Anda di halaman 1dari 74

PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE

PEKERJAANLAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN)


(INSPEKTUR

MODUL
SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

2006

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Modul ini akan menguraikan prinsip-prinsip dasar pelaksanaan pekerjaan tanah


mencakup galian, timbunan dan penyiapan badan jalan.

Modul ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta


pembekalan/pengujian mengenai antara lain jenis galian, toleransi dimensi galian,
pengamanan pekerjaan galian, perbaikan terhadap pekerjaan galian yang tidak
memenuhi ketentuan, utilitas bawah tanah, jenis timbunan, pekerjaan yang tidak
termasuk bahan timbunan, toleransi dimensi timbunan, standar rujukan timbunan,
bahan timbunan, penghamparan dan pemadatan timbunan, jaminan mutu timbunan,
penyiapan badan jalan dan sebagainya.

Demikian mudah-mudahan modul ini dapat memberikan manfaat bagi yang


memerlukannya.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) i


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) ii


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan


Jembatan (Site Inspector of Bridge)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan perlaporan
pekerjaan konstruksi jembatan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja
dan dokumen kontrak.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:

1. Mengawasi pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2. Membaca Data Geoteknik
3. Mengawasi penggunaan Bahan Jembatan
4. Membaca Gambar
5. Mengawasi penggunaan Alat-alat Berat
6. Mengawasi pelaksanaan Pengukuran dan Pematokan
7. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Tanah
8. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Beton
9. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan
Jembatan
10. Mengawasi pelaksanaan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
11. Mengawasi pelaksanaan Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan
12. Membuat Laporan Pengawasan Pekerjaan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) iii


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

NOMOR : SIB-07

JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan modul ini untuk
pekerjaan jembatan dan oprit jembatan dengan sasaran memperoleh produk
pekerjaan yang efisien dengan mutu yang memenuhi standar persyaratan teknis.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Mengawasi pekerjaan galian dalam rangka pelaksanaan pekerjaan jembatan dan
oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan, serta
bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang
masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur
yang mungkin dijumpai
2. Mengawasi pekerjaan timbunan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan jembatan
dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan,
standar rujukan yang digunakan, bahan timbunan yang digunakan, metode
penghamparan dan pemadatan serta jaminan mutu hasil pekerjaan timbunan.
3. Mengawasi pekerjaan penyiapan badan jalan dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan jembatan dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi
hasil pekerjaan, standar rujukan yang digunakan, bahan yang digunakan untuk
pembuatan badan jalan dan sebagainya.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) iv


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR i

LEMBAR TUJUAN ii

DAFTAR ISI iii

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JEMBATAN (Site Inspector of Bridge) vii

DAFTAR MODUL viii

PANDUAN PEMBELAJARAN ix

BAB I SIFAT-SIFAT DAN KLASIFIKASI TANAH I–1


1.1 TEKSTUR TANAH I-1
1.2 STRUKTUR TANAH I-2
1.3 HORIZON TANAH I-3
1.4 BAHAN INDUK I-4
1.4.1 Batuan Sedimen I-5
1.4.2 Batuan Beku I-5
1.4.3 Batuan Metamorf I-6
1.5 KOMPONEN TANAH I-6
1.6 PADAT DAN UDARA DALAM TANAH I-6
1.7 SIFAT-SIFAT DASAR TANAH I–8
1.7.1 Kadar Air, Berat Jenis, Berat Isi, Angka Pori,
Porositas Dan Derajat Kejenuhan I-9
1.7.2 Permeabilitas I - 10
1.7.3 Elastisitas I - 11
1.7.4 Plastisitas I - 12
1.7.5 Kohesi dan Kekuatan Geser I - 12
1.7.6 Pemampatan (compressibility) I - 13
1.7.7 Penyusutan dan Pemuaian (shrinkage and swelling) I - 14
I - 15
1.7.8 Aktifitas (activity) I - 16
1.7.9 Konsistensi Tanah Asli I - 18
1.7.10 Sensitifitas (sensitivity) I - 18
1.7.11 Daya kapiler (capillarity) dan pengisapan (suction) I - 20
I - 20
1.7.12 Dilatansi I – 20
1.8 UDARA DALAM TANAH
1.9 AIR DALAM TANAH I - 20
1.9.1 Pengaruh air sebagai bahan cair terhadap sifat-sifat I - 27
tanah I - 27
1.10 BAHAN PADAT DALAM TANAH I - 29
1.10.1 Bahan organik I - 32

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) v


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

1.10.2 Bahan anorganik


1.11 KLASIFIKASI TANAH

BAB II PEKERJAAN GALIAN II – 1


2.1 CAKUPAN PEKERJAAN II – 1
2.2 SASARAN PEKERJAAN GALIAN II – 1
2.3 JENIS GALIAN II – 1
2.4 TOLERANSI DIMENSI II – 2
2.5 PENGAMANAN PEKERJAAN GALIAN II – 3
2.6 PERBAIKAN TERHADAP PEKERJAAN GALIAN
YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN II – 4
2.7 UTILITAS BAWAH TANAH II – 4
2.8 RETRIBUSI UNTUK BAHAN GALIAN II – 5
2.9 PENGEMBALIAN BENTUK DAN PEMBUANGAN
PEKERJAAN SEMENTARA II – 6
2.10 PROSEDUR PENGGALIAN II – 7
2.11 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN II – 7

BAB III PEKERJAAN TIMBUNAN III – 1


3.1 CAKUPAN PEKERJAAN III – 1
3.2 PEKERJAAN YANG TIDAK TERMASUK BAHAN
TIMBUNAN III – 2
3.3 TOLERANSI DIMENSI III – 2
3.4 STANDAR RUJUKAN III – 2
3.5 BAHAN TIMBUNAN III – 3
3.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN III – 4
TIMBUNAN III – 7
3.7 JAMINAN MUTU III – 9
3.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

BAB IV PENYIAPAN BADAN JALAN IV – 1


4.1 CAKUPAN PEKERJAAN IV – 1
4.2 TOLERANSI DIMENSI IV – 1
4.3 STANDAR RUJUKAN IV – 2
4.4 BAHAN UNTUK BADAN JALAN IV – 2
4.5 PELAKSANAAN PENYIAPAN BADAN JALAN IV – 2
4.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN IV – 3

RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) vi


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JEMBATAN (Site Inspector of Bridge)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan


Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan
unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan
Jembatan (Site Inspector of Bridge) unit-unit tersebut menjadi Tujuan
Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus
menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan
Jembatan (Site Inspector of Bridge).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) vii


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

DAFTAR MODUL

Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan


Jabatan Kerja :
Site Inspector of Bridge (SIB)
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SIB – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2 SIB – 02 Membaca Data Geoteknik

3 SIB – 03 Bahan Jembatan

4 SIB – 04 Membaca Gambar

5 SIB – 05 Alat Berat

6 SIB – 06 Pengukuran dan Pematokan

7 SIB – 07 Pekerjaan Tanah


8 SIB – 08 Pekerjaan Beton

Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan


9 SIB – 09
Jembatan
Pemeliharaan Jembatan Darurat dan Pengaturan Lalu
10 SIB – 10
Lintas

11 SIB – 11 Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan

12 SIB – 12 Teknik Pelaporan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) viii


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan


(Site Inspector of Bridge)

KODE MODUL : SIB-07

JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH

DESKRIPSI : Modul ini menguraikan pekerjaan galian, pekerjaan


timbunan dan penyiapan badan jalan dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan jembatan dan oprit jembatan
dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan,
standar rujukan yang digunakan, pemahaman terhadap
tanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap
utilitas bawah tanah yang masih berfungsi (pipa, kabel,
saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin
dijumpai bahan yang digunakan), metode penghamparan
dan pemadatan serta jaminan mutu hasil pekerjaan dan
lain sebagainya.

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) ix


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

B. RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan
OHT
 Menjelaskan tujuan instruksional  Mengikuti penjelasan TIU dan
(TIU & TIK) TIK dengan tekun dan aktif
 Merangsang motivasi peserta  Mengajukan pertanyaan
dengan pertanyaan atau pengala- apabila kurang jelas.
mannya dalam penerapan gambar
pelaksanaan
Waktu : 5 menit

2. Ceramah : Pekerjaan Galian


Penjelasan tentang Pekerjaan OHT
Galian:
 Cakupan pekerjaan  Mengikuti penjelasan instruktur
 Sasaran pekerjaan galian dengan tekun dan aktif
 Jenis galian  Mencatat hal-hal yang perlu
 Toleransi dimensi  Mengajukan pertanyaan bila
 Pengamanan Pekerjaan Galian perlu
 Utilitas bawah tanah
 Pengembalian bentuk dan
pembuangan pekerjaan sementara
Waktu : 30 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab 1,
Galian)

3. Ceramah : Pekerjaan Timbunan


Penjelasan tentang Pekerjaan OHT
Timbunan:  Mengikuti penjelasan instruktur
 Cakupan pekerjaan dengan tekun dan aktif
 Pekerjaan yang tidak termasuk
 Mencatat hal-hal yang perlu
bahan timbunan
 Mengajukan pertanyaan bila
 Toleransi dimensi
perlu
 Standar rujukan
 Bahan timbunan
 Penghamparan dan pemadatan
timbunan
 Jaminan mutu
Waktu : 30 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab 2,
Timbunan)

4. Ceramah : Penyiapan badan jalan OHT


Penjelasan tentang pekerjaan
penyiapan badann jalan:  Mengikuti penjelasan instruktur
 Cakupan pekerjaan dengan tekun dan aktif
 Toleransi dimensi  Mencatat hal-hal yang perlu
 Standar rujukan  Mengajukan pertanyaan bila
perlu

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) x


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG


 Bahan untuk badan jalan
 Pelaksanaan penyiapan badan
jalan
Waktu : 25 menit
Bahan : Materi serahan (Bab 3,
Penyiapan Badan Jalan)

5. Penutup

Waktu : 5 menit

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) xi


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

BAB I
SIFAT-SIFAT DAN KLASIFIKASI TANAH

1.1 TEKSTUR TANAH

Tekstur, atau ukuran butir, seringkali mempunyai peranan yang penting dalam
pengklasifikasian tanah serta mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Secara umum, tekstur
telah digunakan untuk membagi tanah menjadi dua kelompok besar, yaitu tanah berbutir
kasar dan tanah berbutir halus. Ukuran dan distribusi butir-butir mineral yang terdapat pada
suatu tanah tergantung pada banyak faktor, termasuk komposisi mineral, cuaca, lamanya
pelapukan dan cara pemindahan.
Sesuai dengan ukuran butirnya, tanah berbutir kasar dibagi menjadi bongkah (boulder),
kerikil (gravel) dan pasir. Sifat-sifat teknis tanah berbutir kasar seringkali sangat dipengaruhi
oleh tekstur dan gradasinya.
Tanah berbutir halus dibagi menjadi lanau dan lempung. Butir-butir yang membentuk lanau
dan lempung mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga tidak bisa dibedakan dengan
mata telanjang. Sifat-sifat teknis lanau dan lempung lebih dipengaruhi oleh kekuatan
permukaan dan kekuatan listrik butiran daripada oleh kekuatan gravitasi sebagaimana yang
berlaku pada tanah berbutir kasar. Oleh karena itu, tekstur tanah berbutir halus mempunyai
pengaruh yang lebih kecil terhadap sifat-sifat teknis daripada tekstur tanah berbutir kasar.
Lanau biasanya mempunyai plastisitas yang lebih rendah daripada lempung dan dalam
keadaan kering mempunyai kekuatan yang rendah atau sama sekali tidak mempunyai
kekuatan.
Sesuai dengan Klasifikasi Unified, ukuran tekstur tanah ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Meskipun ukuran butir yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 hanyalah pilihan, namun nilai-nilai
tersebut diusulkan dalam rangka menyeragamkan definisi. Perbedaan utama antara lanau
dengan lempung adalah plastisitasnya. Lanau pada dasarnya terbentuk melalui pelapukan
mekanis, sehingga sebagian besar sifat-sifatnya menyerupai sifat-sifat bahan induknya,
sedangkan lempung dihasilkan melalui pelapukan mekanis dan kimia dan pada dasarnya
berukuran koloidal.
Untuk membedakan lempung dari lanau di lapangan, terdapat beberapa pengujian
sederhana. Dalam keadaan kering, lanau mempunyai kekuatan yang sangat rendah,
sehingga segumpal lanau mudah dihancurkan dengan jari tangan. Di sisi lain, segumpal
lempung yang kering sulit dihancurkan dengan jari tangan. Apabila segumpal lanau yang
ditambah air ditempatkan pada telapak tangan dan digoyang-goyang, maka permukaan
lanau tersebut akan mengkilap (ada lapisan air) dan apabila lanau tersebut diremas

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-1


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

(squeeze), maka lapisan air akan hilang. Pada lempung berair yang digoyang-goyang, air
tidak muncul ke permukaan sehingga permukaannya tidak mengkilap.

Tabel 1.1. Ukuran tekstur tanah (Sumber: Yoder, 1975)

TEKSTUR TANAH UKURAN


Bongkah (cobbles) Lebih besar dari 75 mm (3 in)
Kerikil 75 mm (3 in) sampai 4,76 mm (No. 4)
Kerikil kasar 75 mm (3 inci) sampai 19 mm (¾ in)
Kerikil halus 19 mm (¾ in) sampai 4,476 mm (No. 4)
Pasir 4,76 mm (No. 4) sampai 0,074 mm (No. 200)
Pasir kasar 4,76 mm (No. 4) sampai 2 mm (No.10)
Pasir sedang 2 mm (No. 10) sampai 0,42 mm (No. 40)
Pasir halus 0,42 mm (No. 40) sampai 0,074 mm (No. 200)
Tanah berbutir halus (lanau atau lempung) Lebih kecil dari 0,074 mm (No. 200)

1.2 STRUKTUR TANAH

Pola dimana individu butir dalam masa tanah tersusun disebut struktur primer (primary
structure). Untuk tanah berbutir kasar, struktur primer sering kali dapat dilihat dengan mata
telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar (hand lens). Cara untuk mengamati struktur
tanah berbutir halus (lanau dan lempung) sejauh ini berkembang lambat. Namun demikian,
teknologi di bidang mikroskop elektron yang dikembangkan akhir-akhir ini memberi harapan
untuk memudahkan pengamatan struktur tanah berbutir halus.
Meskipun dalam banyak kasus struktur primer tidak dapat diamati dan mungkin sangat
bervariasi, namun para ahli telah berusaha menetapkan dan mengklasifikasikan berbagai
struktur primer tanah. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1, beberapa kelompok
struktur primer tersebut adalah:
a. Butir tunggal (single-grained).
b. Sarang lebah (honeycomb).
c. Flokulen (flocculent).

a. Butir tunggal b. Sarang lebah c. Flokulen

Gambar 1.1. Tiga jenis struktur primer tanah

Sering kali tanah menunjukkan struktur jenis yang lain, yang dikenal dengan struktur
sekunder. Istilah tersebut menggambarkan pola retak, patahan atau bentuk kerenggangan
lain yang terjadi pada formasi tanah.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-2


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Baik struktur primer maupun struktur sekunder sering mempunyai pengaruh yang besar
terhadap sifat-sifat teknis tanah (permeabilitas, elastisitas, kompresibilitas, kekuatan geser).

