1)
Zainul MuchLas, SE, MM , zainulm@yahoo.com
a). MICRO RISK adalah risiko yang timbul dari dalam perusahaan antara lain terdapat Goal
Conflict yaitu perselisihan antar manajer anak perusahaan tentang pencapaian target
perusahaan, dan terdapat tindakan Corruption (Korupsi didalam perusahaan) Tingkat
korupsi dunia bisa dipelajari di website www.transparency.org .
b) MACRO RISK adalah risiko yang timbul diluar perusahaan ada tiga bentuk risiko makro
bagi perusahaan 1) Expropriation (pengambil-alihan perusahaan perusahaan asing pada
Negara tertentu, contohnya Pabrik-pabrik gula yang dibangun pengusaha Belanda di masa
penjajahan, lalu oleh Pemerintah Indonesia di Nasionalisasi/ diambil alih pemerintah); 2)
Ethnic Strife yaitu situasi Negara yang sering terjadi Demo Buruh (pemogokan kerja secara
nasional) adanya kerusuhan; 3) Terrorist, akibat tindakan terrorist banyak perusahaan
mengalami kerugian.
3. SOCIAL RISK yaitu risiko yang timbul dalam bidang social, Kaya vs Miskin, Birokrat vs
Rakyat, Pemilu, Pergantian Presiden, Kampanye Pemilu.
4. CULTURAL RISK yaitu risiko yang disebabkan oleh budaya Host Country biasanya
berkaitan dengan agama, contohnya Jangan mendirikan Pabrik Sosis Sapi di India, jangan
membangun peternakan Babi di Arab Saudi
3. GUARANTY yaitu harus ada yang menjamin (Personnal Guaranty), misalnya untuk
Indonesia dijamin Bapak Susilo Bambang Yudoyono (Pak SBY), untuk Amerika Serikat
dijamin Barack Obama.
RISIKO NEGARA (COUNTRY RISK) INDONESIA
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan
satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. Risk is
uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).Uncertainty dapat bersifat subjective dan
objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang
didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan.
Risiko negara adalah risiko yang timbul karena perubahan ekonomi atau politik suatu
negara yang berdampak pada negara lain yang akan berhubungan dengan negara tersebut;
misalnya, kekurangan cadangan devisa suatu negara akan menyebabkan keterlambatan
pembayaran pinjaman kepada bank kreditur di negara lain (Bank Indonesia).
Risiko negara (Country risk) merupakan potensi risiko sistematis yang dimiliki suatu
negara di mana investasi dilakukan.
Fungsi utama dari penilaian risiko negara adalah untuk mengantisipasi kemungkinan
penolakan utang, default atau penundaan dalam pembayaran oleh sovereign borrowers
(Burton and Inoue, 1985). Penilaian risiko negara mengevaluasi ekonomi, keuangan, dan
politik faktor, dan interaksi mereka dalam menentukan risiko terkait dengan negara tertentu.
Persepsi faktor-faktor penentu risiko negara penting karena mereka mempengaruhi pasokan
dan biaya arus modal internasional (Brewer and Rivoli, 1990).
Sejak krisis utang dunia ketiga pada awal tahun 1980, lembaga komersial seperti
Moody's, Standard and Poor's, Euromoney, Institutional Investor, Economist Moody,
Standard dan Poor, Euromoney, Institutional Investor, Ekonomic Intelligence Unit,
International Country Risk Guide, and Political Risk Services, menyusun indeks atau
peringkat sebagai ukuran risiko negara. Dalam hal ini, ICRG telah melakukan pemeringkatan
risiko ekonomi, risiko finansial dan risiko politik dan composite risk untuk 90 negara dengan
basis bulanan. Sejak Maret 2002, telah tersedia peringkat negara sebanyak 140 negara.
Sistem pemeringkatan ICRG terdiri dari 22 variabel yang mewakili komponen utama country
risk, yaitu risiko ekonomi, risiko finansial dan risiko politik.
Dalam menetapkan tingkat risiko negara, ICRG memperhitungkan tiga jenis risiko:
risiko keuangan (financial risk) dengan bobot 25 persen, risiko ekonomi (economic risk) (25
persen) dan risiko politik (political risk) (50 persen). Pembobotan itu menggambarkan bahwa
komponen risiko politik mendominasi dibandingkan dengan risiko finansial dan ekonomi.
Karena itu, apabila destabilitas politik meningkat, maka country risk pun akan meningkat
secara signifikan.
Faktor ini; khususnya unsur political risk, jelas tidak bisa diabaikan. Risiko politik ini
telah menjadi variabel fundamental non- ekonomi yang berpengaruh terhadap ekonomi
Indonesia (Insukindro:Asian Crisis: a Global Perspective, 1998).
