Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur perkerasan jalan terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan
dan daya dukung yang berbeda-beda, tiap lapisan perkerasan harus terjamin
kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu
perubahan karena tidak mampu menahan beban dan tidak cepat kritis atau
failure.
Jenis perkerasan yang sering digunakan di Indonesia adalah perkerasan
lentur (flexible pavement) dan perkerasan beton (rigid pavement). Perkerasan
lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat.(Sukirman, 1992). Perkerasan kaku (rigid pavement) adalah
perkerasan yang menggunakan semen (Portland cement) sebagai bahan
pengikat. (Sukirman, 1992). Kombinasi antara dua jenis perkerasan diatas
disebut perkerasan komposit (composite pavement) dimana sebagai lapis
bawah digunakan struktur beton sedangkan sebagai lapis permukaan
digunakan aspal.
Perkerasan kaku mempunyai beberapa keunggulan diantaranya, cocok
untuk lalu lintas berat, lebih tahan terhadapat cuaca panas, tidak terjadi
deformasi dan tahan terhadap pengaruh air. Namun perkerasan jalan beton akan
mengalami penurunan kinerja sehubungan dengan pengaruh beban lalu lintas
yang berlebih dan lingkungan sekitarnya dimana jalan itu berada. Penurunan
kinerja yang umum pada perkerasan jalan adalah penurunan dari segi strukrural
dan fungsional dalam melayani lalu lintas.
Seperti kita ketahui bahwa untuk membangun suatu prasarana transportasi
memerlukan dana yang tidak sedikit dengan meninjau metoda perencanaa yang
tepat. Oleh sebab itu, diperlukan perencanaan kontruksi jalan dan perencanaan
pekerjaan jalan yang optimal dan memenuhi syarat teknis menurut fungsi,
volume maupun sifat lalu lintas sehingga pembangunan kontruksi tersebut
dapat berguna maksimal bagi perkembangan daerah sekitarnya.
Indonesia sebagai Negara berkembang pada umumnya mempertimbangkan
konstruksi lapis tambah (overlay). Konsturksi ini dipilih karena tidak
memerlukan biaya yang cukup besar. Perkerasan yang baik diharapkan dapat
menjamin pergerakan manusia dan/atau barang secara lancar, aman, cepat,
murah dan nyaman.
Jalan Cut Mutia-Raja Moili merupakan jalan arteri yang berada di kota palu
dengan struktur perkerasan kaku, dimana jalan ini melayani lalu lintas yang
padat. Namun, kemampuan jalan dalam menerima beban tidak sesuai dengan
beban kendaraan yang melintas saat ini. Beban lalu lintas yang melebihi
kemampuan jalan menyebabkan penurunan kinerja jalan dari segi struktural
dalam melayani lalu lintas. Dapat dilihat disepanjang jalan Cut Mutia-Raja
Moili adaya retak-retak refleksi (cracking), kerusakan pada sambungan,
amblas, defleksi (penurunan), alur, gelombang serta kerusakan lainnya, yang
menyebabkan berkurangnya rasa nyaman dan aman selama melintasi jalan
tersebut.
Penurunan fungsional yang terjadi dari beberapa kondisi dapat merugikan
kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan, seperti :
a. Rendahnya kekesatan jalan
b. Tekstur permukaan jalan yang sudah bergelombang
c. Distorsi permukaan yang berlebihan
d. Kondisi drainase perkerasan (hydroplaning)
Untuk meningkatkan kembali kemampuan perkerasan jalan beton maka
perlu dilakukan usaha perkuatan perkerasan yang sudah ada, agar bisa
melayani lalu lintas lebih lama lagi. Dalam rangka memperpanjang masa
pelayanan jalan beton tersebut, dapat dilakukan penambahan lapis tambah
diatas perkerasan beton yang sudah ada, dimana salah satunya bahan
penambahan tersebut adalah lapisan beraspal (AC). Pelapisan tambahan
bertujuan untuk mengembalikan kekuatan perkerasan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat pengguna jalan (stake
holders).
Permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini tidak meliputi semua
metoda yang digunakan untuk perencanaan tebal lapis tambah, tetapi hanya
beberapa metoda perencanaan perkerasan yang paling umum digunakan yaitu
metoda Metode Bina Marga 2002 dan Metode AASHTO 1993. Akan tetapi
kedua metode memiliki sisi ekonomis dan kelayakan yang berbeda untuk setiap
kondisi, karena itu perlu dilakukan kajian yang seksama mengenai kelebihan
dan kekurangan atau akurasi dari masing-masing metoda tersebut sesuai
dengan kondisi di lapangan. Maka diangkatlah penulisan tugas akhir dengan
judul “ Evaluasi Perbandingan Biaya dan Metoda Perencanaan Lapis Tambah
Campuran Beraspal di atas Perkerasan Beton (Ruasn jalan Cut Mutia- Raja
Moili”

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapa rencana ketebalan lapisan tambah campuran beraspal diatas
perkerasan beton pada ruas jalan Cut Mutia-Raja Moili dengan Metode Bina
Marga 2002 dan Metode AASHTO 1993?
2. Berapa biaya pekerjaan lapis tambah campuran beraspal di atas perkerasan
beton pada ruas jalan Cut Mutia- Raja Moili dengan Metode Bina Marga
2002 dan Metode AASHTO 1993?
3. Metode apakah yang lebih layak dan ekonomis dalam pelapisan ulang
campuran beraspal diatas perkerasan beton ruas jalan Cut Mutia- Raja Moili

1.3 Tujuan penelitian


1. Untuk mendapatkan rencana ketebalan lapisan tambah campuran beraspal
diatas perkerasan beton pada ruas jalan Cut Mutia-Raja Moili dengan
Metode Bina Marga 2002 dan Metode AASHTO 1993.
2. Untuk mengetahui biaya pekerjaan lapis tambah campuran beraspal di atas
perkerasan beton ruas jalan Cut Mutia- Raja Moili. dengan Metode Bina
Marga 2002 dan Metode AASHTO 1993?
3. Untuk mementukan metode yang lebih layak dan ekonomis dalam
merencanakan ketebalan lapisan tambah campuran beraspal di atas
perkerasan beton ruas jalan Cut Mutia- Raja Moili

1.4 Manfaat penelitian


1. Memperoleh alternatif yang terbaik dari dua metode yang digunakan dalam
perencanaan ketebalan perkerasan tambahan (Overlay).
2. Sebagai bahan referensi penelitian lain untuk dikembangkan guna
bermanfaat bagi dunia pendidikan maupun dunia kerja.
3. Sebagai usulan pihak-pihak terkait dalam merencanakan tebal lapis tambah
campuran beraspal pada ruas jalan Cut Mutia- Raja Moili.

1.5 Batasan Masalah


Pada penulisan Tugas Akhir ini, penulis memberikan batasan masalah
Metode yang digunakan:
a. Metode Bina Marga 2002
b. Metode AASHTO 1993

Anda mungkin juga menyukai