Anda di halaman 1dari 8

Mosharafa

Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 3, Nomor 3, September 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lisna Siti Permana Sari


Moersetyo Rahadi

STKIP Garut

Abstract:
Teacher-centered mathematics learning is one of factors that decrease students’ communication ability.
In the learning process, teachers dominate class activities whereas students become passive listeners.
Consequently, students are not able to improve their mathematical communication ability. This
experimental research used randomized control group pretest-posttest design which was aimed to
improve students’ mathematical communication ability in problem-based learning and to discover
students’ responses toward problem-based mathematics learning. Population of this research was VIII
grade students in MTs Negeri 1. The result of research showed that: (1) the increase of students’
mathematical communication ability with problem-based learning was better than students’ with
conventional learning; (2) most of students (81,82%) gave positive responses toward problem-based
learning and only small amount of students (18,18%) gave negative responses.
Key words: Problem-based Learning, Mathematical Communication Ability.

Abstrak:
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa adalah
pembelajaran matematika yang berpusat pada guru. Dalam proses pembelajaran, sebagian besar guru
mendominasi sedangkan siswa menjadi pendengar yang pasif. Akibatnya siswa tidak dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi matematikanya. Penelitian eksperimen dengan
randomizedcontrol group pretest–posttest design ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran berbasis masalah, dan untuk mengetahui sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunkan pembelajaran berbasis masalah. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa MTs Negeri 1 Garut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
(1)peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang mendapat pembelajaran berbasis
masalah lebih baik dari siswa yang mendapat pembelajaran konvensional; (2)sebagian besar siswa
(81,82%) memberikan sikap positif terhadap pembelajaran berbasis masalah dan sebagian kecil siswa
(18,18%) memberikan sikap negatif.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Kemampuan Komunikasi Matematika.

I. PENDAHULUAN sekali meminta siswa untuk


A. Latar Belakang Masalah mengkomunikasikan ide-ide matematikanya
Sejumlah pakar seperti Baroody, Miriam, sehingga siswa sangat sulit memberikan
dkk (dalam Hamdani, 2009:163) penjelasan yang tepat, jelas dan logis atas
mengemukakan komunikasi matematika tidak jawabannya. Proses pembelajaran yang tidak
hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan, tepat dikelas memberikan dampak terhadap
tetapi lebih luas lagi, yaitu kemampuan siswa rendahnya kemampuan komunikasi
dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambar, matematika.
menanyakan dan bekerja sama. Rendahnya kemampuan siswa SMP dalam
Pada kenyatannya di lapangan, pelaksanaan berkomunikasi sudah dirasakan sebagai masalah
pembelajaran matematika sehari-hari jarang yang cukup pelik dalam pengajaran matematika

