Anda di halaman 1dari 12

'il[

PERTAWANAN REMAJA TERHADAP KEKUATAN


INSTITUSIONAL DALAM NOVEL SANG
PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

Ida Farida Sachmadi*

ABSTRACT
Sang Pemimpi is one of the novels written by Andrea Hirata, lt can be clossified
os a young adult novel becouse the main characters are teenogers. ln the event
arranged seporately from other events in a number of sub-chapters, a topic on power
and repression which is displayed on the rebellion of the main characters towards
*veral saciol institutions oppeor. Based on Roberta Seelinger Trites' theory, this
Papu will discuss what rebellion the moin characters execute and towards what
imtitutios they rebel. By Seymour Chatman's norrative structure, the points of the
npicwill show up through the plot, on events particularly, and the characterization.
This poper will let us know that the novel has a topic about the resistance of two
W)ng adult choracters towards tvvo institutions: school and politics (governement's
Wlicy).

kywords:young aidult novel, power and repression, rebefiisn/resistance, social


ifritutions.

I. PENDAHULUAN
Menurut Roberta Seelinger Trites dalam bukunya Disturbing the {Jniverse
@00), sastra remaja (Trites kadang menyebutnya adolescent novel atau young
&lt novel) biasanya adalah tentang remaja yang berhadapan dengan kekuatan
sial. Mereka sadar akan adanya kekuatan sosial yang mengatur dirinya dan
nrsyarakatnya dengan mempertanyakan atau bahkan memberontak melawan
tckuatan tersebut. Tetapi sastra remaja selalu mengajarkan pembacanya, terutama
rruaj4 untukbelajarmenerima semuakekuatan institusi sosial dalamkehidupannya.
sqna ambil sepenggal kutipan dari buku tersebut: *f 7 in the adolescent novel,
lmtaganist rnust learn about the social forces that have made them what they are.
@r learn to negotiate the levels of power that exist in the myriad social institution
frbh they mustfunction, ... " (2000: 3). Perlawanan ini membuat mereka menjadi
&rffi4 memahami kekuatan institusi sosial yang mengatur kehidupannya dan
reslrarakatnya untuk kemudian mengikuti aturan yang dibuat kekuatan-kekuatan

lrsrl
T-T
I lffmmmtoB* \,irltrnrc I, Nonror4,Apr.il 20t0lial 3t5-4t9

tersebut.
Perlarvanan tokoli remaja dalam sastra remaja terhadap kekuataan-kekuatan
institusi sosial sebenarnya adalah upaya mereka untuk mendapatkan power
(selanjutnya saya sebut 'kuasa'). Mereka mulai menyadari bahwa mereka ditekan
oleh kekuasaan di luar mereka, kemudian mereka mencoba melakukan suatu
tindakan untuk menunjukkan bahwa mereka juga mempunyai kuasa dan mempunyai
kekuatan untuk membebaskan diri dari kuasa di luar dirinya. Seperti saya sebutkan
dalam paragraf sebelumnya, berdasarkan penelitiaannya terhadap berbagai sastra
rema-ia di Amerika Serikat, Trites berpendapat bahwa sebagian besar sastra remaja
akan mengakhiri ceritanya dengan kekalahan tokoh remaja itu 12000: 25). Kekalahan
ini niengajarkan pembaca remaja untuk bernegosisasi dengan kuasa dari kekuatan-
kekuatan institusi sosial. Institusi sosial di sini adalah keluarga. sekolah, agama,
pemerintah , gendeq ras, kelas dan lain-lain (2000: 3).
Melihat sastra remaja Indonesia, saya rnendapati novel karya Andrea Hirata
yang berjudol Sang Pemimpi (2006) mencerminkan teori kuasa dan represi dalam
sastra remaja dari Trites ini. Dalam makalah ini saya akan menganalisis masalah
perlawanan apa yang dilakukan tokoh remaja novel ini dan kepada institusi apa.

