SKRIPSI
ABDURRAHMAN HADI
110605609
DEPOK
JANUARI 2015
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum
ABDURRAHMAN HADI
110605609
DEPOK
JANUARI 2015
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
..............................................................................
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 12 Januari 2015
iii
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan segala
kenikmatan-Nya dan Rahmat-Nya, dan Segala kemudahan yang diberikan-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “MASALAH
PERSAMAAN PADA POKOKNYA DALAM PELANGGARAN MEREK
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 15 TAHUN 2001 TENTANG
MEREK DI INDONESIA” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa awal
perkuliahan hingga pada tahap penyelesaian skripsi ini, rasanya sulit bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
Abdurrahman Hadi
vi
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia atau
menformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak cipta.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal: 8 Januari 2015
Yang Menyatakan
(Abdurrahman Hadi)
vii
viii
Key words:
Trademark, valuation factor persamaan pada pokoknya, persamaan pada
pokoknya
ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ………...……………………………….............. 1
1.2. Pokok Permasalahan.……………………………….................................. 10
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………….............. 10
1.4. Kerangka Konsep …………………………………………...................... 11
1.5 Metodologi Penelitian…………………………………………................. 12
1.6 Sistematika Penelitian……………………………………………………… 14
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 113
5.2 Saran …………………………………………………………….......... 115
LAMPIRAN
xi
xii
PENDAHULUAN
1
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, “Sekilas Sejarah Perkembangan Sistem
Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia” http://www.dgip.go.id/tentang-
kami/sekilas-sejarah, dilihat 3 September 2014
2
Ibid.
3
Agus Sardjono. Membumikan HKI di Indonesia, cet. 1, (Bandung: Nuansa Aulia,
2009),hlm. 1.
1 Universitas Indonesia
WTO. Berbagai persyaratan diberikan oleh WTO dalam bidang yudisial dan
kelembagaan negara untuk dipenuhi oleh Indonesia.
Meskipun rezim HKI berasal dari negara maju, rezim ini tidak selamanya
buruk bagi negara berkembang hal ini dikarenakan HKI merupakan suatu rezim
dengan muka dua. Ia adalah sebuah rezim yang mulia, yang mencoba memberikan
penghargaan dan perlindungan kepada orang-orang yang kreatif.5 Perjuangan dan
waktu yang telah dipertaruhkan oleh mereka yang telah menemukan dan berkarya
harus dihargai karena hal tersebut tidaklah mudah. kesulitan mereka dan
perjalanan mereka dalam membuat suatu inovasi haruslah dihargai. Hal ini akan
memberikan motivasi kepada para inventor dalam menemukan inovasi lainnya,
apabila usaha, perjuangan, dan inovasi mereka dihargai oleh masyarakat. Rezim
HKI bahkan dilandasi doktrin hukum moral yang indah : “jangan mengambil apa
4
Ibid. hlm. 15.
5
Ibid. hlm. 279.
Universitas Indonesia
yang bukan milikmu”.6 Doktrin inilah yang merupakan suatu dasar penghargaan
masyarakat terhadap para inventor agar tidak menggunakan inovasi mereka tanpa
seizin inventor tersebut.
Sedangkan muka keduanya adalah rezim HKI yang haus akan kekayaan
dan bersifat individualistik dan tidak memikirkan masyarakat luas. Hal itu terjadi
ketika rezim HKI yang mulia ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan kapitalis
yang nebeng dalam perlindungan kepadanya.7 Kepentingan inilah yang merusak
sistem HKI yang tadinya memiliki tujuan yang mulia untuk melindungi para
inventor terhadap hasil temuannya. Selain itu melalui doktrin “work for hire”,
tujuan mulia dari perlindungan HKI bergeser menjadi perlindungan bagi
pemodal.8 Tidak baik rasanya melihat konsep HKI yang tadinya mulia dirusak
oleh kepentingan para pemodal yang bertujuan mendapatkan profit yang sebesar-
besarnya. Sehingga konsep perlindungan terhadap inventor atas temuannya
menjadi ditinggalkan karena temuannya akan menjadi milik perusahaan tempat
inventor bekerja hal ini merupakan konsep dalam paten.
Pada dasarnya tidak ada definisi pasti mengenai HKI itu sendiri. HKI sulit
untuk didefinisikan.9 Hal ini dikarenakan tidak adanya gambaran yang konkrit
mengenai apa yang dimaksud dengan HKI itu sendiri. Namun secara umum yang
dimaksud dengan HKI adalah suatu hak yang bertujuan untuk melindungi seorang
pencipta terhadap ciptaannya. Selain itu HKI pada umumnya berhubungan
dengan perlindungan penerpan ide dan informasi yang memiliki nilai komersial.10
Perlindungan yang diberikan oleh HKI bertujuan untuk melindungi pencipta dari
adanya tindakan pencurian terhdap ciptaannya. Meskipun HKI sulit untuk
didefinisikan namun berdasarkan tujuan dari HKI itu sendiri kita dapat memahami
apa yang dimaksud dengan HKI. Berdasarkan tujuannya dapat kita pahami bahwa
6
Ibid.
7
Ibid. Hlm 280
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Ibid. Hlm 3
Universitas Indonesia
yang dimaksud dengan HKI merupakan suatu sistem yang melindungi suatu
ciptaan dengan penciptanya dari tindakan pihak ketiga.
11
World Trade Organization, “Uruguay Round Agreement:TRIPS”
http://www.wto.int/english/docs_e/legal_e/27-trips_01_e.htm, diunduh 1 Oktober 2014.
Universitas Indonesia
12
Ibid.
13
Tim Lindsay, Eddy Damian, Simon Butt, dan Tomi Suryo Utomo, ed., Hak Kekayaan
Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni, 2006). Hlm. 6
14
Ibid.
15
Ibid. Hlm. 8
Universitas Indonesia
perlindungan merek bagi suatu perusahaan karena merek merupakan suatu proses
yang begitu panjang dilalui suatu produk. Produk yang bagus biasanya mengalami
proses yang begitu panjang dalam memperbaiki kualitasnya. Membangun
hubungan antara produk dan usaha ini menciptakan reputasi yang bernilai atau
“nama baik” (good will) merupakan dasar dari kebanyakan perdagangan
internasional.16
Cabang ketiga adalah indikasi geografis, indikasi geografis adalah suatu
tanda yang menunjukkan daerah asal barang yang dikaitkan dengan kualitas,
reputasi atau karakteristik lain yang sesuai dengan asal geografis barang
tersebut.17 Cabang ini biasanya digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai ciri
khas suatu produk dari suatu daerah. Sebagai contohnya adalah ubi cilembu,
dodol garut, dan lainnya. Indikasi geografis untuk mendapatkan perlindungan
secara hukum, terlebih dahulu harus didaftarkan ke direktorat jendral HKI
Republik Indonesia. Pendaftaran ini selain berguna untuk produk tersebut juga
berguna bagi pihak ketiga dan konsumen yang akan membeli atau menggunakan
produk tersebut.
Cabang keempat adalah desain industri, pada era open market seperti
sekarang ini desain industri sangatlah penting. Desain industri memberikan
perlindungan kepada bentuk khas dari suatu produk. Pada dasarnya perlindungan
yang diberikan oleh desain industri berhubungan dengan [erwujudan secarqa
visual dari produk-produk komersial dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi.18
Desain industri lebih melindungi dari segi bentuk fisik suatu produk saja, tidak
melindungi fungsi dan teknologi yang ada didalamnya. Sebagai contohnya
perlindungan pada LG vibe yang memiliki bentuk handphone yang cekung
berbeda dengan handphone lain yang biasanya adalah datar.
Cabang kelima adalah paten, paten merupakan suatu perlindungan yang
diberikan oleh sistem HKI kepada para inventor di bidang teknologi. Paten
diberikan untuk jangka waktu yang terbatas, dan tujuannya adalah untuk
16
Ibid.
17
Ibid. Hlm. 140
18
Ibid. Hlm.8
Universitas Indonesia
mencegah pihak lain, termasuk para inventor independen dari teknologi yang
sama, menggunakan invensi tersebut selama jangka waktu perlindungan paten,
supaya inventor atau pemegang paten mendapat manfaat ekonomi yang layak atas
invensinya.19 Perlindungan ini diberikan oleh sistem HKI kepada para inventor
terhadap ciptaannya dari penggunaan yang sewenang-wenang pihak ketiga. Hal
ini dikarenakan sebagai bentuk penghargaan terhadap para inventor yang telah
menghabiskan waktu dan tenaganya untuk membuat invensi tersebut. Tenaga dan
waktu yang telah dicurahkan oleh para inventor dalam menemukan invensinya ini
harus diberikan apresiasi karena merupakan suatu harga yang tidak akan dapat
diganti. Hasilnya adalah para inventor tersebut mendapatkan perlindungan
terhadap invensinya tersebut dengan jangka waktu 16-20 tahun pada umumnya.
Sebagai gantinya, pemegang paten harus mempublikasikan semua rincian
invensinya supaya pada saat berakhirnya perlindungan paten, informasi berkaitan
dengan invensi tersebut tersedia secara bebas bagi khalayak.20
Cabang keenam adalah tata letak sirkuit terpadu. Perlindungan terhadap
sirkuit terpadu ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan komputer di
seluruh dunia. Meningkatnya penggunaan komputer menyebabkan meningkatnya
produksi dan inovasi dibidang komputer. Salah satunya adalah dalam hal tata
letak sirkuit terpadu. Pembuatan dan perancangan sirkuit terpadu yang sulit
menjadikan bidang ini merupakan salah satu bidang yang menjadi perhatian para
pembuat undang-undang HKI. jerih payah dan usaha ini harus dihargai agar tidak
digunakan secara sembarangan oleh pembuat komputer, radio, dan televisi
lainnya.
Cabang ketujuh adalah perlindungan informasi rahasia yang memiliki
persamaan dengan rahasia dagang. Hukum rahasia dagang melindungi hampir
semua jenis informasi yang bernilai komersial jika informasi tersebut
dikembangkan, dan dijaga, dalam sebuah cara yang bersifat rahasia.21 Jadi pada
dasarnya rahasia dagang merupakan suatu informasi perusahaan yang sangat
19
Ibid.
20
Ibid. Hlm. 7
21
Ibid.
Universitas Indonesia
penting yang dijaga kerahasiaannya secara rahasia. Pada dasarnya tidak ada waktu
kapan suatu rahasia dagang akan berhenti dilinndungi. Tetapi selama rahasia
tersebut dijaga dengan hati-hati dan sangat rahasia maka rahasia dagang tersebut
akan selalu mendapat perlindungan HKI.
Salah satu cabang yang sering mengalami persinggungan dengan satu
pihak dengan pihak lainnya adalah dalam cabang merek dagang. Merek dagang
merupakan cabang yang beriskan tentang kualitas suatu produk. Suatu produk
yang disukai oleh konsumen pasti memiliki nama baik dimata konsumen. Seorang
konsumen yang sudah cocok atau jatuh cinta dengan suatu merek pasti akan
menggunakan merek tersebut secara terus menerus. Merek dengan suatu produk
memiliki hubungan yang sangat dekat karena akan mempengaruhi bagaimana
konsumen memandang merek tersebut. Hubungan inilah yang dimanfaatkan oleh
produsen merek yang serupa dengan merek yang terkenal untuk menumpang
ketenaran dari merek yang lebih terkenal tersebut.
Merek sangat penting dalam dunia periklanan dan pemasaran karena
publik sering mengaitkan suatu imej, kualitas atau reputasi barang dan jasa
dengan merek tertentu.22 Kualitas suatu barang dengan merek yang menjadi
pandangan masyarakat sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu
barang. Konsumen biasanya cendrung menyukai produk yang terkenal dengan
kualitasnya dibandingkan produk yang serupa namun kualitasnya berbeda. Merek
adalah salah satu bidang yang sangat menjadikan reputasi sebagai suatu indikator
seorang konsumen menyukai suatu produk. Merek yang terkenal sangat
dipengaruhi oleh media periklanan dan pemasaran. Hal ini dikarenakan iklan dan
pemasaran menjadikan suatu merek menjadi lebih terkenal oleh para konsumen.
Konsumen biasanya akan tergoda untuk mencicipi suatu produk setelah adanya
iklan yang dilihat oleh konsumen.
Media periklanan yang merupakan media yang mahal untuk meningkatkan
reputasi suatu produk makanan menjadikan produk tersebut dikenal oleh
masyarakat. Periklanan yang intensif di media televisi dan lainnya akan
meningkatkan reputasi suatu produk makanan di mata konsumen. Reputasi ini
22
Ibid.
Universitas Indonesia
23
Achmad Zen Umar Purba. Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, (Bandung: Alumni, 2005) Hlm.
71
Universitas Indonesia
memberikan perbedaan antara suatu merek dengan merek yang lain agar tidak
menimbulkan keadaan yang membingungkan konsumen.
Tujuan dari penulisan skripsi ini terbagi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Universitas Indonesia
Merek adalah sesuatu (gambar atau nama) yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan di pasaran.26 Sedangkan menurut
undang-undang adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan
jasa.27
Hak atas merek adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada
pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI) Press, 2006), hlm. 49.
25
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya
Hukum. (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.2005).hlm.31
26
Ibid. Hlm. 131
27
Indonesia, Undang-undang Merek, UUNo 15 tahun 2001, tahun 2001, TLN No.4131,
Ps. 1.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
akan digunakan sebagai landasan teoritis sehingga berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti oleh peneliti guna mendukung data-data yang diperoleh selama
penelitian dengan cara mempelajari buku-buku, literature dan sumber lain yang
relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.33 Penilaian ini
didasarkan pada teori-teori HKI yang ada dan peraturan perundang-undangan.
33
Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm. 250.
Universitas Indonesia
undang-undang dan norma yang berlaku fakta-fakta yang ada ini juga akan
dianalisis dengan teori-teori HKI yang ada.
Universitas Indonesia
Bab 4: Analisis teoritis dan yuridis putusan kasus Nomor 224 K/Pdt.sus-
HKI/2014, nomor 590 K/pdt.Sus/2012, nomor 477 K/Pdt.Sus/2012, QUALITY
INNS INTERNATIONAL V. McDONALD`S CORP, dan CHAMPAGNE
LOUIS ROEDERER, S.A., v. DELICATO VINEYARDS
Pada bab ini saya akan membahas mengenai tinjauan normatif berkaitan
putusan yang dikeluarakan oleh mahkamah agung. Selain itu pada bab ini juga
akan dibahas mengenai teori-teori untuk menilai persamaan pada pokoknya pada
kasus tersebut.
Bab 5: Penutup
Bab ini akan memberikan kesimpulan berdasarkan masalah yang telah
saya bahas dalam bab-bab sebelumnya. Kesimpulan ini akan menggambarkan
adanya atau tidak persamaaan pada pokoknya dalam kasus tersebut.
Universitas Indonesia
34
Effendy Hasibuan.Perlindungan Merek,(Jakarta: Program Pasca Sarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia,2003), Hlm 1
35
Effendy Hasibuan.Perlindungan Merek,(Jakarta: Program Pasca Sarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia,2003)hlm 1 dikutip dari Frank H Foster& Robert L. Shook, Patents,
Copyrights, and Trademar:The Total guide to Protecting the Rights to Your Invention, Products, or
Trademark... Now Better than Ever, Second Edition, (New York: John Wiley & Sons, Inc, 1993) hlm
21.
36
Ibid. Hlm. 28
16 Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
17
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
37
Ibid. Hlm 3
38
Ibid. Hlm 4
39
Ibid.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
18
dapat berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur tersebut. Unsur kedua ini menunjukkan bahwa merek
didefinisikan memiliki ciri fisik yang dapat dikenali dengan panca indera para
konsumen. Unsur ketiganya adalah adanya kata daya pembeda dan kata
perdagangan. Kedua kata ini menunjukkan bahwa suatu merek yang memiliki
bentuk fisik haruslah berbeda dengan merek yang lainnya dan memiliki tujuan
untuk perdagangan. Adanya kata perdagangan untuk memfokuskan definisi dari
merek tersebut. Karena tanpa adanya kata perdagangan akan dapat merujuk pada
bentuk logo atau bentuk fisik lainnya yang terdiri dari kombinasi unsur kedua.
Kemudian dalam UU Merek membagi kedalam dua jenis merek yang
didefinisikan dalam pasal 1 undang-undang tersebut. Undang-undang tersbut
membagi merek kedalam merek dagang dan merek jasa, berikut adalah bunyi
pasal 1 angka 2 UU Merek berkaitan dengan merek dagang :40
Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
40
Indonesia, op. Cit. Pasal 1 angka 2
41
Ahmadi Miru.Hukum Merek,(Jakarta: RajaGrafindo,2005) Hlm 11
42
Indonesia, op. Cit., pasal 1 angka 3
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
19
43
Jane C ginsburg, et al.,Trademark and Unfair Competition Law; Cases and
Materials,(Virginia: Michie Law publishers, 1996),Hlm. 81
44
RM Suryodiningrat, Pengantar Ilmu Hukum Merek,(Jakarta: Pradnya
Paramita,1975),hlm 9
45
Sudargo Gautama.Hukum Merek Indonesia, (Bandung: Alumni,1977), Hlm 39
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
20
merek karena unsur pembedaan ini haruslah sedemikian rupa berbeda dengan
merek yang sudah ada atau terdaftar. Merek adalah alat untuk membedakan
barang dan tanda yang dipakai sebagai merek ini kiranya harus mempunyai daya
pembedaan untuk dapat membedakan barang yang bersangkutan itu.46 Hal ini
menjadikan pentingnya unsur pembeda dalam suatu merek karena mengingat
tujuan merek itu sendiri adalah sebagai suatu tanda yang memiliki nama baik di
mata konsumen atau masyarakat.
Pada dasarnya unsur pembeda ini harus ada dalam suatu merek untuk
mencegah adanya tindakan produsen lain yang mengekor atau menjiplak merek
produsen lain. Merek itu sendiri bertujuan untuk “ to protect owner and public
from unfair competition”.47 Tujuan merek yang mencegah terjadinya suatu
persaingan usaha yang tidak sehat mewajibkan unsur pembeda sebagai unsur
utama dalam suatu merek. Hal ini dikarenakan bila tidak adanya unsur pembeda
dalam suatu merek menjadikan hilangnya tujuan dari merek itu sendiri yang
melindungan produsen dan konsumen. Melindungi produsen dengan cara
menjaga produknya agar tidak terjadi tindakan penjiplakan terhadap mereknya
dan melindungi konsumen dengan cara menjamin merek yang ada tidak
membingungkan konsumen karena adanya unsur pembeda antara satu produk
dengan produk lain.
Pada dasarnya unsur pembeda ini berlaku pada tanda yang berupa gambar,
nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-
unsur tersebut yang harus berbeda dengan produk lainnya. Tanda ini harus
memiliki ciri khas sendiri yang membedakan dengan produk lain agar memiliki
unsur pembeda yang cukup. Dianggap sebagai tidak cukup mempunyai kekuatan
pembedaan dan karenanya bukan Merupakan merek atau misalnya bentuk, warna,
atau suatu ciri lain daripada barang atau bungkusannya.48
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh prof sudargo gautama ini
kita dapat menarik kesimpulan bahwa unsur pembeda dalam merek yang berupa
46
Ibid. Hlm. 40
47
Ginsburg, et al,Op.cit.,hlm 53
48
Sudargo Gautama. Loc.cit.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
21
gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka dan susunan warna ada baiknya
terdiri dari kombinasi unsur-unsur tanda tersebut. Hal ini agar memberikan dan
memperkuat adanya unsur pembeda dalam merek dagang tersebut. Meskipun
begitu tidak menutup kemungkinan unsur dalam tanda ini tidak terdiri dari
kombinasi unsur-unsur tersebut.
49
Insan Budi Maulana, Perlindungan Merek terkenal di Indonesia dari masa ke
masa,(Bandung: Citra Aditya Bakti,1999). Hlm 102
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
22
50
Ibid.
51
Sudargo Gautama,Op.cit. hlm. 14-15
52
ibid
53
Ibid, Hlm.42
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
23
54
Ibid.
55
ibid Hlm. 15
56
ibid. Hlm. 41
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
24
adanya hubungan antara produk tersebut dengan tanda yang digunakan oleh
masyarakat. Sehingga masyarakat yang ingin menggunakan tanda tersebut,
bahkan negara sekalipun yang akan menggunakannya harus meminta persetujuan
pihak produsen yang menggunakan tanda yang menjadi milik umum tersebut.
Larangan ini pada dasarnya untuk melindungi tanda tersebut dan masyarakat dari
tindakan komersialisasi para produsen.
Misalnya disimpulkan didalam kategori ini tanda lukisan mengenai
“tengkorak manusia dengan dibawahnya ditarunya tulang bersilang” yang secara
umum dikenal dan juga dalam dunia internasional sebagai tanda bahaya racun.
Tidak dapat dibayangkan apabila tanda seperti tengkorak silang ini digunakan
sebagai merek atau dikomersialkan. Maka untuk memberikan peringatan tentang
bahaya racun terhadap suatu barang harus meminta izin terlebih dahulu kepada
produsen merek yang bersangkutan. Bahkan lebih parah masyarakat harus
mengganti penggunaan tanda yang dijadikan merek tersebut, sehingga untuk
menunjukkan bahan yang beracun harus menggunakan tanda lain yang mana kita
tahu sulit untuk merubah hukum kebiasaan masyarakat bahkan kebiasaan
masyarakat internasional.
2.5.4 merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
Berdasarkan penjelasan undang-undang no 15 tahun 2001yang dimaksud
dengan tanda yang merupakan keterangan atau erkaitan dengan barang yang
dimohonkan atau dalam kata lain Merek tersebut berkaitan atau hanya
menyebutkan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya. contohnya
Merek Kopi atau gambar kopi untuk jenis barang kopi atau untuk produk kopi.57
Pada dasarnya ketentuan huruf d ini memiliki kaitannya dengan aturan berkaitan
dengan tanda dalam huruf c. Hal ini dikarenakan yang dilarang adalah
pendaftaran terhadap tanda yang merupakan keterangan produk yang
bersangkutan. Keterangan ini merupakan salah satu kata umum atau tanda yang
telah digunakan oleh masyarakat secara luas sebagai kata atau tanda yang
57
Ahmadi Miru. Op. Cit. Hlm 15
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
25
menunjukkan barang tersebut. Namun konsep ini berkaitan dengan regional suatu
wilayah karena setiap bahasa berbeda antara satu negara dengan negara lain
sehingga nama keterangan di suatu tempat bisa jadi merek di tempat lain.
Pelarangan ini sebagai bentuk perlindungan bagi kata yang sudah menjadi milik
umum dan juga melindungi konsumen agar tidak memiliki kerancuan dalam
memilih atau membeli produk sehingga menimbulkan persaingan yang sehat
diantara produsen.
Sedangkan menurut Prof sudargo Gautama berkaitan dengan pasal 5 huruf
tanda-tanda tersebut dijabarkan menjadi lebih rinci berkaitan dengan tanda yang
tidak dapat menjadi merek. Waktu atau tempat pembuatan tidak dapat dijadikan
sebagai tanda untuk merek. Hal ini dikarenakan tanda atau tempat dimana produk
tersebut dibuat dapat dipersamakan dengan keterangan barang tersebut. Juga
keterangan tentang waktu dan tempat pembuatan misalnya 1945, atau 1956, atau
nama tempat pembuatan seperti Solo, Kedu, Bandung, Jakarta dan sebagainya.58
Hal-hal ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu tanda dalam merek karena tidak
memiliki daya pembeda pada dasarnya karena berasal dari kata yang sudah
umum.
Selanjutnya menurut beliau contohnya adalah kata yang berkaitan dengan
keterangan jumlah barang. Keterangan jumlah barang tidak dapat dijadikan
sebagai suatu mereka jumlah barang dianggap kurang kuat untuk dipandang
sebagai merek, misalnya perkataan satu losin, satu dus, 10, 30.59 Semua yang
berkaitan dengan keterangan jumlah barang tidak dapat dijadikan karena bila
melihat dari segi kegunaan katanya merupakan kata yang dimiliki umum dimana
digunakan sebagai alat tunjuk untuk jumlah barang tersebut.
2.6. Persamaan Pada Pokoknya
58
Sudargo Gautama. Loc. cit.
59
Ibid.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
26
perbedaan yang sangat tipis sekali bila kita lihat pada artinya antara merek yang
memiliki kemiripan yang identik (Identical mark) dan merek yang memiliki
persamaan pada pokoknya (similar mark).
Untuk mengetahui apakah suatu merek memiliki kemiripan yang identik dengan
merek lainnya kita dapat melihat pendapat pengadilan Eropa dalam perkara LTJ
Diffusion SA v Sadas Verbaudet SA (C-291/00) putusannya adalah:60
“Sebuah tanda yang menunjukkan suatu merek identik dengan merek lainnya
ketika diproduksi ulang, tanpa perubahan atau tambahan, keseluruhan unsur
menggambarkan merek tersebut atau secara keseluruhan menunjukkan
perbedaan yang sangat tipis bahkan kedua merek tersebut sulit dibedakan oleh
konsumen pada umumnya.”
“ Anda harus mengambil dua kata. Anda harus mengadili keduanya, baik dari
tampilan dan bunyi kedua merek tersebut. Anda harus mempertimbangkan
keaslian dan jenis konsumen yang akan membeli jenis barang yang bersangkutan.
Faktanya, Anda harus mempertimbangkan seluruh aspek penting lain yang
berkaitan; dan Anda harus memperkirakan apa yang akan terjadi pada kedua
merek tersebut bila digunakan dengan cara yang pada umumnya penggunaan
merek tersebut pada masing-masing barang mereka.”
Prinsip ini telah berkembang kedalam 5 panduan dasar yang dapat diterapkan
dengan memperhatikan seluruh merek tersebut, yaitu:62
60
Intelectual Property Office New Zealand, “Identical trademarks”
http://www.iponz.govt.nz/cms/trade-marks/practice-guidelines-index/practice-guidelines/10-
relative-grounds-identical-or-similar-trade-marks/3-identical-trade-marks dilihat 7 januari2015
61
Intelectual Property Office New Zealan, “Similar Trademarks”,
http://www.iponz.govt.nz/cms/trade-marks/practice-guidelines-index/practice-guidelines/10-
relative-grounds-identical-or-similar-trade-marks/4-similar-trade-marks dilihat 7 januari 2015
62
Ibid.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
27
Bila berkaca kepada kedua definisi tersebut maka kita dapat melihat
bahwa pada dasarnya persamaan pada pokoknya memiliki perbedaan di beberapa
faktor tertentu saja. Sehingga sekalipun memiliki perbedaan di beberapa tanda
atau aspek, hal ini masih dapat menimbulkan kebingungan. Oleh karena itu
dibutuhkan faktor-faktor tertentu untuk menilai persamaan pada pokoknya untuk
melihat perbedaan ini. Pada dasarnya persamaan pada pokoknya terbagi kedalam
tiga jenis persamaan pada pokoknya, yaitu :
Hal ini dapat kita lihat dalam ketentuan pasal 6 UU Merek yang melarang
berbagai unsur tanda dalam merek yang didaftar memiliki persamaan pada
pokoknya dengan tanda-tanda tertentu. Unsur-unsur yang dilarang ini tidak dapat
didaftarkan. Selain itu merek yang memiliki kesesuain dengan pasal 6 ayat (3) UU
Merek maka merek tersebut harus ditolak. Meskipun kedua hal ini berakibat
sama. Namun kedua hal tersebut memiliki perbedaan yang terletak pada latar
belakang yang dipertimbangkan oleh Direktorat untuk tidak menerima
permohonan tersebut.63 Jenis persamaan pada pokoknya yang pertama ini adalah
persamaan pada pokoknya yang memenuhi ketentuan pasal 6 UU Merek yang
biasanya terjadi pada saat pendaftaran suatu merek
Pasal 68
(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau
Pasal 6.
63
Ahmadi Miru, loc.Cit
64
Indonesia, op. Cit., Pasal 68
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
28
(2) Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) setelah mengajukan Permohonan kepada Direktorat Jenderal.
(3) Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan
Niaga.
(4) Dalam hal penggugat atau tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik
Indonesia, gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga di Jakarta.
65
Ahmadi miru. op Cit. Hlm 85
66
Indonesia. op. Cit. Pasal 76
67
Ibid. Pasal 91
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
29
Pasal 91
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya
dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Ketentuan ini menjadi dasar hukum untuk berlakunya langkah hukum pidana
terhadap para pihak yang menggunakan merek terdaftar atau memiliki persamaan
pada pokoknya dengan merek terdaftar tapa memiliki alas hak penggunaan nama
merek tersebut. ketiga jenis persamaan pada pokoknya ini berdampak pada dua
jenis penolakan pendaftaran dan pembatalan merek yang telah terdaftar. Pada
akhirnya ketiga jenis persamaan pada pokoknya ini berlandaskan pada salah satu
alasan yang sama, yaitu alasan dalam ketentuan pasal 6 UU Merek yang
menunjukkan bahwa timbulnya persamaan pada pokoknya antara merek yang ada
merupakan suatu pelanggaran merek.
Hak khusus yang diberikan oleh undang-undang kepada para pemegang
merek sebagai hak ekslusif untuk menggunakan merek tersebut tidak terbatas
untuk membedakan mereknya dari merek lain saja. Tetapi hak khusus ini juga
meliputi semua merek-merek yang sama pada pokoknya dengan merek
tersebut.68Konsep persamaan pada pokoknya dalam unsur-unsur tanda dalam
merek diatur dalam pasal 6 undang-undang no 15 tahun 2001 yang mana
melarang suatu merek memiliki persamaan dengan merek lain. Konsep persamaan
pada pokoknya ini sesuai dengan doktrin “Identical” atau “nearly
resembles”.menurut doktrin ini, suatu merek dianggap mempunyai persamaan
pada pokoknya dengan merek lain, ditentukan berdasarkan patokan yang lebih
lentur dibandingkan dengan doktrin “entirities similiar”.69
68
Effendy Hasibuan, op.cit. hlm. 99
69
. M. Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek
Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No.19 tahun 1992,(Bandung: Citra Aditya
Bakti,1996), Hlm 417
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
30
yang memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek lain. Berikut adalah
bunyi pasal 6 ayat (1) undang-undang no 15 tahun 200170:
Pasal 6
(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek
milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa
yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek
yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-
geografis yang sudah dikenal.
Berdasarkan pasal 6 ayat (1) undang-undang no 15 tahun 2001 ada
berbagai ruang lingkup berkaitan dengan penerapan konsep larangan persamaan
pada pokoknya. Berdasarkan larangan dalam pasal tersebut ada berbagai aspek
yang dilarang mulai dari (a) persamaan pada pokoknya dengan merek pihak lain
yang sudah terdaftar,(b) merek lain yang memiliki popularitas tinggi atau terkenal,
dan (c) merek-merek yang memiliki persamaan dengan indikasi geografis yang
sudah terkenal. Hal-hal ini menjadi larangaan bagi suatu merek untuk didaftarkan
ke direktorat Jendral HKI.
70
Indonesia, Op.Cit. pasal 6
71
Indonesa, Op Cit., Penjelasan pasal 6 ayat 1 huruf a
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
31
Aturan ini tidak disertai dengan adanya syarat bahwa merek terkenal
tersebut harus didaftarkan terlebih dahulu di Indonesia. Syarat ini menjadikan
pihak luar negeri yang memiliki merek lebih terkenal dibandingkan di Indonesia
tetap memiliki hak ekslusif atas penggunaan mereknya. Hal ini berarti, walaupun
merek terkenal tersebut tidak didaftar di Indonesia, tetap saja dilindungi
berdasarkan undang-undang merek.73
72
Ahmadi Miru, op.cit., Hlm 16
73
Ibid., hlm. 17
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
32
Perlindungan ini juga dapat berlaku kepada barang yang tidak sejenis
selama memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. Menurut Ahmadi Miru perlindungan merek terkenal
walaupun untuk barang dan atau jasa tidak sejenis ini harus pula memerhatikan
keterkaitan antara barang yang tidak sejenis tersebut.75 Menurut beliau
perlindungan terhadap merek terkenal ini bergantung pada jenis mereknya.
Sebagai contoh adalah apabila produk TOYOTA yang membuat suatu mobil
ditiru oleh pihak lain mereknya dalam barang yang tidak sejenis, toyota dapat
mengajukan keberatannya.
74
Op. Cit., Penjelasan pasal 6 huruf b
75
Ahmadi Miru, op cit., Hlm. 17
76
Ahmadi Miru,op. Cit., Hlm 18
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
33
Hal ini terjadi apabila suatu merek memiliki kesan pada tandanya atau
mereknya berkaitan dengan suatu tempat. Hal ini disebabkan kemungkinan
timbulnya kekeliruan bagi masyarakat tentang kualitas barang tersebut.77 Atau
dalam kata lain suatu merek dapat dianggap mempunyai persamaan pula dan
dapat mengacaukan tentang asal-usul barang bersangkutan, jika ada persamaan
diantaranya hingga pada publik dapat menimbulkan kekacauan origine atau
asalnya barang-barang bersangkutan.78 Suatu merek dilarang memiliki persamaan
dengan suatu indikasi geografis karena akan memberikan kesan yang menipu
masyarakat apabila barang tersebut bukan berasal dari tempat tersebut.
(3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut:
a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang
berhak;
77
Tim Lindsey et Al, loc Cit
78
Ibid
79
Indonesia, Loc Cit. Pasal 6 ayat (3)
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
34
80
Edward C Vandenburgh, Trademark Law and Procedure,(NewYork:The
Boobbs-merrill,1968) Hlm 139
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
35
81
Ibid.
82
Ibid.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
36
menimbulkan kesan bahwa kedua merek tersebut saling berhubungan, yang mana
dapat berdampak pada melemahnya atau berkurangnya kekuatan merek dari
merek sebelumnya tersebut.83 Hal ini dapat kita lihat dalam ketiga keadaan diatas.
Menurut Edward Pada dasarnya penilaian ketiga keadaan ini dilihat dari beberapa
aspek. Menurut beliau “test of confusing similiarity membutuhkan kesalahan atau
penipuan menjadi "mungkin" dan "kemungkinananya untuk terjadi”.”84 Ketiga aspek
ini dipandang sulit untuk dibuktikan. Karena biasanya dalam beberapa kasus
hanya terjadi salah satu atau salah dua dari aspek-aspek tersebut. Menurut beliau
“sangat penting penggunaan kata “atau” dalam pengaturannya dibandingkan
dengan menggunakan kata “dan” ”.85
Pada dasarnya menilai ada tidaknya persamaan antara suatu merek dengan
merek lain dapat dilihat dari ada tidaknya persamaan penampilan, kesan, arti, atau
kombinasi diantaranya dari merek lain. Secara umum ada tiga faktor penilaian
yang diterapkan dalam mengidentifikasi ada atau tidaknya persamaan atau yang
lebih dikenal dengan penilaian similiarity test, yaitu :86
83
Kathleen B. McCabe,“Dilution-by-Blurring: A Theory Caught in the Shadow of
Trademark Infringement,” Fordham Law Review 68 (2000), hlm 1828 “Trademark
Dillution occurs when a person or company uses a mark identical or substantially
similar to a pre-existing trademark, triggering a mental association on the part of
the consumer between the two marks, thereby eroding the strength of the original
mark.”
84
Edward C Vandenburg, op. Cit., Hlm 138
85
Ibid.
86
Edward C Vandenburg, op. Cit., Hlm 159
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
37
selain penilaian diatas untuk melihat apakah adanya persamaan antara suatu
merek dengan merek lain dalam konsep likelihood of confusion ada beberapa aspek
87
yang harus diteliti oleh hakim, yaitu:
87
United States Court for The Ninth Circuit, 15.16 INFRINGEMENT—LIKELIHOOD OF
CONFUSION—FACTORS—SLEEKCRAFT TEST, 15 U.S.C. §§ 1114(1) and 1125(a)
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
38
confusion. Dimana persamaaan dengan tampilan, suara, dan artinya lebih besar
daripada perbedaan antara masing-masing produk tersebut.
4. Actual Confusion
Jika Merek pihak tergugat menggunakan merek pihak penggugat, hal ini
secara jelas menunjukkan adanya Actual Confusion, keadaan ini sangat
menunjukkan adanya likelihood of confusion. Tetapi bagaimanapun keadaan
Actual Confusion tidak menjadi syarat untuk menentukan likelihood of confusion.
Jadi Meskipun suatu kasus tidak menimbulkan kebingungang yang senyatanya
(Actual Confusion) , namun masih mungkin pihak tergugat menggunakan merek
yang tetap menimbulkan kebingungan bagi konsumen. Sebagai pertimbangan
adalah apabila suatu merek dagang yang dibuat oleh pihak tergugat menimbulkan
likelihood of confusion bagi konsumen terhadap merek dagang penggugat, maka
penilaiannya harus dititik beratkan pada bagian-bagian yang menimbulkan Actual
Confusion.88
5. Tujuan Tergugat
88
Ibid.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
39
Jika merek pihak penggugat dan tergugat dijual pada toko yang sama atau
kedua merek tersebut diiklankan pada media yang sama, maka akan memperbesar
kemungkinan kehadiran keadaan likelihood of confusion itu sendiri.
9. Faktor lain.
89
Ibid.
90
NotJustPatent “How to Avoid A Trademark Application That is Likely To Be Refused
Because of Confusion”, http://likelytocauseconfusion.com/, dilihat pada 13 Januari 2015
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
40
91
Clifford D. Hyra, The DuPont Factors: The Trademark Infringement Test
Explained,(Reston: HYRA IP,2009)
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
41
Menurut Clifford “Kesemua faktor ini tidak dapat memiliki penilaian yang
sama karena hal ini bergantung pada kasus yang ada.”92 Ketiga belas penilaian ini
sebelumnya diterapkan dalam paten kemudian Pengadilan Bea dan Banding Paten
Amerika Serikat memberikan keputusannya pada tanggal 3 Mei 1973. Keputusan
Ini membatalkan keputusan dari TTAB dan memungkinkan aplikasi DuPont pada
saat ini dalam Merek. Lebih penting lagi, bagaimanapun, pengadilan
mengidentifikasi 13 faktor yang harus selalu diperhatikan, ketika catatan, dalam
92
Ibid.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
42
93
Illuminor, “The DuPont Factors”, http://www.illuminor.com/tmc/dupont, dilihat pada
13 Januari 2015
94
A. Blanco White dan Robin Jacob, Concise College Texts; Patents, Trademarks,
Copyright and Industrial Designs, (London: Sweet & Maxwell,1970), hlm 69
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
BAB III
43 Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
44
Bogor 16710. Beliau memberikan kuasanya kepada Endra Agung Prabawa, SH.,
dan kawan, yang berprofesi sebagau Advokat, berkantor di Jalan Ciawi I Nomor
14, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12180, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tanggal 6 November 2013, sebagai Termohon Kasasi dahulu Tergugat;
Kasus ini bermula ketika Comitte Olympic pihak penggugat ingin
mendaftarkan mereknya di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) dengan nomer daftar
No. D00.2009. 031401 Namun sayangnya merek tersebut dengan jenis barang
yang sama telah digunakan dan didaftarkan oleh Pihak penggugat atau Tan Sen
huat sejak tahun 2004Telah diajukan sebelumnya di pengadilan niaga jakarta
pusat Bahwa Penggugat memiliki pendaftaran merek-merek dengan menggunakan
kata “OLYMPIC” dan “OLYMPICS” dengan berbagai variasinya yang telah
terdaftar secara Internasional di berbagai negara di dunia pengugat sangat
berkeberatan dengan terdaftarnya Merek “OLYMPIC” daftar No. IDM000076179
atas nama Tergugat dalam Daftar Umum Merek, disebabkan hal-hal sebagai
berikut:
MEREK ATAS NAMA TERGUGAT MERUPAKAN NAMA LEMBAGA
INTERNASIONAL MILIK PENGGUGAT; Merek atas nama Tergugat
menggunakan kata “OLYMPIC”, yang merupakan nama Lembaga Internasional
“OLYMPIQUE” (“OLYMPIC” dalam bahasa Inggris), yang menangani
penyelenggaraan olimpiade (olympic) sejak tahun 1894 milik Penggugat
PENDAFTARAN MEREK ATAS NAMA TERGUGAT DILANDASI OLEH
ITIKAD TIDAK BAIK. Bahwa ide atau inspirasi Tergugat dalam mendaftarkan
merek “OLYMPIC” patut diduga diilhami oleh nama Lembaga Internasional
milik Penggugat COMITE INTERNATIONAL OLYMPIQUE (“OLYMPIC”
dalam bahasaInggris), yang didirikan sejak tahun 1894 dan telah terkenal di
berbagai Negara di dunia. patut diduga pendaftaran merek atas nama Tergugat
didasari oleh itikad tidak baik untuk membonceng nama Lembaga Internasional
milik Penggugat yang telah terkenal di seluruh dunia dengan tujuan memperoleh
keuntungan besar tanpa harus mempromosikan mereknya sendiri.
Tuntutannya adalah sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Merek : BIORF
Daftar No :IDM000292510
Tanggal Pendaftaran: 7 Februari 2011
Tanggal Penerimaan: 14 Desember 2006
Kelas :3
Jenis Barang : Segala macam kosmetika, segala
macam bedak untuk wanita dan anak-anak, wangi-
wangian/minyak wangi, lotion kulit, shampo, sabun mandi,
sabun cuci, sabun cuci cair, cream-cream kulit, cream-
cream muka, handbody,kapas kecantikan, cat rambut, kutek
kuku, deodorant stick, lipstik.
Universitas Indonesia
Gugatan pembatalan merek yang diajukan oleh KAO Corp ini didasarkan
pada alasan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 4, Pasal 5 butir (a) dan Pasal 6ayat (1) butir (a) dan (b), dan Pasal 6 ayat (2)
Undang-Undang Merek
Selain itu menurut penggugat pihak Tergugat adalah pemohon yang beriktikad
tidak baik dalam mengajukan permohonan pendaftaran Merek Tergugat, pada
khususnya:
a) Pada saat mengajukan permohonan pendaftaran Merek Tergugat,
Tergugat telah mengetahui bahwa merek yang diajukannya, dalam hal ini
Merek BIORF yang diajukan permohonan pendaftarannya memiliki
persamaan dengan Merek BIORE milik Penggugat
b) Pada saat mengajukan permohonan pendaftaran Merek Tergugat,
Tergugat telah mengetahui bahwa merek yang diajukannya, dalam hal ini
Merek BIORF yang diajukan permohonan pendaftarannya memiliki
persamaan dengan Merek BIORE yang telah terkenal
c) Tergugat bermaksud untuk menggunakan Merek Tergugat untuk
barang-barang yang sejenis dengan barang-barang yang diberikan
perlindungan dalam pendaftaran Merek BIORE milik Penggugat
d) Tergugat bermaksud untuk menggunakan Merek Tergugat untuk
barang-barang yang tidak sejenis dengan barang-barang yang telah
diberikan perlindungannya melalui pendaftaran-pendaftaran
Merek BIORE milik Penggugat kedua merek adalah merek kata yang
sama-sama yang terdiri dari 5 (lima) huruf. Dari kelima huruf dalam masing-
masing merek, 4 (empat) huruf pertama terdiri dari huruf-huruf yang sama, yaitu:
B, I, O, R dan ditempatkan dalam urutan yang sama. Kedua merek yang
dibandingkan di atas, juga dituliskan dengan cara yang sama, yaitu dengan
menggunakan huruf-huruf besar balok. Secara keseluruhan visual terlihat bahwa,
hanya 1 unsur yang menyisakan perbedaan antara kedua merek yang
dibandingkan, yaitu huruf terakhir dari masing-masing merek-huruf E pada Merek
BIORE; dan,
Universitas Indonesia
Namun sayangnya pada upaya hukum pengadilan niaga Jakarta pusat ini
gugatan KAO Corp ditolak seluruhnya oleh pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan No. 02/Merek/ 2012/
PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 24 Mei 2012 yang amarnya Menolak eksepsi Tergugat
dan
dalam Pokok Perkara Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya
Membebankan ongkos perkara kepada Penggugat sebesar Rp.866.000,- (delapan
ratus enam puluh enam ribu rupiah) Kemudian dilanjutkanlah dengan melakukan
kasasi ke mahkamah agung dengan alasan adanya kesalahan dalam penerapan
hukum.
Tuntutan yang diajukan ketika melakukan upaya hukum di pengadilan
Niaga Jakarta Pusat adalah :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kasus ini adalah kasus antara pihak Everlast yang berkedudukan di USA
melawan Teddy tjahyadi pemilik merek “Ever Last”. Dalam kasus ini yang
menjadi permasalahan adalah penggunaan nama merek yang hampir serupa antara
kedua merek tersebut. Padahal merek Everlast asal USA dapat dikategorikan
sebagai merek terkenal berdasarkan bukti dan putusan hakim. Sebelumnya pada
pengadilan tingkat pertama merek Everlast asal USA kalah. Kemudian dalam
pengadilan di mahkamah agung merek Everlast asal amerika dimenangkan karena
merupakan merek terkenal dan kedua merek memiliki persamaan pada pokoknya
antara kedua merek tersebut.
Universitas Indonesia
Bahwa selain terdaftar di Negara Indonesia, merek Everlast Penggugat juga telah
terdaftar di beberapa Negara di dunia Internasional, yang antara lain yaitu :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penempatan, cara penulisan, bunyi, ucapan dan tulisan yang sama dengan merek
Penggugat hal inilah yang semakin membuat kedua merek tersebut sulit untuk
dibedakan sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat antara merek tersebut.
mengingat merek Ever Last Tergugat dengan merek Everlast Penggugat
mempunyai persamaan pada pokoknya, sehingga apabila dipakai secara
bersamaan atau dipasarkan, kedua merek tersebut pasti akan membingungkan
khalayak ramai, tentang asal usul produksi barang Tergugat dikira berasal dari
Penggugat, hal mana tidak menguntungkan Penggugat.
Hal inilah yang menjadi dasar gugatan pihak Pengugat yang pertama kali
dilakukan ke Pengadilan Niaga Jakarta. Namun sayangnya pada Pengadilan
Jakarta Pusat pihak Pengugat dinyatakan kalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dengan putusan Nomor 01/Merek/2012/ PN.NIAGA.Jkt.Pst. tanggal 12
April 2012 yang amarnya Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya dan dalam
Pokok Perkara menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan membebankan
ongkos perkara kepada Penggugat sebesar Rp.1.016.000,00 (satu juta enam belas
ribu Rupiah)
Namun karena dianggap adanya kesalahan dalam penerapan hukum, pihak
penguguat melakukan upaya hukum yaitu kasasi dengan salah satu
pertimbangannya adalah putusan Mahkamah Agung RI Nomor 08
K/N/HaKI/2003 tanggal 13 Pebruari 2003, yang dalam pertimbangannya
disebutkan :
"Walaupun Termohon Kasasi adalah pendaftar pertama (first to file), tetapi pendaftaran ini
didasari pada itikad tidak baik (ter goeder trouw) in casu dilakukan dengan membonceng merek
dagang milik Pemohon Kasasi semula Penggugat yang sudah terkenal dan sudah terdaftar di 15
(lima belas) negara, sehingga merek milik Tergugat dapat membingungkan dan menyesatkan
konsumen yang bermaksud akan mengkonsumsi produk merek dagang milik Pemohon Kasasi.”
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Quality telah memiliki berbagai jenis hotel mulai dari segi yang ekonomis sampai
yang ekslusif. Berawal saat pengembangan hotel dalam kelas Ekonomi dimana
Quality ingin mengembangkan konsep hotel murah yang dapat dijangkau
masyarakat kelas menengah ke bawah. Pihak Quality kemudian merancang
konsep hotel dengan kamar yang lebih kecil dari biasanya dengan memiliki queen
size bed, plush carpeting, televisi berwarna, dan kamar mandi yang ada di dalam
kamar. Konsep kamar murah ini akan dikenakan biaya sebesar $20 dan $29 per
malamnya. Harga ini sangat murah bila dibandingkan dengan kelas hotel lainnya
yang dimlliki oleh Quality. Kemudian hotel murah ini dinamakan oleh tuan
Hazard dengan McSleep Inn yang mana hotel murah ini direncanakan diluncurkan
pada Desember 1988.
Akhirnya pada tanggal 21 september 1987, Quality Inns International, Inc
mengumumkan produk barunya hotel dengan biaya terjangkau yang bergerak di
bawah nama “McSleep Inn.” Hal ini langsung mendapatkan respons keras dari
pihak McDonald`s . tiga hari kemudian pihak McDonald`s langsung mengajukan
surat kepada pihak Quality untuk tidak menggunakan nama “McSleep” hal ini
dikarenakan nama tersebut memiliki persamaan dengan nama yang menjadi ciri
khas merek McDonald`s yaitu huruf “M dan c” yang kombinasi keduanya
merupakan kata yang memiliki ciri khas yang dimiliki oleh McDonald`s. Lima
hari kemudian, pada 29 september 1987, Quality mencari keadilan Dengan
mengajukan tuntutan ke lembaga peradilan dengan alasan bahwa:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Majelis banding menilai bahwa dalam kasus ini tidak ditemukan adanya
kesamaan antara kedua merek, apalagi bila dilihat dalam penilaian likelihood of
confusion. Menurut majelis banding ketiadaan keadaan likelihood of confusion
dalam kasus ini menunjukkan adanya bahwa tidak adanya pelanggaran merek
dalam penggunaan kedua merek tersebut. Sekalipun berdasarkan penilaian
DuPont Factor dapat dinilai berbeda, namun ada satu faktor yang tidak dapat
dipenuhi dalam kasus ini, yaitu absennya faktor kesamaan baik secara tampilan,
bunyi, dan arti antara kedua produk tersebut menjadikan tidak adanya pelanggaran
merek dalam kasus ini.
Universitas Indonesia
Pada kasus ini antara pihak Olympic dan Tan Sen Huat berselisih
berkaitan dengan nama merek yang dajukan oleh Tan Sen Huat. Apabila kita
melihat kepada merek yang dimiliki oleh Tan Sen Huat, memang memiliki
beberapa kemiripin dengan nama merek yang dimiliki oleh pihak Comite
International Olympique. Kemiripan antara kedua merek tersebut terletak pada
penamaan merek yang digunakan. Apabila kita melihat merek yang akan
didaftrakan oleh pihak Olympic asal Swiss dengan nomor Pendaftaran Merek
“OLYMPIC dan Logo” No. D00.2009. 031401 dengan jenis barang kelas 9.
Sedangkan sejak tanggal 6 Juni tahun 2006 telah dilakukan pendaftaran merek
dengan nama dan logo “OLYMPIC” dengan daftar No. IDM000076179.
Persamaan ini diperparah dengan persamaan dengan jenis barang yang sama yaitu
barang kelas 9.
Persamaaan pada pokoknya inilah yang akan dinilai berdasarkan teori dan
perundang-undangan no 15 tahun 2001 tentang merek. Berdasarkan gugatan yang
diajukan oleh pihak Olympic terkait dengan merek yang digunakan oleh Tan Sen
Huat ada beberapa aspek yang menjadi penilaian apakah merek tersebut memiliki
persamaan pada pokoknya dengan merek lain.
Berikut adalah kedua merek yang memiliki persamaan satu sama lain.
Merek yang menjadi pokok sengketa adalah merek “OLYMPIC” daftar No.
IDM000076179 atas nama Tergugat dan merek “OLYMPIC dan Logo” No.
D00.2009. 031401 milik Penggugat untuk semua jenis-jenis barang yang
dimintakan di kelas 09, 10 dan 11.. Kedua merek inilah yang menjadi
permasalahan dalam kasus ini, karena kedua belah pihak menggunakan dan
mendaftarkan pada merek dengan jenis barang yang sama yaitu barang kelas 9.
65 Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
66
Apabila kita melihat kedua kata diatas sebagai suatu merek secara umum kata
tersebut memiliki kemiripan dari segi bunyi dan penggunaan hurufnya. Kemiripan
inilah yang menjadi permasalahan dalam pendaftaran merek tersebut.
Pasal 6
(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain
yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal
milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang
sudah dikenal.
Bila kita melihat pada pengaturan dalam pasal 6 tersebut berkaitan dengan
permohonan yang akan diajukan untuk pengajuan merek harus ditolak dalam
kaitannya merek tersebut memiliki faktor-faktor tertentu.berkaitan dengan kasus
ini yang menjadi permasalahan adalah dimana pihak Olympic asal swiss ingin
mendaftarkan merek olympic milik mereka namun sudah didaftarkan sebelumnya
oleh pihak Tan Sen Huat, apabila kita berkaca pada pasal 6 diatas maka dalam
kasus ini terjadi keadaan seperti dalam huruf a. Ketentuan dalam huruf a
menunujukkan bahwa merek yang akan didaftarkan oleh pihak Olympic asal
swiss ingin mendaftarkan merek “OLYMPIC” dengan nomor daftar D00.2009.
031401 dengan jenis barang kelas 9. Sedangkan merek yang sama untuk barang
kelas 9 ini telah didaftarkan oleh Tan Sen Huat dengan nama merek yang sama.
1
Indonesia. Loc Cit, pasal 6 ayat (1)
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
67
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
68
hakim mahkamah agung. Hal ini dikarenakan “Namun dalam perkara a quo
Penggugat dalam persidangan ternyata tidak dapat membuktikan dalilnya bahwa
merek dagang “THE OLYMPIC” dan “OLYMPIC dan LOGO” adalah merek
yang dikenal (terkenal) sebagai merek dagang milik Penggugat, karena tidak
satupun dari bukti-bukti yang diajukan oleh Penggugat yang sah dan kuat
menunjukkan adanya kegiatan promosi gencar dan besarbesaran penggunaan
merek tersebut oleh Penggugat jauh sebelum Tergugat mendaftarkan merek
dagangnya di Indonesia, sehingga merek dagang milik Penggugat bukanlah merek
dagang terkenal. Pada akhirnya diajukan gugatan dengan menggunakan pasal 6
ayat (3) huruf b yang bunyinya adalah sebagai berikut:3
(3)Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki
orang lain,
kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol
atau emblem
negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak
yang
berwenang;
c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh
negara atau
lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
Hal ini disebabkan yang dilawan dalam merek ini adalah lembaga
penyelenggara olimpiade dari swiss yang berargumen telah ditiru oleh pihak Tan
Sen Huat. Apabila kita jabarkan kedua merek tersebut persamaannya terletak pada
hampir seluruh huruf dalam merek tersebut, baik penempatan, cara penulisan, dan
persamaann bunyi. Penempatan huruf yang sama antara kedua merek yaitu
dimulai dengan huruf O,L,Y,M,P,I, sampai C kesemua penempatan huruf ini
serupa antara merek milik Tan Sen Huat dan merek Milik pihak Comitte. Selain
itu cara penulisan pun sama satu sama lain, bahkan kemiripan ini berdampak pada
penyebutan bunyi yang sama antara merek-merek tersebut. Sehingga bila kita
sandingkan kedua merek ini dan dilafalkan tidak memiliki perbedaan sedikitpun
antara merek Tan Sen Huat dan Merek milik pihak Comitte.
3
Indonesia, Loc Cit., pasal 6 ayat (3) huruf b
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
69
4
Imam Sjahputra, Hukum Merk Indonesia,( Jakarta: Harvarindo, 1997).Hlm 19
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
70
berbeagai tes terhadap merek tersebut. Beberapa tes yang dapat menjadi dasar
penilain suatu merek adalah similiarity test. Selain itu dalam pengadilan federal di
amerika penilaian yang digunakan adalah dengan menggunakan DuPont Factor.
penilaian ini melihat berbagai faktor yang ada dalam menilai apakah adanya
persamaan yang merugikan dari suatu merek dengan merek lain.
5
Edward C Vandenburg, Loc Cit.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
71
sekaligus logo dalm kedua merek tersebut. Berikut adalah tampilan kedua merek
“OLYMPIC” miliki Tan Sen Huat dan milik Comitte:
Apabila kita melihat secara visual kedua merek ini memang memiliki
perbedaan di beberapa bagian. Yaitu adanya 5 garis berwarna dalam merek pihak
comitte dan kata-kata namanya yang ditambah dengan “THE” kedua unsur tanda
inilah yang menjadi titik perbedaan dasar kedua merek tersebut. Sisanya yang
paling utama bahkan yaitu penggunaan kata “OLYMPIC” yang hampir sama
persis antara kedua merek tersebut. Bahkan pendaftarannya di Indonesia
menggunakan nama merek yang sama hal ini ada dalam tuntutan yang diajukan
oleh pihak Comitte berikut kutipan tuntutan yang diajukan pihak comitte
“permohonan Pendaftaran Merek “OLYMPIC dan Logo” No. D00.2009.
6
Ditjen HKI, “Penelusuran Merek Terdaftar Indonesia” http://Merek-
indonesia.dgip.go.id/detail.php?aplnumber=%27R002011004970%27&class=%279%27, diunduh
30 november 2014
7
IP AUSTRALIA, “Trademark Details-Full”
http://pericles.ipaustralia.gov.au/atmoss/Falcon.Result, diunduh 30 november 2014
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
72
031401”. Berdasarkan hal ini maka melihat pada pengajuan yang menggunakan
nama yang sama oleh pihak Tan Sen Huat maka kedua merek ini secara fisik dan
kesan serta penglihatan sangat mirip satu sama lain, sekalipun ada perbedaan hal
ini sangat sedikit dan bukan merupakan unsur yang mononjol yang menjadi
pembeda antara kedua merek bersangkutan.
Penilaian yang ketiga adalah penilaian dengan melihat pada apakah ada
atau tidak persamaan dalam arti. Untuk penilaian yang satu ini sangat lah mudah
bagi kedua merek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan penggunaan nama yang
sama sehingga arti nya pun sama bagi kedua belah merek apalagi diterapkan pada
jenis barang yang sama. Oleh karena itu sesuai dengan penilaian ketiga unsur
diatas yang dipenuhi oleh kedua merek tersebut menunjukkan bahwa kedua merek
ini secara nyata memiliki persamaan satu sama lain sehingga sulit untuk
membedakan kedua merek tersebut.
8
Clifford, loc.Cit.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
73
yang didaftarkan kedua belah pihak. Oleh karena itu faktor kedua ini
terpenuhi pada kasus ini.
3. Saluran perniagaan
Pada faktor ini, yang menjadi penilaiannya adalah apakah adanya
persamaan atau kemiripan antara kedua merek “OLYMPIC” ini dalam
keterkaitannya dengan hubungan perniagaannya. Berkaitan dengan hal ini
seperti kita ketahui bahwa merk OLYMPIC pihakcomitte telah didaftarkan
di berbagai negara di dunia, yang menunujukkan bahwa hubungannya
pernagaannya sudah mencakup beberapa negara sedangkan merek Tan Sen
Huat hanya mencakup kawasan regional saja, mungkin saja kalau merek
ini hubungan perniagaannya melingkupi kawasan asia saja.
4. Penjualan
Kondisi ini disebabkan oleh konsumen yang teliti atau tidak,
berkaitan dengan hal ini seorang yang membeli barang elektronik maka
cendrung pemilih oleh karen itu dalam kasus ini pihak pembeli kedua
merek tersebut adalah pembeli atau konsumen yang teliti dan cendrung
sangat teliti akan merek yang dibeli karena barang elektronik adalah
barang yang cukup mahal sehingga pembelinya akan semakin teliti dalam
membeli suatu barang. Oleh karena itu berdasarkan faktor ini para pembeli
dapat menilai barang yang mana yang asli dan peniru.
5. Popularitas
Berkaitan dengan kasus ini, maka untuk menilai terkenalnya suatu
merek olympic ini keduanya menurut penulis memiliki reputasi bukan
merek terkenal. Hal ini dikarenakan kedua merek tersebut ketika dilakukan
pertanyaan tentang merek olympic milik Tan Sen huat kepada beberapa
pihak mereka melakukan afiliasi dengan merek OLYMPIC furniture atau
mebel . hal ini menunjukkan bahwa merek Tan Sen Huat kurang dikenal
oleh para konsumen di Indonesia meskipun merek beliau sudah
didaftarkan sebelum datangnnya merek OLYMPIC pihak comitee.
6. Persamaan Merek
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
74
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
75
Berdasarkan hal ini maka dapat kita simpulkan bahwa dalam kasus merek
“OLYMPIC” antara Tan Sen Huat dan Comitte ini adanya persamaan kedua
merek tersebut. Persamaan ini dapat menimbulkan keadaan yang disebut dengan
likelihood of confussion. Hal ini berdasarkan penilaian similiarity test, dan juga
penilaian dengan The DuPont Factor yang digunakan pada pengadilan federal di
Amerika dimana kedua merek tersebut memiliki hubungan yang saling
bersinggungan satu sama lain sehingga dapat menimbulkan keadaan yang
membingungkan konsumen. Kemiripan inilah yang dilarang oleh peraturan HKI
manapun karena dapat merugikan konsumen dan pemilik merek yang beritikad
baik.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
76
Pada kasus ini persamaan pada pokoknya terletak pada nama merek dan
logo kedua belah pihak. Berdasarkan bukti yang diajukan oleh penggugat berikut
perbandingan persamaan tersebut:
Tabel perbandingan-1
Persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar sebelumnya
Merek BIORE milik Penggugat Merek BIORF
Daftar No. 496355 atas nama
Tergugat Daftar
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
77
No.
IDM000292510
BIORE BIORF
Fakta diatas berdasarkan bukti yang diajukan oleh pihak penggugat dalam
putusan nomor 590 K/pdt.Sus/2012 tersebut. Berkaca kepada tabel perbandingan
diatas, maka secara umum kedua merek tersebut memiliki persamaan.
Berdasarkan nama, dan jenis barang kedua merek tersebut, sekalipun ada
perbedaaan, secara umum hanya berbeda di hurf “F” dan “E” saja.
Dasar hukum untuk persamaan pada pokoknya ini digunakan oleh pihak
penggugat karena mereka memiliki asumsi bahwa merek yang mereka gunakan
adalah merek terkenal yaitu “BIORE”. Untuk menilai ada tidaknya persamaan
pada pokoknya antara kedua merek tersebut kita dapat menganalisis atau
9
Indonesia. Loc cit., pasal 6 ayat 1 butir (a) dan (b)
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
78
menilainya berdasarkan penjelasan pasal 6 ayat (1) huruf a. Berdasarkan pasal ini
ada beberapa unsur suatu merek memiliki persamaan pada pokoknya dengan
merek lain, yaitu kemiripan yang disebabkan oleh:10
Persamaan bentuk
Persamaan cara penempatan
Persamaan cara penulisan
Persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek
Persamaan ini dapat juga kombinasi dari keempat unsur tersebut yang mana dapat
menimbulkan kesan adanya persamaan atau kemiripan antara merek-merek
tersebut.
Berdasarkan unsur-unsur diatas kemiripan antara merek BIORE dan
BIORF dapat dianalisis sebagai berikut. Pertama adalah persamaan bentuk, kedua
merek tersebut secara bentuk hampir memiliki persamaan karena logonya dan
bentuknya hanya terdiri dari 5 huruf. Penempatan huruf-huruf ini menjadi logo
dan nama dari kedua merek tersebut, berdasarkan hal ini maka kedua merek
tersebut memiliki persamaan yang memberikan kesan sangat mirip satu sama lain.
Penilaian yang kedua adalah persamaan cara penempatan, berdasarkan
cara penmpatannya kedua merek ini sangat mirip sekali antara kedua merek.
Kemiripan ini dapat dilihat dari penempatan huruf yang sama persis antara kedua
merek seperti dalam tabel perbandingan diatas. Penempatan huruf “B,I,O,R,E”
yang mereknya dimiliki oleh Kao Corp. Sedangkan penempatan huruf
“B,I,O,R,F” yang mereknya dimiliki oleh PT Sintong Abadi. Kelima huruf dalam
kedua merek ini ditempatkan pada posisi yang sama persis, hal yang membedakan
hanyalah penempatan huruf “F” dalam merek mili PT Sintong Abadi sedangkan
dalam merek yang dimiliki oleh Kao Corp huruf yang ditempatkan adalah huruf
“E”.
Penilaian yang ketiga adalah persamaan cara penulisan, penilaian ini dapat
kita lihat dari penilisannya yang menggunakan huruf latin basic. Penggunaan
huruf yang sama ini dalam penulisan kedua merek tersebut serta penulisan yang
secara umum sama antara kedua merek, yaitu dari kiri ke kanan menjadikan kedua
10
Indonesia, Loc Cit. Penjelasan pasal 6 ayat (1)
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
79
merek tersebut memiliki persamaan cara penulisan dalam merek kedua merek
tersebut.
Penilaian yang terakhir adalah adanya persamaan dalam penyebutan bunyi
kedua merek, apabila kita melihat pada cara penulisan, penempatan, dan susunan
kedua merek tersebut kita dapat melihat bahwa kedua merek ini memiliki
persamaan yang sangat dekat yang hanya dibedakan dari huruf “F” dan “E” saja.
Hal ini menjadikan kedua merek tersebut memiliki persamaan yang sangat
berdekatan dalam penyebutan bunyinya. Mungkin yang membedakan hanyalah
penyebutan bagian terakhir dari kedua merek tersebut. Tetapi secara umum kedua
merek ini sangat berdekatan dan memiliki kemiripan dari aspek penyebutan
bunyinya.
Berkaitan dengan penggunaan pasal 6 ayat (1) huruf (b) sebagai dasar
hukum. Berdasarkan pertimbangan hakim dengan berdasarkan bukti yang
diajukan Penggugat menunjukkan “bahwa merek “BIORE” milik penggugat
merupakan merek terkenal yang sudah terdaftar terlebih dahulu”. Selain itu
menurut majelis hakim dalam pertimbangan hukumnya mengatakan “ baha merek
yang digunakan Tergugat yaitu “Merek BIORF” mempunyai persamaan pada
pokoknya dengan merek BIORE milik penggugat.” Melihat kepada penilaian
undang-undang dan hakim kedua merek ini memang memiliki persamaan yang
sangat nyata baik dalam penggunaan nama merek dan logo serta pada kelas jenis
barang. Yaitu jenis barang kelas 3 yaitu:11
“Sediaan pemutih dan zat-zat lainnya untuk mencuci; sediaan untuk membersihkan, mengkilatkan,
membuang lemak dan menggosok; sabun-sabun; wangi-wangian, minyak-minyak sari, kosmetik,
losion rambut; bahan-bahan pemeliharaan gigi.”
Berkaitan dengan kasus ini ada penilaian unik yang digunakan oleh hakim
Pengadilan Negeri Niaga Jakarta pusat yang dapat kita lihat dalam putusan No.
02/Merek/ 2012/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 24 Mei 2012 dalam pertimbangan
majelis hakim pengadilan niaga Jakarta pusat, yang dinyatakan:
11
Indonesia. Peraturan Pemerintah, PP no 24 tahun 1993, TLN No 3490.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
80
“Menimbang bahwa bunyi merupakan unsur daya pembeda yang lebih tinggi
sehingga perbedaan lafal antara merek "BIORF" dan Merek "BIORE" yang
tidak sama tidak akan membuat masyarakat terkecoh dan mengkaitkan
merek tersebut satu sama lain".
"Di mana, tidak ada satupun dasar menurut hukum dan peraturan
perundangundangan di Indonesia yang mengatur bahwa unsur bunyi merupakan
unsur daya pembeda yang lebih tinggi dalam memberikan penilaian ada atau
tidaknya persamaan pada pokoknya merek-merek. Penilaian ini sangatlah unik,
karena bila penilaian persamaan pada pokoknya hanya berdasarkan dan memiliki
faktor yang lebih tinggi dari segi bunyi saja akan tidak seimbang dalam
penerapannya nanti. Karena setiap kasus persamaan pada pokoknya dalam
penilaiannya memiliki ciri khusus dan penilaiannya harus disesuaikan dengan
kasus itu sendiri. Karena setiap kasus memiliki persmaan pada faktor yang
berbeda yang mana dapat menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat.
12
Edward C Vandenburg, Loc Cit
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
81
Penilaian ketiga faktor ini menurut teori similiarity test harus diterapkan
dalam kasus ini untuk menilai apakah adanya persamaan antara kedua merek yang
bersengketa ini. Penilaian pertama berkaitan dengan similiarity test dimiluai dari
persamaan pada bunyi. Bila kita lihat dari persamaan kedua merek yang
didaftarkan berdasarkan penulisannya yang hanya dibedakan berdasarkan huruf
“F” dan huruf “E” bunyinya pun pasti memiliki persmaaan satu sama lain. terdiri
dari kata yang sama “B,I,O,R” yang bila dibaca masih memiliki persamaan dan
hanya dibedakan pada ujung kata tersebut. Perbedaan ini sangatlah kecil, sehingga
bila ditarik suatu keimpulan untuk penilaian persamaan bunyi ini, kedua merek
tersebut sama persis satu sama lain sehingga memiliki persamaandari segi bunyi.
Penilaian yang kedua adalah penilaian berdasarkan adakah persamaan
pada pandangan, kesan, atau penglihatan. Hal ini dapat diketahui berdasarkan
kemasan kedua merek tersebut dan juga logo dari kedua merek tersebut. Berikut
adalah logo dan nama dari kedua merek yang disengketakan:
1. logo BIORE13
2. Logo BIORF14
13
Elisabeth Oktafiani . “Ini Perseteruan Antara Biore Versus Biorf”
http://www.tribunnews.com/tribunners/2012/03/08/ini-perseteruan-antara-biore-
versus-biorf. diunduh 1 Desember 2014
14
Sintong. http://sintong-abadi.com/. Diunduh 2 Desember 2014.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
82
Berdasarkan kedua gambar dan logo diatas perbedaan kedua merek ini
sangatlah kecil bila kita melihat pada logo kedua merek tersebut. Perbedaannya
hanyalah terletak pada dua garis dan penulisan huruf cina dari kedua merek
tersebut. Namun secara keseluruhan kedua merek ini sangatlah mirip satu sama
lain. perbedaannya sangatlah kecil dan sedikit sehingga masih dapat menimbulkan
kebingungan bagi masyarakat yang ingin membeli produk tersebut.persamaan ini
sangatlah terlihat jelas bila kita lihat gambar diatas, warna yang hampir serupa,
yaitu berwarna biru menunujukkan bahwa kedua merek ini secara kesan, dan
pendangaan memiliki persamaan satu sama lain.
Penilaian yang ketiga adalah penilaian berdasarkan arti dari kedua merek
tersebut, pengertian kedua merek ini sudah dijelaskan dalam putusan no 590
K/Pdt.Sus/2012 . pada dasarnya nama BIORE tidak memiliki arti berdasarkan
beberapa sumber yang penulis cari, serta penggugat juga tidak memberikan
penjelasan tentang arti dari merek BIORE yang mereka gunakan. Dalam putusan
dikatakan bahwa “Menimbang bahwa Penggugat tidak menguraikan asal usul kata
BIORE tersebut, melainkan hanya menyatakan merek penamaan BIORE secara
utuh, sedangkan Tergugat berpendapat bahwa penggunaan merek penamaan
BIORE tidak berniat meniru merek BIORE melainkan didasari pengertian dari
BIORF itu yang apabila dikonversi ke bahasa Mandarin terdiri dari 2 (dua) suku
kata "PAI" dan "FUK" yang bermakna PAI = semua jenis; FUK : kaya, sehingga
dapat disimpulkan BIORF dalam konteks bahasa Mandarin bermakna "Berbisnis
memiliki berbagai peluang untuk menjadi kaya". "Menimbang, bahwa selain
alasan di atas Tergugat juga menyatakan bahwa penggunaan merek BIORF juga
memiliki penjabaran suku kata dan pengertianyakni : BIO = kehidupan,
organisme yang hidup, komposisi dari unsur-unsurorganic/biotik-biotik;
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
83
15
Edward C Vandenburgh. Loc Cit.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
84
kedua merek memiliki persamaan jenis kelas barang, yaitu jenis barang
kelas 3.
3. Saluran Perniagaan
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan lingkup kedua merek
tersebut berkembang nantinya apakah akan mempengaruhi pasar yang
dimliki oleh para pihak. Berdasarkan hal ini, karena kedua merek berada
dalam jenis kelas barang yang sama dan memiliki pasar di Indonesia,
berdampak pada kemungknannya kedua merek “BIORE” dan “BIORF”
akan berada pada pasar yang sama dan saling bersinggungan satu sama
lain. jadi ada kemungkinan bagi merek BIORF yang baru mendaftarkan
diri untuk berada dalam pasar yang sama dengan merek BIORE.
4. Penjualan
Pada dasarnya merek dengan barang kelas 3 ini memiliki para
pembeli yang lebih berhati-hati dalam merek. Tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk konsumennya terjebak dengan kedua merek ini,
karena penamaan yang sama dan kemasan yang hampir serupa menjadikan
besarnya kemungkinan bagi para konsumen untuk mengalami
kebingungan dengan adanya kedua merek ini dipasaran. Karena melihat
dari kisaran harga merek BIORE yang cukup murah menjadikan para
konsumen kurang berhati-hati dan teliti terhadap barang yang dibeli.
5. Popularitas
Merek sebelumnya yaitu merek BIORE memiliki reputasi yang
sudah dikenal baik di masyarakat. Bahkan dalam putusan mahkamah
agung tersebut merek BIORE telah dinyatakan sebagai merek terkenal
yang dinyatakan dalam angka 3 “Menyatakan bahwa Merek BIORE milik
Penggugat sebagai merek terkenal” berdasaarkan hal ini, menunjukkan bahan merek
sebelumnya yaitu “BIORE” adalah merek terkenal.”
6. Persamaan Merek
Berkaitan dengan hal ini karena memiliki berbagai macam produk
yang serupa mulai dari pencuci muka sampai pada sabun. Maka sudah
jelaslah ada beberapa unsur kimia yang sama yang digunakan oleh kedua
produk tersebut.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
85
7. Actual Confusion
Bila berkaca kepada ada atau tidaknya Actual Confusion dalam
kasus ini, maka berkaca kepada konsep Confusing similiar yang sudah
dijelaskan sebelumnya, maka kedua merek ini pada kenyataannya dapat
menimbulkan kebingungan yang nyata bagi konsumen bila digunakan di
pasaran. Karena sama jenis dan sama nama merek dengan sedikit
perbedaan fonetik saja.
8. Penggunaan bersama
Sampai saat ini setelah beredarnya merek BIORF dan BIORE di
pasaran, belum ada bukti bahwa terjadi kebingungan di masyarakat
berkaitan dengan kedua merek ini. Namun ketika di suatu toko penulis
pernah melihat merek BIORF dan berasumsi bahwa BIORE telah
mengganti nama dan kemasan atau hal lainnya. Hal ini menunjukkan
selama penggunaannya telah terjadi Actual Confusion yang penulis alami
sendiri.
9. Keragaman Barang
Variasi barang yang diberikan oleh kedua merek tersebut hanya
berkisar pada jenis barang kelas 3. Yang diantaranya dapat berupa:16
Sediaan pemutih dan zat-zat lainnya untuk mencuci; sediaan untuk membersihkan,
mengkilatkan, membuanglemak dan menggosok; sabun-sabun; wangi-wangian, minyak-
minyak sari, kosmetik, losion rambut; bahanbahanpemeliharaan gigi.
16
Indonesia, Op Cit.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
86
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa antara kedua merek tersebut
telah terjadi keadaan yang dapat menimbulkan keadaan likelihood of confussion
atau confusing similiarity. dimana keadaan yang mungkin terjadi adalah
Konsumen mengalami kesulitan membandingkan suatu produk dengan produk
lain. Hal ini terjadi pada barang sejenis saja. Kesulitan ini menyebabkan seorang
konsumen sulit untuk membedakan BIORE dengan BIORF karena keduanya
memiliki persamaan yang sulit dibedakan ketika di tampilkan bersamaan.
Oleh karena itu kedua merek ini pada dasarnya berdasarkan penilaian-
penilaian diatas memiliki persamaan yang sama persis satu sama lain, sehingga
membedakan antara kedua merek tersebut sangatlah sulit yang mana bila
dibiarkan akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat dimana piohak BIORF
berusaha untuk mendompleng ketenaran merek BIORE.
Pada kasus ini telah diputus dengan putusan nomor 477 K/Pdt.Sus/2012.
Dalam keputusan ini telah terjadi perselisihan antara pihak Everlast World Boxing
Headquarters Corporation yang berkedudukan di New York, amerika serikat.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
87
Berlawanan dengan pihak Teddy tjahyadi selaku pemiik merek “Ever Last”.
Kedua merek yang dimiliki oleh pemiik merek yang berbeda ini memiliki
persamaan pada pokoknya yang sangat jelas dari kata-kata kedua merek tersebut.
Penggunaan nama Ever dan Last ini menjadi salah satu permaslahan dalam kasus
ini.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
88
pokoknya dalam kedua kasus tersebut adalah pasal 6 ayat (1) huruf a dan huruf b
serta ayat (3) huruf a undang-undang no 15 tahun 2001 tentang merek. Berikut
bunyi Pasal-pasal yang menjadi dasar penilaiann ada atau tidak persamaan pada
pokoknya dalam kasus ini :
PASAL 6
(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain
yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal
milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis
3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki
orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
89
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
90
oktober 2009 untuk jenis kelas barang yang sama. Oleh karena itu digunakan lah
pasal selanjutnya agar gugatan tersebut dapat mengenai pihak Teddy Tjahyadi
Berkaitan dengan penggunaan pasal 6 ayat (1) huruf b sebagai dasar
gugatan terkait dengan persamaan pada pokoknya. Pasal ini berkaitan dengan
persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal. Pihak EVERLAST USA
mengaku sebagai pihak yang memliki merek terkenal hal ini berdasarkan bukti-
bukti yang mereka tunjukan. Bukti-bukti tersebut memnuhi penjelasan pasal 6
ayat (1) huruf b tentang merek terkenal. Menurut penjelasan pasal 6 ayat (1) huruf
b yang dimaksud dengan merek terkenal adalah:17
Huruf b
Penolakan Permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan
Merek terkenal untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan
pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di
samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang
gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya,
dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal di atas belum
dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk
melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang
menjadi dasar penolakan
Berdasarkan penjelasan pasal 6 ayat (1) huruf b ini ada beberapa syarat
suatu merek dapat dinyatakan sebagai merek terkenal, yaitu harus melakukan
promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia
yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai dengan bukti pendaftaran.
Berdasarkan bukti-bukti yang telah diajukan oleh pihak penggugat tentang
keterkenalan mereknya, merek membuktikan dengan menyebutkan pendaftaran di
berbagai negara serta promosi yang besar dan gencar dengan penggunaan
mereknya sebagai salah satu perlengkapan olahraga tinju di dunia. Berdasarkan
hal ini hakim mahkamah agung pun menyatakan merek Everlast sebagai merek
terkenal. Berdasarkan hal yang dijelaskan sebelumnya dimana pihak Teddy
17
Indonesia, Op Cit. Penjelasan pasla 6 huruf b
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
91
tpemilik merek “EVER LAST” memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek
milik Everlast USA.
Selanjutnya kasus ini juga berdasarkan dasar hukum pasal 6 ayat (3) huruf
a yang mana berkaitan dengan persamaan dengan badan hukum. Penggunaan
nama “Everlast” dalam kasus ini oleh Teddy Tjahyadi sebagai pemilik merek
“EVER LAST” memiliki persamaan dengan nama badan hukum. Badan hukum
yang dianggap dipersamakan tersebut adalah badan hukum milik pihak
EVERLAST USA. Badan hukum tersebut bernama EVERLAST WORLDS
BOXING HEADQUARTERS CORPORATION. Nama badan hukum tersebut
digunakan oleh pihak Everlast USA sebagai nama perusahaan mereka yang
berkedudukan di New York, Amerika Serikat. Berdasarkan penjelasan
sebelumnya berkaitan dengan persamaan pada pokoknya, kedua nama ini memang
memiliki persamaan pada pokoknya.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
92
18
Edward C Vandenburgh .hlm 166
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
93
pada beberapa faktor untuk menilai apakah adanya persamaan antara kedua merek
tersebut berdasarkan The DuPont Factor ini, berikut adalah penilaiannya
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
94
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
95
Barang yang ditiru oleh pihak Teddy Tjahyadi, mulai dari pakaian
sampai pada baju, dan topi yang menggunakan merek “Ever Last” yang
mana pennggunaan nama untuk barang produksi merfeka ini
menggunakan nama merek yang sama dengan pihak Everlast asal amerika.
7. Actual Confusion
Kehadiran kedua merek ini dipasar yang sama pada kenyataannnya
akan memberikan kebingungan bagi masyarakat yang akan membeli
barang tersebt. Kedua merek yang hampir serupa satu sama lain ini akan
menjadikan dan menimbulkan keadaaan yang dapat membingungkan
konsumen. Karena seperti yang dijelaskan sebelumnya kedua merek
berada dalam jenis barang yang sama dan pasar yang sama di Indonesia.
Sehingga dapat dikhawatirkan membingungkan konsumen Indonesia
8. Penggunaan bersama
Adanya jangka waktu 6 tahun sejak pendaftaran merek Everlast
asal amerika ini dapat menjadi bukti bahwa dalam keadaan itu tidak
ditemukan Actual Confusion hal ini kurang saya ketahui apakah terjadi
kebingungan bagi konsumen mengetahui dalam rentang waktu 2004- 2006
apakah terjadi Actual Confusion atau tidak. Mungkin ada kebingungan
ketika kedua merek ini dijajarkan dalam rak yang sama. Kemungkinan
lainnya merek tersebut ada di pasar yang berbeda. Everlast asal Indonesia
berada di pasar menengah kebawah sedangkan Everlast asal Amerika
berada di pasar menengah keatas. Namun selama jangka waktu tersebut
pihak Everlast baru mengetahui dan mendaftarkan gugatannya pada tahun
2012 yang mana menunujukkan tidak ada dampak yang berarti atas
kehadiran kedua merek tersebut di pasar Indonesia.
9. Keragaman Barang
Jenis kelas barang yang dimiliki pihak Everlast asal amerika lebih
banyak daripada merek Ever Last milik Teddy Tjahyadi. Everlast asal
amerika bergerak dalam kelas jenis barang 25, 14, dan 28. Sedangkan
pihak Teddy Tjahyadi hanya berada dalam kelas jenis barang 25. Sehingga
variasi barang yang dimiliki oleh Teddy Tjahyadi lebih sediki dengan
nama Everlast tersebut.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
96
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
97
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
98
Kemudian penggunaan kata tersebut diikuti oleh pihak Quality yang mana
bernama “McSleep” dalam jenis barang penginapan kelas ekonomis yang
namanya dibuat oleh Robert C. Hazard. Penggunaan nama McSleep ini digunakan
oleh pihak Quality dengan alasan yang bertujuan mendompleng ketenaran nama
McDonalds. Hal ini dapat kita lihat dalam alasan Robert C Hazard yang membuat
nama McSleep untuk produk Quality. Hazard berharap bahwa Quality akan
menjadi “McDonlads” dalam bidang penginapan. Hazard mengatakan bahwa ia
akan dapat secara bebas meminjam merek yang dimiliki McDonalds karena
mereka berdua ada di pasar yang berbeda jenis.