1.3 HORIZON TANAH

Pedologi merupakan ilmu mengenai proses pelapukan tanah serta pembentukan profil tanah.
Faktor cuaca yang terutama mempengaruhi pembentukan profil tanah adalah tingkat aliran
permukaan (surface runoff) dan suhu.
Profil tanah merupakan hasil pelapukan alamiah yang merubah tanah induk. Profil tipikal
tanah, sebagaimana yang berlaku pada bidang teknik sipil, terdiri atas tiga lapis atau tiga
horizon sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Horizon paling bawah, disebut bahan induk (parent material) atau Horizon C, terdiri atas
tanah asli yang belum mengalami pelapukan. Horizon C dapat merupakan bahan pindahan
atau bahan endapan, sedangkan Horizon A dan B merupakan zona-zona yang telah
mengalami pelapukan. Horizon yang ditunjukkan pada Gambar 1.2 merupakan
penyederhanaan daripada horizon menurut pedologi (pedologi membagi horizon menjadi
horizon-horizon yang lebih kecil).

Horizon A organik
(Organic A horizon)
Horizon A
Horizon B

Pelapukan-dalam pada cekungan


(deeper weathering in depressions)

Horizon C –bahan induk


(C horizon – parent material)

Gambar 1.2. Profil Tipikal Tanah (Sumber: Yoder, 1975)


Adanya profil tanah merupakan hasil penghancuran dan penempatan kembali komponen
tanah oleh air yang meresap (water seeping) ke dalam tanah. Dalam bentuk yang paling
sederhana, kandungan lempung pada Horizon A akan makin menurun, karena lempung dari
horizon tersebut akan terendapkan pada Horizon B. Oleh karena itu, Horizon A terutama
terdiri atas lanau nonplastis, sedangkan Horizon B terdiri atas lempung kelanauan atau
lempung.
Kedalaman dan karakter profil tanah sangat dipengaruhi oleh cuaca, topografi dan waktu.
Pada daerah-daerah yang curah hujannya rendah, terjadinya profil tanah kurang
berkembang, sebagaimana halnya pada lereng terjal. Kedalaman pelapukan sangat
dipengaruhi oleh umur dan topgrafi.
Perlu diingat bahwa profil yang disebutkan di atas hanya terjadi apabila air mengalir ke
bawah melalui tanah. Dalam hal tersebut, perkembangan karakter dan kedalaman profil

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-3


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

tergantung pada jumlah air yang melewati tanah. Tanah muda dan tanah yang terjadi pada
lereng terjal akan membentuk profil yang dangkal, sedangkan tanah tua dan tanah yang
terjadi pada cekungan akan membentuk horizon yang dalam.

1.4 BAHAN INDUK

Dalam praktek rekayasa jalan raya dan lapang terbang, kegiatan dalam bidang geologi dan
pedologi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Para ahli geologi dan pedologi biasanya telah
membuat peta daerah-daerah yang dapat memberikan informasi rinci mengenai jenis-jenis
tanah dan konsistensinya. Meskipun informasi yang diperoleh dari peta tanah menurut
geologi dan pertanian sering kali tidak memberikan gambaran yang tepat tentang kasus-
kasus rekayasa (engineering problems), namun apabila seseorang telah memiliki latar
belakang yang cukup tentang proses geologi dan mekanika pembentukan tanah, maka dia
dapat memperoleh data dengan cara menafsirkan informasi geologi dan pedologi. Tanah
yang berasal dari bahan induk yang identik serta di bawah pengaruh kondisi cuaca dan
pelapukan yang juga identik, akan terbentuk menjadi tanah yang sama. Namun demikian,
tanah yang terbentuk tersebut jangan diharapkan selalu seragam. Masing-masing kasus
hendaknya diselidiki secara rinci, dimana semua ketidakkonsistenan mengenai profil tanah,
muka air tanah dan jenis bahan induk harus diselidiki. Untuk keperluan tersebut, seseorang
harus memiliki pengetahuan tentang geologi serta memahami distribusi tanah dan kelompok
tanah.
Berdasarkan proses pembentukannya, bahan atau batuan induk dapat dibagi menjadi batuan
sedimen, batuan beku dan batuan metamorf.

1.4.1 BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen terbentuk melalui akumulasi sedimen (butir-butir halus) dalam air. Sedimen
dapat terdiri atas partikel-partikel atau fragmen mineral (sebagaimana pada kasus batu pasir
(sandstone) atau batu serpih (shale)), sisa-sisa binatang (beberapa batu kapur), sisa-sisa
tumbuhan (batu bara dan gambut), produk ahir proses kimia atau penguapan (garam,
gipsum), atau kombinasi bahan-bahan tersebut.
Disamping itu, batuan sedimen sering disebut juga batuan sedimen bersifat silika (siliceous)
atau gampingan (calcareous), dimana batuan sedimen bersifat silika adalah batuan yang
mengandung banyak silika. Batuan yang mengandung banyak kalsium karbonat (batu kapur)
disebut batuan bersifat gampingan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-4


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

1.4.2 BATUAN BEKU

Batuan beku terdiri atas bahan cair (magma) yang telah mendingan dan memadat. Terdapat
dua jenis batuan beku, yaitu batuan ekstrusif dan batuan intrusif. Batuan beku ekstrusif
terbentuk dari magma yang tertumpah ke permukaan bumi pada saat letusan vulkanik atau
kegiatan geologi yang sejenis. Karena pada saat tumpah magma bersentuhan dengan
atmosfir yang memungkinkan cepat mendingin, maka batuan yang terbentuk mempunyai
penampilan dan struktur yang menyerupai kaca. Riolit, andesit dan basal merupakan contoh
batuan ekstrusif.
Batuan beku intrusif terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Karena terperangkap di
bawah permukaan, maka magma mendingin dan mengeras secara perlahan-lahan yang
memungkinkan terbentuknya struktur kristal. Oleh karena itu, batuan beku intrusif
mempunyai penampilan dan struktur sperti kristal; contoh, granit, diorit dan gabro. Akibat
proses pergerakan dan erosi kulit bumi, batuan beku intrusif dapat muncul ke permukaan
sehingga dapat ditambang.

1.4.3 BATUAN METAMORF

Batuan metamorf umumnya merupakan batuan sedimen atau batuan beku yang telah
mengalami perubahan akibat tekanan dan panas dalam bumi serta reaksi kimia. Karena
proses pembentukan tersebut kompleks, maka batuan metamorf sulit ditentukan secara pasti
asal kejadiannya.
Beberapa jenis batuan metamorf mempunyai ciri yang nyata, yaitu mineralnya tersusun
dalam bidang atau lapisan yang sejajar. Pemisahan batuan pada bidang tersebut akan lebih
mudah daripada pemisahan pada arah lain. Batuan metamorf yang mempunyai ciri tersebut
disebut batuan pipih (foliated); contoh, geneis (gneisses) dan sekis (schists) (terbentuk dari
batuan beku) dan slate (terbentuk dari batuan sedimen, yaitu batuan serpih). Tidak semua
batuan metamorf berbentuk pipih; marmer (terbentuk dari batu kapur) dan kuarsit (terbentuk
dari batu pasir) merupakan batuan metamorf tanpa proses pemipihan.

1.5 KOMPONEN TANAH

Tanah terdiri atas partikel-partikel padat yang membentuk struktur porus (mengandung pori-
pori). Tergantung pada kondisinya, pori-pori dapat berisi air atau udara atau kedua-duanya.
Dengan menggunakan grafik-segi tiga yang ditunjukkan pada Gambar 1.3, komposisi suatu
tanah dapat ditunjukkan oleh suatu titik, dimana koordinat titik tersebut menyatakan
persentase volume ketiga komponen. Dengan Gambar 1.3, dapat ditelusuri juga setiap
perubahan komposisi; Garis A menunjukkan perubahan komponen pada saat pengujian
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-5
Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

pemadatan, Garis B menunjukkan perubahan komponen pada saat pengujian penyusutan


(shrinkage test) dan Garis C menunjukkan perubahan komponen pada saat pengujian
konsolidasi.

50 50

60

%)
40

L(
RA

VO
A. PENGUJIAN

LU
IN
PEMADATAN

ME
LM
70
30
IKE

UD
A
T

RA
AR
EP

(%
80 20

)
LUM
VO

90 10
C. PENGUJIAN
B. PENGUJIAN KONSOLIDASI
PENYUSUTAN
100 0
0 10 20 30 40 50
VOLUME AIR (%)

Gambar 1.3. Grafik segi tiga untuk menyatakan komposisi tanah


(Sumber: TRRL, 1952)

Meskipun grafik pada Gambar 1.3 dapat menunjukkan komposisi tanah dalam persentase
volume, namun dalam praktek partikel mineral (bahan padat) dan air biasanya dinyatakan
dengan berat dalam suatu satuan volume, misal lb/ft3 atau gr/cm3, karena berat lebih mudah
diukur daripada volume. Berat bahan padat yang terkandung dalam satu satuan volume
tanah biasanya dikenal dengan kepadatan kering dan hal tersebut berbeda dengan volume
suatu berat tanah setelah dikeringkan. Kepadatan kering merupakan berat bahan padat yang
terdapat pada satuan volume tanah dimana setelah air secara hipotetis terbuang volume
tersebut tidak mengalami perubahan.

1.6 HUBUNGAN AIR, BAHAN PADAT DAN UDARA DALAM TANAH


Keberadaan struktur tanah sekunder yang luar biasa biasanya hanya dapat diditeksi melalui
pengamatan visual. Pada kasus struktur primer, pengamatan visual biasanya tidak cukup;
oleh karena itu, untuk mengevaluasi hal tersebut secara kasar telah dikembangkan cara tidak
langsung, dimana tanah dipandang selalu terdiri atas tiga komponen, yaitu bahan padat, air
dan udara.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-6


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Meskipun dalam praktek tidak mungkin memisahkan ketiga bagian tanah, namun secara
diagram, ketiga bagian tanah tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.4. Apabila tanah benar-
benar kering (misal setelah dikeringkan dalam oven), maka tanah hanya terdiri atas bahan
padat dan udara; sedangkan dalam keadaan jenuh, tanah hanya terdiri atas bahan padat dan
air.

VOLUME BERAT
Va UDARA 0
Vv VW AIR WW
V W

Vs BAHAN Ws
PADAT

Gambar 1.4. Diagram komponen tanah

Hubungan antara komponen-komponen tanah pada Gambar 1.4 yang telah dikembangkan
dalam mekanika tanah, tidak hanya untuk mendapatkan gambaran tidak langsung mengenai
struktur tanah, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkirakan penurunan (settlement),
permeabilitas dan derajat kepadatan.

Beberapa hubungan antara komponen-komponen tanah yang dipandang penting adalah:


Ww
a. Kadar air (w), % = x 100 ....................................................................... . 1.1
Ws

Va
b. Kandungan udara (Va), % = x100 ........................................................... . 1.2
V
Vv Va  V w
c. Angka pori (e) =  ....................................................................... . 1.3
Vs Vs

Vv V  Vw
d. Porositas (n), % = x100  a x100 .................................................... . 1.4
V V
Vw
e. Derajat kejenuhan (Sr), % = x100 ............................................................ . 1.5
Vv

Secara umum, nilai-nilai di atas serta parameter-parameter lain tanah dapat diperoleh
dengan mengukur berat dan volume contoh tanah yang mewakili.

1.7 SIFAT-SIFAT DASAR TANAH

Bahan induk, komposisi mineral, kandungan bahan organik, cuaca, umur, cara perpindahan,
letak endapan, cara pemadatan dan derajat kepadatan, tekstur tanah, gradasi butir serta
struktur tanah merupakan faktor-faktor yang saling berhubungan dan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap sifat-sifat dasar tanah. Namun demikian, sifat dasar tanah tidak hanya

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-7


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, tetapi juga oleh kondisi pada saat pengujian
dilakukan.
Karena tanah merupakan bahan yang mempunyai karakteristik sangat heterogin, maka untuk
mendapatkan gambaran tentang “perilakunya” serta untuk memudahkan penanganannya,
terlebih dahulu perlu dipahami sifat-sifat dasar tanah. Beberapa sifat dasar tanah yang
dipandang penting adalah:

a. Kadar air. i. Sensitivitas


b. Angka pori j. Kohesi dan kekuatan geser
c. Berat isi. k. Pemampatan (compressibility).
d. Berat Jenis. l. Penyusutan dan pemuaian (shrinkage
e. Permeabilitas. and swelling).
f. Elastisitas. m. Aktifitas
g. Plastisitas. n. Konsistensi
h. Delatansi o. Daya kapiler

1.7.1 KADAR AIR, BERAT JENIS, BERAT ISI, ANGKA PORI, POROSITAS DAN
DERAJAT KEJENUHAN

Kadar air, berat jenis, berat isi, angka pori, porositas dan derajat kejenuhan merupakan
parameter yang biasa digunakan untuk menunjukkan hubungan antara berat dengan volume
komponen-komponen tanah.
Sebagaimana telah ditunjukkan pada Persamaan 1.1, kadar air adalah perbandingan antara
berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah yang biasa dinyatakan
dalam persen.
Di laboratorium, kadar air biasanya ditentukan dengan menempatkan contoh tanah dalam
wadah (container) dan kemudian menimbang contoh basah, mengeringkan dan menimbang
contoh kering tanah. Dengan demikian, maka berat contoh kering dan berat air (selisih antara
berat contoh basah dengan berat contoh kering). Pengeringan biasanya dilakukan dalam
tungku (oven) pada suhu 100-105 0C dalam waktu sampai berat contoh tetap.
Berat jenis tanah (biasa dinyatakan dengan simbol G) adalah perbandingan antara berat
bahan padat dengan berat air pada suhu tertentu (biasanya 4 0C), untuk volume yang sama.
Berat jenis tanah biasanya berkisar antara 2,60 sampai 2,80, dimana secara umum, nilai
yang rendah adalah untuk bahan berbutir kasar, sedangkan nilai yang tinggi adalah untuk
tanah berbutir halus. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai jenis tanah yang
mempunyai berat jenis di luar rentang yang disebutkan, yaitu jenis tanah yang berasal dari

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-8


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

batuan induk sangat ringan atau sangat berat. Penentuan berat jenis di laboratorium biasa
dlakukan dengan menggunakan piknometer.
Berat isi tanah didefinisikan sebagai berat masa tanah per satuan volume. Dalam teknik jalan
raya, dikenal istilah “berat isi basah”, yaitu satuan berat masa tanah yang mengandung
berbagai tingkat kadar air, serta “berat isi kering”, yaitu satuan berat masa tanah setelah
dikeringkan dalam tungku (tidak mengandung air). Berat isi kering dapat diperoleh dengan
membagi berat isi basah oleh kadar air.
Angka pori didefiniskan sebagai perbandingan antara volume rongga (udara dan air) dengan
volume bahan padat; porositas adalah istilah yang mirip dengan angka pori, yaitu
perbandingan antara volume rongga dengan volume total; sedangkan derajat kejenuhan
merupakan perbandingan antara volume air terhadap volume total (biasa dinyatakan dalam
persen).
Sebagaimana ditunjukkan pada Butir 1.7 dan pada butir-butir selanjutnya, antara parameter-
parameter di atas dapat dibuat hubungan, sehingga parameter yang satu dapat diperoleh
berdasarkan parameter lain yang diketahui.

1.7.2 PERMEABILITAS

Dalam teknik sipil, permeabilitas biasanya menunjukkan kemampuan (tingkat kemudahan


atau kesulitan) air untuk mengalir dalam pori-pori tanah, baik sebagai akibat pengaruh gaya
gravitasi maupun kekuatan lain. Tekstur, gradasi, derajat kepadatan dan struktur primer
tanah sangat mempengaruhi permeabilitas. Tanah berbutir kasar mempunyai permeabilitas
yang jauh lebih besar daripada tanah berbutir halus. Meskipun demikian, kandungan yang
rendah bahan halus atau bahan perekat pada tanah berbutir kasar serta retak, patahan dan
lubang pada tanah berbutir halus kadang-kadang merubah permeabilitas tersebut.
Permeabilitas tanah berbutir lebih kasar dapat ditentukan dengan cukup teliti melalui
pengujian, baik di laboratorium maupun di lapangan.
Dalam mekanika tanah, permeabilitas biasa dinyatakan dengan “koefisien permeabilitas”,
yang sering didefinisikan sebagai kecepatan aliran air melalui masa tanah di bawah
pengaruh satu satuan gradien hidrolik. Faktor-faktor yanag mempengaruhi koefisien
permeabilitas adalah sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas.
Pengujian permeabilitas di laboratorium dapat dilakukan dengan permeameter, baik yang
mempunyai inggi air berubah (falling-head permeater), maupun yang mempunyai tinggi air
tetap (constant-head permeameter).
Tanah berbutir kasar (misal pasir dan kerikil) mempunyai koefisien permeabilitas yang besar
dan dapat disebut sebagai tanah porus, sedangkan lempung dan tanah berbutir halus lain
mempunyai koefisien permeabilitas yang kecil dan dapat dikatakan sebagai tanah kedap.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-9


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pada Tabel 1.2 ditunjukkan perkiraan koefisien dan karaketristik drainase berbagai jenis
bahan.

Tabel 1.2. Perkiraan koefisien permeabilitas dan karakteristik drainase


(Sumber: Merrit, 1976)
KOEF. PERMEABILITAS KARAKETERISTIK
JENIS TANAH
(cm/detik) DRAINASE
 Kerikil bersih 5-10 Baik
 Pasir kasar bersih 0,4-300 Baik
 Pasir medium bersih 0,05-0,15 Baik
 Pasir halus bersih 0,004-0,020 Baik
 Pasir dan kerikil kelanauan 10-5-0,01 Jelek sampai baik
 Pasir kelanauan 10-5-10-4 Jelek
 Pasir kelempungan 10-6-10-5 Jelek
10-6 Jelek
 Lempung kelanauan
10-7 Jelek
 Lempung
10-8 Jelek
 Lempung koloid 10-9 Jelek

1.7.3 ELASTISITAS

Elastisitas menggambarkan kemampuan tanah untuk kembali ke bentuk aslinya setelah


tanah melendut akibat pembebanan singkat.
Deformasi elastis atau lendutan balik yang mengikuti pembebanan ringan merupakan akibat
dari deformasi elastis masing-masing partikel mineral dan sampai tingkat tertentu,
merupakan sumbangan dari deformasi elastis struktur tanah yang menyerupai busa karet
(“sponge rubber-like”). Pada sebagian besar tanah dan untuk sebagian besar keperluan
rekayasa, deformasi tersebut sangat kecil dan sering diabaikan. Namun demikian, dalam
rekayasa jalan raya, deformasi elastis disadari makin penting.

1.7.4 PLASTISITAS

Plastisitas mengandung arti kemampuan tanah untuk dirubah bentuknya tanpa retak atau
hancur serta setelah beban lepas, perubahan bentuk tersebut tetap dipertahankan.
Perubahan bentuk yang tidak kembali atau deformasi plastis kemungkinan merupakan
gabungan daripada sejumlah besar pergeseran kecil antara butir serta keruntuhan kecil
struktur lokal pada masa tanah. Menurut teori Goldschmidt, plastistas merupakan akibat
kehadiran partikel-partikel pada muatan elektro-magnetik, dimana molekul-molekul air
mempunyai sifat bi-polar yang mengatur dirinya mirip magnit-magnit kecil dalam daerah
magnetik yang berdampingan dengan permukaan butir-butir tanah. Pada jarak yang sangat
dekat dengan permukaan, air menjadi sangat kental dan apabila jaraknya bertambah, maka
viksositas air menurun sampai pada jarak tertentu menjadi air normal. Apabila air hadir dalam
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-10
Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

jumlah yang cukup, maka partikel-partikel tanah terpisahkan oleh tetes-tetes air kental yang
memungkinkan partikel bergeser satu sama lain ke posisi yang baru tanpa ada
kecenderungan untuk kembali ke posisi awal, tanpa ada perubahan pada rongga serta tanpa
mengganggu kohesi. Kebenaran teori Goldschmidt ditunjukkan oleh kenyataan bahwa
lempung tidak menjadi plastis apabila dicampur dengan cairan yang mempunyai molekul
tidak berpolarisasi, misal minyak tanah.
Dalam pekerjaan rekayasa jalan raya dan pondasi, deformasi plastis dapat menjadi faktor
yang besar dan penting. Mudah dipahami bahwa apabila deformasi plastis makin membesar
akibat pembebanan yang makin meningkat, maka butir-butir tanah mulai berorentasi kembali
pada suatu zona kritis di dalam masa tanah. Apabila beban cukup besar dan butir-butir tanah
(mungkin terorentasi sejajar satu sama lain) pada zona kritis jumlahnya cukup besar pula,
maka masa tanah akan mengalami keruntuhan geser. Pada atau dekat zona tersebut,
tahanan geser atau kekuatan tanah dapat dikatakan telah dilampaui.

1.7.5 KOHESI DAN KEKUATAN GESER

Telah diketahui bahwa apabila deformasi plastis dalam tanah berbutir halus menjadi lebih
besar akibat pembebanan yang makin besar, maka dalam zona kritis tertentu pada tanah
akan terjadi reorentasi butir. Apabila beban cukup besar dan butir-butir tanah (dengan jumlah
yang cukup) dalam zona kritis mengalami orentasi yang sejajar satu sama lain, maka pada
zona kritis tersebut, tanah akan mulai mengalami keruntuhan geser. Pada atau di dekat
daerah tersebut, tahanan geser atau kekuatan tanah dikatakan telah dilampaui.
Kekuatan geser tanah merupakan sumbangan dari friksi antara butir serta kohesi (kohesi
merupakan kekuatan geser di luar sumbangan friksi butir). Oleh karena itu, kohesi (dengan
demikian kekuatan geser) tidaklah tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan perubahan
kadar air, tingkat dan lama pembebanan, tegangan tidak bebas (confining pressure) serta
beberapa faktor lain. Namun demikian, tanah yang dipadatkan pada kadar air optimum
biasanya mempunyai kekuatan geser yang lebih besar daripada tanah yang dipadatkan pada
kadar air di atas optimum. Kekuatan geser tanah merupakan persoalan yang rumit dan telah
banyak penelitian untuk merumuskan prosedur paling baik untuk menentukan sifat tersebut.
Menurut definisi, bahan yang mengalami deformasi akibat beban tanpa mengalami
perubahan volume mempunyai Angka Poisson sama dengan setengah; sedangan bahan
yang mengalami deformasi semata-mata akibat perubahan volume mempunyai Angka
Poisson sama dengan nol. Angka Poisson tanah yang dapat dipercaya, sejauh ini sulit
ditentukan. Namun demikian, Angka Poisson untuk sebagian besar tanah berkisar antara 0
dan 0,5. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa deformasi yang terjadi akibat
pembebanan terdiri atas dua bagian, yaitu deformasi elastis-plastis dan perubahan volume.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-11


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

1.7.6 PEMAMPATAN (COMPRESSIBILITY)

Karena butir-butir mineral dan air dalam masa tanah relatif tidak dapat memampat, maka
sebagian besar perubahan volume pada tanah merupakan akibat perubahan struktur tanah
yang diikuti dengan keluarnya (expulsion) air atau udara atau kedua-duanya dari masa
tanah. Pemampatan atau perubahan bentuk sebagai akibat keruntuhan geser tidak
dimasukkan dalam katagori ini. Istilah “konsolidisi” biasa digunakan untuk menyatakan porsi
deformasi perubahan volume yang semata-mata diakibatkan oleh keluarnya air pori;
sedangkan istilah “densifikasi” merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyatakan
perubahan volume yang diakibatkan oleh keluarnya udara dari masa tanah.
Sehubungan dengan hal di atas, maka pemampatan sangat dipengaruhi oleh struktur tanah
dan sejarah tegangan yang pernah bekerja pada endapan. Endapan yang terjadi sebagai
akibat proses sedimentasi biasanya mempunyai pemampatan yang lebih besar daripada
tanah residual atau endapan yang dipindahkan oleh angin. Pemampatan pada sebagian
besar tanah telah dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metoda pengujian di
laboratorium.
Deformasi atau perubahan volume sering kali terjadi pada masa tanah, meskipun tanpa
pemberian atau pelepasan beban luar. Hal tersebut dapat terjadi akibat sekurang-kurangnya
dua fenomena yang berbeda; yaitu, penurunan muka air tanah pada suatu daerah akan
mengakibatkan peningkatan tegangan tanah sehingga efektif untuk menimbulkan perubahan
volume pada lapisan kompresibel di bawah permukaan air tanah awal dan selanjutnya terjadi
penurunan (settlement) pada timbunan atau bangunan yang terletak pada atau dekat
permukaan. Pada kasus yang lain, perubahan volume dalam bentuk deformasi pada tanah
(tidak tergantung pada beban luar) dapat terjadi sebagai akibat fenomena penyusutan atau
pemuaian.
Dalam keadaan normalnya, semua jenis tanah dapat memampat. Namun demikian,
pemampatan pada tanah jenuh lebih merupakan akibat pengurangan volume rongga
daripada pemampatan butir-butir tanah dan air dalam rongga. Apabila tanah jenuh dibebani,
maka sebelum pemampatan terjadi, air yang mengisi rongga akan terlebih dulu harus
terdorong keluar. Besarnya pemampatan pada suatu jenis tanah tergantung pada berbagai
faktor, diantaranya adalah: besar beban, angka pori, struktur dan sejarah tanah; sedangkan
besarnya konsolidasi pada tanah jenuh merupakan fungsi permeabilitas.

1.7.7 PENYUSUTAN DAN PEMUAIAN (SHRINKAGE AND SWELLING)

Penyusutan dan pemuaian lebih nyata terjadi pada tanah berbutir halus, terutama lempung.
Penyusutan dan pemuaian terjadi sebagai akibat terbentuk dan terlepasnya tegangan tarik

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-12


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

kapiler pada air pori tanah serta tingkat penyerapan air (thirst for water) oleh mineral lempung
yang terdapat pada tanah.
Apabila memungkinkan, penggunaan tanah yang mempunyai perubahan volume besar untuk
pembangunan jalan raya hendaknya dihindarkan. Pada kasus dimana penggunaan tanah
tersebut tidak dapat dihindarkan, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi
potensi pemuaian, atau mengurangi fluktuasi kandungan air. Lempung yang mempunyai
perubahan volume besar seringkali mempunyai batas cair dan indeks plastis yang tinggi.
Pengujian di laboratorium dapat membantu dalam mengidentifikasi dan menentukan
pemuaian tanah.
Istilah penyusutan dan pemuaian yang mempunyai pengertian berbeda dengan pengertian di
atas dikenal pula pada pekerjaan tanah. Pada pekerjaan tersebut, penyusutan dikaitkan
dengan volume tanah dalam keadan lepas dan volume tanah setelah dipadatkan, sedangkan
pemuaian diartikan dikaitkan dengan volume tanah dalam keadaan asli dan volume setelah
digali (dalam keadaan lepas).

1.7.8 AKTIFITAS (ACTIVITY)

Meskipun indeks plastis dan batas cair sangat bermanfaat dalam mendeskripsikan dan
mengklasifikasikan tanah berbutir halus serta mempunyai hubungan erat dengan sifat-sifat
dasar fraksi lempung, namun kegunaannya akan makin meningkat apabila menghubungkan
plastisitas dengan gradasi butir. Diketahui bahwa berbagai jenis lempung dengan jumlah
yang sama, mempunyai kemampuan yang berbeda untuk merubah tanah menjadi plastis;
misalnya, kaolin dan monmorilonit dalam takaran yang sama akan mempunyai peengaruh
yang berbeda. Demikian pula, dua tanah yang mempunyai indeks plastis dan batas cair
sama kemungkinan mempunyai kandungan lempung yang sangat berbeda, apabila aktifitas
secara fisikokimia daripada campuran lempung-air berbeda. Sebagai upaya mendapatkan
ukuran relatif tentang aktifitas lempung dalam tanah berbutir halus, Skempton (Krebs, 1971)
mendefinisikan aktifitas sebagai perbandingan antara indeks plastis dengan persentase berat
butir yang lebih kecil dari 0,002 mm. Aktifitas lempung berkisar mulai dari 0,4 untuk kaolin
sampai 5 untuk monmorilonit. Aktifitas lempung dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.3.
Dibandingkan dengan sifat-sifat yang lain, aktifitas merupakan konsep yang baru. Salah satu
penggunaanya adalah untuk mengidentifikasi lempung yang mempunyai potensi pemuaian
tinggi. Dengan diketahuinya aktifitas, maka dengan cepat akan dapat diketahui aktif-tidaknya
lempung, karena karakterisasi berdasarkan plastistas saja tidak cukup.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-13


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Tabel 1.3. Klasifikasi aktifitas lempung*

AKTIVITAS KLASIFIKASI
< 0,75 Lempung tidak aktif
0,75 – 1,25 Lempung norma
>1,25 Lempung aktif
*Sumber: Krebs, 1971

1.7.9 KONSISTENSI TANAH ASLI

Tanah akan tetap dalam keadaan keseimbangan alami untuk beberapa lama, apabila
struktur yang telah terbentuk dan tersusun oleh air tidak diganggu. Tanah berbutir halus yang
dibebani, digeser, dimanipulasi atau dikerjakan akan terganggu, setidak-tidaknya sebagian.
Penggangguan dapat terjadi secara alami (misal longsor pada tanah tidak stabil), namun
demikian, sebagian besar tanah akan tetap dalam keadaan asli, sampai kegiatan manusia
merubahnya.
Meskipun sebagian besar pembangunan jalan menyangkut bahan terganggu, namun tanah
asli akan dijumpai pada galian dan sering digunakan sebagai pondasi bagi tanah dasar,
timbunan dan struktur (misal jembatan).
Apabila dikaitkan dengan tanah asli, konsistensi mengandung arti sebagai besar relatif
kohesi antara partikel-partikel tanah serta tahanan tanah terhadap gaya yang akan merubah
bentuk atau meruntuhkan tanah. Dengan perkataan lain, konsistensi dapat diartikan sebagai
sifat tanah yang menunjukkan kemudahan relatif untuk dirubah bentuknya. Istilah tersebut
biasa digunakan terhadap tanah berbutir halus. Contoh beberapa istilah yang dapat
digunakan konsistensi tanah adalah: lunak (soft), kokoh (firm), teguh (stiff), keras (hard).
Meskipun konsistensi sering dihubungkan dengan kuat tekan bebas, namun karena pada
saat pengujian, contoh biasanya terganggu, maka korelasi konsistensi dengan kuat tekan
bebas kurang dapat dipercaya. Disamping itu, hasil pengujian penetrasi standar (standard
penetratin test) juga dapat digunakan untuk menyatakan konsitensi. Cara lain untuk
memperkirakan konsistensi adalah berdasarkan perilakunya apabila dimanipulasi dengan
tangan.
Pada Tabel 1.4 ditunjukkan konsistensi tanah kohesif asli berdasarkan beberapa parameter
serta cara pengujian praktis. Pada setiap konsistensi, jumlah tumbukan adalah lebih kecil
untuk lempung plastisitas tinggi dan lebih besar untuk lempung kelanauan plastisitas rendah.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-14


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Tabel 1.4. Konsistensi tanah kohesif asli dan cara pengujian praktis*

KUAT TEKAN PENETRASI


KONSISTENSI PENGUJIAN PRAKTIS
BEBAS (kg/cm2) (TUMBUKAN/ft)
 Sangat lunak <0,27 0–1  Contoh (tinggi = 2 x diameter) melorot
(very soft) akibat berat sendiri.
 Mudah ditembus kepal.
 Lunak (soft) 0,27 – 0,55 2–4  Mudah dicuil dengan ibu jari dan telunjuk.
 Mudah ditembus beberapa cm dengan ibu
jari.
 Teguh 0,55 – 1,09 5–8  Mudah digores oleh jari, atau
(medium firm)  Mudah ditembus ibu jari yang diberi
kekuatan moderat.
 Kokoh (stiff) 1,09 – 2,19 09 – 15  Dapat digores jari, tapi dengan tenaga
cukup besar.
 Dapat ditembus dengan ibu jari, tapi
dengan tenaga besar.
 Sangat kokoh 2,19 – 4,38 16 – 30  Sulit digores dengan jari.
(very stiff)  Dapat ditembus dengan kuku.
 Keras (hard) >4,38 >30  Tidak dapat digores jari.
 Dapat digores kuku ibu jari dengan susah.
*Sumber: Krebs, 1971
Untuk menunjukkan karakteristik kondisi husus yang dipandang penting, mungkin perlu
ditambah penjelasan (deskripsi) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.5. Hal tersebut
sangat berguna dalam melukiskan kondisi yang tidak biasa. Tanah berbutir halus dapat
terbentuk pada hampir semua tingkat konsistensi, tergantung pada modus pembentukannya,
sejarah geologi dan kadar air. Tanah keras dapat terbentuk melalui pemadatan, pengawetan
(desiccation), sementasi partikel, atau melalui pembebanan yang besar. Tanah sangat lunak
sering dijumpai pada sedimen baru yang terkait dengan muka air tinggi. Tanah residual
jarang mempunyai konsitensi lunak.

Tabel 1.5. Deskripsi khusus untuk konsistensi tanah berbutir halus*

DESKRIPSI KONDISI TANAH


 Rapuh (brittle)  Runtuh dengan sedikit deformasi.
 Merupakan karakteristik tanah tersementasi.
 Sangat keras (indurated)  Sangat keras; tersementasi sangat kuat; tidak lunak melalui
pembasahan lama.
 Membentuk lapisan yang disebut hardpan.
 Mudah hancur (friable)  Pada keadaan lembab, mudah dihancurkan ibu jari dan telunjuk
dengan kekuatan lemah sampai moderat dan menyatu kembali bila
ditekan bersama; bila kering, mudah dijadikan serbuk atau
dihancurkan dengan tangan.
 Sering berlaku pada tanah kohesif yang lekatannya kurang, bersifat
seperti mika, atau mempunyai gugus struktur yang terbentuk akibat
sementasi lemah dengan bahan organik.
 Elastis (elastic)  Bila beban dilepas, mudah melendut balik (rebound); kembali ke
bentuk asal setelah dilendutkan kecil.
 Merupakan karakteristik lanau dengan kandungan tinggi mika.
 Keropos (spongy)  Porus, lepas-lepas dan elastis, mempunyai kandungan tinggi bahan
organik dan bahan berserat.
*Sumber: Krebs, 1971

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-15


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

1.7.10 SENSITIFITAS (SENSITIVITY)

Tanah berbutir halus dapat kehilangan kekuatannya dan kekakuannya apabila diganggu dan
dibentuk kembali (remolded) pada kadar air dan kepadatan atau angka pori yang tetap,
terutama pada kadar air tinggi. Penomena tersebut disebut sensitivitas, dimana untuk
lempung, sensitifitas merupakan perbandingan antara kuat tekan bebas pada keadaan asli
dengan kuat tekan bebas setelah dibentuk kembali.
Sensitifitas biasa dikelompokkan menjadi beberapa kelas sebagaimana yang ditunjukkan
pada Tabel 1.6. Pada tabel tersebut terlihat bahwa lempung dapat kehilangan setengah
kekuatannya dan masih dikatagorikan sebagai lempung tidak sensistif, atau dapat kehilangan
hampir seluruh kekuatannya sehingga dikatagorikan sebagai lempung “hidup” (quick). Dalam
prkatek, lempung hidup akan menjadi encer apabila dibentuk kembali. Apabila lempung
sensitif diganggu, stabilitasnya dapat menurun yang diserta dengan deformasi geser
progresif yang kemudian diikuti dengan terjadinya longsor. Gangguan umumnya merupakan
ulah manusia. Sebagai prinsip dasar kiranya perlu diingat bahwa pelemahan progresif
bersama deformasi terjadi pada tanah berbutir halus yang basah. Hal tersebut
mengakibatkan sangat sulitnya rehabilitasi lereng galian dan timbunan, pondasi timbunan
dan tanah dasar setelah longsor.

Tabel 1.6. Klasifikasi sensitifitas lempung*


SENSITIFTAS KELAS
<2 Tidak sensitif (insensitive)
2-4 Sensitif moderat (moderate sensitive)
4-8 Sensitif (sensitive)
8-16 Sangat sensitif (very sensitive)
16-32 Hidup ringan (slightly quick)
32-64 Hidup medium (medium quick)
>64 Hidup (quick)
*Sumber: Krebs, 1971

1.7.11 DAYA KAPILER (CAPILLARITY) DAN PENGISAPAN (SUCTION)

Apabila tabung gelas bersih yang mempunyai lubang sangat kecil ditempatkan secara
vertikal pada permukaan air, maka akibat daya kapiler, air akan naik melalui tabung. Dengan
demikian, maka daya kapiler dalam tanah umumnya dikaitkan dengan naiknya air dari
permukaan air bebas, meskipun dalam kenyataan, pergerakan air dapat ke semua arah.
Dengan daya kapiler, pada tanah (terutama tanah berbutir halus) dapat terbentuk suatu zona
“jenuh secara kapiler” yang letaknya cukup jauh dari permukaan air bebas. Meskipun tanah
pada zona tersebut tidak perlu benar-benar jenuh, karena sejumlah udara kemungkinan akan
tetap mengisi rongga di sekitar partikel tanah, tetapi derajat kejenuhan yang tinggi akan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-16


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama. Di atas zona jenuh secara kapiler, tanah ada
kemungkinan jenuh sebagian.
Terjadinya air kapiler diakibatkan oleh dua penomena, yaitu pertama, gaya tarik antara
molekul-molekul air dimana pada perbatasan dengan udara, gaya tarik tersebut meningkat
(tegangan tarik membentuk meniskus); penomena yang ke dua adalah gaya tarik antara air
dengan dinding tabung sehingga terjadi pembasahan. Untuk air yang mempunyai suhu 15
0
C, tegangan tarik permukaan adalah sekitar 0,075 gram/cm, dimana nilai tersebut akan
agak menurun sesuai dengan meningkatnya suhu air. Derajat pembasahan dapat dinyatakan
dengan istilah “sudut kontak” (contact angle). Sudut kontak 00 menunjukkan pembasahan
sempurna, sedangkan sudut kontak yang lebih besar dari 900 menunjukkan tidak terjadi
pembasahan, sebagaimana yang terjadi antara air raksa dengan dinding gelas.
Ditinjau dari segi pengaruh jelek air kapiler, kondisi paling kritis dijumpai pada lanau halus.
Meskipun lempung mempunyai kenaikan air kapiler yang lebih besar daripada lanau, namun
kenaikan air kapiler pada lempung berjalan jauh lebih lambat. Oleh karena itu, pembentukan
daerah kejenuhan tinggi pada lempung akan jauh lebih lama daripada pembentukan pada
lanau. Hasil percobaan (Krebs, 1971) menunjukkan bahwa kenaikan maksimum selama 24
jam terjadi pada contoh tanah yang mempunyai ukuran butir 0,02 mm.
Meskipun pemodelan daya kapiler berguna untuk memahami naiknya air, namun perlu
diingat bahwa tertahannya air dalam tanah (lempung) tidak semata-mata akibat penomena
tegangan tarik permukaan saja, tetapi merupakan cerminan daripada gabungan potensi daya
kapiler, penyerapan dan osmotik. Pengaruh tersebut sering disebut penyerapan (suction).
Oleh karena itu, pengaruh air terhadap sifat-sifat tanah yang lain sering dihubungkan pula
dengan pengisapan, disamping dengan daya kapiler.
Nilai tipikal kenaikan air kapiler untuk beberapa jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7. Beberapa nilai tipikal kenaikan air kapiler*

KENAIKAN AIR KAPILER


JENIS TANAH
(cm)
 Pasir kasar 2-5
 Pasir 12-35
 Pasir halus 35-70
 Lanau 70-150
 Lempung 200->400
*Sumber: Krebs, 1971

1.7.12 DILATANSI
Dilatansi merupakan sifat tanah dimana apabila contoh tanah diletakkan pada telapak tangan
dan kemudian diguncang-guncang (shaking), maka air yang terkandung pada contoh tanah
akan naik ke permukaan sehingga permukaan tersebut nampak mengkilap, dan apabila
contoh tanah ditekan (squeezed), maka air di permukaan akan hilang kembali dan pada

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-17


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

contoh tanah dapat terjadi retak. Pengujian dilatansi sangat berguna untuk membedakan
lanau dari lempung.

1.8 UDARA DALAM TANAH

Meskipun udara dalam tanah penting bagi pertanian (karena diperlukan oleh tanaman),
namun untuk kepentingan rekayasa, sejauh mungkin udara perlu dikurangi (karena tidak
menyumbang apapun terhadap kekuatan tanah).

1.9 AIR DALAM TANAH

Air mempunyai pengaruh besar terhadap sifat-sifat fisik tanah. Sebagian besar studi klasik
dalam mekanika tanah, yaitu tentang konsolidasi, stabilitas dan pemadatan, menaruh
perhatian terhadap hubungan antara air dan bahan padat tanah. Air berperan juga sebagai
pelarut garam yang terdapat dalam tanah.

1.9.1 PENGARUH AIR SEBAGAI BAHAN CAIR TERHADAP SIFAT-SIFAT


TANAH

1.9.1.1 Pengaruh terhadap pemuaian (swelling)

Dampak daripada hidrasi partikel adalah pemuaian pada tanah lempung. Pada jarak yang
pendek dari permukaan partikel lempung, kekuatan pengorentasian dan penyerapan yang
bekerja pada molekul air adalah sangat kuat dan air dipandang lebih menyerupai bahan
padat daripada sebagai bahan cair (air serapan). Apabila lapis air serapan terbentuk pada
saat pembasahan lempung, maka volume efektif bahan padat (yang terkait dengan masing-
masing partikel) meningkat; apabila lapis air serapan berhubungan satu sama lain, maka
pemuaian masing-masing lapisan akan ditunjukkan dengan peningkatan volume total struktur
tanah.
Dalam praktek, tebal air serapan pada lempung akan makin tebal, sampai tekanan
penyerapan pada air sama dengan tekanan beban (overburden pressure) pada permukaan
tanah, baik sebagai akibat pembebanan tanah sendiri maupun akibat beban luar. Apabila
beban meningkat pada saat kesimbangan dicapai, maka tebal film air serapan berkurang
sehingga terjadi penurunan. Penomena tersebut disebut konsolidasi. Struktur yang terbentuk
dalam lempung mudah mengalami perubahan kadar air, bertambah atau berkurang,
tergantung pada kondisi perubahan kadar air tersebut.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-18


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

1.9.1.2 Pengaruh terhadap penyusutan (shrinkage)

Meskipun penyusutan pada lempung mungkin merupakan akibat dari beban luar
(konsolidasi), namun hal tersebut sering terkait dengan hilangnya air akibat penguapan atau
penyerapan oleh tumbuhan. Grafik tipikal yang menunjukkan hubungan antara volume tanah
dengan kadar air ditunjukkan pada Gambar 1.5.
Pada Gambar 1.5 terlihat bahwa grafik terdiri atas dua bagian; bagian pertama adalah garis
linear, sedangkan bagian ke dua adalah garis non-linear dimana untuk penurunan kadar air
yang sama dengan penurunan kadar air pada bagian pertama, penurunan volume adalah
lebih kecil.

70
VOLUME UNTUK 100 gram TANAH (cm3)

65

60

55

50 BATAS SUSUT

45

Gambar 1.5.
40 Hubungan volume dengan kadar air
0 5 10 15
(Sumber: TRRL, 1952) 20 25
KADAR AIR (%)
Pada bagian pertama, penurunan volume tanah adalah ekivalen dengan volume air yang
hilang, namun tanah tetap dalam keadaan jenuh; sedangkan pada bagian ke dua, udara
mulai memasuki tanah sehingga penurunan volume tanah menjadi relatif kecil.
Apabila garis pertama diperpanjang sehingga memotong garis mendatar yang melewati titik
volume pada kadar air nol, maka kadar air pada perpotongan kedua garis tersebut dikenal
dengan batas susut (SL), yaitu kadar air dimana pada kadar air dibawahnya, tanah hanya
mengalami penyusutan yang kecil.

