Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman Sukun adalah jenis pohon yang berbuah dan tumbuh di daerah

tropis. Tanaman sukun dapat dijumpai di daerah Pasifik Selatan, mulai dari

Indonesia hingga Papua Nugini. Pohon sukun menyukai daerah tropis lembab

bertemperatur 20 – 40o Celcius dengan curah hujan 2.000 – 3.000 mm/tahun dan

kelembapan udara 70 – 90 %.1 Keberadaan sukun di Indonesia kini sudah tersebar

luas di berbagai daerah. Hampir semua masyarakat mengenal tanaman sukun.

Tanaman Sukun (Artocarpus altilis) mulai menarik minat para penjelajah

Eropa, yang kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika Tropis

(Karibia) sekitar akhir 1780-an, untuk menghasilkan makanan murah bagi para

budak disana. Buah sukun memang telah lama dimanfaatkan sebagai sumber

karbohidrat penting di pulau-pulau Pasifik, misalnya di daerah Fiji, Tahiti, Hawaii,

Samoa, serta kepulauan Sangir Talaut. Penduduk lokal disana mengolah sukun

menjadi makanan tradisional dengan cara digoreng, dibakar, atau dimasak seperti

kentang.2

Sukun (Artocarpus altilis) dapat dibedakan menurut ciri-ciri morfologinya,

seperti ukuran buah, struktur kulit buah, bentuk daun, dan kedudukan daun. Ada

Muhammad Hatta A. Fattah, Mukjizat Herbal Dalam Al-Qur’an Vol 2, (Jakarta: Mirqat,
1,2

2016) hal 189

1
tiga varietas sukun yang dikenal oleh masyarakat Indonesia seperti sukun kuning,

sukun gundul, dan sukun median. Sukun (Artocarpus altilis) merupakan nama dari

sejenis pohon yang berbuah. Sukun ini memiliki buah yang tidak berbiji serta

memiliki bagian yang sangat empuk, dapat dikatakan menyerupai roti setelah

digoreng atau di masak. Oleh karena itu masyarakat Eropa banyak yang

mengenalnya sebagai buah roti “breadfruit”. Sukun juga sebenarnya merupakan

kultivar yang terseleksi. Kata sukun sendiri dalam bahasa Jawa memiliki arti tidak

berbiji.3 Seperti halnya di Indonesia, sukun juga memiliki beragam penamaan di

berbagai negara, di antaranya bread fruit (Inggris); arbol de pan, fruta de pan, pan,

panapen (Spanyol); arbre a pain, fruit a pain (Prancis); fruta pao, pao de massa

(Portugis); broodvrucht, broodboom (Belanda); brotfruchtbaum (Jerman); rata del

(Sri Lanka); rimas (Filipina); kapiak (Papua Nugini); dan ‘ulu (Hawaii).4

Genus Artocarpus sendiri terdiri dari hampir 60 spesies yang terdapat di Asia

dari Timus sampai Selatan. Tanaman yang termasuk genus Artocarpus mempunyai

banyak kegunaan yaitu sebagai tanaman yang dapat memproduksi buah-buahan

cukup besar yang dapat dimakan seperti: Artocarpus heterophyllus (Nangka),

Artocarpus altilis (Sukun), Artocarpus camansi (Kluwih), dan Artocarpus

champeden (Cempedak) dan juga kayunya merupakan kayu terbaik.5 Beberapa

jenis lain dari tanaman genus Artocarpus yang terkenal adalah Artocarpus

3
Administrator, “Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sukun”,
http://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-sukun/. Diakses pada 24 januari
2017
4
Ning Harmanto, Daun Sukun, Si Daun Ajaib Penakluk Aneka Penyakit, (Jakarta:
Agromedia, 2012) hal 12-13.
5
Verheij dan Coronel, “Edible Fruits and Nuts”, Plant Resources of South-East Asia
(PROSEA), No 2 (1992) hal 186

2
anisophyllus (Mentawa), Artocarpus elasticus (Benda), Artocarpus odoratissimus

(Terap), Artocarpus altissimus (Kelutum), dan Artocarpus lanceifolius (Keledang).

Menurut infomasi yang berhasil penulis dapatkan, penelitian tentang tanaman

sukun di Pulau Ternate pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan oleh

Suparman dan Zulkifli Ahmad pada tahun 2015 tentang “Pemetaan Awal Ditribusi

Populasi Tanaman Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg 1941) di Pulau

Ternate”. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang berkelanjutan dan akan

menghasilkan data komprehensif tentang populasi, pemetaan, kekerabatan dan

potensi pengembangan tanaman sukun. Dari penelitian tersebut diperoleh informasi

tentang penyebaran tanaman sukun yang berada di Pulau Ternate, sehingga penulis

merasa perlu dilakukan penelitian lanjutan yang akan mendapatkan informasi

tentang varietas dan kekerabatan fenetik antar jenis sukun yang tumbuh di Pulau

Ternate.

Tanaman sukun yang tumbuh di Pulau Ternate, tentunya tidak hanya satu

jenis saja yaitu (Artocarpus altilis), tetapi terdapat jenis-jenis sukun lain yang

belum diketahui kekerabatannya. Oleh sebab itu, identifikasi dan karakterisasi jenis

sukun perlu dilakukan agar dapat diperoleh informasi mengenai identitas,

keragaman dan hubungan kekerabatan antar-inter spesies dalam genus Artocarpus

di Pulau ternate. Hal tersebut perlu dilakukan guna menjaga kelestarian sumberdaya

plasma nutfah sukun.

