme atau trombosis
-. Pecahnya vaskuler
-. Tekanan atau penyumbatan akibat torsi
Dinding perut
-. Distorsi dan traksi mesenterium
-. Trauma atau infeksi otot-otot
Distensi permukaan viseral
-. Perdarahan hati atau kapsula ginjal
b. Nyeri Alih Bersumber di luar Abdomen
Thorax
-. Infark miokard akut
-. Miokarditis, endokarditis, dan perikarditis
-. Gagal jantung kongestif
-. Pneumonia
-. Emboli paru
-. Pneumothorax
-. Emfisema
-. Penyakit esofagus, spasme, ruptur, peradangan
Genitalia
-. Torsio testis
c. Kausa Metabolik
-. Diabetes
-. Uremia
-. Hiperlipidemia
-. Hiperparatiroidisme
-. Insifisiensi adrenal akut
d. Kausa Neurologi/Psikiatri
-. Herpes zoster
-. Radikulitis karena infeksi atau atritis
-. Kompresi tulang belakang atau serabut saraf
-. Gangguan fungsional
-. Gangguan psikiatri
e. Kausa Racun
-. Keracunan timbal
-. Gigitan serangga atau hewan lain (Laba-laba, gigitan ular)
f. Mekanisme Lain
-. Penggunaan narkoba
-. Heat stroke

D. Patofisiologi
a) Peradangan pada peritoneum parietal

Nyeri inflamasi peritoneum parietal bersifat tetap dan sakit dan terletak
langsung pada daerah yang meradang, reference-nya yang tepat adalah mungkin
karena nyeri ini diteruskan oleh saraf-saraf somatik yang memasok peritoneum
parietal. Intensitas nyerinya bergantung pada tipe dan jumlah substansi asing
yang terpapar pada peritoneum parietal selama periode waktu tertentu. Misalnya,
pelepasan mendadak sejumlah kecil cairan asam lambung steril kedalam rongga
peritoneum menyebabkan lebih banyak nyeri daripada sejumlah sama bahan
fekal netral yang amat tercemar. Cairan pankreas yang aktif secara enzimatik
menimbulkan lebih banyak nyeri dan inflamasi daripada yang ditimbulkan
sejumlah sama empedu steril yang tidak mengandung enzim yang poten. Darah
dan air kemih sering demikian lunak sehingga tidak terdeteksi jika keterpaparan
peritoneum tidak terjadi secara mendadak dan masif.Pada kasus kontaminasi
bacterial, seperti ada penyakit peradangan pelvis, nyerinya sering rendah
intensitasnya pada permulaan/ dini penyakit sampai pelipatgandaan bakteri telah
menyebabkan perluasan substansi yang mengganggu. Sedemikian pentingnya
kecepatan bahan yang mengganggu itu mengenai peritoneum sehingga kasus
pecahnya ulkus peptikum bisa dikaitkan dengan gambaran klinis yang sama
sekali berbeda bergantung pada kecepatan cairan lambung memasuki rongga
peritoneal.
Nyeri inflamasi peritoneal tanpa kecuali dititikberatkan oleh tekanan atau
perubahan regangan peritoneum, apakah ditimbulkan oleh palpasi atau gerakan,
seperti pada batuk-batuk atau bersin. Sebagai akibatnya, pasien peritonitis
berbaring diam-diam ditempat tidur, lebih suka menghindarkan gerakan,
kebalikannya dengan pasien dengan kolik, yang mungkin mengeliat tanpa putus-
putus.
Ciri karakteristik lain dari iritasi peritoneal adalah spasme refleks tonik pada
abdomen, yang terbatas pada segmen tubuh yang terlibat. Intensitas spasme otot
yang tonik menyertai inflamasi peritoneal bergantung pada lokasi proses
peradangan, kecepatannya berkembang, dan integritas system nervosa. Spasme
pada suatu apendiks retrosekal yang mengalami perforasi atau ulkus yang
berperforasi ke dalam kavum peritoneum minor (lesser peritoneal sac) mungkin
minimal atau absen karena efek protektif dari visera yang menindihnya. Seperti
pada nyeri inflamasi peritoneal, suatu proses yang berkembang secara perlahan
sering sangat melemahkan derajat spasme otot. Kegawatan abdomen yang
katastrofik seperti suatu ulkus yang mengalami perforasi telah berulang
dihubungkan dengan nyeri yang minimal atau kadang tidak ada nyeri yang dapat
dideteksi atau spasme otot pada pasien lemah, tua, sakit gawat, debil atau pasien
psikotik.