1.9.1.3 Pengaruh terhadap konsistensi

Pada saat suatu masa tanah diberi tegangan di atas batas elastisnya, maka tanah tersebut
akan berubah bentuk dan runtuh. Apabila tanah bersifat kohesif dan kadar airnya cukup
tinggi, maka terjadinya deformasi tidak diikuti dengan pemisahan struktur, tetapi akan diikuti
dengan pengaliran plastis. Dengan demikian, plastisitas merupakan karakteristik tanah
dimana hubungannya dengan sifat-sifat fisik dan kinerja mekanis sangat penting dalam
klasifikasi tanah.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-19


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Terjadinya plastisitas tanah disebabkan oleh pengaruh pelumasan oleh film air terhadap
butir-butir tanah yang berdekatan. Oleh karena itu, plastistisitas tanah tergantung pada
faktor-faktor yang mempengaruhi luas dan tebal film air, yaitu ukuran dan bentuk masing-
masing butir serta sifat-sifat kimia permukaan butir-butir tersebut. Karena tebal film air
terutama tergantung pada kadar air, maka karakteristik plastisitas tanah biasanya diteliti
melalui penentuan kadar air yang diperlukan untuk menjadikan tanah dalam keadaan
berbagai tingkat plastisitas. Meskipun metoda penentuan kadar air tersebut berbeda untuk
setiap cabang teknologi tanah, namun metoda yang semula dikembangkan oleh Atterberg
untuk pertanian telah digunakan secara luas dalam rekayasa tanah.
Pengkajian sifat-sifat tanah yang dibentuk kembali dalam kaitannya dengan kadar air telah
menghasilkan hubungan antara konsitensi dengan kadar air yang menjadi dasar untuk
berbagai kepentingan yang terkait dengan tanah berbutir halus, yaitu klasifikasi, identifikasi,
pendeskripsian, pengecekan keseragaman persediaan bahan serta untuk penilaian
kecocokan penggunaan dan penanganan sebagai bahan jalan.
Konsistensi pada kondisi terganggu tegantung pada kadar air. Dengan penambahan air
secukupnya, lempung yang dalam keadaan aslinya kokoh (stiff) dapat dijadikan bubur
(melalui pengadukan). Apabila bubur tanah dikeringkan melalui penguapan, maka tanah
akan makin kental sampai pada suatu tingkat dimana sifat keencerannya hilang dan berubah
menjadi plastis. Dengan melanjutkan pengeringan, plastisitas tanah akan hilang, meskipun
tanah masih dapat dibentuk dengan jari tangan. Pengeringan lebih lanjut akan
mengakibatkan retaknya “benang” tanah pada saat digulung. Pada kondisi tersebut tanah
dalam keadaan semi padat dan pengeringan seterusnya menjadikan tanah dalam keadaan
kering dan padat (solid). Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.6, konsitensi tanah dapat
dibagi menjadi empat tingkat, yaitu cair, plastis, semi padat dan padat. Pada gambar tersebut
ditunjukkan bahwa melalui penambahan/pengurangan air dan pembentukan kembali, secara
perlahan-lahan tanah dapat berubah dari satu tingkat konsistensi ke tingkat konsistensi yang
lain.
Berdasarkan metoda pengujian standar, kadar air yang menjadi batas konsitensi perlu
ditentukan. Oleh karena itu, batas-batas kadar air yang ditetapkan adalah batas cair (kadar
air yang menjadi batas antara kondisi cair dan plastis dan batas plastis (kadar air yang
menjadi batas antara kondisi plastis dan semi padat). Disamping itu, terdapat kadar air di
bawah batas plastis dimana pengeringan mulai kadar air tersebut, penyusutan tanah
berhenti. Kadar air tersebut disebut batas susut, yaitu kadar air terendah dimana tanah masih
dalam keadaan semi padat. Pada batas susut, film air menghilang dari butir tanah sehingga
tanah menjadi kusam (tone). Perbedaan antara batas cair dengan batas plastis dikenal
dengan indeks plastis, sedangan batas cair dan batas plastis dikenal pula sebagai batas
Atterberg.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-20


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

400

VOLUME (% VOLUME KERING)


SEMI KENTAL-
PADAT PLASTIS
PADAT ENCER

300

BATAS PLASTIS
BATAS SUSUT

BATAS CAIR
200

100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
KADAR AIR (%)

Gambar 1.6. Konsistensi tanah yang dibentuk kembali


(Sumber: Kerbs, 1971)

Baik batas cair maupun batas plastis tergantung pada kandungan lempung dalam tanah.
Tanah yang mengandung banyak lempung biasanya mempunyai batas cair dan batas plastis
yang tinggi, sedangkan tanah kurang kohesif berpasir mempunyai batas cair dan batas
plastis yang lebih rendah. Sebagian besar lempung mempunyai batas cair yang berkisar
antara 50 sampai 90 persen. Batas cair yang nilainya lebih kecil dari 20 persen merupakan
batas cair yang luar biasa dan sulit ditentukan secara eksperimen. Tanah yang mengandung
banyak bahan organik mempunyai batas cair dan batas plastis yang lebih tinggi daripada
tanah yang sama tetapi tidak mengandung bahan organik, meskipun kedua tanah tersebut
mempunyai indeks plastis yang sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa indeks plastis
merupakan fungsi kandungan lempung, sedangkan batas cair dan batas plastis merupakan
fungsi kandungan dan jenis lempung. Sehubungan dengan hal tersebut, apabila batas cair
dihubungkan dengan indeks plastis, perbedaan hubungan tersebut akan merupakan akibat
perbedaan jenis lempung, kecuali untuk tanah yang mengandung banyak bahan organik dan
tanah yang partikel-partikelnya porus dan berongga, dimana kedua jenis tanah tersebut
mempunyai batas cair yang relatif tinggi untuk indeks plastis tertentu.
Berdasarkan batas cairnya, tanah dapat dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut:
Batas cair rendah : batas cair 20 – 25 persen
Batas cair menengah : batas cair 25 – 50 persen
Batas cair tinggi : batas cair 50 – 70 persen
Batas cair sangat tinggi : batas cair 70 – 90 persen
Batas cair ekstra tinggi : batas cair >90 persen

Untuk menyatakan plastisitas tanah kadang-kadang digunakan istilah gemuk (fat), kurus
(lean), plastis dan lunak (soft). Namun demikian sitilah tersebut kurang berguna apabila tidak

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-21


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

disertai dengan definisi yang jelas tentang cara mengukurnya. Meskipun sejauh ini tidak ada
standar, namun definisi plastisitas yang ditunjukkan pada Tabel 1.8 umum digunakan.
Prosedur tersebut sangat berguna terutama pada saat pencatatan (logged) contoh hasil
pemboran mungkin tidak sampai ke laboratorium.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-22


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Tabel 1.8. Derajat plastisitas*


TINGKAT INDEKS
KEKUATAN KERING PENGUJIAN LAPANGAN**
PLASTISITAS PLASTIS
Tidak plastis 0–5 Sangat rendah; terlekat lemah dan Masa tanah mudah dirubah
getas (fragile); mudah dihancurkan bentuk; bentuk bola sulit
dengan ibu jari dan telunjuk. mempertahankan.
Plastis moderat 05 – 15 Rendah sampai medium; dapat Untuk merubah bentuk
dihancurkan dengan tangan tanpa diperlukan tekanan ringan;
kesulitan, tetapi sulit dipecahkan mempunyai kohesi moderat.
dengan ibu jari dan telunjuk.
Plastis 16 – 35 Medium sampai tinggi; dapat Untuk merubah bentuk
dipecahkan dengan tangan diperlukan tekanan agak
bertenaga; dapat dipecahkan di besar; bila digores dengan
bawah telapak tangan yang dibebani mata pisau atau kuku akan
dengan badan. mengkilap; bila diremas-remas
akan mengering secara
perlahan-lahan.
Sangat plastis >35 Sangat tinggi; tidak dapat Untuk merubah bentuk
dipecahkan di bawah telapak diperlukan tekanan besar; ulet;
tangan. mempunyai kohesi tinggi;
hilangnya air sangat lambat.
*Sumber: Kerbs, 1971 **kadar air contoh mendekati batas plastis

Meskipun indeks plastis tidak selalu berkorelasi langsung dengan sifat-sifat teknis tanah,
tetapi untuk tanah anorganik hal tersebut umumnya benar, yaitu indeks plastis yang makin
meningkat akan meningkatkan kekuatan geser pada batas plastis, pemampatan pada batas
cair dan potensi perubahan volume sesuai dengan perubahan kadar air.
Pengkajian hubungan antara batas plastis dengan batas cair telah memberikan gambaran
yang lebih baik tentang derajat plastisitas. Telah terbukti bahwa dengan bantuan grafik
plastisitas, beberapa sifat lempung dan lanau dapat dikorelasikan dengan batas Atterberg
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.9.

Tabel 1.9. Hubungan umum batas Atterberg, indeks plastis dan sifat-sifat teknis1)
PERBANDINGAN DUA PERBANDINGAN DUA
KARAKTERISTIK
KELOMPOK TANAH2) KELOMPOK TANAH3)
Pemampatan Kira-kira sama Meningkat
Permeabilitas Menurun Meningkat
Perubahan volume Meningkat
Keuletan (toughness) dekat PL Meningkat Meningkat
Kekuatan kering Meningkat Meningkat
1) Sumber: Kerbs, 1971
2) Batas cair sama, indeks plastis meningkat; 3) Indeks plastis sama, batas cair meningkat

1.9.1.4 Pengaruh terhadap kepadatan

Sifat lain tanah yang dipengaruhi oleh pelumasan butir-butir tanah oleh air adalah kepadatan,
dimana butir-butir tanah merapat lebih dekat sebagai akibat keluarnya udara. Apabila tanah
dipadatkan (dengan menggunakan daya pemadatan tertentu) pada berbagai kadar air yang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-23


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

makin meningkat, maka kepadatan tanah akan mencapai nilai maksimum dan kemudian
menurun sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.7.
Apabila tanah kering dipadatkan, maka gesekan antara butir akan menahan pergeseran
antara butir-butir tersebut sehingga perubahn volume tanah menjadi kecil. Apabila
pemadatan dilakukan pada tanah yang telah ditambah air, maka air akan melumasi butir-butir
tanah sehingga butir-butir tersebut akan merapat lebih dekat dan tanah menjadi padat.
Apabila tanah terus ditambah air, maka mulai kadar air tertentu, tanah akan menjadi jenuh
sehingga pemadatan akan menghasilkan kepadatan yang lebih rendah.

1,95
KEPADATAN KERING (gram/cm3)

1,90 GARIS JENUH


(RONGGA = 0)

1,85

1,70

1,65

1,60

0 5 10 15 20 25 30
KADAR AIR (%)

Gambar 1.7. Hubungan kepadatan dengan kadar air

1.9.1.5 Pengaruh terhadap permeabilitas

Disamping penyerapan (suction), gaya hidrostatis lain mungkin akan timbul sebagai akibat
gravitasi, tekanan luar dan pembentukan es sehingga menambah pergerakan air dalam
tanah. Peningkatan pergerakan tersebut, sebagian tergantung pada besarnya ketiga gaya
yang telah disebutkan, sedangkan sebagian lagi tergantung pada tahanan tanah untuk
mengalirkan air, yaitu permeabilitas; dimana permeabilitas selanjunya mempengaruhi sifat-
sifat drainase dan konsolidasi.

1.10 BAHAN PADAT DALAM TANAH

Bahan padat dalam tanah terdiri atas campuran bahan yang dihasilkan dari pelapukan fisik
dan kimia batuan serta bahan organik yang terdiri atas hasil pembusukan sisa-sisa tumbuhan
atau binatang. Ditinjau dari asal kejadian dan sifatnya, kedua kelompok bahan tersebut
sangat berbeda sehingga perlu ditinjau secara terpisah.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-24


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

1.10.1 Bahan organik

Bahan organik berasal dari tumbuhan atau binatang mati yang kemudian membusuk, baik
melalui proses kimia ataupun kegiatan bakteri. Fraksi yang berasal dari binatang volumenya
relatif sedikit dan cenderung tidak terakumulasi dalam tanah, karena sisa binatang cepat
membusuk dan hasil pembusukan merupakan makanan bagi tumbuhan yang masih hidup. Di
sisi lain, fraksi yang berasal dari tumbuhan volumenya besar dan tetap berada pada tanah
untuk jangka waktu yang panjang, karena proses pembusukannya memerlukan waktu yang
lama. Volume kedua jenis bahan organik dalam tanah tergantung pada pasokan dari
organisme yang mati serta produk pembusukan (yang mungkin dipindahkan).
Karena berasal dari organisme yang hidup pada atau dekat permukaan tanah, dalam kondisi
normal, bahan organik cenderung berkumpul pada bagian permukaan yang mempunyai tebal
2 sampai 12 inci (5 sampai 30 cm). Namun demikian, peluluhan pada tanah berpasir
kemungkinan akan mengakibatkan terendapkannya bahan organik di bagian yang lebih
dalam. Disamping itu, cacing tanah kemungkinan dapat menambah kedalaman lapis bahan
organik. Distribusi endapan organik seperti pit, lignit atau batu bara dikondisikan oleh faktor-
faktor geologi sehingga dapat terletak jauh di bawah permukaan.
Komposisi bahan organik tergantung pada kelebatan tumbuhan serta tingkat pembusukan.
Dengan demikian, pada tanah di hutan, sebagian besar bahan organik berasal dari ranting
dan daun, sedangkan pada tanah di padang rumput, bahan organik terutama berasal dari
daun dan akar rumput-rumputan. Pada beberapa kasus, bahan organik mungkin
mengandung sisa tumbuhan yang masih dapat dilihat, sedangkan pada kasus yang lain,
pembusukan telah terjadi sedemikian rupa sehingga struktur asli tumbuhan sudah lenyap
dan hanya meninggalkan bahan berwarna gelap yang disebut “humus”. Bahan organik dan
humus hasil pembusukan yang baru mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bahan
organik kelompok pertama. Ditinjau dari fisik atau kimia, kelompok pertama (terdiri atas
partikel makro atau serat) masih dalam keadaan aslinya, sedangkan humus bersifat asam
dan koloidal serta mempunyai kapasitas yang besar untuk menukar basa dan menyerap air
sehingga dapat merubah volume yang sangat besar. Bahan organik yang ke dua tersebut
dipandang merupakan bahan kompleks yang berasal dari lignin dan protein tumbuhan
dimana komposisi rinci antara tanah yang satu dengan tanah yang lain berbeda.
Bahan organik mempunyai sifat teknis yang tidak menguntungkan, karena strukturnya yang
terbuka mirip busa serta bahannya yang secara mekanis lemah. Apabila dibebani atau kadar
airnya berubah, bahan tersebut mudah mengalami perubahan volume; kadar air aslinya juga
sangat tinggi (100 sampai 500 persen) sehingga stabilitas mekanisnya sangat rendah. Sifat
asam cenderung menimbulkan reaksi asam dengan air dan selanjutnya dapat menimbulkan
karat pada logam yang ditanam dalam tanah.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-25


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Tanah yang mengandung banyak bahan organik perlu dibuang. Apabila hal tersebut tidak
memungkinkan (sebagaimana halnya terhadap endapan pit yang tebal) dan relokasi jalan
tidak mungkin dilakukan, maka cara mengatasinya pada pekerjaan jalan yang akan melayani
lalu-lintas ringan adalah dengan memasang karpet atau memilih bahan jalan yang ringan
sehingga jalan seolah-olah terapung.
Sejauh ini belum diketahui konsentrasi bahan organik yang mulai dapat mempengaruhi
karakteristik tanah. Pengaruh secara kimia telah ditunjukkan pada stabilisasi semen terhadap
tanah yang mengandung sekitar 0,5 persen berat bahan organik, tetapi karakteristik fisik
tanah biasanya tidak terpengaruh apabila kandungan bahan organiknya di bawah 2 sampai 4
persen.
Untuk mengetahui kandungan organik dalam tanah telah dikembangkan beberapa metoda,
baik yang didasarkan pada berat tanah setelah bahan organiknya dihilangkan atau yang
didasarkan pada persentase karbon organik dalam bahan organik (dianggap konstan, yaitu
sekitar 58 persen dari bahan organik).

1.10.2 . BAHAN ANORGANIK

Bahan anorganik atau komponen mineral biasanya merupakan bagian terbesar tanah. Bahan
tersebut berasal dari berbagai jenis batuan yang terbentuk pada kulit bumi, yaitu melalui
proses pembentukan tanah atau proses “pedogenik”, baik secara fiksik maupun kimia.
Pelapukan fisik atau pelapukan primer mencakup penghancuran batuan sebagai akibat
adanya perbedaan pemuaian dan penyusutan yang mengikuti perubahan suhu serta proses
glasial dan abrasi batuan oleh angin dan air sehingga menghasilkan partikel-partikel. Proses
pelapukan sekunder pada dasarnya berlangsung secara kimia yang terjadi melalui peluluhan
oleh air yang mengandung karbon dioksida sehingga terjadi pemindahan berbagai bahan
kimia ke berbagai zona tanah. Sifat bahan hasil proses pelapukan fisik dan kimia dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu batuan induk, cuaca, topografi, tumbuh-tumbuhan masa geologi.
Bahan mineral dalam tanah biasanya terjadi dalam bentuk berbagai jenis partikel padat,
dimana karakteristik fisik tanah yang didominasi oleh bahan anorganik merupakan
pencerminan daripada sifat-sifat partikel-partikel tersebut. Beberapa sifat penting daripada
partikel adalah ukuran, bentuk dan kandungan mineralnya.
Ukuran dan bentuk partikel sampai tingkat tertentu merupakan fungsi kandungan mineral,
misal, pada tanah yang mengandung mika, struktur partikel adalah laminar. Mineral yang
sangat keras (misal kwarsa) mempunyai bentuk butir yang kurang bulat dibandingkan
dengan bentuk butir mineral yang lebih lunak, meskipun di bawah kondisi pelapukan yang
sama. Mineral lempung almunium-silikat yang terdiri atas kaolin dan montmorilonit terjadi
hanya dalam ukuran yang halus, kemungkinan sebagai akibat modus pembentukannya.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-26


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Sifat-sifat yang paling berpengaruh terhadap karakteristik fisik partikel adalah ukuran butir,
yang dievaluasi melalui distribusi butir. Karena tidak mungkin dilakukan untuk setiap butir,
maka penentuan ukuran butir dilakukan menurut voulme/berat butir yang ukurannya terletak
antara beberapa pasangan batas ukuran. Batas ukuran tersebut dinyatakan dengan istilah
“diameter butir ekivalen” (“equivalent particle diameters”) dimana butiran dianggap bulat.
Ukuran di antara dua batas disebut “fraksi” tanah dan diberi nama sesuai dengan jenis tanah,
yaitu pasir, lanau, lempung.
Berbagai sistem batasan ukuran butir telah dikembangkan oleh para ahli, sesuai dengan
keperluan berbagai cabang teknologi tanah, diantaranya adalah:
 Fraksi kerikil – butiran berdiameter ekivalen antara 60 dan 2,0 mm.
 Fraksi pasir – butiran berdiameter ekivalen antara 2,0 dan 0,06 mm.
 Fraksi lanau – butiran berdiameter ekivalen antara 0,06 dan 0,002 mm.
 Fraksi lempung – butiran berdiameter ekivalen lebih kecil dari 0,002 mm.
Untuk pasir dan lanau, fraksi di atas dapat dibagi lagi menjadi fraksi kasar, medium dan
halus.
Setiap fraksi mempunyai karakteristik spesifik dan sifat tersebut akan ditunjukkan oleh tanah
yang didominasi oleh fraksi yang terkait.

1.10.2.1 Kerikil

Kerikil terdiri atas partikel-partikel kasar sebagai hasil disintegrasi batuan. Di beberapa
daerah, kerikil sering dipindahkan oleh air dari lokasi asalnya sehingga akibat gesekan
antara butir, bentuknya menjadi bulat.

1.10.2.2 Pasir

Di beberapa wilayah di dunia, pasir biasanya terdiri atas partikel silika atau kwarsa, tetapi
beberapa pasir pantai mengandung kalsium karbonat dalam bentuk partikel-partikel kerang,
pasir glasial mengandung butir-butir halus mineral batuan. Butir-butir pasir dapat dilihat
dengan mata telanjang dan apabila diraba terasa berisik.
Sumbangan pasir terhadap stabilitas tanah adalah sebagai akibat interaksi mekanis antara
butir (gesekan internal). Antara butir-butir pasir dapat dikatakan tidak ada kohesi, karena
kecilnya pengaruh film air antara partikel atau efek permukaan dan butir-butir tersebut hanya
memberikan sumbangan yang kecil terhadap pengisapan (suction). Rendahnya penyerapan
air oleh permukaan butir menyebabkan pasir tidak mengalami pemuaian dan penyusutan.
Tanah yang mengandung banyak pasir biasanya mempunyai struktur yang terbuka sehingga
mudah mengalirkan air (permeabel). Pada tanah tersebut, konsolidasi adalah relatif kecil dan
apabila terdapat pada pondasi jalan, pasir tidak rawan kerusakan akibat pembekuan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-27


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

1.10.2.3 Lanau

Secara fisik dan kimia, partikel lanau mirip partikel pasir, sedangkan perbedaan utamanya
adalah ukurannya. Sebagaimana halnya dengan pasir, sumbangan utama kekuatan dari
lanau adalah akibat gesekan internal, tetapi film air antara partikel menyumbangkan tingkat
tertentu kohesi pada tanah.
Tanah yang didominasi oleh lanau sangat rawan terhadap pembekuan. Hal tersebut
dipandang merupakan aspek penting bagi insinyur jalan raya. Karena permeabilitasnya yang
lebih tinggi, maka lanau mempunyai konsolidasi yang lebih kecil daripada lempung. Demikian
juga, lanau mempunyai pemuaian dan penyusutan yang lebih kecil daripada lempung.

1.10.2.4 Lempung

Butir pada fraksi lempung berbeda dari butir pada dua fraksi di atas, baik dalam hal
komposisi kimianya maupun sifat-sifat fisiknya. Secara kimia, butir lempung terdiri atas
almunium-silika terhidrasi yang terbentuk pada saat proses peluluhan partikel kasar mineral
batuan primer. Diantara mineral yang terbentuk dalam partikel lempung adalah kaolinit,
monmorilonit dan mika.
Secara fisik, perbedaan partikel lempung dengan partikel fraksi yang lebih kasar adalah
bentuknya yang pipih dan lonjong atau lamelar, sehingga per satuan berat mempunyai
permukaan yang lebih luas daripada partikel bulat atau mendekati kubus.
Bentuknya yang pipih merupakan faktor utama yang menyebabkan tanah menjadi plastis
pada saat dicampur air. Air yang terdapat dalam tanah mengakibatkan butir-butir terorentasi
secara sejajar dan kemudian mudah bergeser satu sama lain (lihat Gambar 1.8). Perubahan
orentasi butir dipandang sebagai penyebab adanya perbedaan perilaku antara contoh asli
dan contoh tidak asli lempung.

PARTIKEL FILM AIR


TERORENTASI

Gambar 1.8. Orentasi butir sehingga tanah menjadi plastis


(Baver dalam TRRL, 1952)

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-28


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Film air di sekeliling butir-butir lempung sangat penting, karena fraksi lempung mempunyai
permukaan spesifik yang besar sehingga kadar air lempung menjadi relatif besar. Partikel
lempung dikatakan dapat “terhidrasi”, yaitu partikel dapat menyerap air di sekitarnya.
Karena intensitas gaya penyerapan makin menurun sejalan dengan makin jauhnya jarak dari
permukaan partikel, maka kondisi kontak air dengan partikel juga berubah. Beberapa ahli
berpendapat bahwa air yang paling dekat ke permukaan partikel menempel sangat kuat
sehingga berbentuk bahan padat, sedangkan agak jauh dari permukaan partikel, air
berbentuk bahan cair murni. Pada titik di antara ke dua posisi tersebut, air mempunyai wujud
antara padat dan cair. Pengaruh air terserap tersebut sangat besar terhadap pengisapan,
pemuaian dan penyusutan pada lempung.
Kecilnya rongga antara butir lempung mengakibatkan permeabilitas lempung sangat rendah
sehingga lempung sulit mengalirkan air. Terhambatnya pengaliran air akan mengakibatkan
konsolidasi pada lempung berlangsung lama.
Sifat fraksi lempung adalah sedemikian rupa sehingga kehadirannya, sekalipun dalam kadar
yang relatif kecil, mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat tanah. Dengan
demikian, tanah yang mengandung banyak partikel pasir (70 sampai 80%) dapat bersifat
kohesif apabila tanah tersebut mengandung sekurang-kurangnya 10% lempung; sedangkan
agar tanah dapat benar-benar bersifat lempung, tanah tersebut cukup mengandung 40
sampai 50% partikel berukuran lempung.

1.11 KLASIFIKASI TANAH

Tujuan pengklasifikasian tanah adalah untuk membagi tanah menjadi kelompok-kelompok


sedemikian rupa sehingga tanah yang termasuk dalam suatu kelompok mempunyai
karakteristik yang sama serta pada situasi rekayasa tertentu menunjukkan kinerja yang
sama. Sistem pengklasifikasian juga merupakan media untuk pertukaran informasi dan
pengalaman. Namun demikian, sistem pengklasifikasian hendaknya dipandang sebagai
langkah pertama dalam mengevaluasi tanah karena pengujian untuk pengklasifikasian
(gradasi serta batas cair dan batas plastis) dilakukan terhadap contoh tidak asli dimana sifat-
sifat tanah dalam keadaan aslinya mungkin tidak benar-benar terwakili.
Pada sebagian besar kasus, tanah digunakan dalam keadaan aslinya di alam, tidak
sebagaimana halnya dengan bahan bangunan lain. Pada disain bangunan beton dan baja,
seseorang dapat menetapkan jenis bahan yang harus digunakan. Dalam hal tersebut,
pertama-tama dia dapat memilih bahan dan kemudian menetapkan kekuatan ijin bahan
tersebut, atau sebaliknya. Cara tersebut tidak mungkin dilakukan terhadap tanah, karena
seseorang harus mengidentifikasi tanah dan kemudian, jika memungkinkan, menarik
kesimpulan tentang data yang diperlukan untuk disain. Agar hal tersebut dapat dilakukan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-29


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

oleh setiap orang, maka tanah harus dideskripsikan secara rinci sesuai dengan sistem
klasifikasi standar.
Pengklasifikasian tanah yang tepat harus mendasar dan menunjukkan potensi penggunaan
tanah serta harus memenuhi beberapa ketentuan minimum.
Berikut ini diberikan tabel yang menunjukkan klasifikasi tanah menurut Sistem AASHTO
(Tabel 1.10 dan 1.11) dan Sistem Klasifikasi Unified (Tabel 1.12 dan 1.13).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-30


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-31


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Tabel 1.12. Sistem Klasifikasi Unified, termasuk identifikasi dan deskripsi


SIMBOL
DIVISI UTAMA NAMA TIPIKAL PROSEDUR IDENTIFIKASI DI LAPANGAN1)
GRUP
(1) (2) (3) (4) (5)
tertahan saringan No. 4) 3) Kerikil atau campuran kerikil-pasir Butir mempunyai rentang ukuran yang lebar
Kerikil GW bergradasi menerus, sedikit atau dan mengandung banyak butir berukuran
TANAH BERBUTIR KASAR (LEBIH DARI 50% TANAH

(Lebih dari 50% tanah

bersih, tanpa bahan halus menengah


BERUKURAN DI ATAS SARINGAN No. 200) 2)

sedikit atau
tanpa butir Kerikil atau campuran kerikil pasir Ukuran butir dominan seragam atau
KERIKIL

halus GP bergradasi jelek, sedikit atau mempunyai rentang tetapi beberapa butir yang
tanpa bahan halus berukuran menengah hilang
Kerikil Kerikil kelanauan atau campuran Bahan halus non plastis atau plastisitas rendah
GM
mengan- kerikil-pasir-lanau (prosedur identifikasi, lihat ML di bawah)
dung
banyak butir Kerikil kelempungan atau Bahan halus plastis (prosedur identifikasi, lihat
GC
halus campuran kerikil-pasir-lempung CL di bawah)
Pasir atau pasir kekerikilan Butir mempunyai rentang ukuran yang lebar
(Lebih dari 50% tanah

Pasir SW bergradasi menerus, sedikit atau dan mengandung banyak butir berukuran
bersih, tanpa bahan halus menengah.
lolos saringan No. 4) 3)

sedikit atau
tanpa butir Pasir atau pasir kekerikilan Ukuran butir dominan seragam atau
SP bergradasi jelek, sedikit atau mempunyai rentang tetapi beberapa butir yang
PASIR

halus
tanpa bahan halus berukuran menengah hilang
Pasir Pasir kelanauan atau campuran Bahan halus non plastis atau plastisitas rendah
SM
mengan- pasir-lanau (prosedur identifikasi, lihat ML di bawah)
dung
banyak butir Pasir kelempungan atau Bahan halus plastis (prosedur identifikasi, lihat
SC
halus campuran pasir-lempung CL di bawah)
PROSEDUR IDENTIFIKASI
TANAH BERBUTIR HALUS (LEBIH DARI 50% TANAH BERUKURAN

untuk butiran yang lolos No. 40*


KEULETAN
KEKUAT.
DELATANSI (TOUGHNES
KERING
S)
Lanau anorganik dan pasir sangat
halus, tepung batuan, pasir
Tidak ada Cepat sampai
DI BAWAH SARINGAN No. 2002))

ML sangat halus kelanuan atau Tidak ada


sampai rendah lambat
kelempungan, atau lanau
kelempungan agak plastis
LANAU DAN
Lempung anorganik plastisitas
LEMPUNG
rendah sampai medium, lempung Tidak ada
(Batas cair lebih kecil Medium
CL kekerikilan, lempung kepasiran, sampai sangat Medium
dari 50) sampai tinggi
lempung kela-nauan atau lambat
lempung kurus
Rendah
Lanau organik dan lempung-lanau
OL sampai Lambat Rendah
organik plastisitas rendah
medium
Lanau anorganik, tanah kepasiran Rendah Lambat Rendah
MH halus atau kelanauan bersifat sampai sampai tidak sampai
LANAU DAN mika atau diatoma, lanau elastis medium ada medium
LEMPUNG Lempung anorganik plastisitas Tinggi sampai
CH Tidak ada Tinggi
(Batas cair lebih besar tinggi, lempung gemuk sangat tinggi
dari 50) Tidak ada Rendah
Lempung organik plastisitas Medium
OH sampai sa- sampai
tinggi, lanau organik sampai tinggi
ngat lambat medium
Gambut dan tanah yang Dapat diidentifikasi berdasarkan warna, aroma,
Tanah mengandung banyak
Pt mengandung banyak bahan sifat seperti busa dan sering berdasarkan
bahan organik
organik tekstur serat

1)
Tanpa butir yang lebih besar dari 3 inci (75 mm) dan fraksi didasarkan atas persentase berat;
2)
Saringan 0,075 mm (No. 200) adalah kira-kira sama dengan ukuran butir yang dapat dilihat mata telanjang;
3) Untuk pengklasifikasian visual, ukuran 6 mm (¼ inci) dianggap setara dengan saringan 4,75 mm (No. 4).

*Lihat “Prosedur identifikasi lapangan untuk tanah atau fraksi halus.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-32


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Tabel 1.13. Sistem Klasifikasi Unified, termasuk identifikasi dan deskripsi (lanjutan)
KRITERIA UNTUK PENGKLASIFIKASIAN DI LABORATORIUM
(7)
Gunakan kurva gradasi dalam mengidentifikasi fraksi sebagaimana diuraikan pada Prosedur identifikasi lapangan untuk tanah atau

D 60
Cu = >4
D 10

KERIKIL
BERSIH
GW
D30 2

Sesuai dengan persentase bahan halus, tanah berbutir kasar


Cc = antara 1 dan 3
KERIKIL

 Antara 5% dan 12% : Termasuk peralihan yang perlu


D 10 x D 60

Tentukan persentase kerikil dan pasir dari grafik gradasi.

menggunakan simbol ganda


GP Tidak memenuhi persyaratan gradasi GW
Batas Atterberg di bawah
TANAH BERBUTIR KASAR

GM Di atas Garis-A dengan PI


KERIKIL +

Garis-A atau PI<4


HALUS

antara 4 dan 7 termasuk


BHN

kasus peralihan yang perlu

: GW, GP, SW, SP


: GM, GC, SM, SC
Batas Atterberg di atas menggunakan simbol
GC
Garis-A atau PI>7 ganda
D 60
PASIR BERSIH

Cu = >6
dikelmpokkan sebagai berikut:

D 10
SW
Cc =
D30 2 antara 1 dan 3
D10 x D60
PASIR

 Kurang dari 5%
 Lebih dari 12%

SP Tidak memenuhi persyaratan gradasi SW


Batas Attreberg di bawah Batas-batas pada daerah
SM
Garis-A atau PI<4 yang diarsir dengan PI
PASR +

HALUS
fraksi halus

BHN

antara 4 dan 7 merupakan


Batas Attreberg di atas Garis- kasus peralihan yang
SC perlu menggunakan
A atau PI>7
simbol ganda
LANAU DAN LEMPUNG

ML
(BATAS CAIR <50%)

60

Membandingkan tanah yang batas -A


50
CH ris
cairnya sama, maka keuletan dan Ga
CL
INDEKS PLASTIS

kekuatan kering meningkat sejalan


TANAH BERBUTIR HALUS

40 dengan meningkatnya indeks plastis

30
OL
20 CL
MH & OH
LANAU DAN LEMPUNG

10
MH CL - ML
(BATAS CAIR >50%)

ML OL
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
CH BATAS CAIR
GRAFIK PLASTISITAS
Untuk klasifikasi tanah berbutir halus di laboratorium

OH

Catatan
(1) Klasifikasi perbatasan: tanah yang mempunyai karakteristik dua kelas ditunjukkan dengan
gabungan simbol kelompok; contoh, GW GC adalah campuran kerikil pasir bergradasi
menerus mengandung lempung.
(2) Ukuran saringan yang ditunjukkan dalam tabel adalah menurut Standard Amerika Serikat.
(3) Catatan lebih lanjut diuraikan di bawah.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-33


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

BAB I ............................................................................................................................................................. 1
SIFAT-SIFAT DAN KLASIFIKASI TANAH .................................................................................................... 1
1.1 TEKSTUR TANAH ......................................................................................................1
1.2 STRUKTUR TANAH ...................................................................................................2
1.3 HORIZON TANAH ......................................................................................................3
1.4 BAHAN INDUK ...........................................................................................................4
1.4.1 BATUAN SEDIMEN .......................................................................................4
1.4.2 BATUAN BEKU..............................................................................................5
1.4.3 BATUAN METAMORF ...................................................................................5
1.5 KOMPONEN TANAH ..................................................................................................5
1.6 HUBUNGAN AIR, BAHAN PADAT DAN UDARA DALAM TANAH..............................6
1.7 SIFAT-SIFAT DASAR TANAH ....................................................................................7
1.7.1 KADAR AIR, BERAT JENIS, BERAT ISI, ANGKA PORI, POROSITAS
DAN DERAJAT KEJENUHAN ....................................................................................8
1.7.2 PERMEABILITAS ..........................................................................................9
1.7.3 ELASTISITAS .............................................................................................. 10
1.7.4 PLASTISITAS .............................................................................................. 10
1.7.5 KOHESI DAN KEKUATAN GESER ............................................................. 11
1.7.6 PEMAMPATAN (COMPRESSIBILITY) ........................................................ 12
1.7.7 PENYUSUTAN DAN PEMUAIAN (SHRINKAGE AND SWELLING) ............. 12
1.7.8 AKTIFITAS (ACTIVITY) ............................................................................... 13
1.7.9 KONSISTENSI TANAH ASLI ....................................................................... 14
1.7.10 SENSITIFITAS (SENSITIVITY) .................................................................... 16
1.7.11 DAYA KAPILER (CAPILLARITY) DAN PENGISAPAN (SUCTION).............. 16
1.7.12 DILATANSI .................................................................................................. 17
1.8 UDARA DALAM TANAH ........................................................................................... 18
1.9 AIR DALAM TANAH ................................................................................................. 18
1.9.1 PENGARUH AIR SEBAGAI BAHAN CAIR TERHADAP SIFAT-SIFAT
TANAH 18
1.10 BAHAN PADAT DALAM TANAH .............................................................................. 24
1.10.1 Bahan organik .............................................................................................. 25
1.10.2 . BAHAN ANORGANIK ............................................................................... 26
1.11 KLASIFIKASI TANAH ............................................................................................... 29

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-34


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

BAB II
PEKERJAAN GALIAN

2.1 CAKUPAN PEKERJAAN


Penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan
lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam
kontrak.

2.2 SASARAN PEKERJAAN GALIAN


 Pembuatan saluran air dan selokan.
 Formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya.
 Pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus.
 Pekerjaan stabilisasi lereng.
 Pembuangan bahan longsoran.
 Galian bahan konstruksi.
 Pembuangan sisa bahan galian.
 Pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama.
 Pembentukan profil dan penampang sesuai dengan Spesifikasi.

2.3 JENIS GALIAN


 Galian Biasa
 Mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu,
galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian
perkerasan beraspal.
 Galian Batu
 Mencakup galian bongkahan batu,
 dengan volume 1 m3 atau lebih
 dan seluruh batu atau bahan lainnya yang penggaliannya memerlukan
alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan.
 Galian Struktur
 Mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-1


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

 Galian struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok


penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang
disebut dalam Spesifikasi ini.
 Pekerjaan galian struktur meliputi penimbunan kembali dengan bahan yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan,
penyokong, pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta
pembongkarannya.
 Galian Perkerasan Beraspal
 Mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan
perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
 Pemanfaatan kembali bahan ini untuk daur ulang harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

2.4 TOLERANSI DIMENSI


 Untuk galian biasa, galian batu dan galian struktur
 Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 2
Cm dari yang ditentukan dalam Gambar atau yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan pada setiap titik.
 Untuk galian perkerasan beraspal
 Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 2
Cm dari yang dipersyaratkan
 Untuk galian biasa, galian batu
 Jika galian telah selesai dan terbuka terhadap aliran air, permukaan harus
cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin
pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

2.5 PENGAMANAN PEKERJAAN GALIAN


 Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam :
 Menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian,
 Menjamin keselamatan penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi
galian.
 Selama pelaksanaan pekerjaan galian, kontraktor harus :

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-2


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

 Mempertahankan lereng sementara galian yang stabil agar tetap mampu


menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya,
 Memasang penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai untuk
menopang permukaan lereng galian yang mungkin tidak stabil.
 Bilamana diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung struktur
di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau
rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
 Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian
tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1
meter atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan
 Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya
tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit
untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana
pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut
telah ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan telah
dipadatkan.
 Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air di daerah galian harus cukup kuat untuk menjamin bahwa
keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak
akan terjadi.
 Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian,
dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di
bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang
pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan
dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang
belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
 Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani,
dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang extra ketat
sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor
harus bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan
yang tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa
penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang
berpengalaman dan bertanggungjawab.
 Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)
yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan
setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus
diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-3


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan
para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
 Ketentuan yang disyaratkan dalam ketentuan tentang, Pemeliharaan Lalu Lintas
harus diterapkan pada seluruh galian di Daerah Milik Jalan.

2.6 PERBAIKAN TERHADAP PEKERJAAN GALIAN YANG TIDAK


MEMENUHI KETENTUAN

Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan dalam Spesifikasi.

2.7 UTILITAS BAWAH TANAH


 Kontraktor harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan
dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau
wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam
Kontrak.
 Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah
tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau
struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul
akibat operasi kegiatannya.

2.8 RETRIBUSI UNTUK BAHAN GALIAN

Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat, agregat untuk campuran aspal
atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber bahan di luar daerah milik jalan,
Kontraktor harus melakukan pengaturan yang diperlukan dan membayar konsesi dan
retribusi kepada pemilik tanah maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan
mengangkut bahan-bahan tersebut.
 Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
 Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-
batas dan lingkup proyek, bilamana memungkinkan harus digunakan secara
efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
 Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut
(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah
kompresif yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-4


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan


atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan
sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
timbunan dalam pekerjaan permanen.
 Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan
galian yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai
bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Kontraktor di luar Daerah
Milik Jalan (DMJ) seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
 Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya
yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau
yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan
bahan galian (yang diuraikan dalam Pasal yang berkaitan dengan perbaikan
terhadap pekerjaan galian yang tidak memenuhi ketentuan), juga termasuk
pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dengan jarak tidak
melebihi yang disyaratkan (dalam Pasal yang berkaitan dengan pembuangan
dan penggantian dengan material yang cocok bagi material di permukaan
dasar hasil galian pada perkerasan aspal) dan perolehan ijin dari pemilik atau
penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.

2.9 PENGEMBALIAN BENTUK DAN PEMBUANGAN PEKERJAAN


SEMENTARA

 Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, semua struktur sementara seperti
cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar oleh
Kontraktor setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran
harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau
formasi yang telah selesai.
 Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik Kontraktor
atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dapat dipergunakan
untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai
dengan yang terdapat dalam Daftar Penawaran.
 Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air
harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu saluran air.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-5


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

 Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor
harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang
stabil dan saluran drainase yang memadai.

2.10 PROSEDUR PENGGALIAN

Penggalian harus mengikuti prosedur yang ditentukan dalam Spesifikasi, yang secara
garis besar dikelompokkan ke dalam 5 jenis prosedur sebagai berikut :
 Prosedur Umum.
 Prosedur penggalian pada tanah dasar perkerasan dan bahu jalan,
pembentukan berm, selokan dan talud.
 Prosedur penggalian untuk struktur dan pipa.
 Prosedur penggalian pada sumber bahan.
 Prosedur penggalian pada perkeraan aspal yang ada.

2.11 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

 Galian Yang Tidak Diukur Untuk Pembayaran

Sebagian besar pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar
menurut ketentuan ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam
harga penawaran untuk berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di
atas galian akhir, seperti pasangan batu (stone masonry) dan gorong-gorong
pipa. Jenis galian yang secara spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran
dalam ketentuan ini adalah :
 Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang melintang
yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk
pembayaran kecuali bilamana :
 Galian diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak
memenuhi syarat, atau untuk membuang batu atau bahan keras lainnya
seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi;
 Galian diperlukan sebagai pekerjaan tambah, sebagai akibat dari
longsoran lereng atau struktur sementara penahan tanah atau air (seperti
penyokong, pengaku, atau cofferdam) yang sebelumnya telah diterima
oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-6


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

 Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk
galian batu, tidak akan diukur untuk pembayaran menurut ketentuan ini.
Pengukuran dan Pembayaran harus dilaksanakan menurut ketentuan dari
Spesifikasi.
 Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa,
tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini
dipandang telah dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran
untuk masing-masing bahan tersebut, sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi.
 Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi
(reinstatement) perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran,
kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga
satuan penawaran yang untuk masing-masing bahan yang digunakan pada
operasi pengembalian kondisi sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi.
 Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya,
kecuali untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut ketentuan ini.
Pengukuran dan pembayaran akan dilaksanakan sesuai ketentuan dari
Spesifikasi.
 Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak
akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah
termasuk dalam harga penawaran dalam lump sum untuk berbagai operasi
pemeliharaan rutin yang tercakup dalam ketentuan dari Spesifikasi.
 Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan konstruksi dari
sumber bahan (borrow pits) atau sumber lainnya di luar batas-batas daerah
kerja tidak boleh diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang
telah dimasukkan dalam harga satuan penawaran untuk timbunan atau
bahan perkerasan.
 Pekerjaan galian dan pembuangan yang diuraikan dalam Spesifikasi ini
selain untuk tanah, batu dan bahan perkerasan lama, tidak akan diukur
untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan
dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk masing-masing
operasi pembongkaran struktur lama sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-7


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

 Pengukuran Galian Untuk Pembayaran

 Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk


pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang
dipindahkan, setelah dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar
sebagai timbunan biasa atau timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian
berikut ini :
 Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85.
 Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
faktor pengembangan (swelling) 1,2.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah
asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir
dengan garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima.
Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan
penampang melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
 Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan
pembayaran menurut ketentuan ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya
bilamana bahan galian tersebut tidak digunakan dan dibayar dalam ketentuan
lain dari Spesifikasi ini.
 Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan
dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh
Kontraktor sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak
terpakai ini dan terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor
dengan exploitasi sumber bahan (borrow pits) tidak akan dibayar.
 Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang
dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut :
 Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang
melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini
galian tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai
dengan sifatnya.
 Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
 Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.

Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang


diuraikan di atas atau sebagai pengembangan tanah selama

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-8


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

pemancangan, tambahan galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh


atau karena sebab-sebab lain.
 Pekerjaan galian perkerasan beraspal yang dilaksanakan di luar ketentuan
Pengembalian Kondisi (Reinstatement) Perkerasan Lama, harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang digali
dan dibuang.
 Pembuangan dan penggantian dengan material yang cocok bagi material di
permukaan dasar hasil galian pada perkerasan beraspal yang lepas atau
rusak atau lunak atau tergumpal atau hal hal lain yang tidak memenuhi syarat
sebagaimana yang diuraikan pada artikel terkait, akan diukur dan dibayar
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi yang terkait.
 Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi
timbunan sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan
jarak yang melebihi 5 km harus diukur untuk pembayaran sebagai volume
di tempat dalam kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat
penggalian sampai lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam
kilometer.

 Dasar Pembayaran
 Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar
menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar
di bawah ini.
 Harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk
seluruh pekerjaan termasuk cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan
yang berkaitan, dan biaya yang diper-lukan dalam melaksanakan pekerjaan
galian sebagaimana diuraikan dalam ketentuan ini.
 Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan,
termasuk dalam Mata Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, maka pekerjaan ini akan dibayar menurut Harga Penawaran dalam
lump sum sesuai dengan ketentuan berikut ini :
 Pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan
pembuangan setiap dan semua cofferdam, penyokong, pengaku,
sumuran, penurapan, pengendali air (water control), dan operasi-operasi
lainnya yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang
termasuk dalam pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang
ditentukan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-9


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Tabel 2 : Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

Nomor Mata Satuan


Pembayaran Uraian Pengukuran

3.1.(1) Galian Biasa Meter Kubik


3.1.(2) Galian Batu Meter Kubik
3.1.(3) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik
3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik
3.1.(5) Galian Struktur dengan Kedalaman 4 - 6 M Meter Kubik
3.1.(6) Cofferdam, Penyokong, Pengaku dan Peker- Lump Sum
jaan yang berkaitan
3.1.(7) Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold Milling Meter Kubik
Machine
3.1.(8) Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Meter Kubik
Milling Machine
3.1.(9) Biaya Tambahan untuk Pengangkutan Hasil Meter Kubik
Galian dengan Jarak melebihi 5 km per Kilometer

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-10


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

BAB II ............................................................................................................................................................ 1
PEKERJAAN GALIAN ................................................................................................................................... 1
2.1 CAKUPAN PEKERJAAN ............................................................................................1
2.2 SASARAN PEKERJAAN GALIAN ..............................................................................1
2.3 JENIS GALIAN ...........................................................................................................1
2.4 TOLERANSI DIMENSI................................................................................................2
2.5 PENGAMANAN PEKERJAAN GALIAN ......................................................................2
2.6 PERBAIKAN TERHADAP PEKERJAAN GALIAN YANG TIDAK MEMENUHI
KETENTUAN .......................................................................................................................4
2.7 UTILITAS BAWAH TANAH .........................................................................................4
2.8 RETRIBUSI UNTUK BAHAN GALIAN ........................................................................4
2.9 PENGEMBALIAN BENTUK DAN PEMBUANGAN PEKERJAAN SEMENTARA .........5
2.10 PROSEDUR PENGGALIAN .......................................................................................6
2.11 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN..........................................................................6

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-11


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

BAB III
PEKERJAAN TIMBUNAN

3.1 CAKUPAN PEKERJAAN

Pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan


berbutir yang disetujui untuk :
 pembuatan timbunan,
 penimbunan kembali galian pipa atau struktur, dan
 timbunan umum,
yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
Timbunan yang dicakup oleh ketentuan ini harus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa.

Timbunan pilihan akan digunakan untuk :


 Lapis penopang (capping layer) guna meningkatkan daya dukung tanah dasar,
 Material timbunan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang
plastis sulit dipadatkan dengan baik.
 Stabilisasi lereng atau
 Pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena
keterbatasan ruangan, dan
 Pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang
kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk :


 Melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan cara
yang diatur dalam Spesifikasi ini.

3.2 PEKERJAAN YANG TIDAK TERMASUK BAHAN TIMBUNAN

 Bahan yang dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton,
 Bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan
atau untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses
penyaringan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-1


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

3.3 TOLERANSI DIMENSI

 Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau
lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
 Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
cukup kelandaiannya, untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
 Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.
 Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20
cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

3.4 STANDAR RUJUKAN

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah


(AASHTO T 88 - 90) Dengan Alat Hidrometer.
SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat
(AASHTO T 89 - 90) Casagrande.
SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
(AASHTO T 90 - 87)
SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk
(AASHTO T 99 - 90) Tanah.
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
(AASHTO T180 - 90)
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan
(AASHTO T191- 86) Alat Konus Pasir.
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
(AASHTO T193 - 81)

AASHTO :

AASHTO T145 - 73 : Classification of Soils and Soil Aggregate Mixtures


for Highway Construction Purpose
AASHTO T258 - 78 : Determining Expansive Soils and Remedial
Actions

3.5 BAHAN TIMBUNAN

Timbunan Biasa
 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan
galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-2


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan


ermanent seperti yang dipersyaratkan dalam Spesifikasi.
 Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,
yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH
menurut “Unified atau Casagrande Soil Classification System”. Bila penggunaan
tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus
digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan
kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi.
Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan
langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar
bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI
03-1744-1989, harus memiliki CBR    6 % setelah perendaman 4 hari bila
dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan
oleh SNI 03-1742-1989.
 Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai “very
high” atau “extra high”, tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif
adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI – (SNI 03-1966-1989) dan
persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

Timbunan Pilihan
 Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Timbunan Pilihan” bila
digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh timbunan
lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau drainase
porous bila ditentukan atau disetujui sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi).
 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan
tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan biasa
dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari
maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai
dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10.% setelah 4 hari
perendaman bila dipadatkan sampai 100.% kepadatan kering maksimum sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
 Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam
keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir atau kerikil
atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-3


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

 Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan
dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau
lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih,
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng
yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa


 Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

3.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

Penyiapan Tempat Kerja


 Semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi.
 Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus
dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan), sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi
kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
 Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau di atas timbunan
lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga
dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat
beroperasi menyiapkan timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

Penghamparan Timbunan
 Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Bilamana timbunan dihampar lebih
dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga
sama tebalnya.
 Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-4


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

 Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam
pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang
menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara
dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan
drainase porous dilaksanakan.
 Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan
tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau
pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau
pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar
struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan
mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
 Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada
permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci
pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan
lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas
secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan
lainnya bilamana diperlukan.

Pemadatan Timbunan
 Setiap lapis timbunan harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang
memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi.
 Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
 Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20
cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-5


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan dalam Spsifikasi.
 Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disya-
ratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum
lapisan berikutnya dihampar.
 Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi
dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus
menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.
 Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton
atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan
pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
 Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka
tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara
berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
 Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan
ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang
abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
 Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih
dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris
(tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di
tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
 Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan
air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
 Penyiapan Tanah Dasar Pada Timbunan
Untuk penyiapan tanah dasar pada timbunan berlaku ketentuan terkait dengan
Penyiapan Badan Jalan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-6


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

3.7 JAMINAN MUTU

Pengendalian Mutu Bahan


 Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga
harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dalam Spesifikasi dengan
paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
 Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat
Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan
bahan atau sumber bahannya dapat diamati.
 Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan
untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah
pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk
setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber
bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang
disyaratkan dalam Spesifikasi.

Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah


 Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan
sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan
yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh
harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
 Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus
memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi ini. Pengujian harus dilakukan
sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di
sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus
dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-7


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian


bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan
timbunan yang dihampar.

Kriteria Pemadatan Untuk Timbunan Batu


Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan
menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat
lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang
sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan
harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat.
Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada
permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya
dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu
berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam
lapisan teratas ini.

Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk
mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana tidak sanggup mencapai
kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus
digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air
untuk seluruh pemadatan berikutnya.

3.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran Timbunan
 Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau
profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan garis,
kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan diterima.
Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan
menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih
dari 25 m.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-8


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

 Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang


disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat
penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai
akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan ke dalam volume yang
diukur untuk pembayaran kecuali bila :
 Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan yang tidak memenuhi
ketentuan atau bahan yang lunak sesuai dengan Spesifikasi ini, atau untuk
mengganti batu atau bahan keras lainnya yang digali menurut ktentuan dari
Spesifikasi ini.
 Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang
tidak stabil atau gagal bilamana Kontraktor tidak dianggap bertanggung-
jawab menurut Spesifikasi ini.
 Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang dapat diperkirakan
terjadinya konsolidasi tanah asli. Dalam kondisi demikian maka timbunan
akan diukur untuk pembayaran dengan salah satu cara yang ditentukan
menurut pendapat Direksi Pekerjaan berikut ini :
 Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan (settlement)
yang harus ditempatkan dan diamati bersama oleh Direksi Pekerjaan
dengan Kontraktor. Kuantitas timbunan dapat ditentukan berdasarkan
elevasi tanah asli setelah penurunan (settlement). Pengukuran dengan
cara ini akan dibayar menurut Mata Pembayaran 3.2.(2) dan hanya akan
diperkenankan bilamana catatan settlement didokumentasi dengan baik.
 Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan pengangkut
sebelum pembongkaran muatan di lokasi penimbunan. Kuantitas
timbunan dapat ditentukan berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan
yang dipasok, yang diukur dan dicatat oleh Direksi Pekerjaan, setelah
bahan di atas bak truk diratakan sesuai dengan bidang datar horisontal
yang sejajar dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran dengan cara ini akan
dibayar menurut Mata Pembayaran 3.2.(3) dan hanya akan
diperkenankan bilamana kuantitas tersebut telah disahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
 Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang oleh Kontraktor
untuk dapat memasang pipa, drainase beton, gorong-gorong, drainase bawah
tanah atau struktur, tidak akan diukur untuk pembayaran dalam ketentuan ini,
dan biaya untuk pekerjaan ini dipandang telah termasuk dalam harga satuan
penawaran untuk bahan yang bersangkutan, sebagaimana disyaratkan menurut
ketentuan lain dari Spesifikasi ini. Akan tetapi, timbunan tambahan yang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-9


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

diperlukan untuk mengisi bagian belakang struktur penahan akan diukur dan
dibayar menurut ketentuan ini.
 Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau
untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup
sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
 Drainase porous akan diukur menurut ketentuan dari Spesifikasi ini dan tidak
akan termasuk dalam pengukuran dari ketentuan ini.

Dasar Pembayaran
 Kuantitas timbunan, dalam jarak angkut berapapun yang diperlukan, harus
dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing-masing harga yang
dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran terdaftar
di bawah.
 Harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan,
pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian
bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biasa untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam ketentuan ini.

Tabel 3.1 : Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran


Pekerjaan Timbunan
Nomor Mata Satuan
Pembayaran Uraian Pengukuran
3.2.(1) Timbunan Biasa Meter Kubik
3.2.(2) Timbunan Pilihan Meter Kubik
3.2.(3) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa Meter Kubik
(diukur berdasarkan volume bak truk)

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-10


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

BAB III ........................................................................................................................................................... 1


PEKERJAAN TIMBUNAN ............................................................................................................................. 1
3.1 CAKUPAN PEKERJAAN ............................................................................................1
3.2 PEKERJAAN YANG TIDAK TERMASUK BAHAN TIMBUNAN ...................................1
3.3 TOLERANSI DIMENSI................................................................................................2
3.4 STANDAR RUJUKAN .................................................................................................2
3.5 BAHAN TIMBUNAN ....................................................................................................2
3.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN...................................................4
3.7 JAMINAN MUTU.........................................................................................................7
3.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................8

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-11


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab IV : Penyiapan Badan Jalan

BAB IV
PENYIAPAN BADAN JALAN

4.1 CAKUPAN PEKERJAAN


 Mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau
permukaan jalan kerikil lama atau Lapis Penetrasi Macadam yang rusak berat,
untuk penghamparan :
 Lapis Pondasi Agregat,
 Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal,
 Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur
lalu lintas (termasuk jalur tempat perhentian dan persimpangan) yang
tidak ditetapkan sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisi.
Pembayaran tidak boleh dilakukan terhadap Pengembalian Kondisi
Perkerasan Lama yang diuraikan dalam ketentuan tentang hal tersebut
maupun Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Jalan Berpenutup
Aspal yang diuraikan dalam Spesifikasi.
 Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor
grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa
penambahan bahan baru.
 Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan
minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau
bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan
perkerasan ditempatkan diatasnya, yang semuanya sesuai dengan Gambar dan
Spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

4.2 TOLERANSI DIMENSI

 Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah
satu centimeter dari yang disyaratkan atau disetujui.
 Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian
yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.

4.3 STANDAR RUJUKAN

Standar rujukan yang relevan adalah standar rujukan yang diberikan dalam
ketentuan dari Spesifikasi.
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV-
Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab IV : Penyiapan Badan Jalan

4.4 BAHAN UNTUK BADAN JALAN

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi
Agregat atau Drainase Porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang
digunakan dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, dan sifat-sifat bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan
membentuk tanah dasar haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi untuk
bahan tersebut.

4.5 PELAKSANAAN PENYIAPAN BADAN JALAN

Penyiapan Tempat Kerja


 Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus dilaksa-
nakan sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi.
 Seluruh Timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan Spesifikasi
ini.

Pemadatan Tanah Dasar


 Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang diberikan dalam
Spesifikasi.
 Ketentuan pemadatan dan jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan dalam
Spesifikasi.

4.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran Untuk Pembayaran


Daerah jalur lalu lintas lama yang mengalami kerusakan parah, dimana operasi
pengembalian kondisi yang disyaratkan dalam ketentuan dari Spesifikasi ini
dipandang tidak sesuai, akan digolongkan sebagai daerah yang ditingkatkan dan
persiapan tanah dasar akan dibayar menurut ketentuan ini sebagai daerah yang
persiapan permukaan tanah dasarnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Dasar Pembayaran
 Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti ketentuan di
atas, akan dibayar per satuan pengukuran sesuai dengan harga yang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV-


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab IV : Penyiapan Badan Jalan

dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran seperti
terdaftar di bawah ini.
 Harga dan pembayaran tersebut sudah mencakup kompensasi penuh untuk
seluruh pekerjaan dan biaya lainnya yang telah dimasukkan untuk keperluan
pembentukan pekerjaan penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan dalam
ketentuan ini.

Tabel 4.1 : Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran


Penyiapan Badan Jalan

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran

3.3 Penyiapan Badan Jalan Meter Persegi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV-


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab IV : Penyiapan Badan Jalan

BAB IV ........................................................................................................................................................... 1
PENYIAPAN BADAN JALAN ........................................................................................................................ 1
4.1 CAKUPAN PEKERJAAN ............................................................................................1
4.2 TOLERANSI DIMENSI................................................................................................1
4.3 STANDAR RUJUKAN .................................................................................................1
4.4 BAHAN UNTUK BADAN JALAN .................................................................................2
4.5 PELAKSANAAN PENYIAPAN BADAN JALAN ...........................................................2
4.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................2

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV-


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman

RANGKUMAN

Dalam pekerjaan tanah seorang Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site


Inspector of Bridge) terlabih dahulu perlu mengetahui sifat-sifat dan klasifikasi tanah.
1. Mengawasi pekerjaan galian dalam rangka pelaksanaan pekerjaan jembatan dan
oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan, serta
bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang
masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur
yang mungkin dijumpai
2. Mengawasi pekerjaan timbunan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan jembatan
dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan,
standar rujukan yang digunakan, bahan timbunan yang digunakan, metode
penghamparan dan pemadatan serta jaminan mutu hasil pekerjaan timbunan.
3. Mengawasi pekerjaan penyiapan badan jalan dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan jembatan dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi
hasil pekerjaan, standar rujukan yang digunakan, bahan yang digunakan untuk
pembuatan badan jalan dan sebagainya.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-1


Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Hand Book Of Soil Mechanics, By Arpad Kezdi.

2. Contruction Planning, Equipment and Method, By R.L.Peurifoy.

3. Highway Enggineering Handbook, By Kenneth B Woods

4. Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi I & II, Oleh Imam Soekoto

5. Drainage Engineering, By James M Luthin.

6. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Oleh Ir. Rochmanhadi

7. Caterpilar Performance Handbook, Edition 29

8. Leaflets : Caterpillar, Komatsu, Fassi

Pelatihan Site Inspector of Bridge(SIB) DP-1

Anda mungkin juga menyukai