Tugas Makalah Epidemilogi
Tugas Makalah Epidemilogi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemiologi secara komprehensif merupakan ilmu yang mempelajari distribusi dan
determinan-determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia.
Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya adalah ilmu empirik
kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik tentang
frekuensi penyakit dan sejumlah faktor-faktor yang dipelajari berhubungan dengan penyakit.
Kebutuhan akan analisis kuantitatif, mulai dari perhitungan yang paling sederhana hingga
analisis yang paling canggih, menyebabkan epidemiologi berhubungan erat dengan sebuah
ilmu yang disebut biostatistik (Murti, 2013).
Salah satu unsur pokok penting dalam epidemiologi adalah pengukuran kejadian
penyakit. Terdapat beberapa ukuran yang dipakai dalam mengukur kejadian penyakit dan
ukuran yang dipakai tergantung tujuan dari pengukuran. Pengukuran kejadian penyakit dapat
dilakukan dari hasil penemuan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Secara umum,
tujuan pengukuran kejadian penyakit digunakan untuk menilai keadaan kesehatan,
mengetahui potensi-potensi untuk menanggulangi masalah kesehatan, dan mendeteksi
kelompok mana yang berisiko terkena penyakit. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengukuran kejadian penyakit antara lain: ketepatan pengukuran, sensitivitas, spesivitas, dan
isu etika (Hasmi, 2011).
B. Tujuan:
1. Mengetahui ukuran dasar epidemiologi
2. Mengetahui ukuran frekuensi epidemiologi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Proporsi
Proporsi merupakan perbandingan yang mengukur kemungkinan terjadinya peristiwa
tertentu, dimana membandingkan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena peristiwa yang dimaksud dalam waktu yang sama yang dinyatakan dalam
persen atau permil (Hasmi, 2011).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Proporsi (P) adalah jumlah orang (dengan sifat
kualitatif tertentu) dibandingkan dengan sejumlah populasi seluruhnya.
P=
Keterangan:
a. X merupakan bagian dari Y, di mana Y= 100%
b. merupakan bagian dari 100%
c. sering dinyatakan dalam persentase (%)
Contoh: pada suatu kejadian luar biasa keracunan makanan terdapat 32 orang penderita dan
12 diantaranya adalah anak-anak maka proporsi anak terhadap orang dewasa adalah = 0,375
3. Rasio
Rasio merupakan tipe ukuran lainnya yang secara spesifik harus mencakup konsep waktu
di dalam ukuran. Rasio menggambarkan jumlah kasus yang terjadi dibagi dengan populasi
berisiko (Magnus, 2007).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Rasio (R) adalah jumlah orang (dengan sifat
kualitatif tertentu) dibandingkan dengan sejumlah orang lain (dengan sifat kualitatif lain
pula).
R=x/y
Keterangan:
a. X tidak mempunyai keterkaitan dengan Y
b. harus merupakan bilangan yang lebih kecil atau sama dengan satu
c. tidak dinyatakan dalam prosentasi, melainkan sebagai suatu pecahan di mana y harus lebih
besar daripada x (suatu angka pecahan) atau sama.
Contoh: pada suatu kejadian luar biasa keracunan makanan terdapat 32 orang penderita dan
12 diantaranya adalah anak-anak maka rasio anak terhadap orang dewasa adalah = 0,6
3
PENGUNAAN
1. Ratio X
Rumus umum : ------
Y
- X dan Y saling berbeda (pembilang tdk
merupakan bagian dari penyebut).
- Contoh sex ratio.
4
No. Kasus Baru dari suatu penyakit
di suatu populasi pada periode waktu ttt1
1. Incidence :------------------------------------------------------ x 1000
No. Individu Beresiko kena penyakit
di suatu populasi pada periode waktu ttt
Baik pembilang maupun penyebut dalam perhitungan ini adalah individu yang tidak sakit
pada permulaan periode pengamatan, sehingga mempunyai risiko untuk terserang. Ciri dari
cumulative incidence ini adalah:
1) Berbentuk proporsi
2) Tidak memiliki satuan
3) Besarnya berkisar antara 0 dan 1
4) Lamanya periode pengamatan harus selalu diikutsertakan
Menurut Murti (2013) kegunaan insidensi kumulatif adalah:
1) Sebagai ukuran alternative laju insidensi (ID) dalam mempelajari etiologi penyakit,
2) Mengetahui risiko populasi untuk mengalami prognosis (akibat lanjut penyakit),
3) Mengetahui kelompok-kelompok dalam populasi yang memerlukan intervensi kesehatan.
b. Densitas insidens (Incidence Density)
Incidence density adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan
dalam persen atau permil (Saepudin, 2011).
5
Menurut Lapau (2009) yang diukur incidence density adalah jumlah individu yang
bergerak dari bebas penyakit menjadi status penyakit selama periode waktu tertentu, sebagai
hasil dari 3 faktor:
1) Besar populasi
2) Lama periode waktu (waktu mempengaruhi kejadian penyakit)
3) Kekuatan yang menyebabkan penyakit
Menurut Rajab (2009) Incidence Density (ID) adalah potensi perubahan status penyakit
per satuan waktu relative terhadap besarnya populasi individu yang sehat pada waktu itu.
Jumlah orang-waktu merupakan jumlah dari waktu saat individu masih belum terserang
penyakit.
2. Prevalens
Noor (2008) menyatakan bahwa Prevalens merupakan angka kejadian penyakit pada
populasi tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Perbedaannya adalah pada pembilangnya
yang meliputi jumah semua orang yang baru sakit dan juga orang telah sakit sebelum masa
jeda tersebut dan masih sakit (kasus lama). Perbedaan yang lain pada penyebutnya meliputi
seluruh populasi tempat kejadian/ penyakit tetapi tidak hanya terbatas pada mereka yang
terancam.
Budiarto dan Anggraeni (2003) menyatakan bahwa terdapat dua ukuran dalam prevalens,
yaitu point of prevence (prevalens sesaat) dan periode prevalence (prevalens periode).
Magnus (2007) menyatakan Denominator pada kedua prevalens tersebut adalah jumlah orang
di dalam populasi selama periode waktu yang sama.
No. Kasus yg ada di suatu populasi
pada waktu ttt
Prevalence : ------------------------------------------x 1.000
No. Individu (total) di suatu populasi
pada waktu ttt
a. Point of prevalence
Point of prevalence adalah jumlah penderita lama dan baru pada suatu saat dibagi dengan
jumlah penduduk pada saat itu dalam persen atau permil (Saepudin, 2011).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Pada point of prevalence, denominatornya adalah
jumlah penduduk total yang diperiksa/diteliti saat itu, dengan rumus sebagai berikut:
b. Periode of prevalence
6
Prevalensi periode merupakan perpaduan prevalensi titik dan insidensi. Prevalensi
periode adalah probabilitas individu dari populasi untuk terkena penyakit pada saat
dimulainya pengamatan, atau selama jangka waktu pengamatan (Murti, 2013).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Pada period prevalence, denominatornya adalah
seluruh penduduk selama kurun waktu tertentu, dengan rumus sebagai berikut:
Menurut Budiarto dan Anggraeni (2003) ukuran prevalensi suatu penyakit dapat
digunakan untuk:
1) Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
2) Penyusun perencanaan pelayanan kesehatan, misalnya penyediaan sarana obat-obatan,
tenaga, dan ruangan
3) Menyatakan banyaknya kasus yang dapat didiagnosis
Salah satu karakteristik prevalens dan insidens adalah hubungan mereka dapat
dikuantifikasi dan intuitif (Magnus, 2007). Menurut Budiarto dan Anggraeni (2003) angka
prevalensi dipengaruhi tingginya insidensi dan lamanya sakit. Lamanya sakit adalah periode
mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu sembuh, mati,
kronis. Hubungan antara prevalensi, insidensi, dan lamanya sakit dapat dinyatakan dengan
rumus:
P=IxD
Keterangan:
P = prevalensi
I = insidensi
D = lamanya sakit
7
Tabel 2 Perbedaan Insidens dan Prevalens
Insidens Prevalens
Hanya menghitung kasus baru Menghitung kasus yang ada (baru dan lama)
Tingkat tidak tergantung durasi rata-rata Tergantung pada rata-rata lama (durasi) sakit
penyakit
Dapat diukur sebagai rate atau proporsi Selalu diukur sebagai proporsi
3. Attack Rate
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Attack rate analog dengan Point of Prevalens Rate.
Bila point of prevalens rate digunakan pada penyakit-penyakit yang berlangsung tidak akut
(lama), maka Attack rate justru digunakan pada kejadian akut, yaitu pada letupan atau
kejadian luar biasa (KLB).
4. Mortalitas
Bustan (2006) menyatakan bahwa angka kematian adalah suatu ukuran frekuensi
terjadinya kematian dalam suatu populasi tertentu selama suatu waktu tertentu. Angka
mortalitas sering digunakan sebagai salah satu indikator dari tingkat keparahan dan kesakitan
(Smink, 2012). Status derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin dari angka kematian,
kesakitan, dan status gizi. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih cukup tinggi (Tazkiah dkk, 2013).
Menurut Noor (2008) Beberapa angka kematian yang sering digunakan adalah:
Tabel 2 Angka Kematian
Angka kematian Pembilang Penyebut
Angka kematian Jumlah seluruh kematian Jumlah penduduk
umum (CDR) dalam setahun pertengahan tahun
8
Angka kematian Jumlah kematian bayi Jumlah kelahiran hidup
bayi (umur<1 tahun) dalam 1 pada tahun yang sama
(AKB/IMR) tahun
9
Angka Harapan Hidup (Life Expectancy) adalah perkiraan rata-rata tambahan umur
seseorang yang diharapkan dapat terus hidup. Biasanya AHH dibuat terpisah
berdasarkan jenis kelamin, suku/etnik, umur sekarang.
Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh
bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.
2. Angka Kematian menurut Umur (Age Specific Death Rate - ASDR) adalah jumlah
kematian yang terjadi pada kelompok umur tertentu per 1000 penduduk kelompok
umur tsb, pada tahun tertentu.
Jumlah kematian penyakit x
ASDR= ----------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
3. Angka Kematian Bayi (IMR): adalah jumlah kematian yang terjadi antara saat setelah
bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (0 – 11 bulan) per 1000
kelahiran hidup dalam tahun tertentu.
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
dimana angka kematian itu dihitung.
Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda
antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain
Juml kematian bayi
IMR= ----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup
10
4. Kematian Perinatal: adalah kematian pada periode perinatal, yaitu periode sesaat
sebelum kelahiran, saat kelahiran dan beberapa saat setelah kelahiran.
Kematian Perinatal dihitung dari kematian janin minimal umur 28 minggu
(lahir mati) sampai kematian bayi maksimal 7 hari.
Di Indonesia, penyebab kematian perinatal: gangguan respirasi dan
kardiovaskular, lahir prematur, berat badan lahir rendah.
5. Angka Kematian Baru Lahir (Neo-natal Death Rate) adalah kematian bayi yang
terjadi sebelum bayi berumur 1 bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran pada periode
tertentu. Umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan atau
pada saat kelahiran. Misalnya karena berat badan lahir rendah, infeksi, dll.
6. Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu
tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka
Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.
No total semua kematian 1 tahun
Angka Kematian Anak= ---------------------------------------------------- x 1.000
No. populasi pada pertengahan tahun
7. Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu
tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk
kematian bayi).
No tot. kematian anak < 10th dlm 1 tahun
Angka Kematian = ----------------------------------------------------------x 1.000
No. populasi < 10 th pada pertengahan tahun
11
8. Angka Kematian Maternal (Maternal Mortality Rate -MMR) adalah banyaknya
kematian wanita disebabkan komplikasi kehamilan dan kelahiran anak, per 100.000
kelahiran hidup.
Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program
peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat
kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program
peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim
rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami
siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi
Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
MMR (Maternal Mortality Rate):
Jumlah kematian Ibu
MMR = ------------------------------ x 100.000
Jumlah kelahiran hidup
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ukuran dalam epidemiologi digunakan untuk mempermudah petugas kesehatan dalam
mengolah data-data. Hasil dari pengolahan data-data dapat membantu dalam mengidentifikasi
wabah, menghitung kebutuhan pelayanan kesehatan, masalah keterjangkauan, perubahan
diagnosis, dan mengamati perubahan dalam pengobatan. Beberapa ukuran dalam
epidemiologi yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan masayarakat antara lain
ukuran dasar epidemiologi, ukuran frekuensi epidemiologi, dan ukuran kekuatan hubungan
dimana ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda.
B. Saran
Hasil dari data yang telah diolah menggunakan ukuran dalam epidemiologi seharusnya
digunakan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Petugas kesehatan bersama pemerintah sebaiknya juga
mengevaluasi program kesehatan yang sudah berjalan dan merencanakan progam
berkelanjutan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pengambilan data yang
akurat memerlukan kerjasama dari semua pihak baik masyarakat, petugas kesehatan, maupun
pemerintah.
13