b) Obstruksi visera berongga

Nyeri obstruksi visera abdominal berongga (hollow) secara klasik dilukiskan


sebagai intermitten, atau seperti abdomen mulas, kolik. Akan tetapi tidak adanya
sifat kejang hendaknya tidak menyesatkan, karena dilatasi satu visera berongga
dapat menyebabkan nyeri yang tetap dengan eksaserbasi yang hanya kadang-
kadang. Walaupun penentuan lokasinya tidak semudah nyeri inflamasi
peritoneum parietal, tetap dapat dibuat pedoman umum mengenai
penyebarannya.
Nyeri kolik karena obstruksi usus halus biasanya periumbilikal atau
supraumbilikal dan tidak terlokalisasi dengan baik. Jika usus melebar dengan
progresif dengan menghilangnya tonus otot sifat kolik dari nyeri menjadi kurang
nyata. Dengan tambahan strangulasi usus obstruksi, nyeri dapat menjalar ke
daerah lumbal bawah jika terdapat tarikan pada pangkal mesenterium. Nyeri
kolik pada obstruksi kolon kurang intensitasnya dibandingkan dengan nyeri usus
halus dan sering terletak pada daerah infraumbilikal. Radiasi nyeri ke daerah
lumbal adalah umum pada obstruksi kolon.
Distensi mendadak percabangan bilier menyebabkan suatu nyeri yang tetap
daripada yang tipe kolik. Maka istilah kolik bilier dapat menyesatkan. Distensi
kandung empedu yang akut biasanya menyebabkan nyeri pada kuadran atas
kanan dengan radiasi ke daerah posterior kanan toraks, atau ujung scapula dan
distensi duktus koledukus komunis sering berhubungan dengan nyeri pada
epigastrium yang menjalar ke bagian atas daerah lumbal. Walaupun demikian
biasanya terdapat variasi yang cukup besar sehingga diferensiasi diantara kedua
distensi ini agaknya tidak mungkin. Nyeri subskapula yang tipikal atau radiasi
lumbal sering tidak terdapat. Dilatasi percabangan bilier secara bertahap, seperti
pada karsinoma kaput (caput) pankreas mungkin tidak menyebabkan nyeri atau
hanya rasa sakit yang ringan pada epigastrium atau kuadran atas kanan. Nyeri
distensi duktus pankreatikus mirip dengan yang dilukiskan untuk distensi duktus
koledukus komunis tetapi, selain itu, amat sering bertambah nyeri dengan sikap
terlentang dan menghilang dengan posisi tegak lurus.
Obstruksi kandung kemih menyebabkan obstruksi suprapubik yang samar-
samar, biasanya intensitasnya rendah. Kegelisahan tanpa keluhan spesifik
tentang nyeri dapat merupakan tanda satu-satunya dari suatu kandung kemih
mengembung pada seorang pasien yang telah menjadi kurang akut (obtund).
Sebaliknya, obstruksi akut dari bagian intravesikular ureter dicirikan oleh nyeri
suprapubik dari sisi pinggang yang hebat, yang memencar ke penis, skrotum atau
permukaan dalam dari bagian atas paha. Obstruksi pertemuan uretropelvik
dirasakan sebagai nyeri pada sudut kostovertebra sedangkan obstruksi dari ureter
selebihnya berhubungan dengan nyeri pinggang yang sering meluas ke sisi yang
sama dari abdomen.

