Anda di halaman 1dari 38

PAJAK PENGHASILAN

BADAN
Materi Brevet A&B/C
Disusun Oleh: Erikson Wijaya, S.Akt

Palembang
2018
MATERI PEMBAHASAN
HARI Ke-1
■ KONSEP SUBJEK PAJAK BADAN DAN KONSEP PENGHASILAN
■ BIAYA FISKAL VS BIAYA KOMERSIAL (PASAL 6, PASAL 9, PASAL 4(2) UU PPh)
■ DEPRESIASI DAN AMORTISASI & PENILAIAN HARTA
■ BENTUK USAHA TETAP (BUT)
■ PERHITUNGAN PPh PASAL 29 BADAN

HARI Ke-2

■ PPh BADAN NON KOMERSIAL


■ RASIO DER 4:1 (DEBT to EQUITY RATIO)
■ TAX PLANNING PPH PASAL 21/26 BADAN
■ TAX PLANNING PPH PASAL 22 DAN 23/26 BADAN
MATERI PEMBAHASAN
HARI Ke-3
■ KONSEP HUBUNGAN ISTIMEWA
■ KOMPENSASI KERUGIAN DAN TAX INCENTIVES PPH BADAN
■ KREDIT PPH BADAN DAN NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS
■ PERHITUNGAN PPh PASAL 25 BADAN

HARI Ke-4
■ CONTOH KASUS PERHITUNGAN PPH BADAN
BAGIAN I
“Saat mendiskusikan pajak dengan seseorang, ingat baik-baik, bahwa yang diajak berdiskusi itu bukan
lagi semata mahluk yang logis tapi juga emosional dan penuh kalkulasi ”
1
KONSEP SUBJEK PAJAK BADAN DAN
KONSEP PENGHASILAN
■ Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi…….
(Pasal 2 Ayat (1) Huruf b UU PPh)

Badan Berorientasi Laba/ Bisnis/ Profit Oriented

Badan Tidak Berorientasi Laba/ Yay/ NGO/ Non Profit


Oriented
2 KONSEP SUBJEK PAJAK BADAN DAN
KONSEP PENGHASILAN
■ Wajib Pajak Badan adalah Badan yang telah memenuhi kriteria subjektif (masuk
dalam lingkup definisi badan) dan kriteria objektif (memiliki penghasilan yang
menjadi objek PPh)
■ Subjek Pajak Badan terdiri dari Subjek Pajak Badan Dalam Negeri (SPDN) dan
Subjek Pajak Badan Luar Negeri (SPLN).
■ SPDN memiliki kriteria didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia sedangkan
SPLN merupakan badan yang tidak didirikan dan atau tidak bertempat kedudukan
di Indonesia yang menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia dengan
atau tanpa adanya Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.
■ Tidak termasuk Subjek Pajak Badan adalah sebagai berikut:
1. Badan perwakilan negara asing;
2. Organisasi Internasional dimana Indonesia adalah anggota dan menerapkan
asas resiprokal serta tidak menjalankan kegiatan usaha atau kegiatan lain
untuk memperoleh penghasilan di Indonesia
3 KONSEP SUBJEK PAJAK BADAN DAN
KONSEP PENGHASILAN
■ Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak baik dari Indonesia atau luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. (Pasal 4 UU PPh)

• Penghasilan dari usaha/kegiatan (active)


Sumber • Penghasilan dari modal berupa harta (passive)
• Penghasilan lain-lain

• Penghasilan Bukan Objek Pajak


Pengenaan • Penghasilan Objek PPh Final
• Penghasilan Objek PPh Tidak Final

Wujud • Benefit in Cash (Uang Tunai)


• Benefit in Kind (Fasilitas)
4 KONSEP SUBJEK PAJAK BADAN DAN KONSEP PENGHASILAN
Pengecualian Objek PPh Badan:
Bantuan/sumbangan yang diterima badan amil zakat yang sah menurut pemerintah dan yang diterima
penerima zakat, atau sumbangan keagamaan lain yang diakui di Indonesia yang diterima oleh lembaga
keagamaan.
Harta hibah yang diterima badan keagamaan, badan pendidikan, dan badan sosial sepanjang tidak ada
hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau pengusaan antara pemberi dan penerima.
Harta yang diterima (termasuk setoran tunai) yang diterima badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal.
Dividen yang diterima Wajib Pajak Badan Dalam Negeri (PT/BUMN/BUMD) atas penyertaan modal pada
badan usaha di Indonesia sepanjang berasal dari cadangan laba ditahan dan kepemilikan saham pada
badan tersebut paling rendah 25% dari jumlah yang disetor.
Penghasilan Dana Pensiun yang sah oleh Permenkeu dan iurang yang diterima atau diperoleh berasal dari
pemberi kerja maupun pegawai.
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari CV, Persekutuan, Perkumpulan, Fa, dan Kongsi.
Beasiswa
Sisa Lebih yang diterima atau diperoleh yayasan atau NGO bidang pendidikan formal yang ditanamkan
kembali maksimal 4 tahun sejak diakui.
5 KONSEP SUBJEK PAJAK BADAN DAN KONSEP
PENGHASILAN
Kelompok Objek PPh Final:
Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI
Transaksi di Bursa Efek
Bunga atau Diskonto Obligasi yang Diperdagangkan di Bursa Efek
Hadiah Undian
Persewaan Tanah dan atau Bangunan
Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
Usaha Jasa Konstruksi
WP Badan Kriteria PP 46 Tahun 2013
1
Latihan Soal….
■ Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria pembentukannya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan, pembiayaanya berdasarkan APBN/APBD,
penerimaanya dimasukkan ke dalam APBN/APBD dan pembukuannya diperiksa oleh aparat
pengawasan fungsional negara merupakan… (soal kriteria dan definisi subjek pajak badan)
■ Tuan A adalah pemiliki komisaris utama PT X. Tuan A memiliki dividen dari PT B dengan
kepemilikian kurang dari (<) 25%. Penghasilan Tuan A atas dividen tersebut…. (soal jenis
penghasilan menurut pengenaan)
■ Pada tahun 2010 Lionel Inc, sebuah perusahaan yang didirikan di Paraguay mendirikan
badan di Indonesia bernama Lionel Persada Ltd yang bergerak di bisnis yang sama dengan
Lionel Inc. Dengan demikian Lionel Persada Ltd berstatus sebagai…… (soal konsep definisi
SPDN/SPLN)
■ Pada tahun 2015 PT ABC membagikan dividen sebesar Rp1.000.000.000 kepada PT Sugih
(pemilik saham 80%) dari EAT. Maka bagi PT Sugih nilai dividen tersebut….. (soal jenis
penghasilan menurut sifat)
1
BIAYA FISKAL VS BIAYA KOMERSIAL
■ Biaya fiskal adalah biaya yang boleh dibebankan sesuai ketentuan perpajakan sedangkan
biaya komersial adalah biaya yang dibebankan mengikuti prinsip Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Keduanya berhubungan dengan konsep Rekonsiliasi/Koreksi
Fiskal.
■ Biaya fiskal diperoleh setelah menghitung kembali semua biaya komersial dengan
menyandingkannya terhadap ketentuan Pasal 6 dan Pasal 9 UU PPh. Sehingga diketahui
biaya yang boleh dan tidak boleh dikurangkan dari Laba Bruto dalam rangka mencari
penghasilan neto.

Ps 6 •Deductible Cost

Ps 9 •Undeductible Cost
2 BIAYA FISKAL VS BIAYA KOMERSIAL
Deductible Cost: Ps 6 (1) UU PPh

Depresiasi/ Natura
Amortisasi Tertentu

Biaya 3M Kerugian- Hibah


Penghasilan Berelasi Sumbangan
Kerugian

Berhubungan Berhubungan
dengan usaha- dengan usaha-
1 2
50%
Litbang di Piutang Tak Zakat atas Perawatan
Indonesia Tertagih Penghasilan Kendaraan
Jabatan
Iuran ke 50% Pulsa
Dana dan Servis
Pensiun HP
3 BIAYA FISKAL VS BIAYA KOMERSIAL
Undeductible Cost: Ps 9 (1) UU PPh

Keperluan
Pribadi

Dana
Cadangan
PPh (Dgn
Pengecualian)