2. METODE PENELITIAN
untuk mencari jawaban masalah di atas, saya menggunakan teori kuasa dan
represi dalamnovel remajayang disusun oleh Roberta SeelingerTrites dalambukunya
Disturbing the Universe (2000). Namun sebelumnya, saya akan rnenggunakan teori
struktural Seymour chatman, dari bukunya story and Discourse (1978), untuk
mendapatkan data dari teks, khususnya unsur peristiwa dalam alur dan penokohan.
Menurut Trites, semua sastra rema-ja mengandung al;pek interaksi antara
seorang remaja dan institusi-institusi yang membentuk pribadinya (2000: 23).
Manusia tumbuh menjadi dewasa dengan bimbingan institusi institusi sosial
seperti institusi keluarga, sekolalt, dan agama. Institusi-institusi ini mendidik anak-
anak bagaimana caranya berinteraksi dengan kekuatan institusi yang ada dalam
kehidupan mereka. Bagi remaja-remaja, semua insititusi sosial terasa menekan
mereka karena mereka harus mengikuti serangkaian aturan yang jika mereka
langgar akan mengakibatkan konsekuensi tertentu. Menurut Judith Butler dalam
bukunya The Psychic Life of Power, yang dikutip Trites, kuasa dari suatu pihak
akan menyebabkan dua kemungkinan respon dari objek kuasa tersebut: tertekan
terus atau terdorong melakukan suatu tindakan'. "power not only octs on a subject
but, in a transitive sense, enacts the subject into being." (2000 5) (penekanan dari
penulis buku). Begitu juga dengan institusi-institusi sosial yang memiliki kuasa
atas masyarakat, termasuk remaja. Mereka menekan dan sekaligus mendorong
objeknya untuk bertindak: "fsocial institutionsf serve as sites of empowerment and
repression for nlany adolescents." (2000: 22).
Dalanr buku Drslur"bingthe Llniverse (2000), bab kedua "l don't Knou, the {I/ords;

lssel
Perlawanon Remajo Terhadap Kekuaton lnstitusional Dotam Navet Sang pemimpi

Institutional Discourse in Adolescent Literalure", Trites membatasi bahasan dengan


hanya mendiskusikan empat institusi sosial, yaitu, politik (kebijakan pemerintah) ,
sekolah, agama, dan identitas politik.
Hanya sedikit novel remaja yang melawan pernerintah secara terbuka, tapi
hampir semua novel remaja dipengaruhi keyakinan sosiopolitik penulisnya. Jadi,
novel-novel remaja mengandung unsur politik berupa ideologi-ideblogi yang
dikuasai penulis. Sebuah karya selalu bersifat historikal, yakni di dalamnya
terdapat konteks sejarah sebagai latar novel dan konteks sejarah saat novel tersebut
ditulis (2000: 3l). Ketika sebuah novel remaja berfokus pada politik (kebijakan
pemerintah), mereka biasanya cenderung mengungkapkan bahwa sebaiknya remaja
menerima dan tidak menolak institusi sosial karena dengan aturan institusi itu
mereka akan hidup (200A:27).
Novel yang berlatar sekolah biasanya mempunyai tujuan mengajarkan anak
muda untuk dapat menempatkan diri dalam aturan sosial. Tokoh protagonisnya
selalu diceritakan belajarmenerima perannya sebagai anggota suatu institusi. Fungsi
sekolah pada novel jenis ini adalah sebagai representasi metafor dari semua institusi
sosial yang akan memepengaruhi anak muda sepanjang hidupnya. Latar sekolah
dipakai untuk mengarahkan remaja menerima kekuatan institusi.yang tak dapat
dihindari terhadap seseorang dalam seluruh aspek hidupnya (2000: 32-33). Alur
yang banyak muncul adalah seperti berikut: dinamika regulasi -+pemberontakan
yang tak dapat diterima -+ represi-+pemberontakan yang ditoleransi-+transendensi
dalam batasan yang diterima. Tokoh remaja dalam novel remaja selalu diceritakan
mengalami peristiwa-peiistiwa yang menekan mereka dengan aturan sebuah atau
berbagai aturan sekolah, kemudian memberontak, ditekan oleh penguasa sekolah,
' dari akhirnya dibebaskan setelah berdamai dengan
aturan tersebut (2000: 34-35).
Novel remaja yang meiibatkan agama sebagi sebuah institusi akan
mengungkapkan bahwa keyakinan beragama remaja tidak terpisah dari keyakinan
orang tuanya, yang bukan sekedar memeluk agamatertentu tapi bolelr jadi menganut
mazhab/sekte tertentu. Naomi Wood yang dikutip Trites mengatakan bahwa agama
dalam sastra anak (dan remaja) berfungsi sebagai sebuah mekanisme dari rangkain
aturan sosial (2000: 41). Agama dalam sastra remaja mengajarkan bagainiana
bersikap dalam kehidupan sosial, selain menjadi identitas personal si tokoh remaja.
Alur yang muncul sama dengan alur novel berbasis sekolah.
identitas politik mengacu ke afilisasi sosial di mana anggota masyarakat
membangun posisi dirinya dalam berhubungan dengan yang lain. Beberapa identitas
politik adalah agama, status sosial, gender, dan ras. Identitas politik saiigat penting
dalam sastra remaja, dalam kaitan dengan bagaimana identiflkasi diri memposisikan
seorang remaja dalam budayanya.
Saya akan menggunakan sebagian dari institusi sosial teori Trites ini, di mana
para remaja berinteraksi untuk menempatkan dirinya di hadapan semua institusi
sosial yang tak dapat ia hindari.

I esz
f-TO*O**,1If,[ \4rlume I, Nomor4.Aprit 20t0 trai 3I5-4I9

Menurut Chatman, alur dalani novel adalah nrerupakan rangkaian peristiri e


(events)" Dalam konteks narasai, peristirva-peristiwa yang terjadi saling
berkorelas:"
berhubungan, berkaitan satu sama lain. Korelasi ini tidak selalu bersifat sebab-
akibat (causative), tapi dapat juga berupa urutan peristiwa yang teratur (seqnencei
atau tidak teratur (contingency). (1978: a5)
Bentuk sebab-akibat akan selalu memberikan kisah yang mempunyai sebab
suatu peritiwa terjadi dan akibat yang ditimbulkannya. Bentuk seqsence adalah
kisah yang memerikan urutan peristiwa yang berhubungan secara linier atau
kronologis, tapi tidak selalubersebab dan akibat. Sedangkan, bentuk contingencv-
yang sekarang banyak dipakai pengarang modern-memberikan berbagai penggalan
kisah yang selintas tidak saling berhubungan, tapi sebenarnya ia dihubungkan oleh
sesuatu yang belurn ditemukan : "fJean poullion says contingency isl , depending
-for its existence, occurance, character, etc. on something not yet certain,,, (ibid..
hlm. 47). Pembaca (sesuai dengan kemampuannya merangkai kesamaan berbagai
peristiwa) dapat dengan bebas menangkap suatu kesamaan dari peristiwa-peristiwa
yang disuguhkan novel. (ibid., hlm. 46-4g).
Penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik dalam menganalisis karya
sastra. Menurut Chatman, sifat-sifat yang diberikan pada tiap tokoh adalah fiktif.
Mereka bukan orang/manusia melainkan hanya partisipan atau octants sebagai
produk dari alur: "Characters are products of plot, that their status is,,fttnctional,,,
that they are, in short, participants or octants rather than personnages, that it is
erroneous to consider them as real beings" (ibid., hlm. ll1). Jadi, yang penting
adalah fungsi mereka sebagi tokoh tertentu, yakni dengan mengamati kesamaan
fungsi ini dengan orang dalam kehidupan nyata, sehingga kita mendapatkan bakrwa
tokoh tersebut menjadi representasi dari segolongan masyarakat, misalnya dalam
analisis ini adalah remaja.
Penokohan adalah unsur penting dalam analisis karya sastra karena melalui
penokohan, kita rnendapatkan penggambaran sifat-sifat para tokoh lewat penampilan
fisik, tingkah laku, dan pandangan hidupnya: "characterization is the depiciing, in
writing, of clear images of a person, his actiotns and manners of thoughi and 16e.,,
(ibid.,hlm. 107).
Di samping alur, makalah ini akan menganalisis apa yang dipikirkan, dikatakan,
dan dilakukan tokoh utama hingga dapat diperoleh topik tentang pemberontakan di
atas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Andrea Hirata membuat sukses yang luar biasa melalu i masterpiecenya, Laskar
Pelangi, sebuah novel anak-anak yang penuh inspirasi. Tokoh-tokoh dalam novel
tersebut adalah anak-anak usia SD. Banyak orang tahu Andrea Hirata membuat
tetralogi, tapi tidak banyak pembahasan mengenai novel lainnya di media massa,
Novel keduanya, Sang Pentintpi, adalah novel remaja karena tokoh-tokoh utamanya

i ssa
Perlowanon Remaia Terhadap Kekuatan lnstitusianal Dalam Novel Sang Pemimpi

adalah pelajar sMU. Tidak banyak yang tahu bahwa novel kedua Andrea ini
rnempunyai keistimewaan 1ain. Novel ini bukan sekedar novel ringan yang bercerita
pengalaman masa SMA dengan santai dan ceria, tapi ada topik-topik serius dibalik
cerita ini yang membuat kita sadar akan jiwa remaja dan sesuatu yang sedang
diperjuangkan tokoh-tokoh utama ini dibalik cerita narator tentang pengalarnan
mereka melewati masa SMA.
sang Pemimpi terdiri atas 18 bab, yang disebut penulisnya dengan mozaik.
Hal ini cukup beralasan karena novel ini bukan satu kisah yang semua peristiwanya
berhubungan membentuk satu cerita utuh. Mozaik 1 sampai 18 adalah penggalan-
penggalan kisah dua remaja yang melalui masa sMUnya di Bg6llnegeri. Kunci
keberhasilan mereka adalah kekuatan mimpi yang menjadi obsesi mereka sepanjang
kehiduparurya, yaitu bermimpi bersekolah di sorbonne, paris. Mimpi, atau cita-cita
yang sangat tinggi-bagi rakyat miskin seperti mereka, selalu mereka ingat dan
mereka akan meraih kesempatan apapun yang tersedia di sekitar mereka.
Dari judul dan tema umum novel ini, bila kita lihat dari teori Trites, kita akan
melihat perlawanan mereka terhadap nasib, lebih tepat terhadap kemiskinan.
Kemiskinan tercipta karena pengelolaan negara yang tidak adil dan professional.
Karena itu, saya akan menganalisis tema novel ini dari teori Trites, yaitu dari
poin bahasan pemberontakan remaja terhadap kekuatan institusional yang
berupa kebijakan politik pemerintah. selain tema umum, novel ini menyuguhkan
pengalaman masa SMU di luar semangat akademik, yaitu pemberontakan mereka
terhadap beberapa disiplin sekolah. Karena itu, dari empat kekuatan institusi sosial
yang dibahas Trites dalam bukunya Disturbing the IJniverse, saya hanya akan
menggunakan dua saja, yaitu perlawanan rernaja terhadap politik pemerintah darr
aturan sekolah (yang berbasis agama).

Perlawanan Remaja terhadap lnstitusi Sekotah


Perlawanan tokoh remaja dalam novel ini diperoleh dari peristiwa (event,s)
dalam alur dan dari sudut pandang tokoh{okohnya.
Peristiwa pemberontakan dua tokoh utama dan satu temannya terhadap aturan
sekolah hanya ada dua, karenanya saya akan membahas poin ini terlebih dahulu.
Peristiwa pertama dalam alur muncul pada mozaik pertama.
Mozaik pertama dinarasikan dengan sangat dramatis, yaitu kisah pengejaran
tiga sahabat-Ikal, Arai, danJimbrong--oleh seorang guru yang galak. Mereka
terlambat masuk sekolah pada Senin pagi, dan harus menunggu di luar pagar sampai
apel Senin selesai karena pintu gerbang sekolah telah digembok. Masalah muncul
ketika Arai mengejek sang guru, Pak Mustar, dengan mengikuti gerak-gerik dia
saat berpidato. Guru ini marah dan dibantu dua penjaga sekolah mengejar Arai.
Kedua sahabatnya pun dikejar pula, hingga mereka bertiga berlari hingga ke pasar
ikan. Mereka berhasil lolos dari kejaran dengan cara bersembunyi di dalam peti
es tempat menyimpan ikan. Tetapi, mereka harus tersiksa berada dalan: peti yang

lasel
II*t **0fif Volunre I . Nonror 4, April 201 0 hat 3 I 5-4 I 9

penuh dengan bau hanyir ikan basi.


Sikap Arai mengejek sang guru, Pak Mustar, adalah sebuah perlawanan
terhadap regulasi sekolah. Pengejaran Pak Mustar merupakan bentuk represi dari
pihak sekolah. Tersiksa dalam peti es ikan adalah konsekuensi dari perbuatan Arai.
AIur kisah ini berhenti hingga di sini. Tidak ada lanjutan seperti misalnya Araijera
dan tidak akan mengulang perbuatan itu lagi. Tidak ada transendensi dalam batasan
yang dapat diterima. Alur yang sesuai dengan teori Trites saya dapatkan dalam
peristiwa kedua.
Peristiwa kedua yang berhubungan dengan regulasi sekolah muncul pada
Mozaik 9 "Bioskop", l0 "Action!", dan 1l "Spiderman". Sekolah mereka, SMA
Bukan Main, mempunyai aturan khusus, yaitu melarang siswa-siswinya menonton
bioskop:
Sebenarnya gedung bioskop itu berada persis di depan los kontrakan kami. Tapi
sedikitpun kami tak berani rneliriknya. Sebab menonton bioskop merupakan salah satu
larangan paling keras Pak Mustar.
"Sangat berbahaya.... Sangat berbahaya dan menjatuhkan martabatmu, anak-anak
Melayu bangsa pujangga, jka menonton film yang dengan melihat nama pemainnya saja kita
sudah dapat menduga ceritanya.
'Film tak pakai otak! Akting tak tahu malul! Tak ada mutunya sama sekali. Lihatlah
posternya itu! Aurat diumbar kemana-mana film seperti itu akan merusak jiwamu.
"Pakai waktumu utuk belajar!! Awas!! Sempat tertangkap tangan kau nonton di situ,
rasakan akibatnya!!"
(2007:96)

