NO ASSESSMENT KETERANGAN
1. Nama Tri Lestari
2. TTL Semarang, 18 maret 1966
2. Umur 51 tahun
Jl. Dewi Sartika Barat 1 RT 007 RW 003 Sukorejo,
3. Alamat
Gunung Pati, Semarang
4. No. Telp/HP 085740310554
5. Gender perempuan
6. Berat Badan -
7. Tinggi Badan -
14
Kondisi Lingkungan Datar
Tempat Tinggal
9.
Kondisi Lingkungan Datar
Tempat kerja
Alasan penggunaan Conginetal (malformasi)
10.
prosthesis
Tempat dan tahun -
11.
amputasi
Riwayat Penyakit -
a. Sebelum
12.
-
b. Sekarang
Tidak Ada
13. Alergi
15
b. Kondisi distal end
1). Mengecek bagian distal end
Apakah full end bearing atau tidak dengan cara tekan dengan kuat pada distal
end dan lihat apakah pasien merasakan sakit. Tanyakan ke pasien apakah
penumpuan sudah berada pada distal end of stump. Dapatkah distal end menumpu
atau ischial weigh bearing dibutuhkan.
Hasil assessment pada bagian tersebut adalah stump mampu full end bearing
dan tidak ada scars. Terdapat foot kecil akibat congenital malformasi yang mampu
digunakan sebagai tumpuan.
ROM MMT
HIP JOINT
L R L R
Flexion (120) 120 125 4 4
Extension (30) 25 30 4 4
Abduction (45) 35 35 4 4
Adduction (30) 25 25 4 4
Internal rot (35)
External rot (45)
16
Hip Joint Kanan Kiri
Thomas test Negatif
c. Deformitas lain
Pasien tidak memiliki deformitas khusus.
d. Prescription
1) Design socket: end bearing socket
2) Suspension: silessian belt besuspesion
3) Shank: Eksoskeletal
4) Knee joint: Single axis with strenght
5) Foot: Solid Ankle Cushion Heel
Material:
a)Socket: GRP
b) Knee joint: alumunium
c) Foot: rubber
d) Silessian belt : leather
B. MEASUREMENT
1. Definisi Measurement
Measurement adalah proses pengambilan ukuran pada sound side dan prosthetic side
yang dilakukan dengan tujuan agar tinggi prosthesis sesuai dengan tinggi tungkai normal.
17
Measurement harus dilakukan secara akurat, sebab measurmement yang akurat juga akan
membantu dalam proses bench alignment (CSPO, 1998).
Untuk menghindari multitafsir antar disiplin ilmu, maka metode measurement yang
digunakan harus terstandarisasi. Menurut (Ross, 1972) terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan terkait proses pendandaan dan pemposisian tungkai ketika melakukan
measurement (1) penandaan dilakukan pada bagian yang mudah dipalpasi, (2) penandaan
dilakukan pada jaringan tulang jika memungkinkan, (3) penandaan harus sesuai anatomis
terutama pada bagian-bagian tertentu, (4) penandaan berada di proksimal, distal atau tepat
pada sendi yang masih utuh, (5) ekstremitas harus diposisikan dalam posisi tertentu untuk
menghindari pengaburan ukuran yang sebenarnya, (6) measurement proksimal ke distal harus
dilakukan dalam posisi tegak lurus.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa metode measurement terstandarisasi yang
digunakan Ortotis Prostetis di Indonesia. Pada kegiatan praktik klinik ini, penulis
menggunakan metode measurement berdasarkan Modul Transfemoral Prostesis Jurusan
Ortotik Prostetik Politeknik Kesehatan Surakarta tahun 2013.
2. Measurement Sound Side
Alat dan bahan yang digunakan pada proses measurement sound side knee
disarticulation prosthesis adalah (1) blanko measurement, (2) alat tulis, (3) midline, (4)
caliper, (5) penggaris dan (5) kursi untuk pasien.
Proses measurement sound side dilakukan dalam dua posisi, yaitu posisi berdiri dan
posisi duduk. Ketika dalam posisi berdiri, area yang perlu ditandai adalah (1) panjang sound
leg dari ischial tuberosity sampai ke lantai. Sedangkan ketika posisi duduk, beberapa area
yang perlu ditandai yaitu (1) panjang tungkai bawah (medial tibial plateu sampai ke lantai
dengan posisi pasien duduk 90°), (2) lingkar medial tibial plateu, (3) lingkar tungkai terbesar,
(4) lingkar tungkai terkecil, (5) jarak antara tungkai terbesar dengan lantai, (6) jarak antara
tungkai terkecil dengan lantai, (7) panjang foot, (8) lingkar pinggang pasien.
3. Measurement Prosthetic Side
Alat dan bahan yang digunakan pada proses measurement prosthetic side sedikit berbeda
dengan alat dan bahan pada proses measurement sound side, yaitu (1) blanko measurement,
(2) alat tulis, (3) midline, (4) caliper, (5) penggaris (6) goniometer dan (7) kursi untuk pasien.
Sedangkan, area-area yang perlu ditandai pada proses measurement prosthetic side
adalah (1)Panjang stump (dari trochantor mayor sampai ujung stump), (2)panjang stump dari
perineum area sampai ujung stump, (3)lingkar pertama pada level perineum, (4)jarak antar
18
interval, (5)lingkar setiap interval, (6)diameter setiap interval, (7) jarak dari end of stum ke
floor .
2. Hasil Measurement Prosthetic Side dan sound side
Hasil measurement prosthetic side atas nama pasien Tri lestari (51 tahun) adalah sebagai
berikut:
19
66
66
2.4 Hasil Measurement Prosthetic side 2.5 Hasil Measurement Sound Side
D. Fabrication
1. Definisi Fabrikasi
Fabrikasi dalam lingkup ortotik prostetik adalah suatu rangkaian proses untuk
mendapatkan hasil produk jadi berupa prosthesis dimana melalui tahapan proses filling,
rektifikasi, laminasi, asembling dan bench alligment (Modul Transfemoral Prosthesis, 2013)
2. Filling negatif cast
a. Alat dan Bahan :
1) Ember
2) Mangkuk
3) Tangkai besi
4) Penjepit tangkai besi
5) Sabun
6) Air
7) Powder gips
b. Langkah – Langkah :
1) Sebelum melakukan proses filling, negatif cast harus ditandai ulang agar tidak
hilang dan terjiplak jelas penadaan dipostif gips
2) Membuat takaran air untuk filling sesuai dengan volume negatif cast . Dengan cara
mengisi penuh negatif cast dengan air lalu tuang dalam ember
3) Campurkan air dan sabun, kemudian masukkan kedalam negatif cast sampai
permukaan dalamnya rata dengan air sabun.
4) Tempatkan negatif cast dipermukaan yang stabil
5) Membuat adonan powder gips dengan air hasil takaran volume negatif socket
6) Tempatkan tangkai yang sudah diberi penjepi di negatif cast pada posisi alignment.
7) Tuangkan adonan powder gips ke dalam negatif cast.
8) Tunggu adonan powder gips mengeras.
9) Setelah mengeras kemudian negatif cast dapat dibuka
3. Rektifikasi positif cast
Rektifikasi adalah proses pengurangan dan penambahan pada area tertentu di positif gips
agar saat pembuatan soket dapat fit dengan stump. Socket harus memuat area dari stump
21
yang bertoleransi terhadap tekanan, dan tidak mengurangi daerah-daerah yang sensitif
terhadap tekanan.
1) Alat :
a) Pensil air
b) Mid line
c) Caliper
d) Surform
e) Kawat kasa
f) Palu
g) Mangkuk
h) Spatula
i) Blanko assessment
j) Cutter
2) Bahan :
a) Air
b) Gips powder
3) Tahap – tahap :
a) Buka negatif cast dengan menggunakan cutter.
b) Kemudian tandai ulang dengan menggunakan pensil air.
c) Lakukan pengukuran kembali dengan menggunakan mid line.
d) Penguran positif cast
Lakukan pengurangan pada area yang boleh menerima penekanan dengan
menggunakan sarforms sampai ukurannya sesuai blanko. Bagian yang
dikurangin antara lain:
(1) Pengurangan yang dilakukan dengan mengurangi secara memutar
mengikuti bentuk stump pasien dan menyesuaikan dengan ukuran saat
assessment.
e) Penambahan positif cast
(1). Penambahan dilakukan untuk membentuk bagian trimline landau
(2). Penambahan pada bagian distal end of stump supaya bentuk nya baik
.
22
4. Lamination positif cast
a. Pembuatan Hard Socket
23
(2) Panjang pola agak lebih panjang dari titik lingkar terbesar stump
sampai titik lingkar terkecil stump.
(3) Pola bagian samping kanan dan kiri masing-masing diukur kedalam
pola sekitar 1,5 cm digunakan untuk menyatukan pola sehingga
membentuk bangun ruang.
(4) Potong plastic sesuai pola yang telah digambar.
(5) Setrika pola plastic yang telah di potong untuk merekatkan kedua
bagian.
(6) Setrika hanya pada bagian potongan kedua bagian (perekatan) sampai
warna tersebut putih.
3) Proses laminasi
(a) Menyiapkan alat dan bahan
(b) Letakkan positif gips pada ragum
(c) Memberi aseton pada plastic agar plastic lentur.
(d) Memasang lapisan plastik pertama ke positive cast. Ini dilakukan agar nanti
permukaan dalam soket rata/halus.
(e) Memasang stokinet pada positif gips. Lapisan pertama ini 2 kain.
(f) Memberi lapisan serat fiber secara menyeluruh dan rata pada positif gips.
Kemudian mengikat serat fiber dengan menggunakan benang.
(g) Memasang lapisan terakhir kain sebanyak satu lapis
(h) Terakhir memasang plastik pvc pada lapian terakhir
(i) Nyalakan mesin vacum dan cek semua bagian positif gips, apakah semua
bagian sudah fix sesuai bentuknya
(j) Mempersiapkan resin dan kemudian mencampur resin dengan katalis dan
pigmen pada suatu wadah.
(k) Taburkan powder pada positif gips
(l) Menuangkan campuran resin tersebut ke positip gips yang sudah siap tadi
(m) Bila resin sudah masuk semua kemudian ratakan resin ke seluruh bagian
positif gips dengan menggunakan kain.
(n) Pastikan semua bagian terkena resin secara merata dan meresap sampai
lapisan dalam.
(o) Setelah mengeras buka hasil laminasi dan lepas socket dari positif gip
24
b. Pembuatan ankle blok
1) Potong kayu setinggi baut yang digunakan untuk konektor foot dan shank
2) Sesuaikan bentuk kayu dengan bentuk atas foot
3) Usahakan bisa masuk ke bodi betis
4) Bor bagian tengah ankle blok
5) Pasangkan ankle blok dengan bodi betis dengan menggunakan sekrup
1) Siapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan sama dengan saat pembuatan
hard socket
2) Pasangkan bodi betis dengan bahan dasar dari allumunium pada ragum
3) Tutup semua lubang yang ada dengan selotip
4) Pasangkan stockinet pada bodi betis
5) Setelah itu lansung pasangkan plastic pvc ke bodi betis
6) Siapkan campuran antara resin, pigmen, dan katalis
7) Tuangkan ke bodi betis dan pastikan rata dan tidak ada yang menggumpal.
8) Buka Hasil moulding dengan gerinda tangan
9) Lubangi dengan bor bagian yg ditutup selotip
25
13) Setelah mengeras buka hasil laminasi lalu Melakukan pemotongan
trimline.Anterior trimline mengikuti kontur dan disesuaikan agar tidak
menekan SIAS dan tidak mengganggu pada saat duduk. Anterior trimline
semakin tinggi akan semakin bagus. Lateral trimline mengikuti postur
melewati atas trochantor mayor 5-7 cm. Posterior trimline dibuat flat pada
bagian atas untuk pembentukan ischial seat.Medial trimline dibuat flare dan
diberi ruang untuk adductor longus tendon. Bagian medial trimline tingginya
harus sama dengan posterior trimline dan bagian anterior trimline tingginya
harus sama dengan lateral trimline
14) Lepaskan socket dari positif gip
15) Lubangi bagian yang diselotip dengan bor.
Sabuk prostesis atas lutut disini berfungsi sebagai penggantung prostesis atau suspensi
agar prostesis tetap stabil berada pada stump. Sabuk prostesis atas lutut dapat dibuat dari kulit
sapi / kulit java box yang dilapisi dengan kulit kambing pada bagian dalamnya. Sabuk ini
mempunyai dua bagian yaitu bagian sabuk panjang yang nantinya dipasang pada sisi lateral
dan dilengkapi dengan stabilisator strap serta sabuk pendek yang nantinya dipasang pada
bagian medial.
Alat dan bahan yang diperlukan adalah (1) gunting, (2) mesin jahit, (3) cutter,
1) potong kulit sapi untuk bagian sabuk yang panjang dengan lebar 4cm,
panjang 100 cm dan bagian sabuk yang pendek dengan lebar 4cm dan
panjang 48cm
3) kemudian potong kulit untuk gesper dengan bahan Ocsar dengan panjang
11cm dan lebar 4cm, berbentuk bulat sesuai pola dan gesper kecil
26
E. Assembling
1) Definisi Assembling
Assembling adalah proses perakitan dimana kita menyatukan tiap-tiap komponen
yang tersedia. Proses assembling atau penggabungan komponen. Proses penggabungan
komponen ini dilakukan apabila seluruh komponen dari prostesis atas lutut tersebut telah jadi
dan siap untuk dirakit. Proses assembling ini dilakukan dari bagian bawah lalu keatas,
dimulai dari penggabungan komponen telapak kaki dengan SACH foot yang dihubungkan
dengan pemasangan tube. Kemudian pasang dengan knee Polysentric dengan soket.
2) Bench alignment
27
F. Fitting
1. Definisi Fitting
Fitting adalah pengepasan alat yang telah dibuat dengan kondisi stump pasien (Modul
Transfemoral Prostesis,2013)
2. Static Alignment
Procedure :
a. Lihat pasien berjalan dengan prostesis lama jika pasien memiliki. Hal ini akan
memberitahu OP jika ada yang salah dengan pola jalan pasien.
b. Review informasi pada lembar assessment.
c. Cek apakah prostesis cocok dengan prescription
d. Cek apakah bench alignment benar
e. Periksa stump pasien dengan hati – hati untuk melihat apakah ada perubahan sejak
kunjungan terakhir. Catat apakah ada luka, abrasi, oedema atau masalah lainnya.
f. Jika ada masalah ketika memasang prostesis, minta pasien untuk berdiri. Hal ini
dilakukan diantara walking rails sehingga pasien dapat berdiri stabil.
g. Ketika tinggi prostesis telah benar, lakukan assessment apakah socket sudah pas.
Periksa area weight bearing, suspensi, dan trim line. Lihat apakah ada celah pada
socket.
h. Jika socket fit sudah benar, cek alignment. Pastikan knee stabil. Pastikan foot rata
pada lantai. Cek knee rotation dan toe out. Pastikan OP dapat melihat pasien secara
keseluruhan dari depan, belakang dan dari samping. Jangan hanya melihat melihat
dari bagian yang berbeda dari prostesis.
i. Pastikan pasien nyaman dengan prostesis. Ketika semua sudah memuaskan, pasien
dapat mulai berjalan dan dynamic alignment dapat dimulai.
28
3. Dynamic Alignment
Dilakukan setelah static fitting dan hanya dapat dilihat ketika pasien berjalan
menggunakan prosthProcedure :
a. Minta pasien untuk berjalan menggunakan prostesis dengan pandangan kedepan
dan badan tegap
b. Amati dari pandangan anterior,posterior dan lateral apakah ada gait deviation yang
muncul?
c. Tanyakan adakah rasa tidak nyaman ketika menggunakan prosthesis saat berjalan
d. Catat apabila terdapat gait deviation
e. Cek kondisi stump setelah berjalan menggunakan prosthesis
4. Evaluasi Fitting
Berdasarkan hasil fitting yang dilakukan didapatkan:
a. Static Fitting
1) Static fitting pertama:
a)Masalah :Pasien merasa sakit pada bagian medial karena trimline terlalu tinggi
b)Solusi : Memotong trimline di bagian medial yang dirasa sakit oleh pasien
29
G. Finishing
1. Definisi finishing:
Pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan dalam rangka menutupi, melapisi, dan
memperindah sebuah kontruksi alat.
a.Alat:
1) Lem
2) Cutter
3) Gunting
b. Bahan:
1) Kulit sintetis
c. Proses finishing antara lain:
1) Menambahkan spon dibagian sambungan foot dan socket
2) Menutupi tambahan tersebut dengan kulit sintetis
3) Melapisi proximal trimeline dan bagian dalam socket dengan menggunakan kulit
sintetis
2. Edukasi Pasien
a. Memberikan arahan tentang cara pemakaian dan melepaskan prosthesis
b. Memberikan arahan tentang cara perawatan prosthesis
c. Memberikan arahan agar pasiein berani dan percaya diri saat menggunakan
prosthesis
d. Memberikan arahan untuk mengamati perubahan setelah memakai prosthesis selama
1 bulan
e. Memberikan arahan apabila ada kerusakan untuk segera diperbaiki keahli agar
segera ditangani
f. Memberikan support mental kepada pasien dan keluarga
30