c) Gangguan vaskuler

Walaupun telah banyak pengalaman yang menunjukkan hal sebaliknya,


seringkali terjadi kekeliruan konsepsi bahwa nyeri yang berkaitan dengan
gangguan vaskuler intraabdominal bersifat mendadak dan katastrofik. Nyeri
embolisme atau thrombosis arteri mesenterika superior atau nyeri aneurisma
aorta abdominal yang akan pecah pasti lebih hebat dan difus. Namun sama
seringnya, pasien dengan penyumbatan arteri mesenterika superior hanya
mengalami nyeri ringan yang difus dan terus-menerus selama 2 atau 3 hari
sebelum kolaps vaskuler atau munculnya temuan inflamasi peritoneal. Tentu
saja, tiadanya nyeri tekan dan kekakuan pada adanya nyeri difus yang terus-
menerus pada seorang pasien yang mungkin sekali mempunyai penyakit
vaskuler adalah sangat khas untuk penyumbatan arteri mesenterika superior.
Nyeri abdomen dengan penjalaran ke daerah sakral, sisi pinggang (flank) atau
genitalia harus selalu menandai kemungkinan adanya suatu aneurisma aorta
abdominal yang pecah. Nyeri ini mungkin bertahan beberapa hari sebelum
terjadi rupture dan kolaps.

d) Dinding abdominal
Nyeri yang timbul dari dinding abdomen biasanya konstan dan sakit.
Pergerakan, berdiri lama, dan tekanan menambah perasaan nyeri itu dan spasme
otot. Pada kasus hematoma sarung (muskulus) rektus, kini yang paling sering
dijumpai dalam kaitan dengan terapi antikoagulan, suatu massa mungkin
terdapat pada kuadran bawah abdomen. Keterlibatan otot-otot secara serentak
pada bagian lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk membedakan miositosis
dinding abdomen dari suatu proses intraabdominal yang dapat menyebabkan
nyeri pada daerah yang sama.

e) Nyeri alih pada penyakit abdomen


Nyeri yang dirujuk ke abdomen dari dada, tulang belakang atau genitalia bisa
menjadi masalah diagnostik yang menjengkelkan, karena penyakit bagian atas
rongga abdomen seperti kolesistitis akut atau tukak yang berperforasi sering
berkaitan dengan komplikasi intratorakal. Suatu pernyataan yang paling penting,
namun sering dilupakan adalah bahwa kemungkinan penyakit intratorakal harus
dipertimbangkan pada setiap pasien dengan nyeri abdomen. Pengajuan
pertanyaan dan pemeriksaan sistemik yang diarahkan pada pendeteksian ada atau
tidak adanya infark miokard atau paru, pneumonia, perikarditis, atau penyakit
esophagus (penyakit intratorakal yang paling sering tersamar sebagai
kedaruratan abdominal) akan sering memberikan cukup petunjuk untuk
menegakkan diagnosis yang tepat. Pleuritis diafragmatika akibat pneumonia atau
infark paru dapat menyebabkan nyeri pada kuadran atas kanan dan nyeri pada
daerah supraklavikuler, radiasi yang disebut belakangan hendaknya dibedakan
dengan tegas dari nyeri subskapula yang dirujuk yang disebabkan distensi
percabangan billier ekstrahepatik.Keputusan akhir mengenai asal nyeri
abdominal mungkin membutuhkan pengamatan seksama dan terencana untuk
suatu periode beberapa jam. Selama waktu itu, pertanyaan dan pemeriksaan
berulang-ulang akan memberikan penjelasan yang tepat.
Nyeri alih yang berasal dari toraks sering disertai dengan splinting pada
hemitoraks bersangkutan dengan kesenjangan pernapasan dan berkurangnya
ekskursi yang lebih terlihat dibandingkan yang ditemukan pada nyeri alih pada
penyakit intraabdominal. Selain itu, spsme otot abdominal yang nyata yang
disebabkan oleh nyeri alih akan berkurang pada waktu fase inspirasi, tetapi
persisten selama kedua fase pernapasan bila spasme itu berasal dari abdomen.
Palpasi pada daerah nyeri alih pada abdomen biasanya juga tidak menonjolkan
nyeri tersebut dan pada banyak contoh sebenarnya seperti meringankannya.
Seringnya koeksistensi penyakit toraks dan abdominal dapat menyesatkan dan
membingungkan, jadi diferensiasi mungkin sulit atau tidak mungkin.Misalnya
pasien dengan penyakit saluran empedu yang diketahui sering mengalami nyeri
epigastrik pada waktu infark miokard, atau kolik bilier mungkin dirasakan
didaerah prekordium atau bahu kiri pada seorang pasien yang sebelumnya
menderita karena angina pektoris.Untuk penjelasan mengenai radiasi nyeri ke
suatu daerah yang sebelumnya berpenyakit.
Nyeri alih dari spina, yang biasanya mencakup kompresi atau perangsangan
radiks saraf, ditandai dengan peningkatan nyeri pada pergerakan tertentu seperti
batuk, bersin atau peregangan otot dan berkaitan dengan hiperestesia pada
dermatom yang diinervasinya. Nyeri yang menjalar ke abdomen dari testis atau
vesika seminalis umumnya timbul bila organ tersebut ditekan.Nyeri abdomen
bersifat tumpul dan sukar ditentukan letaknya.