Berdasarkan latar belakang diatas maka, penulis memandang perlu untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi dan Analisis kekerabatan

sukun varietas lokal di pulau Ternate”.

3
B. Batasan Masalah

Agar permasalahan tidak terlalu meluas dalam pelaksanaannya sehingga

dapat menghemat waktu dan tenaga peneliti, maka ruang lingkup masalah dalam

penelitian ini dibatasi sebagai berikut :

1. Jenis tanaman yang diteliti hanya berasal dari varietas Sukun (Artocarpus

altilis) saja.

2. Daerah penelitian hanya sebatas pada pulau Ternate secara geografis

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka beberapa masalah yang

teridentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Varietas lokal Sukun (Artocarpus altilis) apa sajakah yang berada di Pulau

Ternate?

2. Bagaimanakah hubungan kekerabatan antar varietas lokal berdasarkan ciri-

ciri morfologi tanaman Sukun (Artocarpus altilis) di Pulau Ternate?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis tanaman Sukun (Artocarpus altilis) yang berada

di Pulau Ternate.

2. Mengetahui hubungan kekerabatan fenetik berdasarkan ciri-ciri morfologi

tanaman Sukun (Artocarpus altilis) di Pulau Ternate.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan akan tercapai dari penelitian ini yaitu;

4
1. Teoritis

Secara kajian dengan melakukan penelitian ini dalam upaya konservasi alam

terutama dalam memberikan informasi dan gambaran tentang keanekaragaman

tanaman Sukun (Artocarpus altilis) dan jenis apa saja yang terdapat di Pulau

Ternate.

2. Praktis

Dari hasil pengamatan ini diharapkan dapat mengetahui berbagai jenis

tanaman Sukun yang nantinya dapat digunakan sebagai data untuk menganalisa

adanya perubahan populasi tanaman Sukun (Artocarpus altilis) di Pulau Ternate.

F. Defenisi Operasional

Beberapa defenisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini akan

dijelaskan guna menghindari kesalahan penafsiran, yaitu sebagai berikut:

1. Identifikasi berasal dari kata Identify yang artinya meneliti, menelaah.

Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan,

meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari “kebutuhan”

lapangan.

2. Analisa atau analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara detail

sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen

pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut.

3. Kekerabatan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam taksonomi

hewan yang mencakup dua pengertian, yaitu kekerabatan filogenetik dan

kekerabatn fenetik. Kekerabatan filogenetik merupakan kekerabatan yang

didasarkan pada hubungan filogeni antara takson yang satu dengan takson

5
yang lain. Sedangkan kekerabatan fenetik merupakan kekerabatan yang

didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri-ciri yang tampak pada takson

4. Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang

ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan

ekspresi karakter atau kombinasi genotype yang dapat membedakan dengan

jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang

menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami pertumbuhan..

G. Sistematika penulisan

Penelitian ini terdiri dari tiga bab dan setiap bab terdiri dari sub bab. Adapun

sistematika dalam penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan pada bab pendahuluan ini dibagi dalam beberapa sub bab

bahasan yaitu Latar Belakang, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Defenisi operasional dan Sistematika Penulisan

Bab II: Tinjauan Pustaka, Menguraikan tentang Deskripsi Identifikasi Dan Analisis

Kekerabatan Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Forsberg) berdasarkan bentuk

morfologi Varietas Lokal Di Pulau Ternate.

Bab III: Metode Penelitian menjelaskan tentang Lokasi dan Waktu Penelitian, Jenis

Penelitian, Populasi dan Sampel, Tehknik Pengumpulan Data, Tehknik Analisis

data.

Tumbuhan ini dapat dijumpai di deaerah Pasifik Selatan, mulai dari Indonesia

hingga Papua New Guinea. Pohon sukun menyukai daerah tropika lembab

bertempratur 20 – 40o C dengan curah hujan 2.000 – 3.000 mm/tahun dan

6
kelembapan udara 70 – 90%.6 Hal ini terbukti dari penamaan tanaman sukun

dengan istilah yang cukup beragam. Berikut nama daerah yanng sering kali

dijumpai di Indonesia.

 Sumatera: sukun (Aceh), hatopul (batak), suku (Nias)

 Jawa/Madura: sukun (Sunda dan Jawa)

 Nusa Tenggara: sukun (Bali), pulur (Sasak), karara (Bima, Sawu,

Sumba, dan Flores), kundu (Alor), susu aek (Roti), naunu, Naun Laku

(Timor), ulu uun (Wetar)

 Sulawesi: kuhuku, namu, sukun, kulur, sarangen (Minahasa), amu

(Gorontalo), amo (Buol), tohu’u bakare (Bonerate), bakara (Makasar),

baka (Bugis)

 Maluku: sukun (Kai), hukun (Watubela), suune, seweno, (Seram), suune,

sakon (Buru), amo (Halmahera dan Ternate)

 Papua: kamandi, urknem, beitu

Seperti halnya di Indonesia, sukun juga memiliki beragam penamaan di

berbagai negara, di antaranya bread fruit (Inggris); arbol de pan, fruta de pan, pan,

panapen (Spanyol); arbre a pain, fruit a pain (Prancis); fruta pao, pao de massa

(Portugis); broodvrucht, broodboom (Belanda); brotfruchtbaum (Jerman); rata del

(Sri Lanka); rimas (Filipina); kapiak (Papua Nugini); dan ‘ulu (Hawaii). 7

6
Muhammad Hatta A. Fattah, Mukjizat Herbal Dalam Al-Qur’an Vol 2, (Jakarta: Mirqat,
2016) hal 189
7
Ning Harmanto, hal 12-13.

Anda mungkin juga menyukai