Mengikuti konsep penilaian yang digunakan oleh International Country Risk Guide
(ICRG), dalam menelaah pengaruh risiko politik tersebut, ada indikator-indikator penting
yang menjadi kunci tergoncangnya stabilitas politik. Beberapa indikator tersebut menjadi
stabilitas pemerintahan, konflik internal, profil investasi termasuk pada kelompok indikator
yang mempunyai bobot paling tinggi. Kemudian, korupsi, konflik agama, hukum dan
peraturan, serta peran militer, termasuk pada kelompok kedua.
Risiko politik secara umum dilihat sebagai risiko non-bisnis yang diperkenalkan oleh
kekuatan politik. Bank dan perusahaan multinasional lainnya telah mengidentifikasi risiko
politik sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi profitabilitas usaha internasional
mereka (Shanmugam, 1990).
Risiko politik muncul dari peristiwa seperti perang, konflik internal dan eksternal,
sengketa teritorial, revolusi yang menyebabkan perubahan pemerintahan, serangan teroris di
seluruh dunia, faktor sosial termasuk kerusuhan sipil karena perbedaan ideologis, distribusi
pendapatan yang tidak merata dan bentrokan agama.
Shanmugam (1990) memperkenalkan alasan eksternal sebagai aspek politik lebih
lanjut dari risiko negara. Misalnya, jika negara calon peminjam utang terletak di samping
sebuah negara yang sedang berperang, tingkat risiko negara calon peminjam akan lebih tinggi
daripada jika tetangganya yang damai. Meskipun negara peminjam tersebut mungkin tidak
secara langsung terlibat dalam konflik, tetapi dimungkinkan ada sebuah efek yang akan
mempengaruhinya.
Dalam istilah praktis, risiko politik berkaitan terhadap kemungkinan bahwa
pemerintah dapat mengenakan valuta asing dan modal kontrol, pajak tambahan, dan
pembekuan aset atau pengambil alihan.
Keterlambatan dalam transfer dana dapat memiliki konsekuensi serius bagi hasil
investasi, impor pembayaran dan penerimaan ekspor, yang semuanya dapat menyebabkan
penghapusan investasi. (Juttner, 1995)
Secara empiris banyak studi menunjukkan stabilitas politik merupakan faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sebagaimana ditunjukkan oleh
Alesina dan Peroti (The Political Economy of Growth: A Critical Survey of Recent Literature,
The World Bank Economic Review 1994 No 3). Ketidakstabilan politik berkorelasi positif
dengan tingkat inflasi dan berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Risiko
politik dihitung berdasarkan 12 variabel, yaitu stabilitas pemerintahan, kondisi sosial-
ekonomi, profil investasi, konflik internal, konflik eksternal, korupsi, politik militer, politik
agama, penegakan hukum, konflik etnis, akuntabilitas demokrasi dan kualitas birokrasi.
Selain itu, Risiko ekonomi dan keuangan juga komponen utama dari risiko negara.
Termasuk faktor-faktor seperti kemerosotan dalam produksi, peningkatan yang cepat dalam
biaya produksi, dana asing tidak produktif diinvestasikan, dan kebijaksanaan pinjaman oleh
bank asing (Nagy, 1988). Perubahan ekonomi dan pengelolaan keuangan negara juga
merupakan faktor penting yang dapat mengganggu aliran bebas modal atau sewenang-
wenang dapat mengubah pilihan untuk investasi. Investor asing langsung juga prihatin
terhadap gangguan untuk produksi, kerusakan pada instalasi, dan ancaman terhadap personil
(Juttner, 1995).
Risiko keuangan memperlihatkan kemampuan suatu negara dalam mengelola
keuangan pemerintah, dan kemampuan dalam membayar kewajiban-kewajiban utang
perdagangan. Risiko finansial dihitung berdasarkan 5 variabel, yaitu persentase utang luar
negeri terhadap PDB, debt service ratio, persentase current account terhadap ekspor, import
cover, dan stabilitas nilai tukar (persentase perubahan nilai tukar).
Sedangkan risiko ekonomi memperlihatkan penilaian terhadap kekuatan dan
kelemahan ekonomi suatu negara. Risiko ekonomi dikalkulasi berdasarkan lima variabel,
yaitu PDB per kapita, pertumbuhan PDB riil per tahun, laju inflasi per tahun, persentase
budget balance terhadap PDB dan persentase current account terhadap PDB.
Elemen Risiko Negara Perusahaan Multinasional
Birokrasi
Faktor risiko negara lainnya adalah birokrasi pemerintah, yang dapat mempersulit
bisnis MNC. Meskipun terlihat tidak relavan, faktor ini merupakan penentu utama bagi MNC
saat pertimbangkan proyek di eropa timur pada awal tahun 1990-an. Beberapa pemerintah
eropa timur tidak terlalu berpengalaman dalam memfasilitasi masuknya MNC ke pasar
mereka.
Korupsi
Korupsi dapat berdampak negative pada bisnis internasional MNC karena akan
meningkatkan biaya untuk melakukan usaha atau mengurangi pendapatan MNC. Beragai
bentuk korupsi dapat terjadi antar perusahaan atau antar perusahaan dengan pemerintah.
Misalnya, suatu MNC akan kehilangan pendapatan karena kontrak pemerintah diberikan
kepada perusahaan lokal yang menyuap pegawai pemerintah. Namun undang-undang korupsi
dan penerapannya berbeda di tiap negara.
Bentuk dari resiko politik yaitu pengontrolan perdagangan atau mata uang, perubahan
kebijakan pajak atau ketenagakerjaan, pembatasan atas kebijakan-kebijakan, dan kebutuhan
atas produksi lokal. Bentuk yang terparah yaitu expropriation atau pengambilalihan suatu
properti asing dengan atau tanpa kompensasi oleh suatu negara. Dua pendekatan dasar untuk
memahami resiko negara yaitu dari spesifik suatu negara atau spesifik instansi.
• Stabilitas Politik. Indikator ini berfungsi untuk menentukan berapa lama rezim suatu negara
akan bertahan, dan kejelasan keinginan rezim tersebut untuk mendatangkan investasi asing
dan menjamin kelangsungan investasi tersebut.
• Faktor Ekonomi. Indikator lain yang sering digunakan sebagai faktor politik, diantaranya
tingkat inflasi, keseimbangan deficit dan surplus, dan pertumbuhan perkapita. Digunakan
sebagai indikasi apakah ekonomi suatu negara dalam keadaan baik atau memerlukan
perbaikan, yang akan menjadi pertimbangan untuk investasi asing.
• Faktor Subjektif. Persepsi perilaku suatu negara terhadap perusahaan swasta, apakah akan
menolak keberadaan perusahaan swasta atau mendorong perkembangannya.
• Resiko Politik dan Ketidakpastian Hak atas Kekayaan. Kemungkinan dari pengambil-alihan
badan usaha oleh pemerintah, pembatasan penggunaan kekayaan, perubahan kebijakan pajak.
Hal-hal tersebut mempengaruhi arus kas perusahaan dan berimbas kepada nilai dari
perusahaan.
• Capital Flight. Indikator penting suatu resiko politik yaitu Capital Flight yang tinggi.
Capital Flight berarti export pendapatan penduduk suatu negara karena adanya kecemasan
terhadap keamanan kapital. Hal ini terjadi karena beberapa alasan, antara lain peraturan
pemerintah, kontrol, dan pajak yang menurunkan pendapatan dari invetasi domestik.
Pencegahan untuk capital flight, antara lain dengan kebijakan ekonomi yang tangguh,
sehingga para investor cenderung untuk menanamkan modal daripada menarik modal dari
suatu negara.
Faktor Ekonomi dan Politik yang Mendasari Country Risk Country Risk yaitu faktor
ekonomi dan politik yang berpengaruh terhadap resiko secara global terhadap suatu negara.
Beberapa faktor penting yang menentukan performa ekonomi suatu negara dan tingkat
resikonya antara lain:
• Fiscal Irresponsibility
Bisa diasumsikan dengan tingkat pengeluaran pemerintah yang tinggi. Semakin tinggi tingkat
defisit pemerintah, semakin tinggi kemungkinan pemerintah dalam campur tangan investasi
asing dikarenakan keharusan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
• Ketidakstabilan Moneter
Ketersediaan yang berlebih dan ketidakpastian perubahan terhadap jumlah uang memicu
terjadinya inflasi yang tinggi. Dan hal ini pada umumnya dapat ditemukan pada tingkat
defisit pemerintah yang besar yang dikeluarkan oleh bank central.
Pengaturan terhadap sistem nilai tukar akan menyebabkan nilai mata uang lokal jatuh, sama
dengan nilai pajak eksport dan subsidi import. Hal ini memicu devaluasi dan akan berdampak
pada capital flight.
• Resource Base
• Jumlah uang yang beredar cukup banyak, terlebih dengan adanya nilai tukar yang tetap
• Ekonomi terbuka
• Kebijakan ekonomi macro yang stabil
Dari sudut pandang perbankan, country risk – resiko kredit terhadap pinjaman suatu negara-
sangat ditentukan oleh biaya riil untuk membayar pinjaman berlawanan dengan kekayaan riil
yang harus didapatkan oleh negara tersebut.