f) Krisis metabolik abdominal


Nyeri yang asalnya metabolik dapat merangsang hampir semua penyakit
intraabdominal tipe lainnya.Disini beberapa mekanisme mungkin berperan. Pada
kasus-kasus tertentu, seperti hiperlipemia, penyakit metabolik sendiri dapat
disertai suatu proses intraabdominal seperti pankreatitis, yang dapat
menyebabkan laparotomy yang tidak perlu kecuali kalau dikenali. Defisiensi CI
esterase yang berhubungan dengan edema angioneurotik juga sering
berhubungan dengan episode nyeri abdomen yang hebat.Bilamana penyebab
nyeri abdomen tidak jelas, suatu sumber selalu harus dipertimbangkan.Nyeri
abdomen juga merupakan pertanda demam Mediteranian yang familial.
Problem diagnosis diferensial sering tidak mudah terpecahkan. Nyeri porfiria
dan kolik timah hitam biasanya sulit dibedakan dari nyeri obstruksi intestinal,
karena hiperperistalsis yang merupakan ciri mencolok dari keduanya. Nyeri
uremia atau diabetes tidak spesifik sedangkan nyeri atau nyeri tekannya sering
berubah lokasi dan intensitasnya. Asidosis diabetik dapat dicetuskan oleh
apendisitis akut atau obstruksi intestinal. Jadi, jika resolusi nyeri abdominal tidak
cepat terjadi sebagai hasil dari koreksi kelainan-kelainan metabolik, seharusnya
sungguh-sungguh dicurigai suatu problem organik yang mendasarinya. Gigitan
black widow spider menyebabkan nyeri yang hebat dan kekuatan kekuatan otot-
otot abdomen dan otot-otot punggung, suatu daerah yang jarang terlibat pada
penyakit yang asalnya intraabdominal.

g) Penyebab neurogenik
Nyeri kausalgik (Causalgic) mungkin terdapat pada cedera saraf tipe sensoris.
Nyeri ini mempunyai karakter rasa seperti terbakar dan biasanya terbatas pada
distribusi suatu saraf perifer. Rangsangan normal seperti sentuhan atau
perubahan suhu dapat berubah menjadi nyeri jenis ini, yang juga sering terdapat
pada seorang pasien dalam keadaan istirahat. Suatu temuan yang bermanfaat
adalah demonstrasi bahwa tempat-tempat nyeri kutaneus kini berspasi secara
tidak teratur, dan ini mungkin merupakan indikasi satu-satunya dari suatu lesi
saraf tua yang mendasari nyeri kausalgik. Sekalipun nyeri itu dapat dicetuskan
oleh palpasi yang lembut, kekakuan otot-otot abdomen tidak terdapat, dan
pernapasan tidak terganggu. Penggelembungan abdomen tidak biasa dan nyeri
itu tidak berhubungan dengan masuknya makanan.
Nyeri yang berasal dari saraf spinalis atau radiks saraf hilang timbul dengan
cepat dan terasa menusuk. Nyeri ini dapat disebabkan oleh herpes zoster,
menyertai artritis, tumor, herniasi nucleus pulposus, diabetes atau sifilis.Sekali
lagi, nyeri ini tidak dihubungkan dengan makanan, distensi abdomen, atau
perubahan pernapasan. Spasme otot berat, seperti pada krisis lambung tabes
dorsalis, sering terjadi tetapi menghilang atau tidak bertambah dengan
penekanan abdomen. Nyeri bertambah parah dengan pergerakan spina dan
biasanya hanya terasa pada beberapa dermatom saja. Hiperestesia juga sering
terjadi.
Nyeri psikogenik tidak satupun yang sesuai dengan para pasien penyakit
tersebut di atas. Disini mekanismenya sulit diberi definisi. Problem yang paling
umum ialah remaja atau orang muda yang histeris yang menderita nyeri
abdomen dan orang yang harus kehilangan usus buntu atau organ lain karena itu.
Ovulasi atau beberapa peristiwa alami lain yang menyebabkan nyeri abdomen
ringan yang singkat kadang-kadang dialami sebagai malapetaka abdominal.
Jenis dan lokasi nyeri psikogenik amat beragam tapi biasanya tidak ada
hubungannya dengan makanan. Awitannya kerap terlihat nyata pada malam hari.
Mual dan muntah jarang ditemukan walaupun kadang-kadang pasien melaporkan
gejala-gejala ini. Spasme jarang timbul pada otot-otot abdomen dan jika terjadi,
tidak menetap, khususnya jika perhatian pasien dapat dialihkan.Nyeri tekan
setempat jarang, dan jika ditemukan, kejang otot pada daerah itu tidak konsisten
dan sering tidak ada. Pembatasan kedalaman pernapasan adalah kelainan
pernapasan yang paling umum, tetapi ini berwujud dalam rasa tercekik atau
tersedak dan merupakan bagian dari keadaan cemas. Pembatasan ini terjadi
karena tidak adanya thoracic splinting atau karena terjadinya perubahan pada
kecepatan pernapasan.

