Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Tiada kata terindah yang dapat penulis sampaikan, selain ucapan


alhamdulillah hirrobil alaamiin dengan rasa penuh syukur ke hadirat Allah SWT,
karena dengan Rahmat dan Hidayahnya serta pertolongan-Nya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Adapun tujuan dari pembuatan tugas ini adalah semata-mata unuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Public Financial Management yang
berjudul Prinsip Pokok Struktur Anggaran. Dalam kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-beseranya kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Harapan kami selaku penulis, mudah-mudahan tugas ini nantinya dapat
berguna dan bermanfaat khususnya bagi kami, Fakultas Ekonomi Program Studi
Akuntansi Universitas Islam Lamongan, dan kalangan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu segala saran dan kritik yang sifarnya membangun sangat penulis
harapakan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua. Amien

Penyusun
PRINSIP POKOK STRUKTUR ANGGARAN

A. Definisi Prinsip
Prinsip, menurut KBBI, kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir dan
bertindak. Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum
maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/kelompok sebagai sebuah
pedoman untuk berpikir atau bertindak.
Dualisme pendapat :
1. Asas = Prinsip
2. Asas ≠ Prinsip, Asas diperlukan guna menjamin terselenggaranya prinsip.
B. Prinsip – Prinsip Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2002) :
1. Otorisasi oleh legislatif
Angggaran publik harus mendapatkan otorisasi (pemberian kuasa) dari
legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan
anggaran tersebut.
2. Komprehensif
Komprehensif adalah catatan anggaran yang bersifat menyeluruh/
penyusunan rencana anggaran secara keseluruhan Manfaat pendekatan
secara sistematis terhadap kebijaksanaan manajemen, mudah diadakannya
evaluasi tujuan akhir kinerja pemerintah secara kualitatif, dan membantu
fungsi pengawasan yang lebih dinamis Anggaran harus menunjukkan
semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah, secara terinci.
3. Keutuhan Anggaran
Semua pendapatan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum (general fund). Dana Umum, di pemerintahan AS keperluan umum
pemerintah, selain membiayai proyek pembangunan dan utang pemerintah
4. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukan cadangan yang
tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-
kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan
munculya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
5. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dan bersifat tahunan
maupun multi tahunan. UU 17/2003 Pasal 4 “Tahun anggaran meliputi
masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.”
6. Nondiscretionary Appropriation
Discreationary yaitu kebebasan untuk menentukan Appropriation
(pemberian). Artinya pembuat anggaran tidak serta merta bisa seenaknya
bebas menentukan untuk apa pembagian peruntukan dana yang telah
dikuasakan kepadanya. Jumlah yang akhirnya nanti disetujui oleh dewan
legislatif ini harus benar-benar ditekankan agar termanfaatkan secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
7. Jelas
Anggaran hendaknya jelas terinci namun sederhana, dapat dipahami
masyarakat, dan tidak membingungkan.
8. Diketahui Publik.
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas. Berkaitan
diberlakukannya UU 14/2008 ttg Keterbukaan Informasi Publik Pasal 2
(1) “Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap
Pengguna Informasi Publik.” (2) “Informasi Publik yang dikecualikan
bersifat ketat dan terbatas.” Keuangan publik salah satu informasi publik.

C. Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara


Menurut UU 17/2003, setiap penyelenggara negara wajib mengelola keuangan
negara secara :
1. Tertib, proses pengelolaan keuangan negara yang meliputi perencanaan,
penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan pertanggung-jawaban harus
dilakukan secara tertib sesuai prosedur dan mekanisme yang ditetapkan
2. Taat pada peraturan perundang-undangan
3. Efisien, pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu
atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu
4. Ekonomis, merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah
5. Efektif, pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan,
yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil
6. Transparan, prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan daerah
7. Bertanggung jawab, wujud kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
8. Keadilan, keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya
dan/keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan
yang objektif
9. Kepatutan, tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan
proporsional.

D. Prinsip Pengelolaan Anggaran


Menurut Shafritz & Russel dalam Bastian (2006)
1. Demokratis, anggaran negara (pusat & daerah) baik berkaitan dengan
pendapatan maupun pengeluaran, harus ditetapkan melalui suatu proses
yang mengikutsertakan unsur masyarakat, harus dibahas dan mendapat
persetujuan lembaga perwakilan rakyat
2. Adil, harus diarahkan untuk kepentingan orang banyak dan secara
proporsional, dialokasikan bagi semua kelompok masyarakat sesuai
kebutuhannya
3. Transparan, proses perencanaan, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban
harus diketahui tidak saja oleh wakil rakyat, tetapi juga oleh masyarakat
umum.
4. Bermoral tinggi, pengelolaan anggaran harus berpegang pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan juga senantiasa mengacu pada
etika dan moral yang tinggi
5. Berhati-hati, arus dana dilakukan secara berhati-hati, karena sumber daya
terbatas dan mahal. Hal ini serasa makin penting jika dikaitkan dengan
unsur hutang Negara
6. Akuntabel, harus dapat dipertanggungjawabkan setiap saat secara intern
maupun ekstern kepada rakyat.
STRUKTUR ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD)

A. Struktur Anggaran

APBD

PENDAPATAN BELANJA PEMBIAYAAN


DAERAH DAERAH DAERAH

PAD BELANJA TIDAK PENERIMAAN


LANGSUNG PEMBIAYAAN
1. Pajak Daerah 1. Belanja provinsi 1. Sisa lebih
2. Retribusi Daerah perhitungan
2. Bunga
3. Hasil penjualan anggaran TA
kekayaan daerah 3. Subsidi sebelumnya
yang dipisahkan (SiLPA)
4. Lain-lain 4. Hibah 2. Pencairan dana
pendapatan asli 5. Bantuan sosial cadangan.
daerah yang sah. 3. Hasil penjualan
6. Belanja bagi hasil kekayaan daerah
DANA
yang disahkan.
PERIMBANGAN 7. Bantuan 4. Penerimaan
1. Dana bagi hasil keuangan pinjaman daerah.
2. Dana alokasi 5. Penerimaan
umum 8. Belanja tidak kembali pemberian
3. Dana alokasi pinjaman.
terduga.
khusus 6. Penerimaan
LAIN-LAIN piutang daerah.
BELANJA
PENDAPATAN LANGSUNG PENGELUARAN
DAERAH YANG PEMBIAYAAN
SAH
1. Pembentukan dana
1. Hibah tidak 1. Belanja pegawai cadangan.
mengikat
2. Dana daruurat dari 2. Penyertaan modal
pemerintah 2. Belanja barang
(investasi)
3. Dana bagi hasil
pajak dari prov ke dan jasa pemerintah daerah.
kabupaten/kota.
4. Dana penyesuaian 3. Pembayaran pokok
3. Belanja modal
dan dana otonomi hutang
khusus
5. Bantuan keuangan 4. Pemberian
dari prov atau dari pinjaman
pemerintahan
daerah lainnya.
B. Penjelasan

1. Pendapatan Asli Daerah

Adalah pendapatan yang diperoleh daerah berdasarkan peraturan daerah


sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana
guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya.
PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah.

 Pajak Daerah adalah pungutan yang dilakukan pemerintahan


daerah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pajak
daerah ini dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu pajak daerah
yang pengolahannya dan penggunaanya diserahkan ke daerah.

 Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran


atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan.

 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan adalah


penerimaan yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang terdiri dari
bagian laba Perusahaan Daerah Air Minum, bagian laba lembaga
keuangan bank, bagian laba lembaga keuangan non bank, bagian
laba perusahaan milik daerah lainnya, dan bagian laba atas
penyertaan modal/investasi kepada pihak ketiga.

 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah meliputi hasil


penjualan kekayaan daerah yang tidak dapat dipisahkan, jasa giro,
pendapatan bunga dan komisi, potong ataupun bentuk lain sebagai
akibat penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah.

2. Dana Perimbangan

Adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dalokasikan


kepada Daerah untuk menandai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi. Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Dana perimbangan terdiri dari :
 Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka
persentase untuk menandai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil bersumber dari pajak
dan sumber daya alam.

 Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari


pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tuuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

 Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari


pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

3. Lain-Lain Pendapatan yang Sah

 Hibah Tidak Mengikat diartikan bahwa pemberian hibah tersebut


ada batas akhirnya tergantung pada kemampuan keuangan daerah
dan kebutuahan atas kegiatan tersebut dalam menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hibah berasal dari
pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga, organisasi
swasta dalam negeri, kelompo masyarakat/perorangan, dan
lembaga luar negeri yang tidak memikat.

 Dana Darurat Dari Pemerintah adalah dana yang berasal dari


APBN yang dialokasikan kepada daerah yang mengalami bencana
nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Dana
darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban atau
kerusakan akibat bencana ala. Pemerintah mengalokasikan Dana
Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang
diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa
yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan
sumber APBD.

 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi ke Kabupaten atau Kota


Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota
kepda pemerintahan desa atau pendapatan pemerintahan daerah
tertentu kepada pemerintahan daerah lainnya pada APBD
memperhitungkan rencana pendapatan pada Tahun Anggaran 2011,
sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2011 yang belum
direalisasikan kepada pemerintah daerah dan menjadi hak
pemerintah kabupaten/kota atau pemerintahan desa ditapung dalam
Perubahan APBD Tahun Anggraran 2012.

 Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus adalah dana yang


dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu
daerah, sebagaimana ditetapkan dalamUndang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Papua, dan
penyesuaian otonomi khusus bagi provinsi yang menerima DAU
lebih kecil dari tahun anggaran sebelumnya.

 Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau Dari Pemerintah


Daerah Lainnya pemerintah provinsi atau pemerintahan
kabupaten/kota dapat menganggarkan bantuan keuangan kepada
pemerintah daerah lainnya dan kepada desa yang didasarkan pada
pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiscal, membantu
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia
alokasi dananya, sesuai kemampuan keuangan masing-masing
daerah. Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan
bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan
untuk mengatasi kesenjangan fiscal dengan menggunakan formula
antara lain variable : pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah
penduduk miskin, dan luas wilayah yang ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah. Bantuan keuangan yang bersifat khusus
digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas
pemerintah daerah/desa penerima bantuan keuangan sesuai dengan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan.
Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan
terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.

4. Belanja Tidak Langsung

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006


Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kelompok Belanja
Tidak Langsung terdiri dari :

 Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk


gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan
kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

 Belanja Bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran


bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal
outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
 Belanja Subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya
produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produki/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat
banyak. Belanja subsidi dianggarkan sesuai dengan keperluan
prusahaan/lembaga penerima subsidi dalam peraturan daerah
tentang APBD yang peraturan pelaksanaanya lebih lanjut
dituangkan dalam peraturan kepala daerah.

 Belanja Hibah bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara


terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.

 Bantuan Sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian


bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat
yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bantuan sosial diberikan tidak secara terus menerus / tidak
berulang setian tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya.

 Belanja Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi


hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten /
kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah daerah
atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah
daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

 Bantuan Keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan


keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah
lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah
desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan
dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. Bantuan keuangan
yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan
sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima
bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan
pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah
pemberi bantuan.

 Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang


sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak
diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

5. Belanja Langsung
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, mengenai belanja
langsung yang terdapat dalam pasal 50, kelompok belanja langsung dari
suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja terdiri dari :

 Belanja Pegawai untuk pengeluaran Honorarium atau upah dalam


melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.

 Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran


pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12
bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kagiatan pemerintah daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/atau
pemakaian jasa mencakup belanja barang pakai habis,
bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan
bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parker,
sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan
peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian khusus dan hari-
hari tertentu,perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan
pemulangan pegawai.

 Belanja Modal dgunakan untuk pengeluaran yang dilakukan


dalam rangka pembelia / pengadaan atau pembangunan aset tetap
berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi
dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian / pengadaan
atau pembangunan aset tetap tak berwujud yang dianggarkan
dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset. Belanja
honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian /
pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkan
pada belanja modal dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau
belanja barang dan jasa.

6. Penerimaan Pembiayaan

 Sisa Lebih Pengeluaran Anggaran TA Sebelumnya (SiLPA) sisa


lebih perhitungan anggaran tahun anggarann sebelumnya (SiLPA)
mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan
dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan
daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan
penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai
dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan
lanjutan.
 Pencairan Dana Cadangan digunakan untuk menganggarkan
pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening
kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Jumlah yang
dianggarkan yaitu sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan
dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
berkenaan.

 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan digunakan


antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik
daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi
penyertaan modal pemerintah daerah.

 Penerimaan Pinjaman Daerah digunakan untuk menganggarkan


penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaan atas
penerimaan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun
anggaran berkenaan.

 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman digunakan untuk


menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah
lainnya.

 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman digunakan untuk


menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah
lainnya.

 Penerimaan Piutang Daerah digunakan untuk menganggarkan


penerimaan yang bersumber dari pelunasan piutang pihak ketiga,
seperti erupa penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah,
pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan
bank,lembaga keuangan bukan bank, dan penerimaan piutang
lainnya.

7. Pengeluaran Pembiayaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006


Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pengeluaran
Pembiayaan mencakup : pembentukan dana cadangan, penerimaan modal
(Investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian
pinjaman daerah.

 Dana Cadanganadalah dana yang disisihkan untuk menampung


kebutuhan yang memerlukan dana relative besar yang tidak dapat
dipenuhi dalam satu anggaran. Pemerintah daerah dapat
membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan yang
penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan
dalam satu tahun anggaran.pembentukan dana cadangan ditetapkan
dengan peraturan daerah. Peraturan daerah mencakup penetapan
tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang
akan dibiayai dari dana cadangan., besaran dan rincian tahunan
dana cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening
dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran
pelaksanaan dana cadangan. Investasi adalah penggunaan aset
untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, deviden,
royalty, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat.

 Investasi Pemerintah Daerah digunakan untuk menganggarkan


kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Investasi jangka pendek
merupakan investasi yang dapat segera diperjual belikan/dicairkan,
ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko rendah seta
dimiliki selama kurang dari 12 bulan. Investasi jangka panjang
antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam
rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian
surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada
suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli pemerintah daerah
untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri, surat
berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam
memenuhi kebutuhan kas jagka pendek.

 Pembayaran Pokok Utang didasarkan pada jumlah yang harus


dibayarkan sesuai dengan perjanjian pinjaman dan pelaksanaanya
merupakan prioritas utama dari seluruh kewajiban pemerintah
daerah yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran yang
berkenaan. Pembayaran pokok utang digunakan untuk
menganggarkan pembayaran kewajiaban atas pokok utang yang
dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka
menenga, dan jangka panjang.

 Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan


daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang
bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban
untuk membayar kembali. Pemberian pinjaman digunakan untuk
menganggarkan pinjaman yang diberikan pemerintah pusat
dan/atau pemerintah daerah lainnya. Penerimaan kembali
pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan posisi
penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pemerintah
pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai