PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2
d. Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kerusakan hidup.
e. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain- lain.
3. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum masih belum jelas (Meltzer,
2000; Neill & Nelson, 2003, Edelman, 2004); namun peningkatan kadar
progesterone, estrogen, dan human chorionic gonadotropin (hCG) dapat
menjadi faktor pencetus mual dan mundah. Peningkatan hormone
progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal
mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan
pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus penurunan motilitas
lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi
terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya
penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan
sosiokultural.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urin turun,
selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan
aliran darah ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah
bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan
dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein
nitrogen, asam urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan
vitamin B1, B6, dan B12 mengakibatkan terjadinya neuropati perifer dan
anemia; bahkan pada kasus berat kekurangan vitamin B1 dapat
3
mengakibatkan terjadinya wernicke enchelopati (Manuaba, 2001: Kuscu &
Koyancu, 2002; Neill & Nelson, 2003).
4. Manifestasi klinik
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut
Hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila
lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu
terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat
ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkatan I (ringan)
1) Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita
2) Ibu merasa lemah
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun
5) Merasa nyeri pada epigastrium
6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit
7) Tekanan darah menurun
8) Turgor kulit berkurang
9) Lidah mengering
10) Mata cekung
b. Tingkatan II (sendang)
1) Penderita tampak lebih lemah dan apatis
2) Turgor kulit mulai jelek
3) Lidah mengering dan tampak kotor
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu badan naik (dehidrasi)
6) Mata mulai ikterik
7) Berat badan turun dan mata cekung
8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi acetonuria
4
c. Tingkatan III (berat)
1) Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma)
2) Dehidrasi hebat
3) Nadi kecil, cepat dan halus
4) Suhu badan meningkat dan tensi turun
5) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan
enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan
penurunan mental
6) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
5. Komplikasi
Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat
menyebabkan dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini
akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena
muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke jaringan mengurang
pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya
keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan
tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang.
Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa
terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari
keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan
oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang
janin akan terpengaruh.
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah akan
turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah
bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis
5
metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan
tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko dari
keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari
hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan
umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan
energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan
pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi
dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan
aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan
berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari
keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi,
terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan,
berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan.
Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu.
Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan
nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan perkembangan
akan terganggu.
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya
robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat
menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang
terjadi berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat
robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan
operatif dan tidak diperlukan transfusi.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan/atau dehidrasi meliputi
pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urin.
b. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
6
c. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah
berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan protein.
d. Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan
kadar asam.
e. Tiroid Stimulating Hormon (TSH) untuk menentukan penyakit pada
tiroid.
f. CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi
sebagai penyebab.
g. Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
h. Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatiformis.
7. Penanganan
a. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan
jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
1) Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan berumur 4 bulan.
2) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
3) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat
4) Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak
5) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas
atau terlalu dingin
6) Usahakan defekasi teratur.
b. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan pengobatan
1) Tidak memberikan obat yang terotogen
2) Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital
3) Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
7
4) Antihistaminika seperti dramamine, avomine
5) Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau
khlorpromazine.
c. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di
rumah sakit. Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah
sebagai berikut :
1) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau
perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan
yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi
atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
2) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir.
Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan
dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
3) Terapi mental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis
sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah dengan kalium
dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila
ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial
secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan
dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan
diatas.
4) Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik
bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik,
anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
8
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu
sampai terjadi irreversible pada organ vital.
9
8. Pathway
Faktor
Peningkatan
Predisposisi
Faktor Alergi estrogen
10
B. ASUHAN KEPERAWATAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Pengkajian
a. Pengkajian Data Subjektif
1) Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli,
riwayat pemeriksaan antenatal dan komplikasi.
2) Riwayat diet, khususnya intake cairan.
3) Pengobatan yang didapat saat ini.
4) Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada umumnya.
5) Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obstetri dan
ginekologi, kolelitiasis atau gangguan abdomen lainnya,
gangguan tiroid, dan ada tidaknya depresi.
6) Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu
komunikasi, terpapar dengan lingkungan, tercapainya pelayanan
antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, ketidakhadiran di
tempat bekerja, perubahan status kesehatan atau stresor
kehamilan, respons anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospitalisasi dan kondisi sakit, serta seistem
pendukung.
7) Integritas ego seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan
ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisi, dan kehamilan
yang tidak direncanakan.
8) Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan
lamanya. Jika mengalami muntah, kaji warna, volume,
frekuensi, dan kualitasnya. Kaji juga faktor yang memperberat
dan memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan
baik di fasilitas kesehatan atau pengobatan di rumah.
9) Gejala-gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau
konstipasi, serta nyeri pada abdomen. Riwayat nyeri abdomen
meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta faktor yang
memperingan dan memperberat nyeri.
10) Pengkajian lain dapat dilakukan dengan menggunakan Rhodes
Index of Nausea and Vomiting yang terdiri atas 8 pertanyaan
11
untuk mengkaji frekuensi dan beratnya mual dan muntah.
Instrument ini telah di teliti valid dan reliabel oleh Family Nurse
Practitioner program, School of Nursing, University of Texas at
Austin.
b. Pengkajian Data Objektif
1) TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi
nafas meningkat, adanya nafas bau aseton
2) Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
3) Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
4) Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa,
oliguria
5) Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri
lepas/tekan, adanya distensi, adanya hepatosplenomegali,
tanda Murpy.
6) Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
7) Status Eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi
dan perubahan frekuensi berkemih
8) Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan
janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
c. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif (mual
dan muntah berlebihan)
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi dan
kelelahan.
12
3. Intervensi
• berikan obat
antiemetik
sebelum makan
atau sesuai jadwal
yang di anjurkan
• • pantau
Manajemen kandungan nutrisi
Nutrisi dan kalori pada
catatan asupan
• berikan pasien
minuman dan
kudapan bergizi,
13
tinggi protein,
tinggi kalori
2 Intoleransi aktivitas Menunjukkan • • tentukan
b/d kelemahan toleransi Manajemen penyebab
aktivitas Energi keletihan
dibuktikan • pantau asupan
pasien dapat nutrisi untuk
melakukan menentukan
kegiatan seperti sumber energi
biasa. yang adekuat
3 Kekurangan Kekurangan • • pantau status
volume cairan b/d volume cairan Manejemen hidrasi
kehilangan volume akan teratasi Cairan • tingkatkan
cairan aktif (mual dibuktikan asupan oral
dan muntah keseimbangan Kolaborasi:
berlebihan) air dalam
• berikan terapi IV,
kompartemen
sesuai program
intrasel dan
ekstrasel tubuh
14
• auskultasi suara
napas
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatf dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien
(Nursalam, 2001).
5. Evaluasi
Hal-hal yang perlu dievaluasi pada asuhan keperawatan klien dengan
hiperemesis gravidarum.
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
1) Turgor kulit.
2) Membrane mukosa
3) Berat badan sesuai dengan umur kehamilan.
4) Tanda-tanda vital.
5) Pemeriksaan laboratorium: elektrolit serum, Hb dan Ht, serta berat
jenis urine.
b. Frekuensi dan beratnya muntah.
c. Intake oral.
d. Kemampuan dalam beraktifitas.
15
kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi yang telah terjadi sebelum
hamil ataupun diketemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau
hypertensi yang menetap 6 minggu paska persalinan, apapun yang menjadi
sebabnya. (Winardi. B, 1991 : 2)
2. Etiologi
Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus, tidak diketahui
sehingga disebut hipertensi esensial. Namun demikian, pada sebagian kecil
kasus hipertensi merupakan akibat sekunder prosespenyakit lainnya, seperti
ginjal; defek adrenal; komplikasi terapi obat. Penyebab hipertensi dalam
kehamilan adalah:
a. Hipertensi esensial
Penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter, faktoremosi
(Stress) dan lingkungan (pola hidup).
b. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal dan gejala hipertensi dan dapat dijumpai pada wanita
hamil adalah :
1) Glomerulonefritis akut dan kronik
2) Plelenofritus akut dan kronik (Sinopsis Obstruksi, 1989)
3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut American Committee and Maternal Welfare yang dikutip oleh
Sulaeman Sastrawinata dalam buku Obstetri Patologi tahun 1981,
klasifikasi hypertensi adalah sebagai berikut :
a. Hypertensi pre eklamasi dan eklampsia
Hypertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk
kehamilan.
b. Hypertensi Kronis
Hypertensi sebelum kehamilan atau penemuan hypertensi sebelum
minggu ke 20 dari kehamilan dan hypertensi ini tetap setelah kehamialn
berakhir.
c. Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hypertensi yang
kronis.
16
Pasien dengan hypertensi yang kronis sering memberat penyakitnya
dalam kehamilan dengan gejala-gejala hypertensi yang naik, proteinuri
dan edema serta kelainan retina.
d. Transient Hypertensi
Hypertesi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dalam nifas
pada wanita yang tadinya normotensi dan yang hilang dalam 10 hari post
partum.
4. Patofisilogi
Pada ibu hamil normal plasenta menghasilkan progesteron yang
bertambah hal ini menyebabkan ekresi natrium lebih banyak karena
progesteron berfungsi sebagai diuretik ringan.Kehilangan natrium
menyebabakan penyempitan dari vilume darah kompartemen vaskuler, pada
kehamilan dengan pre eklamsi menunjukan adanya peningkatan resistensi
perifer dan vasokontriksi pada ruang vaskuler, bertanbahnya protein serum
(albumin dan globulin ) yang lolos dalam urine disebabkan oleh adanya lesi
dalam glomerolus ginjal, sehimgga terjadi oliguri karena menurunya aliran
darah ke ginjal dan menurunya GFR (glomerulus filtrat rate ) kenaikan berat
badan dan oedema yang disebabka penambahan cairan yang berlebiha
dalam ruang intrestisial mungkin berhubungan dengan adanya retensi air
dan garam, terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke
intertisialdiikuti oleh adanya kenaikan hematokrit, peningkatan protei
serum menambah oedem dan menyebabkan volume darah berkurang,
visikositas darah meningkat dan waktu peredaran darah teri menjadi lama.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :
a. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
b. Proteinuria samar sampai +1
c. Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:
a. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria + 2 persisten atau lebih
c. Nyeri kepala
17
d. Gangguan penglihatan
e. Nyeri abdomen atas
f. Oliguria
g. Kreatinin meningkat
h. Trombositopenia
i. Peningkatan enzim hati
j. Pertumbuhan janin terhambat
k. Edema paru
Dampak pada ibu:
a. Organ tubuh kekurangan oksigen dan tidak bisa bekerja sempurna.
b. Plasenta lepas.Terjadi pre-eklampsia di usia kehamilan lewat dari 20
minggu (tandanya: tekanan darah naik, terdapat protein dalam urin dan
pembengkakan di bagian tubuh tertentu).
c. Perdarahan di otak.
d. Kejang.
e. Kematian ibu.
Dampak pada Janin:
a. Berat badan bayi lahir rendah
b. Kemtian bayi
6. Komplikasi
a. Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload
jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi
oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan.
b. Perubahan hematologis
c. Gangguan fungsi ginjal
d. Edema paru
18
7. Penatalaksanaan
19
d. Penundaan Pelahiran Pada Hipertensi Berat: Wanita dengan hiperetensi
berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun
terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan
yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang
jauh dari aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif
atau “menunggu” terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan
memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.
20
8. Pathway
Konstriksi
vaskuler
Kontraksis
Retensi el endotel
aliran
darah
Kerusakan &
hipertensi kebocoran sel
endotel
Pengendapan
konstituen darah
TD meningkat
Integritas ego
sesak
Transport nutrisi +
O2 jg terganggu
MK:
MK: gangguan pola MK:
ansietas
pernafasan Resti
Gangguan perfusi
cidera
jaringan
MK:
6. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Fetal
7. 1. Pemeriksaan tekanan daah meningkat
disstr
8. 2. USG ess janin
Kematian
9. 3. Laboratorium
21
10. Hitung darah tepi lengkap, trombosit, etrolit serum, ureum, protein, retinin
dan asam urat, hematokrit.
11. 4. Fungsi hati
12. 5. Fungsi ginjal
13.
14. G. PENATALAKSANAAN
15. 1. Anjurkan melakukan latihan isotonic dengan cukup istirahat baring.
16. 2. Hindari konsumsi garam yang berlebihan.
17. 3. Hindari kafein, merokok dan alcohol.
18. 4. Diet makanan yang sehat dan seimbang
19. 5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin
dengan USG.
20. 6. Pembatasan aktifitas fisik
21. 7. Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi Pemakaian obat
antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi
prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam
berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.
22.
22