E. Diagnosis
Dalam anamnesis penderita gawat abdomen, perlu ditanyakan dahulu
permulaan timbulnya nyeri (kapan mulai, mendadak atau berangsur), letaknya
(menetap, pindah atau beralih), keparahannya dan sifatnya (seperti ditusuk,
tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik), perubahannya (bandingkan dengan
permulaan), lamanya, apakah berkala, dan faktor apakah yang
mempengaruhinya (adakah yang memperingan atau memberatkan seperti
sikap tubuh, makanan, minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, miksi).
Harus ditanyakan apakah pasien pernah mengalami nyeri seperti ini.
Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk
peritoneum viseral (nyeri viseral) atau peritoneum parietal atau dari otot,
lapisan dari dinding perut (nyeri somatik).Pada saat nyeri dirasakan pertama
kali, nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan terlokalisasi dan berbentuk
khas. Nyeri yang berasal dari organ padat kurang jelas dibandingkan myeri
dari organ yang berongga.Nyeri yang berasal dari viseral dan berlangsung akut
biasanya menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung berubah, pucat dan
berkeringat dan disertai fenomena viseral motor seperti muntah dan
diare.Biasanya pasien juga merasa cemas akibat nyeri yang ditimbulkan
tersebut.
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstruksi
usus tinggi, muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah hebat.
Sembelit (konstipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada
peritonitis umum.
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritonium. Jika ada
peradangan peritonium setempat, ditemukan tanda rangsang peritonium yang
sering disertai defans muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi, daur
haid dan gejala lain seperti keadaan sebelum diserang tanda gawat perut, harus
dimasukkan dalam anamnesis.
Seperti telah disebutkan diatas, anamnesis mengandung data kunci
yang dapat mengarahkan diagnosis gawat perut. Sifat, letak, dan perpindahan
nyeri merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah, kelainan
defekasi, dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskuler, dan perut
kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting.
Kadang ditemukan gawat perut dengan penderita yang langsung
pingsan. Pingsan dapat disebabkan oleh nyeri hebat seperti pada awal kolik
empedu, perforasi tukak peptik, obstruksi usus halus akut, perforasi akut
apendiks, kehamilan ektopik terganggu, dan pankreatitis akut. Dalam keadaan
ini, selalu harus dipikirkan kemungkinan perdarahan yang banyak.
(1) Kolik bilier, (2) perforasi tukak peptik duodenum, (3) perforasi tukak peptik
lambung, (4) pankreatitis akut, (5) obstruksi usus halus akut, (6) perforasi
apendisitis akut, (7) kehamilan ektopik terganggu

Sifat nyeri, cara timbulnya pada permulaan, dan perjalanan selanjutnya


sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Nyeri yang timbul mendadak dan
tidak tertahankan mungkin merupakan kolik ureter, kolik empedu, tanda infark
jantung, tanda perforasi tukak peptik atau rupture aorta abdominal. Nyeri
hebat yang timbul mendadak kemudian semakin hebat dapat disebabkan oleh
pankreatitis akut, thrombosis vena mesenterika, atau kehamilan ektopik yang
pecah.
Nyeri kolik, yang makin hebat dengan jeda antar serangan, selain
disebabkan oleh kolik ureter dan kolik saluran empedu, mungkin disebabkan
oleh pankreatitis (jarang), obstruksi usus halus, dan kolitis.

A. Nyeri hebat sekali : (1) kolik bilier, (2) infark jantung, (3) kolik ureter,
(4) perforasi tukak peptik, (5) ruptur aneurisma aorta.
B. Nyeri hebat yang makin berat : (1) pankreatitis akut, (2) trombosis v
mesenterika,(3) kehamilan ektopik.
C. Nyeri menetap : (1) kolesistitis akut, kolangitis akut, hepatitis akut, (2)
apendisitis akut, salpingitis akut (PID), (3) divertikulitis sigmoid,
salpingitis akut.
D. Kolik yang makin hebat : (1) awal pankreatitis (jarang), (2) kolitis
berat.
Nyeri yang beasal dari saraf spinalis atau radiks saraf hilang timbul
dengan cepat dan terasa menusuk. Nyeri ini dapat disebabkan oleh herpes
zoster, menyertai artritis, tumor, herniasi nucleus pulposus, diabetes atau
sifilis. Sekali lagi, nyeri ini tidak dihubungkan dengan makanan, distensi
abdomen, atau perubahan pernapasan. Spasme otot berat, seperti pada krisis
lambung tabes dorsalis, sering terjadi tetapi menghilang atau tidak bertambah
dengan penekanan abdomen. Nyeri bertambah parah dengan pergerakan spina
dan biasanya hanya terasa pada beberapa dermatom saja. Hiperestesia juga
sering terjadi.
Nyeri psikogenik tidak satupun yang sesuai dengan para pasien penyakit
tersebut di atas.Disini mekanismenya sulit diberi definisi. Problem yang paling
umum ialah remaja atau orang muda yang histeris yang menderita nyeri
abdomen dan orang yang harus kehilangan usus buntu atau organ lain karena
itu. Ovulasi atau beberapa peristiwa alami lain yang menyebabkan nyeri
abdomen ringan yang singkat kadang-kadang dialami sebagai malapetaka
abdominal.
Jenis dan lokasi nyeri psikogenik amat beragam tapi biasanya tidak ada
hubungannya dengan makanan. Awitannya kerap terlihat nyata pada malam hari.
Mual dan muntah jarang ditemukan walaupun kadang-kadang pasien melaporkan
gejala-gejala ini. Spasme jarang timbul pada otot-otot abdomen dan jika terjadi, tidak
menetap, khususnya jika perhatian pasien dapat dialihkan. Nyeri tekan setempat
jarang, dan jika ditemukan, kejang otot pada daerah itu tidak konsisten dan sering
tidak ada. Pembatasan kedalaman pernapasan adalah kelainan pernapasan yang
paling umum, tetapi ini berwujud dalam rasa tercekik atau tersedak dan merupakan
bagian dari keadaan cemas. Pembatasan ini terjadi karena tidak adanya thoracic
splinting atau karena terjadinya perubahan pada kecepatan pernapasan.

Keadaan Tanda klinis penting


Awal perforasi saluran Perut tampak cekung (awal), tegang, bunyi usus
cerna atau saluran lain kurang aktif (lanjut), pekak hati hilang, nyeri tekan,
defans muskuler
Peritonitis Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang (lanjut),
nyeri batuk, nyeri gerak, nyeri lepas, defans
muskuler, tanda infeksi umum, keadaan umum
merosot
Massa, infeksi atau Massa nyeri (abdomen, pelvis, rektal), nyeri tinju, uji
abses lokal (psoas), tanda umum radang
Obstruksi usus Distensi perut;peristalsis hebat (kolik usus) yang
tampak di dinding perut, terdengar (borborigmi), dan
terasa (oleh penderita yang bergerak); tidak ada
rangsangan peritoneum
Ileus paralitik Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang, tidak
ada nyeri tekan lokal. Pada iskemia/ strangulasi,
distensi tidak jelas (lama), bunyi usus mungkin ada,
nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas, jika kena
usus mungkin keluar darah dari rectum, tanda toksis
Perdarahan Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika
aneurisma aorta, nyeri tekan lokal pada kehamilan
ektopik, cairan bebas (pekak geser), anemia

F. Tata Laksana
Dengan semakin canggihnya pameriksaan baik pemeriksaan radiologi
dan endoskopi, tatalaksana pasien dengan akut abdomen juga semakin luas
selain terapi farmakologi dan terapi bedah terapi endoskopi dan terapi
radiologi intervensi serta terapi melalui laparoskopi merupakan modalitas
yang biasa dilakukan pada pasien dengan akut abdomen. Beberapa keadaan
akut abdomen dimana tindakan operasi bukan merupakan pilihan utama
adalah pada pankreatitis biliaris akut dimana setelah terapi antibiotik yang
kuat drainage bilier melalui endoskopi harus dilakukan.
Keadaan dimana pendekatan radiologi menjadi pilihan pertama yaitu
pada abses hati dimana aspirasi abses melalui ultrasonografi abdomen harus
dilakukan bersamaan dengan terapi antibiotik.
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut abdomen
adalah menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus
dilakukan tindakan operasi atau jika tindakan bedah tidak perlu dilakukan
segera kapan kasus tersebut harus dilakukan tindakan bedah.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil
keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin dan feses.Kadang perlu juga
dilakukan pemeriksaan Roentgen atau endoskopi.
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai
hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan
atau dehidrasi. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.
Hitung trombosit dan faktor koagulasi, selain diperlukan untuk persiapan
bedah, juga dapat membantu menegakkan kemungkinan demam berdarah
yang memberikan gejala mirip gawat perut.
Pemeriksaan laboratorium yang rutin perlu antara lain pemeriksaan
darah perifer dan urin lengkap. Pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan
antara lain amilase, lipase, elektrolik, gula darah dan ureum kreatinin.
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen
untuk memastikan adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau
paralisis usus. Pemeriksaan foto abdomen 3 posisi perlu dilakukan untuk
menentukan adanya tanda perforasi, ileus dan obstruksi usus. Selain itu, pada
foto polos abdomen juga dapat ditentukan adanya kalsifikasi pada pankreas,
fraktur tulang belakang dan adanya batu radiolusen pada kontur ginjal.
Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis kelainan hati, saluran empedu, dan pankreas. Apendisitis akut pun
dapat dipastikan dengan ultrasonografi sehingga dapat dihindari pembedahan
yang tidak perlu.
Pemeriksaan colon in loop, endoskopi saluran cerna dan CT scan
abdomen dilakukan sesuai dengan indikasi.

