Anda di halaman 1dari 24

BAB II

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Pengertian

Menurut Sarwono (2007) Asfiksia neonatorum adalah keadaan

dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur

setelah lahir (Rukiyah dan Yulianti, 2014; 249).

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan untuk memulai dan

melanjutkan pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru

lahir atau beberapa saat sesudah lahir (Sukarni dan Sudarti, 2014;

159).

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir

mengalami gangguan tidak segera bernafas spontan dan teratur setelah

lahir (Nurarif dan Kusuma, 2015; 57)

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi dimana bayi tidak

dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini

disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis

(Marni dan Rahardjo, 2015; 268)

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir

tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak

dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan

dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan


mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul (Arief dan

Kristiyanasari, 2009; 15).


2.1.2 Etiologi

Penyebab bayi dengan Asfiksia neonatorum adalah (Marni dan

Rahardjo, 2015; 269) :

2.1.2.1 Faktor ibu

1) Hipoksia ibu dan gangguan aliran darah uterus

2) Pre-eklamsia dan eklamsi

3) Partus lama

4) Demam selama hamil

5) Infeksi berat (malaria, sifilis dan TBC)

6) Postmature

2.1.2.2 Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas

dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila

terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya

perdarahan plasenta.

2.1.2.3 Faktor fetus

1) Kompresi umbilikus akan mengakibatkan

terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah

umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara

janin dan ibu

2) Lilitan tali pusat

3) Tali pusat pendek


2.1.2.4 Faktor neonatus

1) Bayi premature

2) Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir yang

terjadi karena beberapa hal, yaitu : pemakaian obat

anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara

langsung dapat menimbulkan depresi pusat

pernapasan janin, trauma yang terjadi pada persalinan,

kelainan kongenital pada bayi.

2.1.3 Klasifikasi Asfiksia neonatorum

2.1.3.1 Vigorous baby

Skor apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan

tidak memerlukan tindakan istimewa.

2.1.3.2 Mild-moderate asphyxia (Asfiksia sedang)

Skor apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat

frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot

buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek

iritabilita tidak ada.

2.1.3.3 Asfiksia berat

Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot

buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek

iritabilita tidak ada. (Marni dan Rahardjo, 2015; 269-

270)
2.1.4 Tanda dan Gejala

2.1.4.1 Tidak bernapas atau napas megap-megap atau

pernapasan lambat (kurang dari 30 kali per menit)

2.1.4.2 Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi

(pelekukan dada)

2.1.4.3 Tangisan lemah atau merintih

2.1.4.4 Warna kulit pucat atau biru

2.1.4.5 Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai

2.1.4.6 Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia)

(kurang dari 100 kali per menit).

Semua bayi yang menunjukkan tanda-tanda Asfiksia

memerlukan perawatan dan perhatian segera (Sukarni

dan Sudarti, 2014; 159).

2.1.5 Patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin

pada masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran itu sendiri selalu

menimbulkan Asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini

dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat

pernafasan akan terjadi usaha pernafasan pertama (primary gasping)

yang kemudian akan berlanjut peranafasan teratur. Sifat Asfiksia yang

ringan ini tidak dapat berpengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi

dapat mengatasinya.
Bila terdapat pertukaran gas atau transportasi O2 selama

kelahiran atau persalinan, maka terjadilah Asfiksia yang lebih berat.

Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh, kerusakan dan

gangguan ini dapat membaik atau tidak, tergantung pada berat dan

dalamnya Asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai denagan suatu

periode apnea (berhenti bernafas), disertai dengan penurunan

frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha

bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafas teratur. Pada penderita

Asfiksia berat usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya

ada dalam periode apnea kedua.

Pada tingkat ini di samping perlahannya frekuensi jantung

ditemukan pula penurunan tekanan darah. Pada Asfiksia terjadi pula

gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada

tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respiratorik.

Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an

aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen

tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat

selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan

oleh beberapa keadaan diantaranya :

2.1.5.1 Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan

mempengaruhi fungsi jantung

2.1.5.2 Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan

kelemahan otot jantung


2.1.5.3 Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan

mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah

paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem

sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan

(Manggiasih dan Jaya, 2016; 363-364).

2.1.6 Penilaian Apgar Score

Untuk menentukan tingkat Asfiksia,apakah bayi mengalami

Asfiksia berat,sedang atau ringan/normal dapat dipakai penilaian

apgar score.

Dibawah ini tabel 1 untuk menentukan tingkat atau derajat

Asfiksia yang dialami bayi (Arief dan Kristiyanasari, 2009; 17)

TABEL 1.

Penilaian APGAR SCORE

TANDA NILAI
0 1 2
A:Appearance Biru/pucat Tubuh Tubuh dan
(Warna kulit) kemerahan,ekstremita ekstremitas
s biru kemerahan

P: Pulse Tidak ada <100x/menit >100x/menit


(Denyut nadi)

G: Grimance Tidak ada Gerakan sedikit Menangis


(Reflek)

A: Activity Lumpuh Fleksi lemah Aktif


(Tonus Otot)

R: Respiration Tidak ada Lemah,merintih Tangisan


(Usaha Nafas) kuat
Penilaian :

7 -10 : Bayi mengalami Asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam

keadaan normal

4 - 6 : Bayi mengalami Asfiksia sedang

1 – 3 : Bayi mengalami Asfiksia berat

2.1.7 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada Asfiksia neonatorum adalah

(Nurarif dan Kusuma, 2015; 58) :

2.1.7.1 Analisa gas darah

2.1.7.2 Elektrolit darah

2.1.7.3 Gula darah

2.1.7.4 USG (Kepala)

2.1.8 Discharge planning

Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan,

persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Pencegahan berupa :

(Nurarif dan Kusuma, 2015; 58-59)

2.1.8.1 Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali

kunjungan

2.1.8.2 Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan

yang lebih lengkap pada kehamilan yang diduga berisiko

bayinya lahir dengan Asfiksia neonatorum


2.1.8.3 Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk

persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu

2.1.8.4 Melakukan pemantauan yang baik terhadap

kesejahteraan janin dan deteksi dini terhadap tanda-tanda

Asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotokografi

2.1.8.5 Meningkatkan keterampilan obstetri dalam penanganan

Asfiksia neonatorum di masing-masing tingkat

pelayanan kesehatan

2.1.8.6 Meningkatkan kerjasama tenanga obstetri dalam

pemantauan dan penanganan persalinan

2.1.8.7 Melakukan perawatan Neonatal Esensial yang terdiri

dari:

1) Persalinan yang bersih dan aman

2) Stabilisasi suhu

3) Inisiasi pernapasan spontan

4) Inisiasi menyusui dini

5) Pencegahan infeksi serta pemberian imunisasi

Setelah persalinan ajarkan pada pasien dan keluarga

dalam :

a) Meningkatkan upaya cardiovaskuler efektif

b) Memberikan lingkungan termonetral dan

mempertahankan suhu tubuh

c) Mencegah cidera atau komplikasi


d) Meningkatkan kedekatan orang tua bayi

e) Beri asupan ASI sesering mungkin setelah keadaan

memungkinkan.

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada bayi dengan Asfiksia neonatorum adalah

(Manggiasih dan Jaya, 2016; 365-366) :

2.1.9.1 Tindakan umum

1) Bersihkan jalan nafas : Kepala bayi diletakkan lebih

rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu

digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan

lendir dari dari saluran nafas yang lebih dalam.

2) Rangsang reflek pernafasan : Dilakukan setelah 20

detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara

memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.

3) Mempertahankan suhu tubuh.

2.1.9.2 Tindakan khusus

1) Asfiksia berat

Berikan O₂ dengan tekanan positif dan intermiten

melalui pipa endotrakeal. Dapat dilakukan dengan

tiupan udara yang telah diperkaya dengan O₂.

Tekanan O₂ yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila

pernafasan spontan tidak timbul maka lakukan


massage jantung dengan ibu jari yang menekan

pertengahan sternum 80-100x/menit.

2) Asfiksia sedang/ringan

Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir,rangsang

nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan kodok

(Frog Breathing) 1-2 menit, yaitu : Kepala baayi

ekstensi maksimal beri O₂ 1-2 liter/mnt melalui

kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung

serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur

20x/menit.

3) Penghisapan cairan lambung untuk mencegah

regurgitasi.

2.2 Konsep Keperawatan

2.2.1 Pengertian Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode sistematika dimana secara

langsung perawat dan bersama-sama menentukan masalah

keperawatan, membuat keperawatan,membuat perencanaan dan

implementasi serta mengevaluasi hasil Asuhan Keperawatan tersebut

(Amin dan Hardi, 2015; 178).

2.2.2 Tujuan Proses Keperawatan

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk

menyusun kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien),


keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi.

Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang

ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi

mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal, apaabila

keadaannya berubah menjadi suatu kuantitas dan kualitas Asuhan

Keperawatan terhadap kondisinya guna kembali ke keadaan yang

normal. Jika kesehatan yang optimal tidak dapat tercapai, proses

keperawatan harus dapat memfasilitasi kualitas kehidupan yang

maksimal berdasarkan keadaannya untuk mencapai derajat kehidupan

yang lebih tinggi selama hidupnya.

2.2.3 Tahap Proses Keperawatan

2.2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal

dalam proses keperawatan secara keseluruhan. Pada

tahap ini semua data/informasi tentang data bayi yang

dibutuhkan, dikumpulkan, dan dianalisa untuk

menentukan diagnosa keperawatan. Adapun

pengkajiannya yaitu :

1) Biodata

Terdiri dari nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis

kelamin, agama, anak keberapa, dan identitas orang

tua.

2) Kaji riwayat kehamilan dan persalinan


Bagaimana proses persalinan, apakah spontan,

premature, aterm.

3) Lakukan pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam

keadaan umum.

b) Tanda-tanda vital

Respirasi, nadi, suhu dan Spo2

c) Pemeriksaan antropometri

Panjang badan, berat badan, paanjang lengan,

lingkar dada, panjang kaki, lingkar perut, lingkar

kepala.

d) Pemeriksaan khusus

Kepala, telinga, mata, hidung, leher, mulut, dada,

jantung, abdomen, genetalia, anus, ekstremitas,

refleks (Moro, sucking, rooting, babinski, dan

platantar grasp).

4) Kaji gejala dan tanda – tanda asfiksia, meliputi :

a) Aktivitas : pergerakan hiperaktif

b) Pernafasan : gejala sesak nafas yang ditandai

dengan sianosis, serta


c) Tanda – tanda vital : gejala hipertermi dan

hipotermi ditandai dengan ketidakefektifan

termoregulasi.

2.2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis

tentang respon individu, keluarga, masyarakat, terhadap

masalah kesehatan aktual atau potensial sebagai dasar

seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan

asuahan keperwatan sesuai dengan kewenangan (Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2016)

1) Pola napas tidak efektif

2) Gangguan pertukaran gas

3) Risiko termoregulasi tidak efektif

4) Risiko cidera

2.2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan bagian dari

perawat merencanakan sesuatu tindakan keperawatan

terhadap pasien efektif dan efesien, yang ditunjukkan

pada tabel 2.
TABEL 2.

RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
NOC NIC

1. Pola napas tidak 1. Respiratory status : 1. Observasi TTV


efektif Ventilation (Respirasi,suhu dan
2. Respiratiry status :
nadi)
Definisi : Inspirasi dan/atau Airway patency 2. Posisikan untuk
ekspirasi yang tidak 3. Vital sign status
pertukaran udara yang
memberikan ventilasi adekuat. optimal :
Kriteria hasil :
a. Tempatkan pada
Batasan karakteristik:
a. Mendemonstrasikan posisi telungkup
a. Penurunan tekanan batuk efektif dan b. Tempatkan pada

inspirasi / ekspirasi suara nafas yang posisi terlentang


b. Penurunan pertukaran bersih, tidak ada dengan leher
udara per menit sianosis dan dyspnue sedikit ekstensi
c. Menggunakan otot
(mampu dan hidung
pernafasan tambahan
d. Nasal flaring mengeluarkan menghadap ke
e. Dyspnea sputum, mampu atap dalam posisi
f. Orthopnea
g. Perubahan bernafas dengan mengendus.
3. Hindari hiperekstensi
penyimpangan dada mudah, tidak ada
h. Nafas pendek leher
pursed lips) 4. Observasi adanya
i. Assumption of 3-point b. Menunjukkan jalan
position penyimpangan dan
nafas yang paten
j. Pernafasan pursed – lip fungsi yang
k. Tahap ekspirasi (klien tidak merasa diinginkan; kenali
berlangsung sangat tercekik, irama nafas, tanda-tanda distres,
lama frekuensi pernafasan misal : sianosis,
l. Pernafasan rata – rata /
dalam rentang pernapasan cuping
minimal :
normal, tidak ada hidung, apnea.
1) Bayi : <25 atau >60
5. Lakukan pengisapan
2) Usia 1-4 : <20 atau suara nafas
6. Pengisapan
>30 abnormal). Tanda-
seperlunya
3) Usia 5-14 : <14
tanda vital dalam
berdasarkan
atau >25
rentang normal
4) Usia <14 : <11 atau pengkajian (misalnya
(tekanan darah, nadi,
>24 auskultasi dada, bukti
m. Kedalaman pernafasan pernafasan)
penurunan oksigenasi,
1) Dewasa volume
peningkatan kepekaan
tidalnya 500 ml saat
bayi).
istirahat
7. Jangan pernah
2) Bayi volume
melakukan
tidalnya 6-8 ml / kg
n. Timing rasio pengisapan secara
o. Penurunan kapasitas
rutin
vital 8. Gunakan teknik
pengisapan yang tepat
Faktor yang berhubungan: 9. Gunakan teknik
a. Hiperventilasi pengisapan dua orang
b. Deformitas tulang 10. Lakukan
c. Kelainan bentuk perkusi,vibrasi dan
dinding dada drainase postural
d. Penurunan energi /
sesuai ketentuan
kelelahan 11. Hindari penggunaan
e. Perusakan / pelemahan
posisi Trendelenburg
muskuloskeletal 12. Selama penggantian
f. Obesitas
g. Posisi tubuh popok, tinggikan bayi
h. Kelelahan otot sedikit di bawah
pernafasan pinggul dan jangan
i. Hipoventilasi sindrom
j. Nyeri kecemasan mengangkat kaki dan
k. Disfungsi
neuromuskuler tungkai.
l. Kerusakan persepsi / 13. Gunakan posisi semi
kongnitif terlungkup atau
m. Perlukaan pada
miring
jaringan syaraf tulang 14. Observasi adanya
belakang tanda-tanda distress
n. Imaturitas neurologis
pernapasan,
misalnya ; pernapasan
cuping hidung,
retraksi, takipnea,
apnea, menggorok,
sianosis, saturasi
oksigen rendah
( SaO2)
15. Lakukan regimen
yang di resepkan
untuk terapi oksigen
suplemental
(perhatikan
konsentrasi O2
ambien pada tingkat
FiO2, minuman
berdasarkan gas darah
arteri, SaO2, dan
oksigen transkutan
(tcPO2).
16. Pertahankan suhu
lingkungan yang
netral
17. Pantau dengan ketat
pengukuran gas
darah, tcPO2, dan
pembacaan SaO2
18. Berikan dan atur alat
monitor dengan benar
(misalnya; untuk
jantung dan oksigen)
19. Tunjukkan
pemahaman tentang
fungsi alat pendukung
pernapasan
20. Observasi dan kaji
respons bayi terhadap
terapi ventilasi dan
oksigenasi.
2. Gangguan pertukaran 1. Respiratory statsus : 1. Pertahankan jalan
gas gas exchange napas yang patent
2. Respiratory status : 2. Posisiskan untuk
Defenisi : Kelebihan atau ventilation mendapatkan efisiensi
kekurangan oksigenasi 3. Vital sign status
ventilator maksimum
dan/atau eliminasi 3. Pantau tanda-tanda
Kriteria status :
karbondiaosida pada vital, gas darah arteri,
membran alveolus-kapiler. a. Mendemonstrasikan oksimetri nadi
peningkatan ventilasi 4. Berikan suplemen
Batasan Krakteristik : oksigen sesuai
dan oksigenasi yang
a. Ph darah arteri adekuat. ketentuan/kebutuhan.
b. Memelihara 5. Keluarkan sekret
abnormal
b. Ph arteri abnormal kebersihan paru – dengan section
c. Pernafasan abnormal 6. Auskultasi suara
paru dan bebas dari
( misl, kecepatan, nafas, catat adanya
tanda – tanda distress
irama, kedalaman ) suara tambahan.
pernafasan 7. Monitor respirasi dan
d. Warna kulit abnormal c. Memdemostrasikan
(misl, pucat status O2
batuk afektif dan
kehitaman). suara nafas yang
e. Konfusi
f. Sianosis (pada neonates bersih, tidak ada
saja) sianosis, dan
g. Penurunan karbon
dyspnue (mampu
dioksida
mengeluarkan
h. Diaphoresis
i. Dyspnea sputum, mampu
j. Sakit kepala saat
bernafas dengan
bangun
mudah, tidak ada
k. Hiperkapnia
l. Hipoksemia pursed lips).
m. Iritabilitas d. Tanda – tanda vital
n. Nafas chuping hidung
dalam rentang
o. Gelisah
p. Samnolen normal
q. Takikardi
r. Gangguan penglihatan

Factor yang berhubungan:

a. Perubahan membran
alveolar – kapiler.
b. Ventilasi – perfusi
3. Resiko termoregulasi 1. Termoregulasi 1. Selimuti bayi dengan
2. Termoregulasi :
tidak efektif rapat dalam selimut
Newborn
hangatP
Defenisi : Beresiko mengalami 2. Pantau suhu bayi baru
Kriteria Hasil :
kegagalan mempertahankan lahir sampai stabil
suhu tubuh dalam rentang a. Suhu tubuh normal 3. Pantau warna dan
normal. b. Suha badan 36℃ – suhu kulit
37℃ 4. Pantau dan laporkan
Factor resiko : c. TTV dalam batas tanda dan gejala
d. Normal
a. Perubahan laju e. Hidrasi adekuat hipotermi dan
f. Tidak hanya hipertermi
metabolism
b. Dehidrasi mengigil 5. Tempatkan bayi
c. Pemajanan suhu g. Gula darah DBN dalam lingkungan
h. Bilirubin DBN
lingkungan yang yang dihangatkan
ekstrim sebelumnya (dibawah
d. Usia ekstrim
e. Berat badan ekstrim penghangat radian
f. Penyakit yang
mempengaruhi regulasi atau didekat ibu)
6. Tempatkan bayi pada
suhu
g. Tidak beraktivitas permukaan yang
h. Pakaian yang tidak
diberi bantalan dan
sesuia dengan
penutup.
lingkuangan 7. Pertahankan panas
i. Obat yang
suhu bayi
menyebabkan 8. Gunakan matras
fasokontriksi panas dan selimut
j. Obat yang
hangat yang
menyebabkan
disesuaikan dengan
fasodilatasi
kebutuhan
k. Sedasi
9. Berikan pengobatan
l. Trauma yang
dengan tepat untuk
mempengaruhi
mencegah atau
pengaturan suhu
m. Aktivitas yang control mengigil
10. Gunakan matras sejuk
berlebihan
dan mandi dngan air
hangat untuk
menyesuaikan dengan
suhu tubuh dengan
tepat
11. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
1. Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
2. Monitor warna dan
suhu kulit
3. Monitor tanda – tanda
hipertermi dan
hipotermi
4. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
5. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
6. Berikan anti piretik
bila perlu
4. Risiko cedera 1. Risk Kontrol 1. Sediakan lingkungan
untuk pasien
Defenisi : Kriteria Hasil : 2. Menghindarkan
Beresiko mengalami bahaya a. Klien terbebas dari lingkungan yang
atau kerusakan fisik yang cidera berbahaya
b. Klien mampu 3. Batasi jumlah
menyebabkan seseorang tidak
menjelaskan pengunjung dan staff
lagi sepenuhnya sehat atau
cara/metode untuk didekat bayi pada
dalam kondisi baik.
mencegah cedera sekali waktu
Faktor resiko : c. Klien mampu 4. Mengontrol
menjelaskan faktor lingkungan dari
Eksternal
a. Biologis (misal, tingkat resiko datri kebisingan
5. Gunakan penanganan
imunisa, komunitas, lingkungan/perilaku
minimal, pegang bayi
mikroorganisme) personal.
b. Zat kimia (misal, racun, d. Mampu hanya jika benar-

polutan, obat, agens memodifikasi gaya benar diperlukan


6. Sediakan popok
farmasi, alcohol, hidup untuk
ekstra dibawah
nikotin, pengawet, mencegah injuri
e. Menggunakan bokong untuk
kosmetik, pewarna).
c. Manusia (misal, agens fasilitas kesehatan mempermudah

nosocomial, pola yang ada pergantian popok


f. Mampu mengenali yang kotor; angkat
ketegangan, atau faktor,
perubahan status pinggul bayi, bukan
kognitif,efektif, dan
kesehatan kaki dan tungkai
psikomotor)
d. Cara pemindahan/ 7. Pertahankan

transport oksigenasi yang


e. Nutrisi (misal, desain, adekuat
struktur, dan 8. Hindari membalik

pengaturan komunitas, memiringkan kepala


bangunan, dan / atau bayi dengan tiba-tiba.
peralatan).
Internal
a. Profil darah yang
abnormal, (misal,
leukositosis/leukopenia,
gangguan faktor
koogulasi,
trombositopenia, sel
sabit, talasemia,
penurunann
hemoglobin).
b. Disfungsi biokimia
c. Usia perkembangan
(fisiologis, psikososial)
d. Disfungsi efektor
e. Disfungsi imun –
autoimun
f. Disfungsi integrative
g. Fisik (mis. Integritas
kulit tidak
utuh,gangguan
mobilitas)
h. Psikologis (orientasi
afektif)
i. Disfungsi sensorik
j. Hipoksia jaringan.
2.2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan

oleh perawat kepada pasien sesuai dengan perencanaan

yang ditetapkan dan dilakukan secara cermat serta efisien

pada situasi yang tepat guna memenuhi kebutuhan pasien

secara optimal.

2.2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Akhir dari proses penilaian pencapaian tujuan serta

pengkajian ulang yang telah ditentukan berdasarkan

keakuratan, kelengkapan, dan kualitas data. Proses

evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan format

SOAP.

Anda mungkin juga menyukai