TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan
tubuh tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi –substansi lain yang
yang tidak bersih, dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra, 2006).
Makanan sehat adalah makanan yang higienis dan bergizi, mengandung zat
hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen
diperlukan persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat,
cara penyimpanan yang benar, dan pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan
(Mukono, 2005).
(Chandra, 2006) :
1. Makanan sebagai sumber energi karena panas dapat dihasilkan dari makanan
jaringan tubuh yang baru, memelihara, dan memperbaiki jaringan tubuh yang
sudah tua.
3. Makanan sebagai zat pengatur karena makanan turut serta mengatur proses
masyarakat adalah bahan makanan yang akan diolah terutama yang mengandung
protein hewani seperti daging, susu, ikan/udang dan telur harus dalam keadaan
baik dan segar. Demikian pula bahan sayur harus dalam keadaan segar dan tidak
rusak. Dengan demikian agar makanan yang akan diolah memenuhi syarat, maka
bahan tersebut harus tidak berubah bentuk, warna, dan rasa, demikian pula asal
dari bahan tersebut harus dari daerah/tempat yang diawasi. Demikian pula bahan
makanan terolah yang dikemas, bahan tambahn dan bahan penolong harus
memenuhi persyaratan yang berlaku. Makanan yang sudah terolah dapat dibagi
menjadi bahan makanan yang di kemas dan makanan yang tidak dikemas
(Mukono, 2005).
1. Kontaminasi
2. Makanan yang pada dasarnya telah mengandung zat berbahaya, tetapi tetap
golongan, yaitu :
a. Secara alami makanan itu memang telah mengandung zat kimia beracun,
misalnya singkong yang mengandung HCN dan ikan dan kerang yang
mengandung unsur toksik tertentu (logam berat, misalnya, Hg dan Cd) yang dapat
konsumsi manusia, di dalam tubuh manusia agent penyakit pada makanan itu
memerlukan masa inkubasi untuk berkembang biak dan setelah beberapa hari
Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena
sangat erat kaitannya. Tetapi bila kita kaji lebih mendalam lagi pengertian higiene
dan sanitasi ini mempunyai perbedaan, yaitu “hygiene” yang berarti usaha
individu, maupun usaha kesehatan pribadi manusia, dan “sanitation” yang berarti
Sudah menjadi suatu keharusan bahwa setiap orang yang bekerja atau
menangani soal makanan menyadari makanan yang akan dimakan itu harus bersih
dan aman dari segala macam penyebab penyakit yang disebabkan karena
makanan.
kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Mulai dari sebelum
sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi
sanitasi makanan dan minuman sebagai suatu pengolahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
keracunan dan penyakit pada manusia. Dengan demikian tujuan sebenarnya dari
Di dalam upaya sanitasi makanan ini, terdapat beberapa tahapan yang harus
makanan.
makanan dan minuman orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau
2003).
makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan agar
aman dikonsumsi.
(Chandra, 2006) :
1. Faktor makanan
lain :
tersebut dilakukan baik dari sumber ke pasar maupun dari sumber ke tempat
penyimpanan agar bahan makanan tidak tercemar oleh kontaminan dan tidak
rusak. Contoh, mengangkut daging dan ikan dengan menggunakan alat pendingin.
disimpan baik dalam skala kecil di rumah maupun skala besar di gudang. Tempat
2. Jika ingin menggunakan rak, harus disediakan ruang untuk kolong agar mudah
membersihkannya.
3. Suhu udara dalam gudang tidak lembab untuk mencegah timbulnya jamur.
6. Dinding bagian bawah dari gudang harus dicat putih agar mempermudah
d. Jalan keliling 40 cm
e. Pemasaran makanan
d. Pengolahan makanan
e. Penyajian makanan
f. Penyimpanan makanan
2. Faktor Manusia
penyakit infeksi, dan bukan carrier dari suatu penyakit. Untuk personil yang
kerapian, memiliki etika dan sopan santun, memiliki penampilan yang baik dan
keterampilan membawa makanan dengan teknik khusus, serta ikut dalam program
3. Faktor peralatan
Prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah upaya praktis dan penyehatan
yang akan diolah harus mengetahui sumber-sumber makanan yang baik serta
a. Buah-buahan
1. Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh, tidak rusak atau kotor.
3. Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna buatan
4. Tidak berbau busuk, bau asam/ basi atau bau yang tidak segar lainnya.
b. Sayuran
1. Daun, buah atau umbi dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu.
c. Kacang Tanah
1. Tidak Busuk
2. Tidak berjamur
1. Hindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber yang tidak jelas.
4. Belilah bahan di tempat penjualan resmi dan bermutu seperti : rumah potong
agar tidak cepat rusak dan kehilangan nilai gizinya. Kerusakan bahan makan dapat
terjadi karena tercemar bakteri, karena alam dan perlakuan manusia, adanya
enzim dalam makanan yang diperlukan dalam proses pematangan seperti pada
buah-buahan dan kerusakan mekanis seperti gesekan, tekanan, benturan dan lain-
hidupnya, daya tahan panas, faktor lingkungan hidup, kebutuhan oksigen dan
berdasarkan pertumbuhannya.
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu
untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam.
makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu >24 jam.
Penyimpanan bahan makanan mentah dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Lama Penyimpanan
Jenis Bahan Makanan < 3 Hari < 1 Minggu > 1 Minggu
Daging, ikan, udang dan -5 s/d 0°C -10 s/d 0°C < -10°C
olahannya
Telur, susu dan olahannya 5 s/d 7°C -5 s/d 0°C -5°C
Sayur, buah dan minuman 10°C 10°C 10°C
Tepung dan biji-bijian 15°C 25°C 25°C
1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah:
bersih
1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan
memenuhi syarat.
2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk
tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan-bahan yang mudah
makanan yang disimpan lebih dahulu digunakan dahulu (antri), sedangkan bahan
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
2008).
1. Penjamah Makanan
sebagai penyebar penyakit, hal ini bisa terjadi melalui kontak antara penjamah
942, 2003).
7. Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan bagian
lainnya)
8. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau
tangan, penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya. Dan setiap tenaga
pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai celemek, tutup rambut,
makanan jadi biasanya disebut dengan dapur, menurut Depkes RI (1994) perlu
yang cukup.
1. Ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara panas dapur keluar dengan
sempurna.
2. Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, rata dan
kedap air
4. Meja peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar bekas irisan
5. Tungku dilengkapi dengan alat penangkap asap atau pembuang asap berupa
sungkup (hood) atau cerobong asap, agar asap tidak mengotori ruangan.
6. Tersedia tempat sampah yang terbuat dari bahan yang kuat, mempunyai tutup,
7. Tersedia SPAL (Sistem Pembuangan Akhir Limbah) yang baik, saluran terbuat
8. Ruangan bebas lalat dan tikus. Lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang
9. Atap tidak bocor, cukup landai, dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga.
10. Penyediaan air bersih harus tersedia cukup dan memenuhi syarat kesehatan
Kualitas air bersih minimal harus memenuhu syarat fisik yaitu tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa. Selain itu dapur pengolahan harus
memiliki tempat cuci tangan, tempat mencuci peralatan, dan tempat mencuci
bahan makanan yang terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat, dan
mudah dibersihkan.
ditinjau dari bahan yang digunakan dan juga desain perlengkapan tersebut.
seperti pisau, sendok, kuali, wajan dan lain-lainnya perlu diperhatikan (Depkes
RI, 2011) :
1. Bahan peralatan
plumbum, zincum, cuprum, stibium atau arsenicum. Logam ini beracun yang
2. Keutuhan peralatan
Tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, penyok, tergores atau retak karena
akan menjadi sarang kotoran atau bakteri. Peralatan yang tidak utuh tidak
3. Fungsi
dicampur aduk dan bila perlu digunakan tanda pada peralatan sesuai fungsinya,
makanan.
4. Letak
Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat
mempergunakannya/mengambil.
mengusahakan makanan agar dapat awet lebih lama. Kualitas makanan yang telah
diolah sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan untuk
perkembangbiakan bakteri patogen dan pembusuk pada suhu yang sesuai dengan
kondisinya.
2004) yaitu :
d. Apabila disimpan diruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan
e. Lemari penyimpanan sebaiknya tertutup dan tidak berada tanpa kaki penyangga
atau dipojok ruangan karena tikus, kecoa, dan hewan lainnya akan sangat mudah
untuk menjangkaunya.
f. Terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya.
A. Suhu
3. Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu 10°C.
suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu di bawah 10°C atau di atas 60°C.
B. Waktu Tunggu
1. Makanan masak disajikan panas harus tetap berada dalam keadaan di atas 60°C.
2. Makanan yang disajikan dingin disimpan dalam keadaan dingin pada suhu di
bawah 10°C
3. Makanan yang disimpan pada suhu di bawah 10°C harus dipanaskan kembali
(Reheating).
makanan kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik kualitasnya, kemungkinan
2. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat, dan ukurannya memadai dengan
makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau anti bocor.
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap dalam
beracun (B3) seperti pupuk, obat hama atau bahan kimia lain.
7. Hindari peralatan yang telah mengangkut bahan kimia atau pestisida walaupun
Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas atau boks plastik harus dalam
keadaan bersih dan tidak berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan
racun.
4. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih;
d) Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit
sudah dicuci.
Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Jadi bahan
bahan kimia yang diteliti dan di uji lama sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang
pemanis, penyedap rasa, anti kempal, pemucat dan pengental (UU No. 24 Tahun
2008)
Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang
tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja
baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses
residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan
dalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam
pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu
pangan.
2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut.
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera.
5. Menghemat biaya.
garamnya untuk produk daging, ikan, dan buah-buahan kaleng. Butil hidroksi
anisol (BHA) atau butil hidroksi toluen (BTH) untuk lemak, minyak, dan
margarin.
makanan yang berupa serbuk, tepung, atau bubuk. Contohnya : aluminium silikat
Contohnya : asam klorida untuk bir, dan asam fumarat untuk jeli.
rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
E. Pemutih dan pematang tepung adalah bahan tambahan makanan yang dapat
peroksida.
aluminium kalium sulfat untuk acar ketimun dalam botol, kalsium sitrat untuk
J. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa adalah bahan tambahan makanan
K. Sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam
yang ada dalam makanan. Contohnya : asam fosfat dan asam sitrat.
2. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet,
cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang ditambahkan pada
makanan tidak melebihi jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan
penggunaan garam benzoat dihitung sebagai asam benzoat, garam sorbat sebagai
Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut masih ada
(Cahyadi, 2009) :
1. Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman, atau mikroba yang dapat
2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan serupa asam amino, mineral, atau
vitamin, baik tunggal, maupun campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi
pangan.
3. Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan atau dilarang menurut
4. Dulsin (Dulcin)
5. Formalin (Formaldehyde)
8. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
2.4 Formalin
disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi akan
bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada
disebut juga formaldehida merupakan aldehida dengan rumus kimia HCHO yang
berbentuk gas atau cair (Syah,2005). Formalin memiliki nama dagang formalin,
Formalin adalah cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lender hidung
dengan tenggorokan, dan rasa membakar. Bobot tiap mililiter ialah 1,08 gram.
Dapat bercampur dalam air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dalam kloroform
dan eter. Titik didih formalin adalah 96°C, titik cair -15°C dan dengan PH 2,8.
(Cahyadi, 2009).
secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai
antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni
pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai
lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai bahan
kosmetik, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin boleh juga
digunakan sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu,
formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1%) digunakan sebagai pengawet untuk
berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,
pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di dalam industri
sisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan
penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Di dunia
(Yuliarti, 2007).
sering ditemukan dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak
terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Formalin banyak ditemukan
pada jenis makanan tahu, selain pada tahu formalin juga sering disalahgunakan
untuk mie ayam, mie goreng, segala jenis mie basah, ikan asin maupun bakso dan
(Yuliarti, 2007).
No. 33 tahun 2012 mendefenisikan bahan tambahan pangan kimia seperti boraks
Erni, 2006 :
1. Ikan
c) Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk
2. Tahu
b) Awet (sampai tiga hari pada suhu kamar), pada suhu lemari es tahan lebih dari
15 hari
c) Bau agak menyengat dan aroma kedelai sudah tidak nyata lagi
3. Bakso
4. Ayam Potong
5. Mie Basah
b. Awat, tahan 2 hari dalam suhu kamar dan dalam lemari es bisa tahn 15 hari
c. Mie tampak mengkilat (seperti beminyak), liat (tidak mudah putus), dan tidak
lengket.
Formalin akan memberikan efek negatif yang cukup fatal bagi kesehatan
tubuh. Sifat formalin sendiri yang sangat mudah diserap melalui saluran
formalin yang dicampur dalam makanan akan bereaksi cepat dengan lapisan
Pada dosis rendah formalin dapat menyebabkan sakit perut akut disertai
kencing darah, tidak bisa kencing, dan muntah darah hingga menyebabkan
kematian. Bila tertelan, zat ini akan menyebabkan muntah yang parah dan diare
yang berlanjut menjadi kolaps. Sedangkan jika percikan formalin ini mengenai
kulit akan terjadi reaksi hipersensitif yang berlanjut menjadi dermatitis. Bila
menguap, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan
berakibat buruk pada organ tubuh seperti kerusakan hati dan ginjal (Syah, 2005).
2.5 Tahu
Tahu adalah bahan makanan sumber protein nabati yang sangat populer
setelah tempe. Tahu adalah makanan yang terbuat dari kedelai, yang dihancurkan
menjadi seperti bubur dan di bentuk seperti kotak-kotak atau persegi. Tahu
merupakan bahan pangan yang tinggi protein antara 6-9% dengan kadar air tinggi
selain karena rasanya enak, harganya juga relatif murah. Tahu dapat dikonsumsi
dengan variasi, digoreng atau dibuat berbagai macam masakan (Widyaningsih dan
Erni, 2006).
Bahan baku pembuatan tahu adalah Kedelai kuning, kedelai jenis ini
memiliki kulit berwarna putih transparan sehingga biji yang berwarna kuning
terlihat dari luar. Kedelai kuning biasanya diolah menjadi tahu, tempe, susu
(Dahana, 2010) :
Kandungannya hampir sama dengan protein hewani pada daging, telur dan
susu.
darah tinggi.
6. Merupakan salah satu asupan gizi dalam bentuk cairan bagi penderita stroke
1. Kacang kedelai
Kacang kedelai merupakan bahan pokok untuk membuat tahu. Kedelai yang
dipilih adalah kedelai putih yang kualitasnya nomor satu, bijinya besar-besar,
mulus, dan tidak terdapat campuran batu kerikil atau kotoran lain. Jika kedelai
yang digunakan kualitas rendah maka sari kedelai tidak akan banyak diperoleh
2. Bahan Penggumpal
Bahan penggumpal yang digunakan adalah asam cuka. Asam cuka yang
dipakai adalah sebesar 90%, dengan isi netto 125 ml, terdapat nomor departemen
kesehatan RI 7002107, warna air cuka putih, berbau segar, bersifat keras dan
memiliki rasa yang sangat asam. Selain asam cuka dapat juga digunakan batu tahu
(cioka). Batu tahu ini berasal dari batu gips atau sulfat kapur yang telah dibakar
dan kemudian ditumbuk dibuat menja ditepung. Namun apabila batu tahu ini
dicampur dengan bubur kedelai hasilnya tidak akan sepadat apabila asam cuka
yang dipakai. Tahunya akan banyak mengandung air dan bergoyah-goyah seperti
agar-agar.
3. Air
kedelai dalam mesin giling, merebus bubur kedelai, merendam tahu mentah yang
siap digoreng dan membersihkan alat yang telah digunakan. Air yang diperlukan
dalam satu kilogram kedelai adalah 25 - 40 liter. Secara umum air yang digunakan
harus bersih, tidak berbau serta bebas dari bahan pencemar pestisida.
(Adisarwanto, 2005) :
1. Mesin Giling
2. Bak Air
Untuk merendam kedelai dibutuhkan bak air yang cukup besar sehingga
mampu menampung cukup banyak kedelai. Pada bagian bawah dibuat lubang keil
untuk membuang air bekas rendaman. Bak air yang baik adalah seperti bak air
Tong kayu atau ember plastik ini digunakan menampung bubur kedelai dari
yaitu tong kayu yang terbuat dari papan/kayu dan ukurannya besar. Kalau tidak
dapat diperoleh di pasar dapat juga menggunakan ember plastik atau tong dari
seng.
Wajan dengan ukuran besar (garis tengah 1 m) lebih mudah di pakai sebagai
tempat penggodokan bubur kedelai, selain cepat panas juga mudah untuk
menciduk / memindahkan bubur kedelai yang telah masuk ke dalam tong kayu.
Untuk memasak bubur kedelai dibutuhkan kompor atau tungku. Cara yang
masih tradisional adalah dengan menggunakan tunggku dan kayu bakar sebagai
bahan bakarnya. Tetapi karena kayu semakin sulit di dapat, orang beralih ke
kompor minyak tanah dengan di pompa (kompor tekan). Karena wajan yang
digunakan ukuran besar maka api yang dihasilkan kompor ini harus memadai
Kain ini dipergunakan untuk menyaring bubur kedelai (ampas dari sari kedelai)
sebelum di proses menjadi tahu. Kain belacu atau kain mori kasar dipakai karena
kain belacu ini cukup kuat untuk menahan perasan dan hasil saringnya amat halus.
penahan. Sangkar bambu ini harus lebih besar dari pada mulut tong kayu sehingga
8 Kotak Cetakan
Kotak cetak ini digunakan untuk mencetak tahu, kotak cetak ini dapat dibuat
sesuai dengan ukuran dan bentuk tahu yang diinginkan tetapi kebanyakan
9 Meja Pengempa
Agar bubur kedelai yang telah dimasukkan dalam kotak cetakan dapat
Diatasnya dijajarkan beberapa kotak cetakan dan dapat disusun sesuai dengan
kekuatan pengepresan. Agar pengepresan ini cukup, selain tenaga manusia juga
dibutuhkan batu atau besi sebagai pembebannya. Kalau di pabrik tahu yang
modren, pengepresan itu dijalankan oleh mesin yang daya tekannya lebih kuat.
Alat pembantu maksudnya adalah alat-alat kecil yang tidak mutlak harus ada,
antara lain gayung, kayu sebagai pengaduk bubur dan ember kecil yang digunakan
(Adisarwanto, 2005) :
1. Memilih Kedelai
Biji-biji kedelai yang akan diproses menjadi tahu harus di pilih terlebih dahulu
2. Pencucian
Biji-biji kedelai hasil pilihan dimasukkan ke dalam bak atau ember, kemudia
3. Merendam Kedelai
Perendaman biji kedelai dilakukan di dalam bak semen selama 6-12 jam.
Tujuannya agar biji menjadi lunak dan kulit arinya mudah terkelupas.
tangan dengan cara diremas-remas. Selain itu, bisa juga menggunakan alat
pengupas kulit ari. Hasil pengupasan biji kedelai berupa keping-keping biji
kedelai.
5. Menggiling Kedelai
Biji kedelai yang sudah dikupas kulit arinya kemudian dipindahkan kedalam
tong kayu yang diletakkan di dekat mesin penggiling agar dengan mudah dan
biji kedelai itu sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam mesin penggiling.
Kedelai tersebut nanti akan digiling menjadi bubur, bubur tersebut nanti akan
Kedelai yang sudah digiling tadi kemudian di godok atau di masak. Kedelai
yang sudah menjadi bubur tersebut di masukkan ke dalam wajan dan kemudian
dimasak. Kedelai yang digiling menjadi bubur tadi masih sangat kental sehingga
perlu ditambahkan air. Ukurannya satu takaran bubur kedelai ditambahkan satu
takaran air panas. Bubur kedelai ini dalam proses pemasakan akan menghasilkan
busa yang semakin lama akan semakin tinggi sehingga perlu di aduk-aduk agar
tidak tumpah. Tak beberapa lama bubur itu akan menghasilkan busa lagi, dan
7. Menyaring Bubur
Bubur yang sudah mendidih tadi segera diangkat dan di saring. Untuk
menyaringnya digunakan kain belancu atau mori kasar yang telah diletakkan pada
sangkar bambu. Setelah bubur kedelai sudah banyak, kain belacu ditutupkan pada
bubur dengan menyatukan keempat ujung kain. Agar bubur dapat disaring sekuat-
kuatnya, diletakkan papan kayu pada kain itu lalu satu orang naik diatasnya dan
menggoyang-goyang supaya terperas semua air yang masih ada pada bubur
kedelai. Hasil penyaringannya ini berupa ampas yang biasa disebut ampas tahu.
8. Penggumpalan Tahu
Air sari yang telah di dapat dari proses pensaringan kemudian dicampurkan
asam cuka. Agar tahu tidak menjadi masam, maka harus diperhitungkan
sedemikian rupa ukuran pencampuran asam cuka ini (1 botol asam cuka untuk
dicampurkan dengan lebih kurang 36 liter air sari tahu). Tidak ada ukuran yang
pasti, tetapi pada saat kita mencampur asam cuka kita harus memperhatikan
apakah dalam campuran sudah timbul jonjot (gumpalan putih) atau belum. Kalau
9. Mencetak Tahu
Setelah dicampurkan asam cuka dan muncul jonjot (gumpalan putih), biarkan
dingin dan mengendap. Gumpalan putih yang mengendap itulah yang nantinya
akan dicetak menjadi tahu. Namun sebelum mencetak air asam yang ada di atas
harus dipisahkan ke tempat lain. Alat mencetak tu biasanya terbuat dari kayu dan
sebagai alasnya dihamparkan kain belacu. Setelah itu kotak diisi hingga penuh
dan sisa kain di tutupkan diatasnya. Diatas kain yang ditutupkan kemudian
diletakkan kain penutup kotak yang besarnya persis sama dengan kotak itu agar
nantinya dapat menekan adonan tahu itu bila dipasang pada meja pengempaan.
Pengempaan dilakukan agar tahu menjadi padat, dan setelah tahu padat kemudian
di potong-potong.
6 Prinsip Hygiene
Sanitasi :
Memenuhi
1. Pemilihan bahan Syarat
baku tahu
Kepmenkes RI No.
2. Penyimpanan
bahan baku tahu 942/Menkes/SK/VII/20
03 Tidak
3. Pengolahan tahu Memenuhi
4. Penyimpanan tahu Syarat
5. Pengangkutan
tahu
6. Penyajian tahu
Tahu
Ada Formalin
Pemeriksaan
Laboratorium Formalin
Tidak Ada Formalin
Fo