BAB III

PEMBAHASAN ASPEK RADIOLOGI

Lampiran foto Radiologi pasien:


A. FOTO POLOS ABDOMEN

Macam-macam pemeriksaan foto polos abdomen :

a. Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana, tanpa persiapan : Foto polos abdomen tanpa


persiapan dimana terutama melihat gambaran distribusi dari gas dalam usus serta
kelainannya.

b. Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana dengan persiapan sebelumnya : Dikerjakan


terutama bila nantinya diperkirakan akan ada gangguan dari hasil foto bila kondisi
penderita belum memenuhi syarat, yaitu :Foto polos abdomen melihat saluran kencing
(BNO atau KUB) dalam hal ini kotoran dalam usus sangat mengganggu hasil foto
sehingga harus dibersihkan sebelumnya. Foto polos abdomen dengan persiapan untuk
melihat keadaan ginjal dan salurannya serta bagian belakang abdomen, sehingga
harus membersihkan sisa makanan (faecal material) dari usus yang akan menganngu
gambaran di film. Sehingga diperlukan penanganan sebelum pemeriksaan dengan
mempersiapkan penderita dengan makanan yang bebas serat selama beberapa hari,
kemudian dibersihkan dengan pencahar agar kotoran makanan dalam usus dapat
keluar sehingga usus akan bersih dari kotoran sisa makanan/faecal material yang
menutupi.

Tehnik pemeriksaan

Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :

a. Posisi AP Supine, sinar arah vertikal dengan kriteria hasil :

-. Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis pubis

-. Aligment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis dan panggul baik

-. Processus spinosus terletak di tengah dan crista iliaca terletak simetris

-. Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batas gambar
costae dan gas usus.

-. Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral muskulus psoas
dan processus transversus dari vertebra lumbal.

-. Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat pemeriksaan


b. Posisi Left Lateral Decubitus (LLD), proyeksi AP, sinar arah horizontal dengan hasil :

-. Gambaran udara, cairan di dalam atau di luar usus

-. Gambaran udara bebas di bawah diafragma

-. Gambaran cairan di rongga abdomen bawah atau di rongga pelvis

c. Posisi Setengah Duduk/Berdiri, proyeksi AP, sinar arah horizontal :

-. Udara bebas yang berletak antara hepar dengan dinding abdomen

-. Udara bebas antara pelvis dengan dinding abdomen

B. FOTO POLOS ABDOMEN (ABDOMINAL PAIN)

Intepretasi pembacaan radiologi pada pasien

Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen 3 posisi, dengan hasil:
Tampak pre peritoneal fat baik
Tampak psoas line baik
Distribusi udara usus merata
Tidak tampak distensi udara usus
Tidak tampak air fluid level
Tidak tampak udara bebas cavum peritoneum
Kedua sinus costophrenicus tumpul
Kesan:
Tidak tampak kelainan foto abdomen
Daftar pustaka

1. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi
Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: The High Prevalenceof Pain in Emergency Medicalcare. Am
J Emerg Med 20:165-169, 2002.

3. Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New York.
Mcgrawhill companies.

4. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg MedClin
North Am 19:123-136, 2001.

5. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS

6. R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.

7. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai