Anda di halaman 1dari 10

COUNTRY RISK ANALYSIS (Eiteman et al, 2001, Ch.

1)
Zainul MuchLas, SE, MM , zainulm@yahoo.com

MICRO-MACRO DECOMPOSITION OF POLITICAL RISK:


1. MACRO RISK terdiri dari a). Expropriation; b) Ethnic Strife dan c). Terrorist.
2. MICRO RISK terdiri dari a) Goal Conflict dan b) Corruption. Untuk melihat tingkat
korupsi dunia lihat diwebsite www.transparency.org

KINDS OF RISK (Jenis risiko) adalah sebagai berikut:


1. FOREIGN EXCHANGE RISK adalah risiko yang timbul akibat naik turunnya nilai
tukar valuta asing, kondisi nilai tukar bisa dilihat di www.oanda.com

2. POLITICAL RISK (Risiko Politik) dapat dibagi dua yaitu

a). MICRO RISK adalah risiko yang timbul dari dalam perusahaan antara lain terdapat Goal
Conflict yaitu perselisihan antar manajer anak perusahaan tentang pencapaian target
perusahaan, dan terdapat tindakan Corruption (Korupsi didalam perusahaan) Tingkat
korupsi dunia bisa dipelajari di website www.transparency.org .
b) MACRO RISK adalah risiko yang timbul diluar perusahaan ada tiga bentuk risiko makro
bagi perusahaan 1) Expropriation (pengambil-alihan perusahaan perusahaan asing pada
Negara tertentu, contohnya Pabrik-pabrik gula yang dibangun pengusaha Belanda di masa
penjajahan, lalu oleh Pemerintah Indonesia di Nasionalisasi/ diambil alih pemerintah); 2)
Ethnic Strife yaitu situasi Negara yang sering terjadi Demo Buruh (pemogokan kerja secara
nasional) adanya kerusuhan; 3) Terrorist, akibat tindakan terrorist banyak perusahaan
mengalami kerugian.

3. SOCIAL RISK yaitu risiko yang timbul dalam bidang social, Kaya vs Miskin, Birokrat vs
Rakyat, Pemilu, Pergantian Presiden, Kampanye Pemilu.

4. CULTURAL RISK yaitu risiko yang disebabkan oleh budaya Host Country biasanya
berkaitan dengan agama, contohnya Jangan mendirikan Pabrik Sosis Sapi di India, jangan
membangun peternakan Babi di Arab Saudi

5. GOVERNMENT RISK yaitu risiko yang disebabkan oleh adanya undang-undang


pemerintah.

HOW TO MANAGE OF RISK


1. AGREEMENT yaitu setiap kegiatan yang melibatkan pihak-pihak antar Negara perlu di
buat perjanjian misalnya MOU (memorandum of understanding)

2. INSURANCE yaitu melibatkan jasa asuransi

3. GUARANTY yaitu harus ada yang menjamin (Personnal Guaranty), misalnya untuk
Indonesia dijamin Bapak Susilo Bambang Yudoyono (Pak SBY), untuk Amerika Serikat
dijamin Barack Obama.
RISIKO NEGARA (COUNTRY RISK) INDONESIA