' Berbagai alasan diberikan Pak


Mustar untuk melarang siswa-siswinya
menonton. Salah satunya menyinggung afuran agamat "Aurat diumbar kemana-
mana". Menurut saya larangan ini memang berdasarkan larangan dalam agama,
karena orang-orang Melayu juga terkenal agamis. Tetapi, nafsu biologis tiga
remaja itu tertantang melihat poster besar dengan gambar seorang wanita muda
yang setengah telanjang terpampang utuh di depan bioskop, di depan mata muda
mereka. Tokoh Ikal yang lulusan SD Muhammadiyah punya kendali agama dalam
jiwanya, walau akhirnya kendali nafsu ini terlepas juga: "Aku mengintip lagi. Aku
malu dan merasa sangat bersalah pada Buya Kiai Haji Achmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah."
Karena berminggu-minggu poster dari terpal berukuran 4x3 m itu terpampang
menantang di depan rumah kontrakan mereka, pada suatu hari yang melelahkan
setelah mereka bekerja (sebagai kuli pemikul ikan di pantai), kendali agama dan
moral yang diajarkan sekolah pun tak dapat menahan dorongan biologis mereka
yang sedang meledak-ledak. Mereka bertiga akhirnya bertekad menonton:
' Getah testoteron itu seperti indra keenam yang menjebloskan kami pada pengalaman
pertama memasuki fase di mana logika sering tak laku: pubertas. ltulah tepatnya yang kami
alami. ltulah pandangan paling logis dari seluruh kejadian ini. Maka logika bahwa di dalam
bioskop itu kami hanya akan menonton kemahatololan fil lndonesia yang memasrahkan diri
'padi jajahan selerarendah; uga tak laku. Yang laku adalah kami ingin, sangat ingin tahu, apa

leool
perlawanan Remajo Terhadap Kekuotan lnstitusionat Dalam Novel Sang Pemimpi

yang terjadi dengan dua carik merah yang dikenakan wanita di poster terpal itu' ltu saja, tak
lebih dari itu.
(2007:101)

Berhari-hari mereka mencari ide bagaimana calanya dapat masuk ke bioskop


karena ternyata penjual tiket pun mengetahui atulan yang dibuat sekolah Ikal dan
dua sobatnya. Akhimya, mereka mendapat ide untuk menyamar sebagai orang-
orang yang tinggal di pulau-pulau kecil di timur Belitong. Orang-orang ini selalu
memakai kain sarung untuk menutup kepala dan wajahnya, hingga mereka disebut
orang-ofang bersarung. Dengan cara ini, penjual tiket tidak mengenal mereka'
Tiga sahabat ini mengantri di belakang orang-orang bersarung yang memang hobi
menonton.
Msreka berhasil masuk dan menonton, tapi ada satu kenyataan yang luput dari
perhatian mereka. Tukang jagung di depan gedung bioskop mencurigai mereka
karena motif sarung tiga tokoh ini adalah motif Melayu bukan motif orang pulau,
baunya pun berbeda, bukan bau laut seperti bau sarung orang pulau. Pak Mustar
yang kebetulan sedang berpatroli ke bioskop dilapori oleh tukang jagung ini, mereka
- ditangkap basah di dalam gedung bioskop'
pun
nsoknyameieka dihukum dua kali: dipermalukan di depan seluruh siswa sMA
Negeri Bukan Main dengan disuruh berakting seperti satu adegan dalam film, dan
membersihkan WC sekolah. Kecuali Jimbron, mereka membenci pekerjaan ini:
'Aku jengkel, jengkel sekali dengan hukuman ini. Dan aku jengkel setengah mati pada
pada kuda
Jimbron yang menikmati hukuman ini. Aku benci pada senyum kekagumannya
yang ketat mengawasi pekerjaan
saat aku menderita. Aku juga sakit hati pada Pak Mustar
kami.

Spiderman Arai sedang merayapi plafon. Tubuhnya diikat tali-temali. la


menyumpah-
nyumpah sambil mengikis kotoran kelelawar. sungguh hukuman yang menggiriskan.
(2007:129)

Saya akan mengurut alur ini sesuai dengan teori Trites: Regulasi sekolah :
dilarang menonton film bioskop+perlawanan yang tak dapat diterima: tiga siswa
menonton bioskop-+lspresi: dihukum pihak sekolah (Pak Mustar)-rpemberontakan
yang ditoleransi : jengkel pada pihak sekolah tapi hanya dalam hati-+transendesi
dalam batasan yang diterima: kesadaran bahwa film itu tak bermutu dan amoral'
Bagain terakhir, transendensi dalam batasan yang diterima saya peroleh dari
hal lain, karena tak ada narasi yang menceritakan bahwa mereka jera' Sebelunya
menguraikan bagian terakhir bagan alur di atas, ada satu hal yang akan saya
sampaikan terlebih dahulu. Novel ini adalah kisah masa remaja narator
yang kini
telah dewasa. Novel ini diakhiri dengan peristiwa di mana Ikal dan Arai telah lulus
sarjana dan mendapat beasiswa ke Sorbonne, Paris. Jadi, suara dalam cerita ini
adalah suara narator yang telah dewasa. Ia mengarnbil jarak dengan kisah
yang
disampaikannya- Saa1. &fityaia masih belum banyak mengerti, setelah dewasa ia

!aarl
lfEmfmem Volume l, Nonior4.April 2010 hal 3l-5-419

sadar akan moralitas, misalnya, sehingga saat menceritakan kisahnya, ia memberi


penilaian pribadinya. Kita akan lihat contohnya dari penggalan kutipan halaman
l0l, yang telah saya tuliskan di atas.
Pada kutipan di atas, yang dimulai dengan "Getah testoteron...", saya
mendapatkan banyak kosakata yang merupakai penilaian (iudgmenl) atas pemicu
masalah mereka saat itu, yakni menonton film.
Kata 'menjebloskan' menunjukkan penilaian narator, yang juga merupakan
tokoh utama bernama Ikal, bahwa perbuatan mereka menonton adalah perbuatan
jahat sehingga membawa mereka pada ketidakberuntungan, yakni dihukum. Kata
'menjebloskan' bermakna memasukkan seorang ke tempat yang tidak nyaman.
Frasa 'suatu fase di mana logika sering tak laku: pubertas' juga merupakan penilain
narator bahwa pada masapubertas, yang terjadi pada masa remaja, membuat mereka
berbuat tanpa memakai akal sehat. Saat itu mereka belum menyadari masalah
moralitas dan pandangan institusi sosial terhadap perbuatan itu. Insititusi sekolah
langsung menghukum mereka, dan masyarakat umum yang mengetahui perbuatan
mereka menyetujui sikap sekolah:
Pak Mustar dan penjaga sekolah menggelandang kami seperti ternak. Kami ketakutan
tak berdaya. Di layar muncul slide dengan tulisan :;pidol "Hadirin-hadirat, maal pilemebentar,
anak sekolah tertangkap, ttd A Kiun" dan kali ini, para penonton, laki-laki dan perempuan,
larut dalam sepakat. Tak ada pertentangan pandapat. Semuanya berdiri bertepuk tangan.
Barangkali maksudnya: memang tak pantas, anak-anak muda lndonesia menonton film
negeri sendiri jika filmnya seperti drama carik merah ini."
(2007;1 I 3-1 14)

Kembali ke kutipan halaman l0l, frasa "kemahatololan filmlndonesia yang


memasrahkan diri pada jajahan selera rendah" sangat kental dengan penilaian.
Kosakata 'kemahatololan' amat keras menilai bawa film Indonesia semacam yang
Ikal dan teman-teman tonton sangat jelek. Kosakata'jajahan'menunjukkan bahwa
para produser film tak memperhatikan mutu dan moralitas dalam film; mereka
terkungkung dengan nafsu semata. Kosakata 'selera rendah' mengarah pada
moralitas yang tidak diperhatikan pihak pembuat film. Kutipan dari halaman 101
adalah penilain narator dewasa yang telah sadar kesalahannya dan tiga temannya.
Karena itu, saya menempatkan kesadaran ini pada bagian akhir alur, yaitu dalam
transcendensi dalam batas yang diterima, karena saat tokoh telah dewasa, ia
menerima aturan institusi sekolah dengan menyadari bahwa aturan penguasa
sekolah tidaklah salah.

Perlawanan Remaja terhadap lnstitusi Pemerintah


. Insititusi lain yang mereka lawan adalah politik pemerintah. Seperti
disampaikan Trites, biasanya pemberontakan semacam ini dalam sastra remaja
tidak langsung menyerang pemerintah, efek kebijakanlah yang sering diprotes
para tokoh remaja dalam karya sastra. Efek kebijakan politik pemerintah dalan.r

Irzl
Perlawanan Remajo Terhadap Kekuatafl tnstitusionat Daram
Nove! sang peminpi

novel ini adalah kemiskinan. Bita kita baca Laskar Pelangi,kita


akan mendapatkan
penyebab kemiskinan rakyat Belitong. Penarnbangan
timah di Belitong adalah anak
emas pemerintah Indonesia, tapi hanya pengelola
tinggi penambangan inilah yang
dimanjakan. Rakyat di ruar mereka, yang sebagiunibena*ya
adalah buruh di
sana, mengalami kemiskinan, kondisi yang sangat
timpang dibandingkan dengan
pejabat-pejabat PN Timah di Belitong. Ketidakadilu,
init"tah diungkaijehsaal-am
Laskar Pelangi,novel sang pemimpi rebih mengungkapkan
perrawurr* tig, remaja
Belitong terhadap efek politik pemerintah ini, yakni t emistinan.
Jalan r.".rriOrp""
mereka, seperti pendapat Trites, dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi *u.yr.ukut
mereka yang merupakan efek dari kebijakan politik pemerintah
Indonesia.
Tema kemiskinan dan perlawanan tiga remaja tokoh utama terhadap hal
tersebut tersebar di beberapa mozaik, yaitu Mozaik4,
12, 16, 17, dan 1g. Selain
saya mendapatkan teori Trites berlaku di sini, saya juga
menemukan model teori
Butler mengenai kuasa atas masyarakat, terutama remaja,
yaitu bahwa kuasa
tersebut dapat menghasilkan empowerment dan repression- perlu
dicatat bahwa alur
cerita tentang perlawanan terhadap politik, menurut Trites,
tidak harus mengikuti
alur cerita tentang perlawanan terhadap sekolah.
Kisah pertama tentang kemiskinan dan respon tokoh-tokoh
utama terhadap hal
itu adalah kisah tentang Nurmi dalam mozaik 4. Nurmi, tetangga
Ikal dan teman_
teman, mempunyai biola kesayangan. Namun, keluarganya
miskin, sehingga ibunya
bermaksud menjual biola Nurmi untuk membeli beras.
Nurmi dengan *u.rgut ,ral
inenyerahkan biolanya, tapi ibu Ikal yang ditawari
biola sebagi pengganti beras
menolak, dan memberikan beras pada mereka dengan gratis.
Arai tersentuh, ia pun
memaksa Ikal memecah celengannya dan uangnya dibelikan
bahan-bahan kue untuir^
diberikan pada ibunya Nurmi. Dengan modal celengan rnereka
berdua, ibu Nurmi
mempunyai modal untuk berusaha. Arai dan Ikal bereaksi
atas represi kemiskinan
yang dialami tetangganya. Mereka tidak sekedar sedih
dan tertekan, tapi mereka
melakukan suatu tindakan, yang akhirnya dapat membebaskan
tetangga mereka dari
kemiskinan, setidaknya untuk saat itu._
Peristiwa kedua terdapat pada mozaik rz "sungai Lenggang,,. sangat
menarik mengamati respon tokoh utama daram melawan ,ep.esi
yang dialaminya.
Kemiskinan membuat tokoh Ikal terpuruk dalam keputus-asaan. perkembangan
pemikirannya yang menuju dewasa membuatnyu ,*Ju,
akan sistem sosial yang
bekerja di sekelilingnya dan yang menekan dirinya. Merasa
tertekan, ia membiarkan
dirinya tenggelam dalam pemikiran pesimis, tapi lantas tersadar
karena represi lain
untuk selanjutnya bangkit melawan kemiskinan-sebagai efek politik
pemerintah.
Saya berikan kutipan mengenai pesimisnya tokoh Ikal:
Berada dalam pergaulan remaja Melayu yang seharian
membanting tulang, mendengar
pandangan mereka tentang masa depan, dan
melihat bagimana mereka satu per satu
berakhir, lambat laun memengaruhiku untuk menilai situasiku
secara realistis. Namun,
tak pernah kusadari sikap realistis sesungguhnya mengandung
bahaya sebab ia memiliki
huhrngan linear'derlganfrpraqaarlic€simii Realistis-tak lainaaahh
pedal rem yang sering

I ?.e' t
TIf{UfiTffHIRT Vulunre l, Nornor4, April 2010 hai 3l-5-4 l9

menghambat harapan orang.


Qa07: l44l

Pemikiran pesimis membuat Ikal malas belajar dan akibatnya, saat


pembagian rapor, rangkingnya merosot dari angka 2ke75. Pak Mustar marah besar,
dan di kesempatan lain Arai pun marah. Represi dari mereka berdua membuat Ikal
sadar dan bangkit lagi. Kedua orang itu berpendapat sama, bahwa cita-cita, atau
mimpi seperti istilah lkal, adalah pegangan untuk maju:
lPak Mustarl: "[ ] Pahamkah engkau, berhenti bercita-cita adalah tragedi tersebar dalam
kehidupan manusia!!"
lArail:
?pa yang terjadi dengamu lkal?? Mengapa jadi begini sekolahmu? Ke mana semangat
itu?? mimpi-mimpi it??!!"
Arai geram sekali. la tak habis mengerti padaku.
"Biar kau tahu, Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-
mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu!|"
Aku tersentak dan terpaku memandangi ayahku sampai jauh, bentakan-bentakan Arai
berdesingan dalam telingaku, membakar hatiku^
"Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati ... ."
Aku merasa beku, serasa disiram seember air es.
"Mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi
di sini Kal, di sekolah ini. kita tak akan pernah mendahului nasib kita!!"
(2007: 1 53)

Dengan lecutan kata-kata pedas dari Arai, optimisme lkal kembali muncul. Ia
danArai pergi ke Jakarta setelah lulus. Mereka terdampar di Bogor, bekerja serabutan
hingga Ikal diterima menjadi pegawai pos dan kuliah di Universitas Indonesia. Arai
mencari kerja ke Kalimantan dan mampu bersekolah di Universitas Mulawarman,
Samarinda. Mereka berdua bertemu di tes wawancara untuk mendapatkan beasiswa
dari Uni Eropa. Keduanya masih punya semangat yang sa.ma: kuliah di Sorbonne,
Paris. Arai datang dari Kalimantan dan ia yakin akan bertemu Ikal di situ.
Inilah perlawanan dua remaja terhadap kemiskinan yang mereka alami saat
kecil hingga remaja. Mereka mempunyai kuasa dan dengan kuasa itu, mereka
memilih untuk bertindak, tidak larut dalam sikap pesimis. Kebijakan pemerintah
yang tak adil ternyata memengaruhi nasib mereka. Mereka tak pernah berhenti
bercita-cita. Mereka tak ingin terus-menerus tertekan dalam kemiskinan. Sesuai
dengan teori Butler, kemiskinan ini tidak hanya menekan mereka tapi sekaligus
mendorong mereka melakukan tindakan apapun yang mungkin untuk menuju cita-
cita. Ikal juga menyerap filsafat seorang pedagang Cina di kampungnya untuk
mgraih kemungkinan apa saja yang lewat di depan mata. Beasiswa ke luar negeri
adalah satu kemungkinan baik. Walau riwayat kerjanya adalah sebagai buruh ikan,
pekerja pabrik tali, tukang fotokopi, dan tukang sortir surat, ia tak menyia-nyiakan
kecerdasan otaknya. Ketiadaan uang membuatnya bekerja rendahan, tapi otaknya
tetap bekerja' hingga level sarj ana.

| "soe
Perlowonan Remajo Terhadop Kekuatan lnstitusional Dalam Novel Sang Pemimpi

4. SIMPULAN
Dari analisis di atas, saya sampai pada simpulan bahwa teori kuasa dan represi
yang disusun oleh Roberta Seelinger Trites berlaku dalam novel Sarzg Pemimpi
karya Andrea Hirata. Si pengarang memunculkan konsep kuasa dan represi ini
melalui peristiwa dalam alur dan sudut pandang para tokohnya.
Dua tokoh remaja (karena Jimbron tidak ikut ke Jakarta) menghadapi kekuatan
dua institusi sosial dan melawannya. Mereka ditekan dan sekaligus melawan
dua kekuatan yaitu institusi sekolah dan politik pemerintah. Tekanan institusi
sosial membuat mereka mempunyai kuasa Qtower) untuk menerima keberadaan
institusi-institusi tersebut dan bertindak membebaskan diri dari represinya. Dalam
menghadapi intitusi sekolah, mereka menerima aturan disiplin sekolah itu dan
menyadari manfaatnya, sedangkan terhadap insitusi politik, mereka sebenarnya
menerima juga tapi dengan perlahan melawan kekuatannya dengan kuasa mereka.
Nasib miskin yang memeluk mereka dan masyarakat Belitong tidak membuat
mereka terus tertekan dan tenggelam dalam kemiskinan. Mereka bercita-cita tinggi
dan mencari jalan untuk meraihnya. Kuasa dari luar ternyata membuat mereka
tertekan sekaligus terdorong untuk bertindak.

tmsl
Beberapa Prosedur Penerjemahan Dalam Perspektif Seorang Peter
Newmark
(Several Translation Procedures in a Peter Newmark's Perspective
Erlina, M. Hum.

Interface Morfologi Dengan Sintaksis Dalam Konstruksi Aktif-Pasif


Bahasa Indonesia
(The Interface Of Morpholog,, tlith Syntat In Indonesian Active-Passive
Construction)
Agus Nero Sofyan

Perkawinan Perempuan Etnis Madura Pandalungan di Jember Kajian


Etnosains
. Hat Pujiati

Perlawanan Remaja krhadap Kekuatan Institusional Dalam Novel Sang


Pemlmpi Karya Andrea Hirata
Ida Farida Sachmadi

PrianganAbad Ke-19
Tinjauan Sejarah dan Demografi
Mumuh Muhsin Zakaria

Saman:
Is It A Gratuitous Pornography?
Lusia Neti Harwati

Verba Performatif Bahasa Inggris


(Performative Verb Of English
Rosaria Mita Amalia

Verba Berpreposisi Dalam Bahasa Arab:


Analisis Struktur Dan Malom
Dr. Tajudin Nur, M. Hum.

Menggali Nalar Masyarakat Jerman Dalam Tiga Domgeng Karya Grimm


Bersaudara
Sebuah Eksperimen Analisis Strukturalisme Ldvi-Strauss
Dudy Syafruddin

Anda mungkin juga menyukai