ISSN 2086-4280 143


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 3, Nomor 3, September 2014

di sekolah. Permasalahan ini muncul sudah yang cocok diberikan pada kondisi ini adalah
cukup lama dan mulai terabaikan karena pembelajaran berbasis masalah (PBM).
kebanyakan guru matematika dalam kegiatan Pada PBM ini siswa dihadapkan pada
pembelajaran, berkonsentrasi mengejar skor situasi atau masalah yang dapat mengantarnya
Ujian Nasional (UN) setinggi mungkin. untuk lebih mengenal objek matematika,
Permasalahan-permasalahan matematika yang melibatkan siswa melakukan proses doing math
disajikan dalam pembelajaran di kelas lebih secara aktif, mengemukakan kembali ide
cenderung pada permasalahan rutin, sehingga matematika dalam membentuk pemahaman
siswa pun sangat minim dalam penguasaan soal baru. Sehingga kecenderungan untuk
yang berhubungan dengan komunikasi. meningkatnya kemampuan komunikasi
Salah satu penyebab rendahnya matematik menjadi lebih terbuka. Pemilihan
kemampuan komunikasi siswa pada pelajaran masalah yang diberikan pada siswa dalam PBM
matematika (dalam Buhaerah, 2011:53) adalah memegang peranan yang penting, sebab dengan
pembelajaran dalam matematika guru terlalu permasalahan yang baik dapat mengoptimalkan
berkonsentrasi pada hal-hal yang prosedural dan proses belajar siswa dalam memahami
mekanistik pembelajaran berpusat pada guru, matematika.
konsep matematika disampaikan secara Dengan mempertimbangkan latar belakang
informatif dan siswa dilatih menyelesaikan dan beberapa pendapat diatas, penulis tertarik
banyak soal tanpa melatih kemampuan untuk melakukan sebuah penelitian yang
komunikasi matematikanya. Akibatnya berjudul Pembelajaran Berbasis Masalah
kemampuan komunikasi matematika siswa untuk Meningkatkan Kemampuan
tidak berkembang sebagaimana mestinya. Bukti Komunikasi Matematika Siswa Sekolah
ini diperkuat lagi oleh hasil yang diperoleh dari Menengah Pertama..
TIMSS (Trends in Internasional Mathematics
and Science Study). Laporan survey TIMSS B. Rumusan Masalah
pada tahun 1999, prestasi siswa Indonesia Berdasarkan latar belakang masalah
berada pada posisi 34 dari 38 negara yang yang telah diuraikan diatas, masalah yang akan
disurvei. Dari kisaran rata-rata skor yang dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan
diperoleh setiap Negara yaitu 400 – 625 dengan sebagai berikut:
skor ideal 1.000, nilai matematik Indonesia 1. Apakah peningkatan kemampuan
berada pada skor 411. Sementara itu pada komunikasi matematika siswa yang
laporan TIMSS tahun 2012, siswa Indonesia mendapat pembelajaran berbasis masalah
berada pada posisi 38 dari 42 negara yang lebih baik dari siswa yang mendapat
disurvei. pembelajaran konvensional?
Khusus untuk kemampuan komunikasi 2. Bagaimana sikap siswa terhadap
matematik siswa Indonesia, (dalam Fachrurazi, pembelajaran matematika dengan
2011:78) mengemukakan bahwa kemampuan menggunakan model pembelajaran berbasis
siswa Indonesia dalam komuniksi matematika masalah?
sangat jauh dibawah Negara-negara lain.
Maka guru sebagai sutradara terbaik dikelas C. Batasan Masalah
harus mampu memberikan kesempatan yang Mengingat sangat luasnya permasalahan
cukup agar setiap siswa dapat membiasakan diri dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi
beragumen atas setiap ide dan gagasannya. masalah sebagai berikut:
Pembelajaran hendaknya dirancang melalui 1. Penelitian ini menggunakan metode
permasalahan yang memungkinkan siswa penelitian eksperimen,
mampu melakukan komunikasi matematika 2. Dalam penelitian ini penulis hanya
yang lebih baik. Salah satu model pembelajaran membatasi pada mata pelajaran
matematika,

ISSN 2086-4280 144


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 3, Nomor 3, September 2014

3. Penelitian dilakukan di sebuah instansi pembelajaran berbasis masalah merupakan


sekolah yaitu MTsN 1 Garut dengan suatu pembelajaran yang mengetengahkan
mengambil dua kelas, dimana satu kelas masalah kehidupan nyata sebagai upaya untuk
untuk kelas eksperimen dan yang satunya meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan
lagi untuk kelas kontrol, dengan subjek mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
penelitian kelas VIII – 1 dan VIII – 11, serta 2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis
bahasan materi yang diambil mengenai Masalah
balok dan kubus. Arends (dalam Trianto, 2007) pembelajaran
4. Model pembelajaran yang digunakan berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai
adalah model pembelajaran berbasis berikut :
masalah pada kelas eksperimen dan pada a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
kelas kontrol digunakan model b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
pembelajaran konvensional, c. Penyelidikan autentik.
5. Kemampuan komunikasi siswa dibatasi d. Menghasilkan produk dan memamerkannya.
pada kemampuan siswa dalam menulis e. Kerjasama.
matematika, menggambar matematika dan 3. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
ekspresi matematika. Pengajaran berbasis masalah terdiri dari 5
6. Sikap siswa terhadap pembelajaran langkah utama yang dimulai dengan guru
matematika dengan menggunakan memperkenalkan siswa dengan suatu situasi
pembelajaran berbasis masalah. masalah dan diakhri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah
D. Hipotesis Penelitian tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-
Berdasarkan rumusan masalah, maka langkah pada tabel 1.
penulis mengajukan hipotesis yaitu:
Peningkatan kemampuan komunikasi Tabel 1
matematika siswa yang mendapat pembelajaran Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
berbasis masalah lebih baik dari siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional. Tahap Tingkah Laku Guru
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan
II. KAJIAN TEORI logistik yang dibutuhkan,
A. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Tahap – 1
mengajukan fenomena atau
Berikut adalah kajian mengenai pengertian, Orientasi
demonstrasi atau cerita untuk
siswa pada
karakteristik, tahapan, kelebihan dan kelemahan masalah
memunculkan masalah,
pembelajaran berbasis masalah. memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
masalah yang dipilih.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) Guru membantu siswa untuk
merupakan terjemahan dari Problem Based Tahap – 2
mendefinisikan dan
Mengorganisa
Learning (PBL) yang sebelumnya dikenal sikan siswa
mengorganisasikan tugas
dengan Problem Based Instruction (PBI) atau belajar yang berhubungan
untuk belajar
Pengajaran Berbasis Masalah. Ibrahim (dalam dengan masalah tersebut.
Tahap – 3 Guru mendorong siswa untuk
Trianto, 2007) mengungkapkan pembelajaran Membimbing mengumpulkan informasi
berbasis masalah dikembangkan untuk penyelidikan yang sesuai, melaksanakan
membantu siswa mengembangkan keterampilan individual eksperimen, untuk
berpikir, memecahkan masalah dan maupun mendapatkan penjelasan dan
keterampilan intelektual. kelompok pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam
Secara umum terdapat kesamaan dari Tahap – 4
merencanakan dan
pendapat beberapa ahli mengenai pengertian Mengembang
menyiapkan karya yang
kan dan
pembelajaran berbasis masalah, yaitu bahwa sesuai seperti laporan, video,

ISSN 2086-4280 145


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 3, Nomor 3, September 2014

menyajikan dan model serta membantu matematika sehingga perlu bagi siswa untuk
hasil karya mereka untuk berbagi tugas memiliki kemampuan tersebut karena melalui
dengan temannya.
komunikasi siswa dapat menuangkan hasil
Tahap – 5
Guru membantu siswa untuk pemikirannya, baik secara verbal atau tertulis.
Menganalisis
melakukan refleksi atau Pada penelitian ini kemampuan komunikasi
dan
evaluasi terhadap
mengevaluasi
penyelidikan mereka dan matematik siswa dibatasi pada kegiatan
proses komunikasi model Cai, Lane dan Jakabcin
proses-proses yang mereka
pemecahan
gunakan. (dalam Setiawan, 2008) yang meliputi:
masalah
1. Menulis Matematika
Ibrahim dan Nur (dalam Trianto, 2007:72)
Pada kemampuan menulis matematika,
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
siswa dituntut dapat menuliskan penjelasan dari
Berbasis Masalah
jawaban permasalahannya secara matematis,
Sanjaya (2008) mengungkapkan bahwa
masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis
pembelajaran berbasis masalah memiliki
dan sistematis.
beberapa kelebihan dan kelemahan, antara lain
2. Menggambar matematika
sebagai berikut:
Pada kemampuan menggambar matematik,
a. Kelebihan-kelebihan pembelajaran berbasis
siswa mampu melukiskan gambar, diagram dan
masalah adalah :
tabel secara lengkap dan benar.
1) Memberi tantangan kepada siswa untuk
3. Ekspresi matematika
menemukan pengetahuan baru bagi siswa,
Pada kemampuan ekpresi matematik, siswa
2) Membantu siswa bagaimana mentransfer
mampu memodelkan matematika dengan benar,
pengetahuan mereka untuk memahami
kemudian melakukan perhitungan atau
masalah dalam kehidupan nyata,
mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.
3) Mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis.
b. Kelemahan-kelemahan pembelajaran C. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian dengan model pembelajaran
berbasis masalah adalah :
yang diterapkan bukan hal pertama kali ini saja
1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau
dilakukan. Sebelumnya banyak peneliti yang
tidak mempunyai kepercayaan bahwa
melakukan penelititan dengan model tersebut.
masalah yang dipelajari sulit untuk
Hasil penelitian dari para peneliti tersebut akan
dipecahkan, maka mereka akan merasa
dijelaskan secara sekilas antara lain sebagai
enggan untuk mencobanya,
berikut:
2) Membutuhkan cukup waktu untuk
Setiawan (2008), dari hasil penelitiannya,
persiapan pembelajaran.
menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah secara signifikan lebih baik dalam hal
B. Kemampuan Komunikasi
meningkatkan kemampuan komunikasi dan
Kemampuan komunikasi adalah
pemecahan masalah matematik siswa dibanding
kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide dan
dengan pembelajaran konvensional. Pada
pemahaman matematika secara lisan dan tulisan
penelitian inipun diungkapkan bahwa
menggunakan bilangan, simbol, gambar, grafik,
kualifikasi sekolah dan perbedaan gender tidak
diagram atau kata-kata. Komunikasi adalah
memberikan perbedaan yang signifikan
proses penting dalam belajar matematika,
terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
melalui komunikasi siswa dapat merenungkan
dan pemecahan masalah matematik siswa.
dan memperjelas ide-ide matematika dan
Adapun sikap siswa terhadap pembelajaran
menghubungkan antar konsep matematika
berbasis masalah menunjukkan sikap yang yang
sehingga siswa menjadi jelas, meyakinkan dan
positif.
tepat dalam menggunakan bahasa matematika.
Fachrurazi (2011), dari hasil penelitiannya
Kemampuan komunikasi merupakan
diperoleh kesimpulan antara lain terdapat
kemampuan yang esensial dalam pembelajaran

ISSN 2086-4280 146


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 3, Nomor 3, September 2014

perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi dalam bentuk soal uraian yang memuat aspek
matematika siswa antara siswa yang belajar kemampuan komunikasi matematika.
matematika menggunakan model pembelajaran Sedangkan non tes dalam penelitian ini adalah
berbasis masalah dengan siswa yang angket yang disusun berdasarkan skala sikap
memperoleh pembelajaran konvensional Likert.
ditinjau dari faktor pembelajaran dan level
sekolah. Selain itu berdasarkan data angket D. Teknis Analisis Data
memperlihatkan bahwa siswa yang Data yang diperoleh dalam penelitian ini
pembelajarannya dengan model pembelajaran berupa hasil tes kemampuan komunikasi
berbasis masalah sebagian besar bersikap positif matematika. Pengolahan data dilakukan untuk
terhadap pembelajaran matematika. menguji hipotesis yaitu peningkatan
kemampuan komunikasi matematika siswa yang
III. METODE PENELITIAN mendapat pembelajaran berbasis masalah lebih
A. Desain Penelitian baik dari siswa yang mendapat pembelajaran
Berdasarkan metode penelitian di atas, konvensional dengan menggunakan uji Mann
maka desain penelitian yang digunakan adalah Whitney dan uji t’ satu pihak yaitu uji pihak
randomized control group pretest – posttest kanan.
design. Pada desain ini kelompok eksperimen
diberikan perlakuan dan kelompok kontrol tidak IV. HASIL PENELITIAN DAN
dikenakan perlakuan. PEMBAHASAN
Adapun desain penelitiannya seperti 1. Kemampuan Awal Komunikasi Matematik
tampak pada table berikut ini:
Dari hasil tes awal yang telah dilakukan
Tabel 1
Desain Penelitian pada dua kelas, yaitu kelas VIII-1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII-11 sebagai kelas
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest kontrol diperoleh data yang disajikan dalam
K T T tabel berikut:
Tabel 2
E T X T Statistik Deskriptif Skor Pretes
Keterangan :
T : Tes awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest).
Kelas Eksperimen Kontrol
X : Pembelajaran matematika dengan
menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Jumlah siswa 44 44
Skor Ideal 41 41
B. Subjek Penelitian Xmaks 21 20
Penelitian dilakukan pada siswa Sekolah Xmin 3 4
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Garut. Populasi 𝑥̅ 11,837 12,837
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII. Simp. baku 4,855 4,402
Sampelnya adalah siswa kelas VIII-1 sebagai
kelas eksperimen dan siswa kelas VIII-11 Dari data pada tabel 2 terlihat bahwa
sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel pencapaian rata-rata skor pretest pada kelas
berdasarkan pertimbangan bahwa kelas tersebut kontrol (sebesar 12,837) lebih besar
belum menerima materi balok dan kubus.
dibandingkan dengan pencapaian skor
C. Pengumpulan Data kelompok eksperimen (sebesar 11,837),
Teknik pengumpulan data dalam penelitian terdapat perbedaan sebesar 1,00.
ini terdiri dari dua jenis yaitu tes dan non tes. Tes Berdasarkan hasil analisis data pretes
terdiri dari pretes dan postes. Tes ini disusun menggunakan uji Mann Withney dua pihak

ISSN 2086-4280 147


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 3, Nomor 3, September 2014

dengan taraf signifikansi 0,05 ternyata diperoleh kemampuan komunikasi matematika siswa yang
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan mendapat pembelajaran berbasis masalah lebih
kemampuan awal komunikasi antara siswa kelas baik dari siswa yang mendapat pembelajaran
eksperimen dan siswa kelas kontrol. konvensional.
2. Gain Mutlak dan Gain Ternormalisasi 3. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran
Untuk melihat kemampuan mana yang Matematika dengan Model Pembelajaran
lebih baik antara siswa kelas eksperimen dan Berbasis Masalah
Sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis
kelas kontrol, maka data yang akan dianalisis
masalah dalam penelitian ini dilihat dari segi
adalah data gain mutlak dan gain ternormalisasi.
minat, motivasi dan aktivitas siswa dengan
Adapun statistik deskriptif data gain mutlak dan
menggunakan angket. Angket tersebut diberikan
gain ternormalisasi kemampuan komunikasi
kepada siswa kelas eksperimen (yang
matematika seperti yang disajikan pada tabel 3.
mendapatkan pembelajaran berbasis masalah)
Tabel 3
setelah postes dilakukan.
Statistik Deskriptif Skor
Dalam menganilisis sikap siswa pada
Gain Mutlak dan Gain Ternormalisasi
penelitian ini dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah skor alternatif jawaban
Eksperimen Kontrol
Kelas dan jumlah subjek. Jika nilai rata-rata jawaban
GM GT GM GT
angket lebih dari tiga maka sikap siswa semakin
Jumlah
44 44 44 44 positif, sebaliknya jika rata-rata jawaban angket
siswa
Skor Ideal 41 41 41 41 kurang dari tiga maka sikap siswa semakin
Xmaks 21 0,850 15 0,500 negatif.
Xmin -4 -0,154 -4 -0,182 Dari hasil analisis data angket diketahui
𝑥̅ 8,326 0,298 2,605 0,089 bahwa rata-rata angket adalah 3,24 yang berarti
Simp. siswa menunjukkan sikap positif terhadap
5,875 0,222 3,755 0,133
Baku pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah. Selain itu
Dari data pada tabel 3 terlihat bahwa
dilihat dari analisis angket secara perorangan
pencapaian rata-rata skor gain mutlak pada kelas
menunjukkan bahwa 36 orang siswa
eksperimen (sebesar 8,326) lebih besar
memberikan sikap yang positif dan 8 orang
dibandingkan dengan pencapaian skor
siswa memberikan sikap yang negatif. Hal ini
kelompok kontrol (sebesar 2,605), terdapat
berarti hampir seluruh siswa (81,82%)
perbedaan sebesar 5,721.
memberikan sikap positif terhadap
Sedangkan pencapaian rata-rata skor gain
pembelajaran berbasis masalah dan sebagian
ternormalisasi pada kelas eksperimen (sebesar
kecil siswa (18,18%) memberikan sikap negatif.
0,298) lebih besar dibandingkan dengan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa
pencapaian skor kelompok kontrol (sebesar
menunjukkan sikap yang positif terhadap
0,089), terdapat perbedaan sebesar 0,210.
pembelajaran berbasis masalah.
Berdasarkan hasil analisis data gain mutlak
dan gain ternormalisasi menggunakan uji Mann
V. PENUTUP
Whitney dan uji t’ satu pihak yaitu uji pihak
A. Kesimpulan
kanan dengan taraf signifikansi 0,05 ternyata
diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan

ISSN 2086-4280 148


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 3, Nomor 3, September 2014

Berdasarkan hasil analisis data dan studi matematika dengan pokok bahasan
pembahasan yang telah dikemukakan pada bab kubus dan balok.
sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai 5. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
berikut: mengembangkan penelitian ini pada bidang
1. Peningkatan kemampuan komunikasi studi lain atau pokok bahasan lain.
matematika siswa yang mendapat
pembelajaran berbasis masalah lebih baik DAFTAR PUSTAKA
dari siswa yang mendapat pembelajaran Buhaerah.(2011). Pembelajaran Berbasis
konvensional, Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan
2. Sebagian besar siswa (81,82%) Penalaran Matematis Siswa SMP. Jurnal
memberikan sikap positif terhadap Ilmiah Vol. II, No2.
pembelajaran berbasis masalah dan Fachrurazi.(2011).“Penerapan Pembelajaran
sebagian kecil siswa (18,18%) memberikan Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
sikap negatif. Kemampuan Berpikir Kritis dan
Dengan demikian pembelajaran Komunikasi Matematis Siswa Sekolah
matematika dengan model pembelajaran Dasar”. Jurnal Ilmiah No.1.
berbasis masalah, baik dari segi kemampuan Fitriani,M.(2012).Perbandingan Kemampuan
komunikasi matematika maupun dari segi sikap Koneksi Matematis Siswa antara yang
yang dimunculkan siswa. Mendapatkan Model Pembelajaran
Conceptual Andurstanding Procedures
B. Saran
(CUPS) dengan Model Pembelajaran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti Konvensional. Garut: Tidak diterbitkan.
memberikan saran dari penelitian yang telah Hamdani.(2009).“Pengembangan
dilaksanakan. Adapun saran yang diberikan Pembelajaran dengan Mathematical
yaitu: Discourse dalam Meningkatkan
1. Guru sebaiknya mencoba menerapkan Kemampuan Komunikasi Matematik pada
model pembelajaran berbasis masalah pada Siswa Sekolah Menengah Pertama”.
berbagai materi ajar, sehingga dapat Seminar Nasional Matematika dan
member pengalaman belajar pada siswa dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan
mengaktifkan siswa dalam kegiatan Matematika FMIPA UNY.
pembelajaran. Irawan,G.P.(2013). Perbandingan Prestasi
2. Dalam pembelajaran berbasis masalah, Belajar Matematika Antara Siswa yang
hendaknya siswa dapat lebih aktif sehingga Mendapatkan Pendekatan Multiple
siswa dapat memperoleh pengalaman Intelligences (MII dan Siswa yang
belajar yang bermakna serta melatih Mendapatkan Pembelajaran Konvensional.
kemampuan dirinya dalam kemampuan Garut: Tidak diterbitkan.
komunikasi yang lebih optimal. Napitupulu,E.L. (2012, 14 Desember). Prestasi
3. Model pembelajaran berbasis masalah Sains dan Matematika Indonesia Menurun.
dapat dikembangkan oleh pihak sekolah Kompas. [online].
sebagai alternatif dalam model Tersedia:edukasi.com/read/2012/12/14.
pembelajaran di sekolah, sehingga tidak Sanjaya. (2008). Model Pembelajaran Berbasis
hanya dapat digunakan untuk pembelajaran Masalah [online].Tersedia:
matematika, tetapi dapat juga digunakan http://fisikasmaonline.blogspot.com/2012/
untuk mata pelajaran lainnya. 07/model-pembelajaranberbasis-
4. Penelitian ini merupakan langkah untuk masalah_7578.html
mengetahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematika siswa, khususnya Setiawan,A.(2008). Pembelajaran Berbasis
kelas VIII MTs Negeri 1 Garut pada bidang Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan

ISSN 2086-4280 149


Mosharafa
Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 3, Nomor 3, September 2014

Komunikasi dan Pemecahan Masalah


Matematik Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Bandung: Tidak diterbitkan.
Trianto.(2007). Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktiviki.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

Riwayat Hidup Penulis :


LISNA SITI PERMANA SARI : Lahir di
Garut, 16 Juni 1992 SDN Pataruman VII
Garut Tahun 2004, MTsN 1 Garut Tahun
2007, SMA Negeri 1 Tarogong Kidul
(sekarang SMA Negeri 1 Garut) Tahun
2010, STKIP Garut.

ISSN 2086-4280 150

Anda mungkin juga menyukai