Persamaan bentuk
Persamaan cara penempatan
Persamaan cara penulisan
Persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek
Apabila berdarkan penilaian undang-undang di Indonesia ini, penilaiannya
sangatlah kecil persamaan kedua merek tersebut karena yang dipermaslahkan
hanyalah penggunaan nama “Mc” saja bahkan kedua merek tersebut bergerak
dalam kelas jenis barang yang berbeda jenis. Selain itu dalam putusannya nama
ini juga digunakan oleh pihak lain di Amerika yang berbeda jenis kelas barang
dengan McDonalds, yaitu McQuick untuk perusahaan jasa penggantian oli dengan
cepat, McPrint digunakan oleh toko print di New York, dan McMaid untuk jasa
penyedian pembantu di Chicago. Apabila berkaca kepada perundang-undangan di
Indonesia penggunaan kata “Mc” ini tidak dapat dimonopoli oleh McDonalds
karena telah digunakan oleh berbagai pihak. Seperti dalam putusan 224
K/Pdt.sus-HKI/2014 kasus Olympic yang mengatakan bahwa nama OLYMPIC
tidak dapat dimonopoli oleh pihak Comitte. Berdasrkan hal ini merek McDonalds
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
99
Namun dalam pendaftarannya dapat ditolak oleh ditjend HKI karena berdasarkan
pasal 4 uu no 15 tahun 2001 yang bunyinya sebagai berikut:19
Pasal 4
Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad
tidak baik
19
Indonesia, Op Cit
20
Ginsburg, Op Cit, Hlm 27
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
100
Kesamaan dalam arti, berkaitan dengan kesamaan dengan arti kedua merek
apabila melihat secara kata yang digunakan oleh merek McSleep diaman
menggunakan huruf depan Mc yang mana tidak memiliki arti yang ditambahkan
dengan kata sleep yang dalam bahasa indonesia berarti tidur. Berdasarkan hal ini
tidak adanya persamaan arti antara kedua merek tersebut.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
101
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
102
Sehingga bukan pembeli yang teliti dan detail berkaitan dengan produk
yang dijual tetapi pemenuhan kebutuhan, kenyamanan, dan rasa.
5. Popularitas
Bila berkaca kepada keterkenalan merek sebelumnya, merek
McDonalds pada saat itu memiliki reputasi yang baik di masyarakat
amerika. Reputasi yang dibuat oleh McDonalds dilakukan dengan melalui
berbagai iklan yang mencapai 14 miliar dolar per tahunnya. Hal ini
kemudian ditingkatkan dengan mengkonversikan berbagai tokonya
menjadi sebuah restauran dan dengan memperbanyak restoran cepat
sajinya pada setiap tempat istirahat di jalan bebas hambatan, dan juga
berbagai tempat pengisian bahan bakar menjadikan reputasi McDonalds
semakin dikenal pada saat itu di Amerika. Hal ini semakin dilengkapi oleh
McDonalds dengan cita rasa dan kualitasnya yang selalu terjamin dan
terjaga dan harganya yang yang terjangkau oleh setiap kalangan.
6. Persamaan Merek:
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, persamaan antara merek
McDonalds dan McSleep Inn hanya terletak pada kata “Mc” yang mana
oleh banyak kalangan diafiliasikan ke McDonalds. Selain dari kata
tersebut kedua merek memiliki perbedaan yang sangat jauh berbeda.
7. Actual Confusion
apakah dapat menimbulkan kebingungan menentukan bagi para
konsumen. Kemudian dilakukan lah survey kepada 400 orang secara acak
denan melalui telefon. Survey ini dilakukan oleh Dr. Hanz Zeisel, dengan
pertanyaannya adalah:
2. dan, siapa dan apa perusahaan yang anda yakini menjalankan hotel
yang bernamakan McSleep tersebut?
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
103
21
Edward C Ginsburg, Op. Cit, hlm 10-11
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
104
Nama ini belum secara resmi diumumkan oleh pihak Quality. Pada
akhirnya Nama ini dipaksa diganti oleh pengadilan.
12. Potensi Kebingungan
Seperti dijelaskan oleh Dr. Hanz bahwa penggunaan kedua merek ini
memiliki potensi untuk menimbulkan kebingungungan bagi masyarakat di
Amerika Serikat dan negara Bagiannya.
13. Fakta lainnya
Fakta lainnya adalah tujuan dari penggunaan nama tersebut oleh pihak
Quality yang mana bertujuan memiliki kualitas dan reputasi yang mudah
diingat dan baik di mata masyarakat dengan menggunakan nama keluarga
McDonalds.
Berdasarkan hal ini ada berbagai kesimpulan yang menarik yang dapat diambil
dalam kasus ini. Pertama dalam kasus ini yang menjadi permasalahan adalah
penggunaan kata “Mc” saja. Sedangkan dalam hukum Indonesia persamaan ini
sangatlah kecil untuk dikatakan sama, karena bukanlah unsur yang menonjol bila
kita baca dan kita lihat secara seksama. Selain itu jenis barang yang berbeda kelas
menjadika n kedua merek ini sangat jauh dari kata “persamaan pada pokoknya”.
Hal ini dikarenakan persamaan antara kedua merek tersebut sangatlah kecil dari
segi barang dan nama.
Selain itu berdasarkan penilaian similiarity test dan dupont factor adanya
perbedaan yang signifikan antara kedua merek tersebut, sehingga berdasrkan
kedua faktor ini kedua merek tersebut tidaklah sama baik secara fisik dan faktor
lainnya. Namun berkaca kepada penilaian likelihood of confusion. Penggunaan
merek McSleep dapat menimbulkan kebingungan di Masyarakat. Karena
penggunaan nama tersebut, menurut Dr Hanz dapat menimbulkan kesan bagi
sebagian masyarakat yang mengafiliasikan merek McSleep dikelola dan berada
dibawah naungan McDonalds. Sehingga penggunaan merek tersebut dianggap
merugikan konsumen dan pihak McDonalds.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
105
22
Indonesia, Op Cit
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
106
kedua merek tersebut, ada beberapa faktor atau unsur untuk menentukan
persamaan antara kedua merek tersebut. Faktor tersebut adalah:
Persamaan bentuk
Persamaan cara penempatan
Persamaan cara penulisan
Persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek
Berdasarkan penilaian ini, dalam unsur dan faktor 1, 2 dan 3 berdasarkan
kasus ini ada perbedaan yang signifikan antara kedua merek tersebut. Hal ini
berdasrkan penilaian majelis hakim sidang tahap pertama dan banding.
Berdasarkan kedua persidangan tersebut disimpulkan bahwa kedua merek
memiliki perbedaan yang sangat jelas berkaitan dengan logo dan cara
penulisannya. Namun melihat pada unsur dan faktor keempat yaitu persamaan
bunyi, kedua merek tersebut memiliki persamaan dalam penyebutan kata
“CRISTAL” dan “CRYSTAL”. Sekalipun terdapat perbedaan huruf dalam kedua
merek namun masih membuka peluang untuk menimbulkan kebingungan karena
tidak adanya norma dasar untuk membaca suatu merek secara benar. Berdasrkan
penilaian ini kedua merek pada dasarnya memiliki perbedaan yang cukup
signifikan.
Selanjutnya apabila melihat kekuatan merek atau reputasi merek milik
Reoderer terkait merek tersebut, merek Reoderer memiliki reputasi yang sangat
kuat menurut majelis hakim banding dalam pertimbangannya. Berdasarkan
argumentasi yang dikatakan oleh pihak pengadilan ini sudah seharusnya merek
Reoderer dapat dikatakan sebagai merek terkenal. Namun berkaca kepada unsur
dalam pasal 6 ayat (1) huruf b uu 15 tahun 2001 yang mengatakan harus adanya
unsur “persamaan pada pokoknya” antara kedua merek, hal ini yang menjadi
kesulitan untuk menemukannya. Karena seperti dijelaskan sebelumnya, kedua
merek pada dasarnya memiliki perbedaan yang signifikan, satu unsur yang
menjadi dasar yang mempersamakan hanyalah penggunaan kata “CRYSTAL” dan
“CRISTAL”.
Selain itu apabla melihat penggunaan kata “CREEK” oleh pihak Delicato
dapat menjadi salah satu alasan adanya persamaan. Karena penggunaan nama
tersebut adalah nama untuk Indikasi Geografis, dan nama sebuah kota di
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
107
Oklahoma. Penggunaan nama ini yang kemudian harus ditinjau kembali karena
adanya persamaan dengan indikasi geografis tertentu, namun dengan adanya kata
lain yaitu “CRYSTAL” nama merek ini memeiliki perbedaan atau memiliki
modifikasi dari kata yang dilarang tersebut berdarkan pasal 6 ayat (1) huruf C uu
no 15 tahun 2001.
Bila berdasarkan pasal-pasal dalam uu no 15 tahun 2001 ini kita dapat
melihat bahwa kedua merek tersebut memiliki perbedaan dari segi arti,
penampilan, kesan, dan bunyi. Unsur-unsur ini memiliki perbedaan yang jelas
dalam kedua merek tersebut. Perbedaan ini menjadikan kedua merek tersebut pada
dasarnya tidak memiliki persamaan pada pokoknya menurut undang-undang no
15 tahun 2001 tentang merek.
Berdasarkan ketiga unsur penialain diatas, kita dapat melihat bahwa ketiga
unsur ini memiliki persamaan dalam penilaiannya dengan penilaian persamaan
pada pokoknya dalam undang-undang no 15 tahun 2001. Hal yang
membedaknnya hanyalah adanya penggunaan unsur persamaan arti dalam
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
108
penilaian ini. Namun secara keseluruhan, kedua merek berdasarkan kesan dan
penampilan memiliki perbedaan yang mendasar berdasarkan penilaian hakim di
amerika serikat. Secara bunyi kedua merek juga memiliki perbedaan namun tidak
menutup kemungkinan bagi merek Crystal Creek disebut dengan nama Crystal
saja ketika dilakukan pembelian oleh seorang konsumen, sehingga dapat
menimbulkan keadaan likelihood of confusion antara kedua produk minuman
anggur tersebut. Dimana keadaan yang mungkin terjadi adalah seorang
konsumen yang ingin membeli produk anggur yang lain tetapi malah diberikan
minuman anggur yang lain. Berdasarkan arti seperti dijelaskan sebelumnya dalam
putusan bahwa arti kedua merek dalam kata ”CRISTAL/CRYSTAL” memiliki
persamaan satu sama lain. Namun ada unsur tambahan yang membedakan dari
segi arti, yaitu penggunaan kata Creek yang secara teori menuju pada jenis
topografi tertentu yang diterima secara umum.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
109
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
110
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
111
Berdasarkan penilaian ini kita dapat melihat bahwa produk Reoderer dan
Delicato pada dasarnya dari tampilan dan kesan tidak memiliki persamaan pada
pokoknya dari segi tampilan yang ada. Selain itu juga berkaca pada penilaian
Similiarity Test tidak ditemukan adanya persamaan antara kedua produk, unsur
menonjol yang memiliki persmaan adalah penggunaan kata”CRISTAL” dan
“CRYSTAL” selebihnya memiliki ciri khasnya masing-masing. Namun hal ini
tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya keadaan yang dapat menimbulkan
likelihood of confusion. Hal ini dikarenakan ketika disebutkan merek nya dan si
pembeli hanya menyebutkan kata “CRYSTAL” saja maka akan merefer pada
merek yang lain juga, hal ini juga dapat berlaku sebaliknya. Selain itu persamaan
ini juga dapat menimbulkan kesan masyarakat yang menganggap salah satu
produk tersebut berasal dari pabrikan Reoderer yang sama untuk jenis minuman
anggur yang berbeda yaitu campagne yang diberi nama “CRYSTAL CREEK”.
Selain itu berkaca kepada penilaian dengan DuPont Factor ada beberapa
aspek yang dapat menjadi pertimbangan hakim karena adanya persinggungan dan
kemungkinana menimbulkan Actual Confusion. Namun keputusan hakim untuk
memenangkan “CRYSTAL CREEK” hanya berdasarkan pertimbangan faktor
pertama yang tidak terpenuhi oleh kedua merek tersebut. Hal ini terlalu dilebih-
lebihkan oleh hakim karena terlalu memberatkan satu faktor menjadi dasar
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
112
penolkan putusan banding tersebut. Padahal disisi lain faktor yang lain saling
bersinggungan antara kedua produk tersebut.
Berkaca kepada penjelasan kasus-kasus diatas yang dinilai dengan
penilaian yang ada dalam prakteknya di Indonesia dan Amerika. Ada beberapa hal
yang dapat ditarik berkaitan penilaian hakim tersebut. Apabila kita melihat pada
penilaian hakim di Indonesia, mereka cendrung menggunakan penilaian apakah
adanya unsur-unsur yang terpenuhi dalam kasus tersebut dalam pasal 6 undang-
undang no 15 tahun 2001. Apabila semua unsur terpenuhi berdasarkan alat bukti
yang ada maka salah satu merek dapat ditolak atau dibatalkan mereknya. Namun
hal ini berbeda dengan kasus di amerika, dimana mereka cendrung menggunakan
pendekatan “dampak yang akan timbul” berdasarkan penggunaan merek tersebut.
Berbagai kasus di amerika untuk melihat dampak yang akan timbul untuk
mencegah persaingan yang tidak sehat ini dapat dinilai dengan berbagai teori dan
dasar hukum yang ada. Dasar yang menjadi suatu merek memiliki persamaan atau
tidak dalam hukum amerika adalah dengan melihat apakah penggunaan kedua
merek tersebut dapat menimbulkan kebingungan yang senyatanya atau dapat
menimbulkan likelihood of confusion nantinya di pasar. Kemudian apabila
memang ada kemungkinanakan terjadi keadaan tersebut maka dapat digunakan
penilaian lainnya seperti similiarity test atau DuPont Factors atau bisa dilakukan
sebaliknya. Penggunaan berbagai penilain yang ada di amerika ini terkait dengan
persamaan antara merek dapat memberikan berbagai argumen yang dapat
melindungi produsen dan konsumen terkait ada tidaknya persamaan pada
pokoknya antara merek-merek yang bersengketa.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
Bab V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
aspek yang dinilai hakim untuk melihat apakah suatu merek memiliki
persamaan dengan merek lain yang disengketakan. Sebagai contohnya
dalam kasus QUALITY INNS INTERNATIONAL V. McDONALD`S
CORP dimana hakim menilai adanya persamaan tersebut dilihat dari dua
cara yang berbeda yaitu ketika dilafalkan dan dilihat oleh konsumen secara
langsung apakah akan menimbulkan kesan yang dapat menimbulkan
kebngungan bagi konsumen dimana menunjukkan adanya persamaan pada
pokoknya pada kedua merek tersebut. Sedangkan dalam kasus
CHAMPAGNE LOUIS ROEDERER, S.A., v. DELICATO VINEYARDS
hakim menilai dari segi fisik atau tampilan kedua merek tersebut serta
melihat berdasarkan sejarah kedua merek anggur tersebut. Penilaian
berdasarkan tampilan atau fisik ini untuk melihat apakah adanya persamaan
terhadap tampilan pada kedua merek tersebut namun dalam melihat
kekuatan merek minuman anggur tersebut hakim melihat dari sejarah kedua
merek tersebut berdiri. Bila melihat pada cara penilaian hakim dalam kelima
kasus ini kita dapat membagi kedalam kedua kelompok besar. Dimana
penilaian hakim di Indonesia terlalu terpaku kepada penjelasan pasal 6 ayat
(1) uu no 15 tahun 2001 saja. Sedangkan penilain hakim di Amerika
cendrung menilai dengan penilaian yang hampir serupa dengan penilaian
dalam penjelasan pasal 6 ayat (1) uu no 15 tahun 2001 namun ditambah
dengan penilaian dari faktor lain antara kedua merek untuk melihat apakah
adanya persamaan pada pokoknya. Hal inilah yang menjadi kendala bagi
hakim di Indonesia, karena pada dasarnya penilaian persamaan pada
pokoknya antara suatu kasus tidak dapat diterapkan secara seimbang dan
sama bergantung pada unsur mana yang memiliki beban persamaan yang
lebih berat dibandingkan pada kasus lain.
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
115
5.2. Saran
Sebagaimana yang telah dibahas terkait dengan penilaian hakim terhadap unsur-
unsur persamaan pada pokoknya, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berkut:
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
116
Universitas Indonesia
Masalah Persamaan ..., Abdurrahman Hadi, FH UI, 2015
DAFTAR REFERENSI
A. BUKU
Harahap, M Yahya. Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang No.19 tahun 1992. Bandung: Citra Aditya
Bakti,1996.
Lindsay, Tim, et al. ed. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung:
Alumni, 2006.
Purba, Achmad Zen Umar. Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs. Bandung:
Alumni, 2005.
Riswandi, Budi Agus dan M. Syamsudin. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya
Hukum. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.2005.
White, A Blanco dan Robin Jacob. Concise College Texts; Patents, Trademarks,
Copyright and Industrial Designs. London: Sweet & Maxwell,1970.
B. Artikel
Beebe, Barton. “An empirical Study of the Multifactor Test for Trademark
Infringement.”California Law Review volume 94. (31 Desember 2006).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
D. Undang-undang
United States of America Fifth Circuit, Similiarity In Sound and and appreance.
Abramson v. Coro Inc. 112 USPQ 307, 240 F.2d854.
United States Of America Ninth Circuit. Sleeper Lounge Co, Et al. v Bell Mfg Co.
117 USPQ 117,118, 253 F.270, 48 TMR 970.
Universitas Indonesia
695 F.Supp. 198 (D. Md. 1988) To improve its marketing of all products, Quality
International adopted a “three chain logo” which
OPINION consists of the three individualized but compatible
logos for each of the products offered (Clarion,
NIEMEYER, District Judge. Quality Inn, and Comfort Inn), arranged horizontally
under the caption “Quality International.” Each logo,
On September 21, 1987, Quality Inns International, though different, clearly belongs to a family. The
Inc. announced a new chain of economy hotels to be outside shape of all three is square with rounded
marketed under the name “McSleep Inn.” The corners and all three include within the square a
response of McDonald's Corporation was immediate. stylized sun and the applicable name “Comfort,”
It demanded by letter sent three days later that “Quality,” or “Clarion.”
Quality International not use the name “McSleep”
because it infringed on McDonald's family of marks This three chain logo will be expanded into a four
…. chain logo when the McSleep Inns join the family of
Quality International hotels and motels. As the new
II. QUALITY INTERNATIONAL corporate signature of Quality International, the four
chain logo will be featured in all corporate
Quality International is a Delaware corporation with advertising.
its principal offices in Silver Spring, Maryland. It is
engaged in the lodging business, particularly in inns, While it is the policy of Quality International to
hotels, suites, and resorts. Since 1981 it has been the advertise with a consistent corporate identification, at
fastest growing hotel franchise chain in the United the present time, inns and motels franchised by
States and is now the third largest franchiser of hotels Quality International advertise their individual
both in terms of hotels and rooms available. Its sales facilities without reference to the corporate signature.
for 1987 were over $56 million. Moreover, limited access highway signs which
announce lodging at exits only depict the logo of the
After Robert C. Hazard, Jr. became the chief particular motels available at the exit; government
executive officer of Quality International in 1980, the regulations do not permit inclusion of the three chain
company adopted a long range plan that began with or four chain logo. Examples of telephone directory
an analysis segmenting the lodging market into five advertising and even franchising offering materials
sections: economy, luxury budget, mid-priced, received at trial did not include the Quality
luxury, and super luxury. Mr. Hazard then aimed International corporate signature.
various products of Quality International at these
market segments. Clarion Hotels and Resorts became III. MCDONALD'S CORPORATION
the luxury product of Quality International; Quality
Inns, the mid-priced; and Comfort Inns, the luxury McDonald's Corporation is a Delaware corporation
budget. with its principal offices in Oak Brook, Illinois.
Founded by Ray A. Kroc, it opened its first restaurant
Having no product to compete in the economy in April, 1955, in Des Plaines, Illinois. It is now the
segment, Quality International designed a concept for largest fast food business in the world, with over
a hotel with a smaller basic room which would rent 10,000 restaurants in 45 countries and over $14
for between $20 and $29 per night. Each room would billion in sales annually. In the United States it owns
have a queen size bed, plush carpeting, color TV, and or franchises over 8200 restaurants. McDonald's
a contiguous bathroom. There would be no restaurants serve over 18 million people daily, and of
conference rooms, food or other amenities on the all the people in the United States who eat out, 11
premises, except a swimming pool in certain percent eat dinner and 25 percent eat breakfast at
geographical areas. These economy hotels would all McDonald's. McDonald's claims that within the last
be of new construction and a consistent architecture. four weeks, 89 percent of all children between the
In mass marketing McDonald's has widely promoted McDonald's marks are not limited to the fast food
its business philosophy of “quality, service, area, and it has obtained registrations for the use of
cleanliness and value,” or “Q.S.C.V.” It first began marks in other areas as well. In the areas of children's
network television advertising in 1965, and today 85 clothing, it owns McKids; in interstate travel plazas,
percent of its advertising is television advertising, McStop; in job programs, McJobs; in computer
although it also advertises on the radio and in print. software, McClass; in ground shuttle transportation,
In fiscal 1987, it spent over $400 million in media McShuttle. It calls its own hotel at its home offices in
advertising in the United States alone. Its total Oak Brook, Illinois, McLodge.
expenditures for advertising and promotion over the
last years have been in excess of six percent of its There is no evidence to suggest that anyone prior to
total sales and approximately $917 million for fiscal McDonald's used “Mc” with a generic word. This is
1987. It is the largest single brand advertiser in the not to say, however, that every use today of “Mc”
United States. plus a generic word belongs to McDonald's family of
marks, a subject that is discussed further, below.
At trial McDonald's presented diverse examples of its
advertising directed at particular groups and designed IV. SELECTION OF THE NAME “McSLEEP”
for particular purposes. Approximately 22 years ago,
McDonald's created the figure of Ronald McDonald, The trade name for Quality International's new
a fictitious clown who presides over McDonaldland. economy line of hotels, McSleep Inn, is the
While Ronald McDonald over the years has brainchild of its CEO, Robert C. Hazard, Jr. At trial
promoted values consistent with McDonald's he described how he thought of the name at 2 o'clock
intended image, he has never urged directly that one morning in November or December 1986 and
children purchase McDonald's products. Ronald jotted down notes of his ideas at bedside. He wanted
McDonald is also used extensively in connection a name that conveyed thrift and consistency, and
with Ronald McDonald Houses, a charitable function from a list of several names that he considered, he
supported by McDonald's. selected “McSleep.” He said that the “Mc” from the
Scottish surname conveyed thrift. The notion of
McDonald's has achieved an extremely high “consistency” was the new generic meaning of the
awareness in the minds of the American public. It prefix “Mc” in the English language. He denied that
claims that when asked to name a fast food his selection was an imitation of McDonald's or that
restaurant, 90 percent of the public will name McDonald's occurred to him at the time that he
McDonald's. The recognition of Ronald McDonald selected the name McSleep. For the reasons given,
by children between the ages of two and eight is 100 the Court does not credit this testimony.
percent, a figure matched only by Santa Claus.
When Mr. Hazard first developed his five-year plan
In 1977, McDonald's began advertising a fanciful for Quality International, which he issued on January
language called “McLanguage” that featured the 1, 1983, he identified nine corporations whose values
formulation of words by combining the “Mc” prefix he emulated. One of the nine was McDonald's, and
with a variety of nouns and adjectives. In television the values that he attributed to McDonald's, which he
advertising viewed by the Court, Ronald McDonald did not attribute to any of the other eight, were
is shown teaching children how to formulate “Mc” “quality, cleanliness and value” (actually McDonald's
words, and he used words such as McService, corporate philosophy was Q.S.C.V. or quality,
McPrice, McFries and McBest. service, cleanliness and value). Those are the very
values that later became the values of Quality
In a consistent vein McDonald's has coined “Mc” International for its new McSleep Inn product in a
The marketing hook is the name “McSleep;” not In the summer of 1986, Mr. James H. Nelms, a
McSleep Motor Inn or McSleep Motel-just regional manager of Quality International, had been
“McSleep.” The name McSleep should help pursuing various discussions with McDonald's and
consumers instantly identify the product for what Kroh Brothers, a real estate developer, for possible
it is-a consistently clean, quality product at a low participation in McStop plazas. Prior to a trade show
price. in September of 1986, Mr. Nelms had numerous
conversations to this end, and at the trade show he
McSleep is aimed at the entire travel market. introduced the McDonald's representatives to Mr.
Like McDonald's, it is acceptable for the upscale Hazard. Following that brief meeting, a
traveler who wants only a good night's sleep and representative of Kroh Brothers wrote to Mr. Hazard:
for the economy traveler who wants to save
money. As you recall, Kroh Brothers Development
Company is working with McDonald's on the
Yet, when questioned at trial whether the promise of McStop concept. I have enclosed a flier that
a consistent, convenient and quality product at a low provides you with more information about what
price brought to mind McDonald's, Mr. Hazard said it a McStop should be.
never occurred to him, though it was possible “it
might remind some folks of McDonald's.” He added, This letter was received by Mr. Hazard on October 2,
however, “it didn't remind me of McDonald's.” 1986, and he referred it to Mr. Frederick W. Mosser,
Quality International's vice president in charge of
Around the time that the McSleep concept was being franchising.
presented to the Board, an early draft of the franchise
brochure describing a McSleep Inn referred to the Quality International and McDonald's pursued the
name as “instantly recognizable.” This McStop concept further, with discussions continuing
characterization was considered “wrong” by a into the Spring of 1987 but without reaching any
number of management of Quality International and agreement. It was after Mr. Hazard received the letter
was deleted from the final published version. about McStop, however, when he selected the name
Nevertheless, the draft evidenced a perception at McSleep for his new, budget-market product.
Quality International at that time that the McSleep
Inn would enjoy instant recognition, much as Mr. The final factor contributing to the Court's belief that
Hazard had promised to his Board when he said, “the Mr. Hazard had McDonald's in mind when he
name McSleep should help consumers instantly selected the name McSleep is the evidence that Mr.
identify the product.” Hazard's thinking was not limited to the one word
McSleep, but rather a family of words, all created by
In addition to his overtly expressed admiration for using the prefix “Mc” with a generic word. In the
McDonald's and its method of doing business, which Spring of 1987 when he instructed his attorneys to
appears to be the same course that Mr. Hazard register and protect the name McSleep, he also
pursued for Quality International, the possibility of directed registration of the names “McSuite” (which
actually working with McDonald's in a joint venture he intended to use for two rooms at McSleep Inn
involving an inexpensive, quality hotel with a fast- connected by a door) and “McBudget.” At trial,
A similar concern was expressed by Quality Despite the persistent questioning by representatives
International's advertising agency. The account of Quality International with respect to its rights to
representative, Mr. Barry Smith, anticipated that use McSleep Inn, Mr. Hazard proceeded with the
McDonald's “would be overjoyed” with the McSleep public announcement on September 21, 1987. A
Inn announcement, and he promptly proceeded to press release was issued and Mr. Hazard also
obtain an indemnity agreement from Quality delivered a speech to the trade show in Chicago
International, protecting the agency against litigation describing his new hotel. Prior to the public
by McDonald's. He had never before asked for an announcement, he invited interviews with the
indemnity agreement from Quality International Washington Post and a trade magazine, Hotel and
during the ten years that the agency had been Motel Management. In the Washington Post article,
representing Quality International. Mr. Hazard is quoted as saying:
Several weeks before the public announcement, Mr. Obviously, [the name is] a takeoff on
Hazard engaged a market research firm to conduct a McDonald's and quality at a consistent price....
survey to determine which of several mock up We think we're going to let McDonald's
versions of a McSleep Inn room had the most continue to use their name.
consumer appeal. The survey was conducted of 120
people outside of Quality International and a slightly Mr. Hazard admitted making that statement generally
larger number of employees. Each participant was but stated he did not refer to the name of McDonald's
given a questionnaire inquiring about specific aspects but rather the concept. He added that the final
of the rooms under consideration. There was one sentence in the quote was made in jest in response to
question, however, inserted at Mr. Hazard's request,
Paper No. 50
JER
more than $40 million, and a retail value of more than $80
7 There is testimony that the mark CRISTAL was licensed for use
on cavier in 1983. However, there is no evidence as to the
extent of the use, if any, made under this license.
the registration."
Barton Distilling.
mark CRYSTAL LAKE; that opposer had never heard of this use
agreement.11
Lounge Co., Inc. v. Englander Co., Inc., 324 F.2d 186, 139
any weakness which the mark may have had initially has long
That is, we cannot determine whether there has been any real
actual confusion.
that where the dominant portions of two marks are the same
as applied to wines.
J. D. Sams
J. E. Rice
E. J. Seeherman
Administrative Trademark
Judges, Trademark Trial
and Appeal Board