Anda di halaman 1dari 6

Fraktur patologis adalah fraktur akibat lemahnya struktur tulang oleh proses

patologik, seperti neoplasia, osteomalasia, osteomielitis, dan penyakit lainnya.


Disebut juga secondary fracture dan spontaneous fracture (Nayagam, 2016)

ETIOLOGI
Menurut Nayagam (2016), fraktur patologis dapat disebabkan karena
 Kongenital : osteogenesis imperfekta, displasia fibrosa.
 Peradangan : osteomielitis.
 Neoplastik : enkhondroma, osteosarkoma, myeloma
 Metabolik : osteomalasia, osteoporosis, panyakit Paget
 Sekunder : paru-paru, payudara, tiroid, ginjal, prostat

Osteogenesis Imperfekta
Golongan ini terdapat pada bayi yang lahir telah mati dengan tulang-tulang diseluruh
kerangka mengandung fraktura-fraktura banyak sekali. Mayat bayi tadi seakan-akan
merupakan suatu kantongan kulit yang berisikan pecahan-pecahan tulang (Marini,
2016).
Osteogenesis Imperfekta Infantilis : Pada jenis ini bayi masih lahir hidup, akan tetapi
mengandung kelainan-kelainan berat diantaranya pada bayi ini juga terdapat beberapa
fraktura. Bentuk kepala besar sedang tulang-tulangnya tidak kuat. Setiap kali tumbuh
fraktura-fraktura baru, akhirnya anak tadi meninggal sesudah hidup 1 atau 2 tahun
(Marini, 2016).
Osteogenesis Imperfekta Tarda : Pada jenis ini anak pada waktu lahir belum
menunjukkan gejala-gejala yang menonjol. Setelah bayi tumbuh menjadi anak,
misalnya pada umur 4, 5, 6 tahun, maka semakin jelas adanya gejala-gejala, berupa :
a. Tulang tumbuhnya terbelakang.
b. Selaput mata tidak putih tetapi biru.
c. Mudah timbul fraktura walaupun hanya dengan trauma yang sangat kecil.
d. Tulang kepala lebar pada kening kepala. Pada jenis ini anak mungkin dapat
mencapai umur belasan tahun, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak akan
hidup lama.
(Marini, 2016)

1
Displasia Fibrosa
Merupakan kelainan kongenital yang tak diketahui etiologinya. Bisa poliostotik atau
monostatik. Terdapat proliferasi osteoklast dengan destruksi tulang dan diganti
dengan jaringan fibrosa. Tak ada perubahan biokimia selain dari peningkatan
fosfatase alkali. Bentuk monostatik lebih lazim mengenai femur, iga-iga, tibia dan
tulang wajah. Sindroma Albright merupakan displasia fibrosa dengan lesi kulit
berpigmentasi dan pubertas prekok atau perubahan endokrin lain oleh terkenanya
regio sella (Matthew, 2011).

Osteomielitis
Osteomielitis primer dapat dibagi menjadi osteomielitis akut dan kronik. Fase akut
ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari. Pada fase ini anak tampak sangat
sakit, panas tinggi, pembengkakan dan gangguan fungsi anggota gerak yang terkena.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan laju endap darah yang meninggi dan
lekositosis, sedang gambaran radiologik tidak menunjukkan kelainan (Nayagam,
2016).
Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena
merah dan bengkak atau disertai terjadinya fistel. Pemeriksaan radiologik ditemukan
suatu involukrum dan sequester (Nayagam, 2016).

Enkhondroma
Merupakan tumor benigna sejati, terdiri dari sel-sel kartilago yang timbul pada tulang
walau asalnya kartilago epifisis. Paling sering pada tulang panjang yang berukuran
`pendek` pada tangan yang cenderung memasuki medulla dan dikenal sebagai
enkhondroma. Kadang-kadang timbul pada tulang yang datar seperti pada ileum, yang
menonjol kea rah luar membentuk suatu ekkondroma (Nayagam, 2016).
Secara klinis enkhondromata pada tulang tangan sering terlewatkan kecuali korteks
yang menipis menyebabkan fraktura. Khondroma pada tulang panjang utama bisa
menjadi khondrosarkoma bila mengalami perubahan menjadi ganas. Ini sebaiknya
diduga jika tumor kartilago pada orang dewasa mulai membesar. Massa kartilago
multipel pada tulang panjang utama akibat kegagalan barisan kartilago epifisis
menjadi tulang (Nayagam, 2016).

2
Osteosarkoma
Gejala yang ditampilkan berupa nyeri yang bersifat tumpul dan menetap dan ini
sebaliknya bisa menarik perhatian ke pembengkakan tulang. Kemudian karena
pertumbuhan progresif dan destruksi tulang yang normal meningkat, bisa terjadi
fraktura patologik. Penyebaran metastatik paru-paru tetapi kadang-kadang menyebar
ke tulang yang lain. Prognosa jelek, hanya kira-kira seperlima pasien dapat bertahan
hidup untuk lima tahun (Nayagam, 2016).

Mieloma Multipel
Pasien biasanya orang dewasa usia pertengahan dan nyeri merupakan gejala yang
lazim. Bisa berupa nyeri yang tersebar karena deposit tulang yang multipel atau
timbul mendadak pada satu tempat, karena fraktura patologik terutama pada pinggang
sebagai akibat kolapsnya korpus vertebrae. Kemudian destruksi sumsum tulang merah
menyebabkan anemia berat (Nayagam, 2016).

Osteomalacia
Osteomalasia adalah karakteristik yang ditandai oleh kerusakan mineralisasi dari
kekurangan kalsium dan fosfat. Hal ini mengakibatakan tidak cukupnya penyerapan
oleh traktus gastrointestinal, kurangnya paparan sinar matahari, dan gangguan
metabolism vitamin D seperti kekurangan hydroxylase, peningkatan ekskresi renal,
peningkatan katabolisme, atau induksi obat (contoh: fluoride, etidronate). Kurangnya
vitamin D dari hasil penurunan konsentrasi serum kalsium dan kerusakan mineralisasi
tulang. Dalam beberapa kasus osteomalasia juga dapat terjadi karena kurangnya
mineralisasi (Nayagam, 2016).
Gambaran klinis pasien biasanya mengeluh nyeri tulang, kelemahan otot dan adanya
fraktur tulang yang terjadi dengan cedera yang kecil, peningkatan serum alkalin fosfat
(Nayagam, 2016).
Dari gambaran radiologis, penyebab paling umum adalah karena osteodistrofi ginjal.
Melalui foto polos ditemukan penyebabnya hampir identik dengan osteoporosis, dan
hampir tidak dapat dibedakan. Dari foto polos untuk osteomalacia dapat ditemuakan
penurunan densitas tulang secara umum, Looser’s zone (pseudofraktur) pita
translusen yang sempit pada tepi kortikal yang merupakan fraktur pada lapisan
osteoid besar. Penyakit ini sangat jarang terjadi tetapi cenderung terjadi pada tulang
paha, panggul, dan scapula (Nayagam, 2016).

3
Osteoporosis
Tidak ditemukan manifestasi klinis sampai ditemukan adanya fraktur. Osteoporosis
yang terkait dengan fraktur paling sering terjadi pada daerah yang mempunyai massa
tulang rendah (Nayagam, 2016).
Penilitian kepadatan tulang menggunakan dual foton X-ray absorptiometry (DEXA)
dapat mengkonfirmasi kehadiran osteoporosis dan mengukur tingkat keparahan dari
osteoporosis. Gambaran radiologis osteoporosis umum dengan penonjolan pola
trabecular tulang terutama pada tulang belakang, hilangnya densitas tulang, fraktur
patologis sering dijumpai (Nayagam, 2016).
Film polos tidak sensitif dan tetap normal pada tahap awal osteoporosis. 50-70% dari
kehilangan tulang dapat terjadi sebelum osteoporosis terdeteksi pada film biasa. Fitur
utama dari osteoporosis adalah penipisan tulang kortikal dan resorpsi tulang trabekula
dapat terlihat pada X-ray dengan kepadatan tulang yang menurun. Tulang tampak
lebih radiolusen, gelap pada film polos. Penipisan dari tulang kortikal dapat dengan
mudah diidentifikasikan pada gambar CT. Dimana resorpsi tulang trabekular terjadi
pada tahapan kepadatan tulang rendah karena perubahan hubungan antara kuantitas
tulang dan susmsum tulang (Nayagam, 2016).

Penyakit Paget
Penyakit ini dinamakan juga osteitis deformans dan walaupun gejala-gejalanya jelas,
tetapi sebab musababnya belum diketahui. Penyakit ini dapat bersifat monostotic atau
poliostotic. Monostotic ialah jika gejala-gejala terdapat pada satu tulang tertentu dan
poliostotic jika gejala-gejala terdapat pada beberapa tulang dari tubuh. Pada tulang
yang terkena penyakit ini terdapat tempat-tempat di mana ada perlunakan dan
deformitas, di samping perluasan dan pertumbuhan tulang-tulang baru. Histopatologis
pada tulang-tulang tadi terdapat jaringan granulasi dan sel osteoklast. Tulang-tulang
terutama tulang panjang, dapat membengkok dan dengan demikian menyukarkan
fungsi tubuh. Gejala-gejala tadi disertai rasa nyeri sehingga penderita pada umumnya
terpaksa tinggal di tempat tidur. Penyakit ini hanya terdapat pada orang-orang yang
telah dewasa (Nayagam, 2016).

Tumor Tulang Sekunder


Merupakan jenis tumor tulang ganas yang sering didapat. Kemungkinan tumor tulang
merupakan tumor metastatik harus selalu difikirkan, pada penderita yang berusia

4
lanjut. Pada usia dewasa/lanjut jenis keganasan yang sering bermetastase ke tulang
ialah karsinoma payudara, paru-paru, lambung, ginjal, usus, prostat dan tiroid
(Nayagam, 2016).
Sedang pada anak-anak ialah neuroblastoma. Penderita-penderita yang meninggal
akibat karsinoma, pada pemeriksaan bedah mayat ternyata paling sedikit
seperempatnya menunjukkan tanda-tanda metastase ke tulang. Sel-sel anak sebar
mencapai tulang dengan melalui jalan darah, saluran limfe atau dengan cara ekstensi
langsung. Sumsum tulang merupakan tempat yang subur untuk pertumbuhan sel-sel
anak sebar, dengan demikian tulang vertebra, pelvis, iga dan bagian proksimal tulang-
tulang panjang merupakan tempat yang paling sering dihinggapi oleh sel-sel anak
sebar. Pada penderita dengan kemungkinan keganasan tulang metastatik, maka harus
dilakukan pemeriksaan pada semua tulang misalnya dengan bone survey atau bone
scan. Keluhan penderita yang paling menonjol ialah rasa sakit. Rasa sakit dapat
diakibatkan oleh fraktur patologis. Dalam beberapa keadaan justru lesi metastatik di
tulang yang terlebih dulu ditemukan dan didiagnosis, dimana hasil pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan suatu jenis neoplasma tulang metastatik yang kadang-
kadang jaringan asalnya sulit ditentukan, sehingga harus dicari dengan cermat lokasi
daripada tumor primernya (Nayagam, 2016).
Pada umumnya tumor metastatik akan mengakibatkan gambaran osteolitik, sedang
pada metastase Ca prostat nampak gambaran osteoblastik/osteoklerosis. Kadar Ca
meninggi karena terjadi pelepasan kalsium ke dalam darah akibat proses resorbsi
osteoblastik pada tulang-tulang. Adanya pembentukan tulang reaktif ditandai oleh
kadar fosfatase alkali yang meningkat. Pada metastase Ca prostat, kadar fosfatase
asam meninggi (Nayagam, 2016).

5
DAFTAR PUSTAKA

Nayagam S. Principles of fractures. In: Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley's


System of Orthopaedics and Fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold;
2016. p. 687-732.
Marini JC. Osteogenesis imperfekta. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson
HB,eds. Nelson textbook of pediatrics, edisi ke-17. Philadelphia:
Saunders, 2016, 2336-8
Matthew R, Wiliam F. Fibrous Dysplasia: Pathophysiology, Evaluation and
Treatment. Florida: Elsevier, 2011.

Anda mungkin juga menyukai