Sanksi
Tidak Boleh Natura
Adm Dikurangkan
Pajak
Gaji Pembayaran
Pengurus > Kewajaran
CV/Fa Trx Berelasi
Harta
Hibahan
Pihak Non
Relasional
4 BIAYA FISKAL VS BIAYA KOMERSIAL
■ Dalam menghitung penghasilan fiskal secara keseluruhan, penghasilan yang telah
dikenakan/dikenakan PPh Final tidak boleh diperhitungkan kembali dalam menghitung
nilai PPh akhir tahun. Demikian juga untuk penghasilan yang bukan termasuk objek PPh
juga tidak boleh dihitung kembali pada akhir tahun.
Kelompok Non Objek PPh (Pasal 4 Ayat (3) UU PPh:
1. Bantuan/sumbangan/zakat yang diterima BAZIS/LAZIS/IZI/Lembaga Keagamaan yang sah lainnya
2. Harta hibah yang diterima keluarga sedarah lurus satu derajat/yang diterima badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial, koperasi, dan orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil
3. Warisan
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima badan sebagai pengganti saham/penyertaan modal
5. Benefit in Kind sehubungan dengan pekerjaan/jasa dari Wajib Pajak/Pemerintah, kecuali jika diterima dari bukan
Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
(deemed profit).
6. Beasiswa
7. Sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau lembaga nirlaba di bidang pendidikan/penelitian/pengembangan
yang sah yang ditanamkan kembali untuk pengembangan sarana dan prasarana dalam jangka waktu 4 tahun sejak
diperoleh.
8. Bantuan/santunan yang diterima dari BPJS kepada Wajib Pajak tertentu
1
Latihan Soal….
■ PT Udin menyewakan ruangan kantor dan sudah dikenakan PPh Final tahun 2006. Tahun
2004. PT Udin membeli tanah seharga Rp1.000.000.000,- dan di atas tanah tersebut PT
Udin membangun gedung perkantoran yang selesai pada akhir tahun 2005 seharga
Rp6.000.000.000,-. Gedung tersebut mulai digunakan dan disewakan pada awal tahun
2006 dan mulai disusutkan per tahun tersebut. Pada tanggal 01 Desember 2015, Tanah
dan Bangunan Gedung tersebut dijual seharga Rp20.000.000.000,-. Berapakah
keuntungan penjualan harta yang masuk dalam perhitunga Penghasilan Kena Pajak? Clue:
Keuntungan adalah selisih lebih antara Harga Jual dengan Nilai Buku Fiskal.
■ PT Jalan Sejehtera menerima setoran modal dari Maya Agro sebesar Rp100.000.000 pada
tanggal 09 Desember 2013. Jelaskan perlakuan pajak atas hal tersebut bagi keduanya!
■ PT Medika adalah Wajib Pajak yang mempunyai usaha sebagai industri obat-obatan,
selama tahun 2009 mengeluarkan biaya iklan melalui media elektronik sebesar
Rp4.000.00.000. Berapa biaya maksimal yang diperkenankan agar dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto?
■ PT Martabak Jaya mempunyai omset tahun 2008 Rp100 M dan telah mengeluarkan biaya
iklan Rp5 M. Bagaimana agar PT Martabak Jaya dapat membebankan semua biaya iklan
tersebut?
1 DEPRESIASI & AMORTISASI
■ Depresiasi adalah penyusutan aktiva tetap berwujud sementara amortisasi adalah penyusutan
aktiva tidak berwujud. Penyusutan pada dasarnya merupakan pemebanan secara proporsional
dalam kurun waktu tertentu sebagai ganti untuk membebankan biaya perolehan aktiva
tersebut. Sepanjang aktiva tersebut terbukti/dapat dibuktikan adalah benar digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
■ Aktiva yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dikenai PPh secara final tidak boleh disusutkan. Jadi bagaimana jika suatu perusahaan
memiliki mesin pabrik untuk operasional produksi dan juga gudang yang sebagian disewakan?
Maka atas mesin pabrik boleh disusutkan namun atas gudang yang disewakan tidak boleh
disusutkan sebagai pengurang penghasilan bruto.
■ Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran (pertama kali dipakai dan
membutuhkan belanja operasional). Kecuali untuk harta yang masih dalam proses
pengerjaan, maka penyusutan dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut.
Penyusutan secara fiskal tidak mengenal nilai sisa/residu.
■ Untuk keperluan penghitungan penyusutan, aktiva tetap berwujud bukan bangunan
dikelompokkan sesuai masa manfaat menjadi kelompok 1 s.d. 4 sebagaimana Pasal 11 UU
PPh dan dirinci lagi dalam PMK-96/PMK.03/2009.
2 DEPRESIASI & AMORTISASI
Rincian Masa Manfaat dan Tarif

Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Penyusutan


Berwujud Metode Garis Lurus Metode Saldo
Menurun
Bukan Bangunan
Kelompok I 4 Tahun 25% 50%
Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok III 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%

Bangunan
Permanen 20 Tahun 5%
Non Permanen 10 Tahun 10%
3 DEPRESIASI & AMORTISASI
■ Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap atau memperlancar proses
pembangunan aktiva tetap menjadi unsur nilai perolehan. Contoh: biaya bunga atas utang
jangka panjang untuk membangun gedung kantor yang dibayarkan semasa proses
pembangunan.
■ Telepon Selular dapat dibebankan sebagai biaya sebesar 50% dari biaya perolehan atau
pembelian. Kriteria aktiva telepon selular adalah aktva kelompok 1 dengan masa manfaat 4
tahun saja.
■ Kendaraan dinas berupa sedan dan sejenisnya (minibus) yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan atau karyawan tertentu karena jabatan atau pekerjaanya dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan atau pembelian atau
perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II
4 DEPRESIASI & AMORTISASI
■ Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya
sehubungan dengan biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan
goodwill dengan masa manfaat lebih dari 1 tahun dibebankan secara proporsional dalam
kurun waktu tertentu sepanjang memang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.

Kelompok Harta Tidak Masa Manfaat Tarif Penyusutan


Berwujud Metode Garis Lurus Metode Saldo
Menurun
Kelompok I 4 Tahun 25% 50%
Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok III 12 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%

■ Software computer termasuk dalam harta tidak berwujud dan dilakukan amortisasi dengan
kriteria kelompok I
4 Contoh Soal
Suatu perusahaan memiliki sejumlah asset yang disusutkan dengan metode garis lurus tanpa
nilai sisa. Berikut rincian aktiva tetap yang dimiliki perusahaan tersebut.

Jenis Aktiva Tetap Unit Kelompok Umur Tanggal Perolehan Harga/Unit


Komersial
Sedan 2 2 5Th 15 Februari 2003 Rp320.000.000
Kendaraan Operasional 5 2 5Th 27 April 2006 Rp240.000.000
Peralatan 10 2 5th 29 Juli 2003 Rp120.000.000
Gedung 3 Bangunan 25Th 14 Februari 1995 Rp300.000.000
Permanen
Keterangan tambahan:
• Kendaraan sedan dibawa pulang oleh Direktur Utama dan Manajer
• Per 10 Mei 2009, 4 peralatan ditukar dengan 2 peralatan yang masing-masing senilai Rp90.000.000
• 1 Kendaraan operasional dijual dengan harga Rp135.000.000 pada 18 Agustus 2009
• Per 10 desember 2009 dijual 1 gedung dengan harga Rp650.000.000 dengan NJOP Rp600.000.000

Jika total biaya penyusutan komersial pada tahun 2009 adalah Rp676.000.000 hitunglah nilai koreksi
fiskal untuk beban penyusutan tahun 2009!
5 Jawaban
Aktiva Tgl Jum. Harga/Unit Total Harga Kelompok Tarif Peny. 2009 Beban Fiskal Keterangan
Perolehan Unit Aktiva 2009
1 2 3 4=2x3 5 6 7=6x4 8 9
Sedan 15/02/03 2 320.000.000 640.000.000 2 12,5% 80.000.000 40.000.000 D.E. 50% KEP-220/PJ/2002

Kend. Op 27/04/06 4 240.000.000 960.000.000 2 12,5% 120.000.000 120.000.000

Kend. Op 27/04/06 1 240.000.000 240.000.000 2 12,5% 17.500.000 17.500.000 Dijual per 18/08/2009. Hanya
disusutkan 7 bulan (7/12)
Peralatan 29/07/03 6 120.000.000 720.000.000 2 12,5% 90.000.000 90.000.000

Peralatan 29/07/03 4 120.000.000 480.000.000 2 12,5% 20.000.000 20.000.000 Dijual per 10/05/2009. Hanya
disusutkan 4 bulan (4/12)
Peralatan 10/05/09 2 90.000.000 180.000.000 2 12,5% 15.000.000 15.000.000 Diperoleh dari hasil pertukaran
10/05/2009. Disusutkan mulai
Mei 2009 (8 bulan)
Gedung 14/02/95 2 300.000.000 600.000.000 Bangunan 5% 30.000.000 30.000.000 -

Gedung 14/02/95 1 300.000.000 300.000.000 Bangunan 5% 13.750.000 13.750.000 Dijual per 10/12/09. Hanya
disusutkan 11 bulan (11/12)
Jumlah Penyusutan Fiskal Tahun 2009 346.250.000

Jumlah Penyusutan Komersial Tahun 2009 676.000.000

Koreksi Fiskal Positif 329.750.000


Latihan Soal….
■ PT Dagang Keramik membangun ruko di Jalan X Kota Y. Pengeluaran untuk pembangunan ruko
tersebut adalah Rp1 M dan dimulai per 01 Oktober 2009. Selama tahun 2009 telah dikeluarkan
biaya Rp700 Juta dan bangunan dinyatakan selesai dibangun pada 31 Maret 2010 dengan
biaya tambahan Rp300 juta. Bagaimanakah penyusutan tahun 2009?
■ Bagaimana cara menentukan masa manfaat atas harta tidak berwujud yang masa manfaatnya
tidak tercantum dalam daftar kelompok masa manfaat yang ada?
■ PT Syahrini mempunyai HGB atas bangunan pabriknya yang mempunyai masa manfaat 15
tahun. HGB diperoleh 29 April 2010 senilai Rp15.000.000. Dengan metode Garis Lurus (SLM)
berapa amortisasi tahun 2010?
■ PT ABA membeli mesin pada Oktober 2010 dan PT ABA mulai berproduksi komersial per Januari
2011. Mesin itu baru digunakan Maret 2011. Penyusutan secara fiskal mulai dilakukan pada
bulan?
■ PT Gagah membeli computer dengan software terinstal di dalamnya pada April 2011 dengan
harga perolehan Rp40 juta dan software Rp20 juta. Berapa biaya penyusutan tahun 2011?
1 PENILAIAN HARTA
Tujuan: menghitung nilai/harga perolehan/harga pelepasan yang bagi penjual/pengalih
berguna untuk menentukan untung/rugi pelepasan harta sedangkan bagi pembeli
untuk menentukan nilai sebagai dasar penyusutan.

Harga perolehan atas transaksi non related parties: jumlah yang sesungguhnya
dikeluarkan atau diterima. Jika atas transaksi related parties: jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima.

Penilaian harga atas transaksi berupa tukar menukar/setoran modal/likuidasi/merger


adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.

Harga pokok berupa persediaan dan pemakaian atas persediaan dinilai berdasarkan
harga perolehan secara rerata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang
diperoleh pertama (FIFO).
2 PENILAIAN HARTA
Contoh-1:

Keterangan PT A (Harta X) PT B (Harta Y)


Nilai Sisa Buku Rp10.000.000 Rp12.000.000
Harga Pasar Rp20.000.000 Rp20.000.000
Antara PT A dan PT B terjadi pertukaran harta sehingga tidak terdapat realisasi pembayaran antara kedua pihak.
Namun masing-masing nilai harga pasar atas kedua asset yang dipertukarkan masing-masing adalah Rp20.000.000.
Maka nilai tersebut menjadi nilai perolehan bagi masing-masing entitas. Di saat yang sama PT A memiliki keuntungan
atas pengalihan harta X sebesar Rp10.000.000 dan PT Y memiliki keuntungan atas pengalihan harta Y sebesar
Rp8.000.000. Keduanya merupakan penghasilan yang dapat dikenai PPh karena masuk dalam definisi penghasilan
yang diatur dalam Pasal 4 UU PPh.
Contoh-2:
Wajib Pajak X menyerahkan 20 unit mesin bubut yang nilai bukunya Rp25.000.000 kepada PT Y sebagai pengganti
penyertaan sahamnya dengan nilai nominal Rp20.000.000. Diketahui bahwa harga pasar mesin bubut tersebut
adalah Rp40.000.000.

PT Y akan mencatat mesin bubut tersebut sebesar nilai perolehan Rp40.000.000 dan nilai tersebut bukan
penghasilan karena diterima PT Y sebagai ganti penyertaan saham. Bagi Wajib Pajak X, selisih Nilai Buku dengan
Harga Pasar sebesar Rp15.000.000 adalah penghasilan dan selisih Nilai Nominal dengan Harga Pasar
Rp20.000.000 dicatat sebagai Agio.
Latihan Soal….
■ Pada 15 Juni 2016 dibeli saham PT ABC Tbk di BEI seharga Rp500.000.000. Pada 31
Desember 2016 harga pasar di BEI atas saham tersebut Rp490.000.000,-. Berapa nilai saham
tersebut per Desember 2016 dan bagaimana perlakuan fiskalnya?
■ Farhana membeli mobil sedan perusahaan dengan BV Rp50.000.000 dan MV Rp90.000.000.
Pembelian dilakukan pada 19 Maret 2011. Jelaskan perlakuan pajak atas selisih nilai
Rp40.000.000 yang terbentuk?
■ PT Harare menukarkan 1 unit bus yang dimilikinya dengan 3 unit minibus dari CV Mobilku99,
sebuah perusahaan jual beli mobil bekas. Harga perolehan bus adalah Rp1 M dan telah
disusutkan secara fiskal Rp620 jt. Harga pasar 1 unit minibus adalah Rp130 jt dan CV
Mobilku99 membeli minibus tersebut dengan harga Rp100 jt/unit. Analisislah aspek pengakuan
untung atau rugi dari transaksi tersebut!
■ PT Y menjual perabotan kepada Yay Z (nirlaba) seharga Rp45 jt. Perabot tersebut memiliki FBV
Rp30 jt. MV perabot tersebut Rp50 jt. Analisis nilai perabot tersebut dan hitung untung/rugi
akibat transaksi tersebut!
1 BENTUK USAHA TETAP/ BUT/PE
“Di dalam UU PPh, definisi Wajib Pajak Badan berupa BUT dipisahkan dari Wajib Pajak Badan namun
untuk teknis perpajakan diperlakukan sama dengan Wajib Pajak Badan. Yang dimaksud dengan BUT
adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh:
■ Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia < 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, atau
■ Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, melalui BUT di Indonesia
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Rincian bentuk/wujud BUT sesuai Pasal 2 Ayat 5 UU PPh antara lain: tempat kedudukan manajemen,
cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, gudang, ruang promosi, kegiatan
pertambangan/penggalian sumber daya alam,……..”
“Yang menjadi objek pajak dari BUT adalah sebagai berikut (Pasal 5 UU PPh):
■ Penghasilan dari usaha atau kegiatan dan dari harta yang dimiliki atau dikuasi BUT tersebut
■ Penghasilan dari Kantor Pusat dari usaha/kegiatan di Indonesia yang sejenis dengan yang dilakukan
oleh BUT di Indonesia
■ Penghasilan cfm Pasal 26 UU PPh yang diterima/diperoleh Kantor Pusat sepanjang terdapat
hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.”
2 BENTUK USAHA TETAP/ BUT/PE
Berikut ikhtisar perbedaan BUT dengan Wajib Pajak Badan (PMA) secara umum:
No Keterangan BUT WPDN-Badan (PMA)
1 Status Hukum Perusahaan Tidak ada Badan Hukum PT
2 Penyertaan Modal Tidak ada Setoran pemegang saham
3 Objek Pajak Pasal 5 ayat 1 UU PPh Pasal 4 ayat 1 UU PPh
4 Pengurang Penghasilan Bruto Pasal 5 ayat 2 UU PPh (DE) Pasal 6 Ayat 1 UU PPh (DE)
Pasal 6 Ayat 1 UU PPh (DE) Pasal 5 Ayat 3 UU PPh (NDE)
Pasal 9 Ayat 1 UU PPh (NDE) Pasal 9 Ayat 1 UU PPh (NDE)
5 Sisa Kerugian Tahun sebelumnya Dapat Diperhitungkan Dapat Diperhitungkan
(Ps 6 Ayat 2 UU PPh) (Ps 6 Ayat 2 UU PPh)
6 Penghasilan Kena Pajak Pasal 16 Ayat 3 UU PPh Pasal 16 Ayat 1 UU PPh
7 Tarif Pajak Pasal 17 Ayat 1 b UU PPh Pasal 17 Ayat 1 UU PPh
8 Penghasilan Kena Pajak dikurangi PPh Branch Profit Objek PPh EAT dan dibagikan dalam bentuk dividen
Terutang Pasal 26 Ayat 4 (Objek PPh Pasal 23) atau RE.
9 Kewajiban Melakukan Pembukuan Wajib Wajib
3 BENTUK USAHA TETAP/ BUT/PE
Secara umum, BUT dapat dikategorikan menjadi sebagai berikut:
1. BUT Jenis Aktiva
BUT jenis ini muncul jika SPLN mempunyai aktiva tertentu di Indonesia misalnya: cabang, kantor, tempat kedudukan
manajemen, pabrik, bengkel, gudang, area pertanian dan atau perkebunan, area tembang minyak atau gas bumi.
2. BUT Jenis Aktivitas
Jika SPLN melakukan aktivitas tertentu di Indonesia seperti proyek bangunan, konstruksi, instalasi, pemberian jasa-
jasa (>60 hari dalam 12 bulan) maka dapat dimungkinkan dibentuknya BUT jenis aktivitas.
3. BUT Jenis Agen
Agen/pribadi yang berkedudukan bebas dan bertindak di Indonesia atas nama perusahaan disebut sebagai BUT dari
perusahaan yang berkedudukan di negara asal (tidak bebas).
4. BUT Jenis Perusahaan Asuransi
BUT jenis ini timbul karena perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak pula bertempat kedudukan di
Indonesia memungut premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia melalui agen atau pegawainya, maka agen
atau pegawai tersebut dianggap BUT di Indonesia.
5. BUT Jenis e-Commece
BUT jenis ini dibentuk untuk mengantisipasi perkembangan transaksi melalui elektronik yang maju pesat. Sejak itu,
computer, agen elektronik,atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara
transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet dianggap menimbulkan BUT.
4 BENTUK USAHA TETAP/ BUT/PE
Bebas Ditanamkan kembali di Indonesia dalam bentuk penyertaan
modal ke perusahaan yang baru didirikan/berkedudukan di
PPh bagi Indonesia (sebagai pendiri/peserta pendiri) atau pemegang
BUT atas saham bagi perusahaan yang sudah berdiri atau pembelian
Branch aktiva tetap/aktiva tidak berwujud bagi BUT tersebut.
Profit Tax Penanaman tersebut paling lama pada akhir Tahun Pajak
(BPT) berikutnya setelah Tahun Pajak diperolehnya BPT

Syarat?
PMK-14/PMK.03/2011
Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai bentuk
penanaman modal, realisasi penanaman kembali yang sudah
dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat.
Contoh Soal
Suatu BUT memiliki Penghasilan Kena Pajak pada tahun 2016 Rp17.500.000.000,00. Hitunglah
PPh terutang!
Jawab:
PPh = 25% x Rp17.500.000.000,00 =Rp4.375.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak setelah PPh (EAT) adalah Rp13.125.000.000,00. Nilai EAT tersebut
merupakan dasar pengenaan PPh Pasal 26 untuk menghitung BPT (Branch Profit Tax)
BPT/PPh Pasal 26= 20% x Rp13.125.000.000,00 = Rp2.625.000.000,00.
Nilai BPT Rp2.625.000.000,00 dapat tidak dikenakan jika nilai EAT Rp13.125.000.000,00
ditanamkan kembali di Indonesia sesuai kriteria dan persyaratan yang diatur dalam PMK-
14/PMK.03/2011.
Latihan Soal….
Suatu BUT di Indonesia pada tahun 2013 memiliki peredaran usaha Rp80.000.000.000,- dan selama
tahun tersebur total biaya yang dikeluarkan untuk menagih, memelihara, dan mendapatkan penghasilan
adalah Rp55.000.000.000. Selain itu BUT tersebut juga memiliki Penghasilan Bunga Rp1.000.000.000.
Dalam periode yang sama terdapat penjualan langsung barang sejenis yang diproduksi BUT di Indonesia
oleh Kantor Pusat dengan nilai bersih Rp10.000.000.000,- dan diketahui pula bahwa Kantor Pusat
tersebut menerima dividen sebesar Rp400.000.000,- serta selama tahun 2013, biaya administrasi
kantor pusat yang berkaitan dengan kegiatan usaha BUT adalah Rp1.400.000.000,-

Hitunglah:
Net of Attribution Income
Net of Force of Attraction Income
Net of Effectively Connected Income
Total Income
Taxable Income
Earning After Tax
Branch Profit Tax
1 PERHITUNGAN PPh BADAN
No Jenis Wajib Pajak Badan Keterangan Dasar Hukum Tarif Nilai Tarif

1 Perusahaan Go Public/Tbk Tarif PPh Pasal 17 Ayat 2b UU PPh 20% dari Penghasilan Kena Pajak
(40% saham dijual dibursa dan memenuhi
syarat lainnya)
2 Badan dengan omset tahun sebelumnya Tarif PPh Final PP Nomor 46 Tahun 1% dari Omset setiap bulan
kurang dari atau sama dengan 2013
Rp4.800.000.000 dan memenuhi syarat PP
46 Tahun 2013
3 Badan dengan omset tahun berjalan kurang Tarif PPh Pasal 31E UU PPh 12,5% dari Penghasilan Kena Pajak
dari atau sama dengan Rp50.000.000.000
dan Omset Tahun Sebelumnya kurang dari
atau sama dengan Rp4.800.000.000
4 Badan dengan omset tahun berjalan kurang Tarif PPh Pasal 31E UU PPh 12,5% dari Bagian Penghasilan Kena
dari atau sama dengan Rp50.000.000.000 Pajak yang mendapat Fasilitas + 25%
dan Omset Tahun Sebelumnya lebih dari dari Bagian Penghasilan Kena Pajak
Rp4.800.000.000 tanpa Fasilitas
5 Badan dengan omset tahun berjalan lebih dari Tarif PPh Pasal 17 Ayat 1 UU PPh 25% dari Penghasilan Kena Pajak
Rp50.000.000.000
6 Badan dengan kategori usaha final Tarif PPh Final PP No.. Tahun… 2%/4%/6% dari omset sesuai
(Konstruksi: Perencanaan, Pengawasan, dan kualifikasi
Pelaksana)
2 PERHITUNGAN PPh BADAN
PPh Badan dihitung dari Penghasilan Kena Pajak atau Penghasilan Netto yang ditentukan setelah
melalui proses pembukuan (kecuali badan dengan kategori PPh Final PP 46/2013 atau Wajib Pajak
Konstruksi). Namun terdapat jenis Wajib Pajak Badan tertentu yang dalam menentukan
Penghasilan Kena Pajak atau Penghasilan Netto menggunakan norma penghitungan khusus, yaitu
sebagai berikut:
Jenis Usaha Norma Dasar Pengenaan Aturan
Tarif
Perusahaan Pelayaran 4% Semua imbalan atau nilai penggantian yang dinilai dengan uang atau nilai uang KMK-
Dalam Negeri yang diterima/diperoleh dari pengangkutan orang dan atau barang 416/KMK.04/1996
Perusahaan 6% Semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang KMK-
Penerbangan Dalam diterima/diperoleh berdasarkan perjanjian charter dari pengakutan orang dan 475/KMK.04/1996
Negeri atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan
atau dari pelabuhan Indonesia ke pelabuhan di luar negeri
Perusahaan Pelayaran 6% Semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh dari KMK-
atau Penerbangan Luar pengangkutan orang dan atau barang yang dimuat dari atau menuju satu atau 417/KMK.04/1996
Negeri lebih pelabuhan di Indonesia ke luar negeri atau sebaliknya
Kantor Perwakilan 1% Semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak KMK-
Dagang Asing Luar Negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari 634/KMK.04/1994
penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada atau
bertempat kedudukan di Indonesia
Contoh Soal
PT Cipta untuk tahun pajak 2016 memiliki data perpajakan sebagai berikut:
Keterangan Nominal (Rp)
Penghasilan Neto Komersil 15.665.650.000
Penyesuaian Fiskal Negatif 50.937.000
Penyesuaian Fiskal Positif 1.946.108.000
Penghasilan yang Dikenakan PPh Final 1.620.000.000
Kredit PPh Pasal 22/23 942.000.000

Hitunglah Penghasilan Neto Fiskal dan PPh Terutang PT Cipta Tahun 2016!

Keterangan Nominal (Rp) Diasumsikan omset melampaui Rp50 M


Penghasilan Neto Komersil 15.665.650.000 Maka tariff yang digunakan adalah Pasal 17 Ayat 1
UU PPh, yaitu:
Penyesuaian Fiskal Negatif (-) (50.937.000) = 25% X Rp15.940.821.000
Penyesuaian Fiskal Positif (+) 1.946.108.000 = Rp3.985.205.250
Dikurangi Kredit PPh Pasal 22/23 Rp942.000.000
Penghasilan yang Dikenakan PPh Final (-) (1.620.000.000) =Rp3.985.205.250 – Rp942.000.000
Penghasilan Neto Fiskal 15.940.821.000 =Rp3.043.205.250
Latihan Soal….
■ PT Nusantara memperoleh pinjaman sebesar Rp10 M dengan bunga yang dibayarkan setiap
tahun Rp1,2 M. Pinjaman tersebut digunakan untuk membeli 50% saham PT Cahaya dengan
harga perolehan Rp8 M dan digunakan untuk menambah perluasan gedung kantor sebesar Rp
2 M. Biaya bunga yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto dari pinjaman
ini adalah…… (silahkan baca Pasal 4 Ayat 3 Huruf f UU PPh dan Pasal 6 Ayat 1 UU PPh)
■ PT Narita pada tahun 2012 mengalami ruggi fiskal Rp1,8 M dan data lima tahun berjalan
berikut laba rugi fiskal PT Narita adalah sebagai berikut:
Tahun 2013 Laba Fiskal Rp300 juta
Tahun 2014 Rugi Fiskal Rp400 juta
Tahun 2015 Laba Fiskal Rp150 juta
Tahun 2016 Laba Fiskal Rp200 juta
Tahun 2017 Laba Fiskal Rp600 juta
Hitunglah Penghasian Kena Pajak tahun 2017! (Baca Pasal 6 Ayat 2 UU PPh)
Latihan Soal….
■ PT Adi bergerak di bidang usaha mebel. Tahun 2011 PT Adi memperoleh penghasilan neto
komersial Rp355.520.000, termasuk di dalamnya adalah penghasilan lain berupa keuntungan
karena penjualan ruko sebesar Rp35.000.000 dan pendapatan bunga tabungan Rp120.000.
Hitunglah penghasilan neto fiskal PT Adi tahun 2011 dengan catatan tidak ada koreksi atas
biaya.
■ Erik & Andi Consulting adalah persekutuan yang memberikan jasa konsultan hukum. Tahun
2011 penghasilan bruto persekutuan itu adalah Rp750.000.000. Biaya-biaya yang timbul
selama tahun 2011 adalah Rp450.000.000 termasuk didalamnya pembayaran gaji kepada
kedua partner sebesar Rp250.000.000. Persekutuan membagi laba kepada para sekutu
sebesar Rp200.000.000. Berapa Penghasilan Kena Pajak persekutuan tersebut tahun 2011?
■ PT Maju Bersama per 31 Desember 2012 memiliki omset Rp43 M dengan Laba Neto Fiskal
Rp7,823 M dan Kredit Pajak dan PPh Pasal 25 Rp1.663.743.942. Hitunglah nilai PPh Terutang!
(Perhatikan ketentuan Pasal 31 E UU PPh)
BAGIAN II
“Peraturan perpajakan kita memang belum sesederhana yang diharapkan. Di sana-sini tumpang tindih
dan bertabrakan di banyak sisi. Biarkan saja, semua butuh waktu dan tugas kita Cuma mempelajarinya


dengan sebaik-baiknya dan sedalam-dalamnya agar tahu sisi baik dan buruk aturan yang kita miliki
1 PPh BADAN NON KOMERSIAL

Anda mungkin juga menyukai