Latar Belakang Masalah


Setelah pertumbuhan pesat dalam utang internasional negara-negara berkembang di
Tahun 1970an - dan meningkatnya insiden penjadwalan kembali utang pada awal Tahun
1980, risiko negara yang mencerminkan kemampuan dan kemauan suatu negara untuk
layanan keuangannya telah menjadi topik yang menjadi perhatian utama bagi dunia
internasional (Cosset and Roy, 1991).
Seperti juga peristiwa menggemparkan yang terjadi pada tanggal 11 September 2001,
risiko yang terkait dalam hubungan internasional telah meningkat secara substansial, dan
menjadi lebih sulit untuk dianalisis dan diprediksi bagi para pengambil keputusan di bidang
ekonomi, keuangan dan politik. Investor internasional juga menyadari bahwa globalisasi
perdagangan dunia dan keterbukaan pasar modal menimbulkan risiko yang dapat
menyebabkan krisis finansial dengan contagion effect yang cepat, sehingga mengancam
stabilitas sektor finansial internasional (Hoti, 2002).
Oleh karena itu pentingnya risiko negara ditegaskan oleh keberadaan beberapa
instansi besar negara rating risiko, yaitu Economist Intelligence Unit, Euromoney,
Institutional Investor, International Country Risk Guide, Moody's, Political Unit, dan lain-
lain.
Tingginya indeks risiko negara Indonesia mempunyai dampak terhadap lemahnya
perekonomian negara Indonesia yang ditunjukkan oleh turunnya investasi di Indonesia.
Dengan demikian perlu dilakukan upaya menciptakan stabilitas sosial-politik ekonomi
keuangan dan penciptaan rasa aman dalam berinvestasi agar risiko negara relatif tidak
membahayakan kegiatan perekonomian secara keseluruhan sehingga dapat memulihkan
kepercayaan bagi investor baik investor asing maupun domestik. Secara umum, sebuah
negara kreditur menghadapi risiko utang negara yang lebih besar ketika memberikan
pinjaman kepada negara lain, dibandingkan ketika melakukan investasi dalam negeri.
Dalam publikasinya paling baru; IMD-World Competitiveness Year Book, memang
menunjukkan adanya kenaikan ranking daya saing Indonesia; dari ranking 49 menjadi 47,
namun di antara negara ASEAN tetap yang terendah. Posisi baru Indonesia tersebut jauh
lebih rendah dibanding posisi tahun 1997 ketika krisis belum melanda Indonesia. Indonesia
masih termasuk ke dalam negara dengan pertumbuhan slow motion dan volatile. Perkiraan
yang pesimistik ini berkaitan masih tingginya posisi country risk (risiko negara) Indonesia.
Pengertian Risiko Negara
Risiko dapat di definisikan sebagai bahaya yang dapat terjadi akibat sebuah proses
yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang . Risiko adalah ketidakpastian atas
terjadinya suatu peristiwa (Soekarto). Menurut Prof Dr.Ir. Soemarno,M.S. Suatu kondisi
yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang
mungkin terjadi disebut risiko.

Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan
satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. Risk is
uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).Uncertainty dapat bersifat subjective dan
objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang
didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan.

Risiko negara adalah risiko yang timbul karena perubahan ekonomi atau politik suatu
negara yang berdampak pada negara lain yang akan berhubungan dengan negara tersebut;
misalnya, kekurangan cadangan devisa suatu negara akan menyebabkan keterlambatan
pembayaran pinjaman kepada bank kreditur di negara lain (Bank Indonesia).
Risiko negara (Country risk) merupakan potensi risiko sistematis yang dimiliki suatu
negara di mana investasi dilakukan.

Penilaian Risiko Negara

Fungsi utama dari penilaian risiko negara adalah untuk mengantisipasi kemungkinan
penolakan utang, default atau penundaan dalam pembayaran oleh sovereign borrowers
(Burton and Inoue, 1985). Penilaian risiko negara mengevaluasi ekonomi, keuangan, dan
politik faktor, dan interaksi mereka dalam menentukan risiko terkait dengan negara tertentu.
Persepsi faktor-faktor penentu risiko negara penting karena mereka mempengaruhi pasokan
dan biaya arus modal internasional (Brewer and Rivoli, 1990).
Sejak krisis utang dunia ketiga pada awal tahun 1980, lembaga komersial seperti
Moody's, Standard and Poor's, Euromoney, Institutional Investor, Economist Moody,
Standard dan Poor, Euromoney, Institutional Investor, Ekonomic Intelligence Unit,
International Country Risk Guide, and Political Risk Services, menyusun indeks atau
peringkat sebagai ukuran risiko negara. Dalam hal ini, ICRG telah melakukan pemeringkatan
risiko ekonomi, risiko finansial dan risiko politik dan composite risk untuk 90 negara dengan
basis bulanan. Sejak Maret 2002, telah tersedia peringkat negara sebanyak 140 negara.
Sistem pemeringkatan ICRG terdiri dari 22 variabel yang mewakili komponen utama country
risk, yaitu risiko ekonomi, risiko finansial dan risiko politik.
Dalam menetapkan tingkat risiko negara, ICRG memperhitungkan tiga jenis risiko:
risiko keuangan (financial risk) dengan bobot 25 persen, risiko ekonomi (economic risk) (25
persen) dan risiko politik (political risk) (50 persen). Pembobotan itu menggambarkan bahwa
komponen risiko politik mendominasi dibandingkan dengan risiko finansial dan ekonomi.
Karena itu, apabila destabilitas politik meningkat, maka country risk pun akan meningkat
secara signifikan.
Faktor ini; khususnya unsur political risk, jelas tidak bisa diabaikan. Risiko politik ini
telah menjadi variabel fundamental non- ekonomi yang berpengaruh terhadap ekonomi
Indonesia (Insukindro:Asian Crisis: a Global Perspective, 1998).
Mengikuti konsep penilaian yang digunakan oleh International Country Risk Guide
(ICRG), dalam menelaah pengaruh risiko politik tersebut, ada indikator-indikator penting
yang menjadi kunci tergoncangnya stabilitas politik. Beberapa indikator tersebut menjadi
stabilitas pemerintahan, konflik internal, profil investasi termasuk pada kelompok indikator
yang mempunyai bobot paling tinggi. Kemudian, korupsi, konflik agama, hukum dan
peraturan, serta peran militer, termasuk pada kelompok kedua.
Risiko politik secara umum dilihat sebagai risiko non-bisnis yang diperkenalkan oleh
kekuatan politik. Bank dan perusahaan multinasional lainnya telah mengidentifikasi risiko
politik sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi profitabilitas usaha internasional
mereka (Shanmugam, 1990).
Risiko politik muncul dari peristiwa seperti perang, konflik internal dan eksternal,
sengketa teritorial, revolusi yang menyebabkan perubahan pemerintahan, serangan teroris di
seluruh dunia, faktor sosial termasuk kerusuhan sipil karena perbedaan ideologis, distribusi
pendapatan yang tidak merata dan bentrokan agama.
Shanmugam (1990) memperkenalkan alasan eksternal sebagai aspek politik lebih
lanjut dari risiko negara. Misalnya, jika negara calon peminjam utang terletak di samping
sebuah negara yang sedang berperang, tingkat risiko negara calon peminjam akan lebih tinggi
daripada jika tetangganya yang damai. Meskipun negara peminjam tersebut mungkin tidak
secara langsung terlibat dalam konflik, tetapi dimungkinkan ada sebuah efek yang akan
mempengaruhinya.
Dalam istilah praktis, risiko politik berkaitan terhadap kemungkinan bahwa
pemerintah dapat mengenakan valuta asing dan modal kontrol, pajak tambahan, dan
pembekuan aset atau pengambil alihan.
Keterlambatan dalam transfer dana dapat memiliki konsekuensi serius bagi hasil
investasi, impor pembayaran dan penerimaan ekspor, yang semuanya dapat menyebabkan
penghapusan investasi. (Juttner, 1995)
Secara empiris banyak studi menunjukkan stabilitas politik merupakan faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sebagaimana ditunjukkan oleh
Alesina dan Peroti (The Political Economy of Growth: A Critical Survey of Recent Literature,
The World Bank Economic Review 1994 No 3). Ketidakstabilan politik berkorelasi positif
dengan tingkat inflasi dan berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Risiko
politik dihitung berdasarkan 12 variabel, yaitu stabilitas pemerintahan, kondisi sosial-
ekonomi, profil investasi, konflik internal, konflik eksternal, korupsi, politik militer, politik
agama, penegakan hukum, konflik etnis, akuntabilitas demokrasi dan kualitas birokrasi.
Selain itu, Risiko ekonomi dan keuangan juga komponen utama dari risiko negara.
Termasuk faktor-faktor seperti kemerosotan dalam produksi, peningkatan yang cepat dalam
biaya produksi, dana asing tidak produktif diinvestasikan, dan kebijaksanaan pinjaman oleh
bank asing (Nagy, 1988). Perubahan ekonomi dan pengelolaan keuangan negara juga
merupakan faktor penting yang dapat mengganggu aliran bebas modal atau sewenang-
wenang dapat mengubah pilihan untuk investasi. Investor asing langsung juga prihatin
terhadap gangguan untuk produksi, kerusakan pada instalasi, dan ancaman terhadap personil
(Juttner, 1995).
Risiko keuangan memperlihatkan kemampuan suatu negara dalam mengelola
keuangan pemerintah, dan kemampuan dalam membayar kewajiban-kewajiban utang
perdagangan. Risiko finansial dihitung berdasarkan 5 variabel, yaitu persentase utang luar
negeri terhadap PDB, debt service ratio, persentase current account terhadap ekspor, import
cover, dan stabilitas nilai tukar (persentase perubahan nilai tukar).
Sedangkan risiko ekonomi memperlihatkan penilaian terhadap kekuatan dan
kelemahan ekonomi suatu negara. Risiko ekonomi dikalkulasi berdasarkan lima variabel,
yaitu PDB per kapita, pertumbuhan PDB riil per tahun, laju inflasi per tahun, persentase
budget balance terhadap PDB dan persentase current account terhadap PDB.
Elemen Risiko Negara Perusahaan Multinasional

Elemen Risiko Negara


Risiko negara merupakan kemungkinan dampak buruk yang disebabkan dapat digunakan
untuk memonitor negara lokasi usaha MNC saat ini. Jika risiko suatu negara tertentu naik,
MNC dapat mempertimbangkan untuk mendivestasi anak perusahan yang berlokasi di negara
tersebut. MNC juga dapat menggunakan analisis risiko negara sebagai sarana pemilihan
untuk menghindari melakukan usaha di negara dengan risiko tinggi. Analisis risiko negara
tidak terbatas pada prediksi krisis utama. MNC juga dapat menggunakan analisis ini untuk
merevisi keputusan investasi atau keputusan keuangan terkait dengan peristiwa terakhir.
Salah satu peristiwa tersebut dapat mempengaruhi kemungkinan arus kas yang akan
dihasilkan oleh MNC atau biaya pembiayaan proyek dan karenanya mempengaruhi nilai
MNC.
Meskipun MNC mengurangi eksposurnya terhadap peristiwa tersebut pada pecan
tertentu, namun peristiwa lain dapat terjadi pada pecan berikutnya. Untuk setiap peristiwa ini,
MNC harus mempertimbangkan apakah arus kasnya akan terkena dampak dan apakah
terdapat perubahan kebijakan yang harus ditanggapi MNC. Analisis risiko negara merupakan
proses berkelanjutan. Sebagian besar MNC tidak akan terkena dampak seluruh peristiwa
tersebut, tetapi MNC akan memerhatikan peristiwa yang mungkin berdampak pada industri
atau negara dimana MNC berusaha. MNC juga memahami bahwa perusahaan tidak dapat
menghilangkan ekposur atas semua peristiwa tetapi paling tidak dapat berupaya untuk
membatasi eksposur atas peristiwa yang terjadi di negara tertentu.

Elemen Risiko Politik


MNC harus menilai risiko negara tidak hanya negara tempat MNC tersebut berusaha
tetapi juga negara dimana MNC akan mengekspor atau mendirikan anak perusahaan.
Beberapa karakteristik risiko suatu negara dapat secara signifikan mempengaruhi kinerja, dan
MNC tersebut harus mempertimbangkan besarnya pengaruh karakteristik tersebut. Bentuk
risiko negara yang ekstrim memungkinkan bahwa negara setempat akan mengambil alih anak
perusahaan. Pada beberapa kasus pengambilalihan, sejumllah kompensasi diberikan dengan
jumlah yang ditentukan oleh negara setempat. Pada kasus lain, asset disita tanpa diberikan
kompensasi. Berikut merupakan bentuk umum risiko politik:

Sikap Konsumen di Negara Setempat


Bentuk risiko politik yang paling ringan (bagi seorang ekportir) adalah kecendrungan
warga untuk membeli barang produksi local saja. Meskipun ekportir memutuskan untuk
mendirikan anak perusahaan di negara asing, filosofi warga tersebut dapat menghalangi
keberhasilan MNC. Seluruh negara memiliki kecenderungan untuk mendorong konsumen
untuk membeli dari produsen lokal. MNC yang mempertimbangkan untuk memasuki pasar
asing harus memonitori kesetiaan pelanggan terhadap produk lokal. Jika konsumen sangat
setia dengan produk lokal, maka strategi kerja sama dengan perusahaan lokal mungkin lebih
menguntungkan dibandingkan dengan ekspor.

Tindakan pemerintah setempat


Berbagai tindakan pemerintah setempat dapat mempengaruhi arus kas suatu MNC.
Misalnya pemerintah setempat dapat mengenakan standar pengendalian polusi yang
mempengaruhi biaya dan pajak perusahan tambahan dan pajak perusahaan tambahan yang
mempengaruhi laba setelah pajak seperti juga pajak kekayaan dan pembatasan pengiriman
dana yang mempengaruhi arus kas setelah pajak yang dikirim ke induk perusahaan. Beberapa
MNC menggunakan tingkat pergantian pejabat pemerintah atau filosofi negara sebagai
pendekatan atas risiko politik suatu negara. Meskipun hal ini dapat mempengaruhi secara
signifikan arus kas masa depan, namun bukan merupakan cerminan risiko politik yang layak.
Anak perusahaan tidak selalu terpengaruh oleh pergantian pemerintahan. Selain itu, suatu
anak perusahaan dapat dipengaruhi oleh kebijakan baru pemerintah setempat atau perubahan
sikap terhadap negara asal anak perusahaan, meskipun pemerintah setempat tidak berisiko
akan diganti. Pemerintah setempat dapat menggunakan berbagai cara untuk mengarahkan
operasi MNC agar sejalan dengan tujuan. Selain itu pemerintah dapat mengharuskan fasilitas
sosial atau pengendalian lingkungan tertentu. Seluruh tindakan ini mencerminkan risiko
politik, dalam hal tindakan tersebut mencerminkan karakteristik politik suatu negara yang
dapat mempengaruhi kas MNC.

Pembatasan Pengiriman Dana


Anak perusahaan MNC sering kali mengirim dana kembali ke kantor pusat untuk
melunasi pinjaman, pembelian perlengkapan, beban administrasi, laba yang dikirim kembali,
atau tujuan lainnya. Pada beberapa kasusu pemerintah setempat dapat memblokir pengiriman
dana, yang akan memaksa anak perusahaan melakukan proyek yang tidak optimal.
Alternative lain, MNC dapat menginvestasikan dana dalam sekuritas lokal untuk memperoleh
imbal hasil sementara dana yang sedang diblokir. Namun pengembalian tersebut mungkin
lebih kecil dari yang dapat diperoleh jika dana dikirim kembali ke anak perusahaan.

Mata Uang yang Tidak Dapat Ditukar


Beberapa pemerintahan tidak mengizinkan mata uang setempat ditukar menjadi mata
uang lainnya. Karenanya, laba yang dihasilakan oleh anak perusahaan pada negara tersebut
tidak dapat dikirim kembali pada induk perusahaan melalui pertukaran mata uang. Jika mata
uang tidak dapat ditukar, maka induk perusahaan MNC harus menukar uang tersebut dengan
barang untuk memperoleh keuntungan dari proyek yang dilakukan di negara tersebut.
Perang
Beberapa negara memiliki kecenderungan untuk terlibat konflik berkepanjangan
dengan negara tetangganya atau mengalami kekacauan di dalam negeri. Hal ini dapat
mempengaruhi keselamatan dari tenaga kerja di anak perusahaan atau tenaga pemasaran yang
berusaha memenuhi pasar ekspor bagi MNC. Selain itu, negara yang terancam perang
umumnya memiliki siklus bisnis yang berfluktuasi sehingga arus kas MNC yang berasal dari
negara tersebut menjadi lebih tidak pasti. Serangan teroris ke AS pada tanggal 11 september
2001, memberikan dampak buruk karena kemungkinan eksposur dari serangan teroris,
terutama jika anak perusahaan berlokasi di negara yang penduduknya tidak suka dengan AS.
Meskipun MNC tidak terkena dampak perang secara langsung, MNC mungkin perlu
mengeluarkan biaya untuk menjamin keselamatan tenaga kerjanya. Meningkatnya suku
bunga karena banyaknya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaran militer juga
dikhwatirkan oleh MNC. Beberapa prediksi yang lebih pesimis juga memperkirakan
kemungkinan biaya perlengkapan yang lebih tinggi dan kemungkinan dampak tingginya
inflasi atau suku bunga AS terhadap kurs. Dengan mempertimbangkan seluruh ketidakpastian
ini, MNC membatasi ekspansinya hingga dampak perang terhadap harga minyak, defisit
penganggaran antara negara lain sudah lebih jelas.

Birokrasi
Faktor risiko negara lainnya adalah birokrasi pemerintah, yang dapat mempersulit
bisnis MNC. Meskipun terlihat tidak relavan, faktor ini merupakan penentu utama bagi MNC
saat pertimbangkan proyek di eropa timur pada awal tahun 1990-an. Beberapa pemerintah
eropa timur tidak terlalu berpengalaman dalam memfasilitasi masuknya MNC ke pasar
mereka.

Korupsi
Korupsi dapat berdampak negative pada bisnis internasional MNC karena akan
meningkatkan biaya untuk melakukan usaha atau mengurangi pendapatan MNC. Beragai
bentuk korupsi dapat terjadi antar perusahaan atau antar perusahaan dengan pemerintah.
Misalnya, suatu MNC akan kehilangan pendapatan karena kontrak pemerintah diberikan
kepada perusahaan lokal yang menyuap pegawai pemerintah. Namun undang-undang korupsi
dan penerapannya berbeda di tiap negara.

Mengukur Resiko Politik

Bentuk dari resiko politik yaitu pengontrolan perdagangan atau mata uang, perubahan
kebijakan pajak atau ketenagakerjaan, pembatasan atas kebijakan-kebijakan, dan kebutuhan
atas produksi lokal. Bentuk yang terparah yaitu expropriation atau pengambilalihan suatu
properti asing dengan atau tanpa kompensasi oleh suatu negara. Dua pendekatan dasar untuk
memahami resiko negara yaitu dari spesifik suatu negara atau spesifik instansi.

• Stabilitas Politik. Indikator ini berfungsi untuk menentukan berapa lama rezim suatu negara
akan bertahan, dan kejelasan keinginan rezim tersebut untuk mendatangkan investasi asing
dan menjamin kelangsungan investasi tersebut.

• Faktor Ekonomi. Indikator lain yang sering digunakan sebagai faktor politik, diantaranya
tingkat inflasi, keseimbangan deficit dan surplus, dan pertumbuhan perkapita. Digunakan
sebagai indikasi apakah ekonomi suatu negara dalam keadaan baik atau memerlukan
perbaikan, yang akan menjadi pertimbangan untuk investasi asing.

• Faktor Subjektif. Persepsi perilaku suatu negara terhadap perusahaan swasta, apakah akan
menolak keberadaan perusahaan swasta atau mendorong perkembangannya.

• Resiko Politik dan Ketidakpastian Hak atas Kekayaan. Kemungkinan dari pengambil-alihan
badan usaha oleh pemerintah, pembatasan penggunaan kekayaan, perubahan kebijakan pajak.
Hal-hal tersebut mempengaruhi arus kas perusahaan dan berimbas kepada nilai dari
perusahaan.

• Capital Flight. Indikator penting suatu resiko politik yaitu Capital Flight yang tinggi.
Capital Flight berarti export pendapatan penduduk suatu negara karena adanya kecemasan
terhadap keamanan kapital. Hal ini terjadi karena beberapa alasan, antara lain peraturan
pemerintah, kontrol, dan pajak yang menurunkan pendapatan dari invetasi domestik.
Pencegahan untuk capital flight, antara lain dengan kebijakan ekonomi yang tangguh,
sehingga para investor cenderung untuk menanamkan modal daripada menarik modal dari
suatu negara.

Faktor Ekonomi dan Politik yang Mendasari Country Risk Country Risk yaitu faktor
ekonomi dan politik yang berpengaruh terhadap resiko secara global terhadap suatu negara.
Beberapa faktor penting yang menentukan performa ekonomi suatu negara dan tingkat
resikonya antara lain:

• Fiscal Irresponsibility
Bisa diasumsikan dengan tingkat pengeluaran pemerintah yang tinggi. Semakin tinggi tingkat
defisit pemerintah, semakin tinggi kemungkinan pemerintah dalam campur tangan investasi
asing dikarenakan keharusan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

• Ketidakstabilan Moneter

Ketersediaan yang berlebih dan ketidakpastian perubahan terhadap jumlah uang memicu
terjadinya inflasi yang tinggi. Dan hal ini pada umumnya dapat ditemukan pada tingkat
defisit pemerintah yang besar yang dikeluarkan oleh bank central.

• Pengaturan Sistem Nilai Tukar

Pengaturan terhadap sistem nilai tukar akan menyebabkan nilai mata uang lokal jatuh, sama
dengan nilai pajak eksport dan subsidi import. Hal ini memicu devaluasi dan akan berdampak
pada capital flight.

• Pengeluaran Pemerintah yang Sia-sia

• Resource Base

• Country Risk dan Penyesuaian pada External Shocks

Indikator Country Risk dan Kesehatan Ekonomi

Tingkat Country Risk yang tinggi:

• Tingkat defisit pemerintah yang tinggi

• Jumlah uang yang beredar cukup banyak, terlebih dengan adanya nilai tukar yang tetap

• Pembelanjaan Pemerintah tinggi yang memicu rendahnya penerimaan

• Pengaturan harga, pajak pendapatan, pembatasan perdagangan

• Tingkat pajak yang tinggi

• Kepemilikan perusahaan oleh pemerintah

•Ketidakadaan institusi pemerintah yang mendasar

Indikator positif terhadap kesehatan ekonomi:

• Struktur incentive yang sesuai dengan resiko yang dihadapi

• Struktur legal yang mendorong perkembangan pasar

• Regulasi yang minimal

• Ekonomi terbuka
• Kebijakan ekonomi macro yang stabil

Analisa Resiko Negara dalam Internasional Bank

Dari sudut pandang perbankan, country risk – resiko kredit terhadap pinjaman suatu negara-
sangat ditentukan oleh biaya riil untuk membayar pinjaman berlawanan dengan kekayaan riil
yang harus didapatkan oleh negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai