Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PENATALAKSANAAN ORTOTIK PROSTETIK


A. ASSESSMENT
1. Definisi Assessment
Assessment adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk
mengetahui status kesehatan pasien dan masalah kesehatan terkini atau masalah kesehatan
lain yang mungkin terjadi. Data assessment berasal dari riwayat kesehatan dan assessment
fisik pasien (Brunner dan Sudarth, 2013). Dalam proses assessment, pemantauan secara
berkala sangat penting dilaksanakan untuk mengetahui perubahan kebutuhan pasien dan
efektivitas penatalaksanaan ortotik prostetik.
2. Subjective Assessment
Subjective assesment atau anamnesis adalah pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
antara tenaga medis dengan pasien, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) auto
anamnesis, tanya jawab langsung terhadap pasien, (2) hetero anamnesis, tanya jawab
terhadap orang lain yang dianggap mengerti tentang kondisi pasien (Rasjad, 1998). Subjective
assessment kali ini dilakukan dengan metode auto anamnesis.

NO ASSESSMENT KETERANGAN
1. Nama Tri Lestari
2. TTL Semarang, 18 maret 1966
2. Umur 51 tahun
Jl. Dewi Sartika Barat 1 RT 007 RW 003 Sukorejo,
3. Alamat
Gunung Pati, Semarang
4. No. Telp/HP 085740310554
5. Gender perempuan
6. Berat Badan -
7. Tinggi Badan -

8. Pekerjaan Karyawan swasta

14
Kondisi Lingkungan Datar
Tempat Tinggal
9.
Kondisi Lingkungan Datar
Tempat kerja
Alasan penggunaan Conginetal (malformasi)
10.
prosthesis
Tempat dan tahun -
11.
amputasi

Riwayat Penyakit -
a. Sebelum
12.
-
b. Sekarang

Tidak Ada
13. Alergi

Prosthesis yang ringan, nyaman, tahan lama


14. Keinginan px

2.1 Hasil Assessment Subjective


a. Kondisi Prosthesis sebelumnya
Pasien telah berganti prosthesis sebanyak 1 kali. Prosthesis pertama adalah
Transfemoral prosthesis quadrilateral socket eksoskeletal dengan Sach food with
silessian belt. Pasien merasa kurang nyaman karena Socket terbuat dari bahan
alumunium kemudian difinishing dengan dilapisi kulit sintetis. Pada bagien knee joint
sudah mulai ada kerusakan, Prosthesis pernah mengalami kerusakan tapi sudah
dilakukan reparasi. Prosthesis ini dibuat di Solo.
3. Objective Assessment
Objective assessment adalah proses pengumpulan data dengan cara menemukan tanda
klinis dari sebuah patologis yang dialami pasien (Southorn, 2010). Dalam pelaksanaannya,
dapat dilakukan beberapa tes khusus untuk menentukan kondisi pasien.
a. Kondisi umum stump (dengan inspeksi dan palpasi)
Pada bagian distal terdapat foot yang tidak sempurna akibat conginetal bentuknya
sangat menonjol. Saat daerah tersebut dipalpasi, tidak ada rasa nyeri maupun rasa
tidak nyaman dibagian tersebut.Tidak ada luka ataupun discolour. Proprioception
pasien masih sangat bagus.

15
b. Kondisi distal end
1). Mengecek bagian distal end
Apakah full end bearing atau tidak dengan cara tekan dengan kuat pada distal
end dan lihat apakah pasien merasakan sakit. Tanyakan ke pasien apakah
penumpuan sudah berada pada distal end of stump. Dapatkah distal end menumpu
atau ischial weigh bearing dibutuhkan.
Hasil assessment pada bagian tersebut adalah stump mampu full end bearing
dan tidak ada scars. Terdapat foot kecil akibat congenital malformasi yang mampu
digunakan sebagai tumpuan.

ROM MMT
HIP JOINT
L R L R
Flexion (120) 120 125 4 4
Extension (30) 25 30 4 4
Abduction (45) 35 35 4 4
Adduction (30) 25 25 4 4
Internal rot (35)
External rot (45)

2.2 Hasil Assessment Objektive Hip Joint

KNEE JOINT ROM MMT


L R L R
Flexion (130) 120 - 5 -
Extension (0-10) 5 - 5 -

2.3 Hasil Assessment Objektive Knee Joint

16
Hip Joint Kanan Kiri
Thomas test Negatif

2.4 Hasil Assessment Kontraktur Hip joint

Knee Joint Kanan Kiri


MCL test - Negative
LCL test - Negative
ACL test - Negative
PCL test - Negative

2.5 Hasil Assessment Stabilitas knee Joint

c. Deformitas lain
Pasien tidak memiliki deformitas khusus.
d. Prescription
1) Design socket: end bearing socket
2) Suspension: silessian belt besuspesion
3) Shank: Eksoskeletal
4) Knee joint: Single axis with strenght
5) Foot: Solid Ankle Cushion Heel
Material:
a)Socket: GRP
b) Knee joint: alumunium
c) Foot: rubber
d) Silessian belt : leather

B. MEASUREMENT

1. Definisi Measurement
Measurement adalah proses pengambilan ukuran pada sound side dan prosthetic side
yang dilakukan dengan tujuan agar tinggi prosthesis sesuai dengan tinggi tungkai normal.

17
Measurement harus dilakukan secara akurat, sebab measurmement yang akurat juga akan
membantu dalam proses bench alignment (CSPO, 1998).
Untuk menghindari multitafsir antar disiplin ilmu, maka metode measurement yang
digunakan harus terstandarisasi. Menurut (Ross, 1972) terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan terkait proses pendandaan dan pemposisian tungkai ketika melakukan
measurement (1) penandaan dilakukan pada bagian yang mudah dipalpasi, (2) penandaan
dilakukan pada jaringan tulang jika memungkinkan, (3) penandaan harus sesuai anatomis
terutama pada bagian-bagian tertentu, (4) penandaan berada di proksimal, distal atau tepat
pada sendi yang masih utuh, (5) ekstremitas harus diposisikan dalam posisi tertentu untuk
menghindari pengaburan ukuran yang sebenarnya, (6) measurement proksimal ke distal harus
dilakukan dalam posisi tegak lurus.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa metode measurement terstandarisasi yang
digunakan Ortotis Prostetis di Indonesia. Pada kegiatan praktik klinik ini, penulis
menggunakan metode measurement berdasarkan Modul Transfemoral Prostesis Jurusan
Ortotik Prostetik Politeknik Kesehatan Surakarta tahun 2013.
2. Measurement Sound Side
Alat dan bahan yang digunakan pada proses measurement sound side knee
disarticulation prosthesis adalah (1) blanko measurement, (2) alat tulis, (3) midline, (4)
caliper, (5) penggaris dan (5) kursi untuk pasien.
Proses measurement sound side dilakukan dalam dua posisi, yaitu posisi berdiri dan
posisi duduk. Ketika dalam posisi berdiri, area yang perlu ditandai adalah (1) panjang sound
leg dari ischial tuberosity sampai ke lantai. Sedangkan ketika posisi duduk, beberapa area
yang perlu ditandai yaitu (1) panjang tungkai bawah (medial tibial plateu sampai ke lantai
dengan posisi pasien duduk 90°), (2) lingkar medial tibial plateu, (3) lingkar tungkai terbesar,
(4) lingkar tungkai terkecil, (5) jarak antara tungkai terbesar dengan lantai, (6) jarak antara
tungkai terkecil dengan lantai, (7) panjang foot, (8) lingkar pinggang pasien.
3. Measurement Prosthetic Side
Alat dan bahan yang digunakan pada proses measurement prosthetic side sedikit berbeda
dengan alat dan bahan pada proses measurement sound side, yaitu (1) blanko measurement,
(2) alat tulis, (3) midline, (4) caliper, (5) penggaris (6) goniometer dan (7) kursi untuk pasien.
Sedangkan, area-area yang perlu ditandai pada proses measurement prosthetic side
adalah (1)Panjang stump (dari trochantor mayor sampai ujung stump), (2)panjang stump dari
perineum area sampai ujung stump, (3)lingkar pertama pada level perineum, (4)jarak antar

18
interval, (5)lingkar setiap interval, (6)diameter setiap interval, (7) jarak dari end of stum ke
floor .
2. Hasil Measurement Prosthetic Side dan sound side

Hasil measurement prosthetic side atas nama pasien Tri lestari (51 tahun) adalah sebagai
berikut:

2.3 Hasil Measurement Prosthetic Side

19

66

66

2.4 Hasil Measurement Prosthetic side 2.5 Hasil Measurement Sound Side

2.6 Hasil Measurement Prosthetic side 19


C. Casting
1. Definisi Casting
Casting adalah proses pengambilan negatif cast yang selanjutnya digunakan untuk
memproduksi socket yang menggambarkan bentuk dan biomekanikal stump (Modul
Transfemoral Prosthesis, 2013).
2. Teknik Casting
a. Peralatan yang dibutuhkan:
Alat yang digunakan dalam proses casting transfemoral prosthesis adalah (1)
gunting, (2) pensil air, (3) ember, (4) midline, (5) gunting gips, (6) penggaris, (7)
plumb line, (8) blangko ukur dan (9) kursi casting. Bahan yang diperlukan adalah (1)
plaster gips, (2) tali rafia (3) air dan (4)plastic wrap
b. Langkah – langkah casting:
1) Lakukan pemeriksaan terhadap pasien, dan catatlah datanya.
2) Lakukan pengukuran terhadap pasien, dan catatlah datanya.
3) Atur lah ketinggian casting stand sesuai yang dibutuhkan. Dengan cara pasien berdiri,
seimbang kan level pelvis jika casting dilakukan dengan weight bearing.
4) Pasangkan stockinet (sedikit basah) pada stump dan lubangi ujungnya untuk ditali
dengan rafia.
5) Meminta pasien untuk memposisikan diri di dekat kursi casting
6) Memastikan pelvis sejajar
7) Melakukan latihan posisi casting tangan
8) Masukkan Pop gips ke dalam ember yg berisi air , tunggu sampai gelembung yang
muncul habis
9) Balutkan Pop ke stum pasien dari atas ke bawah sebanyak 3 lapis
10) Setelah setengah kering minta pasien menumpu kan berat badan secara maksimal ke
end of stump.
11) Posisikan tangan untuk menekan ischial tuberosity dan tangan satunya untuk
mensupport sisi lateral
12) Tuggu sampai sedikit mengeras
13) Lepaskan dari stum pasien

c. Evaluasi negatif cast


Hasil dari casting didapatkan negatif cast yang telah sesuai dengan stump serta
tumpuan sudah berada dibagian distal end. Kemudian hasil tersebut dirapikan pada bagian
20
proximal dengan digunting agar mempermudah saat proses filling. Tutup bekas bukaan
negatif cast stump dan negatif cast tungkai bawah dengan stockinet yang diberi gips cair,
agar negatif cast cast bisa di filling.

D. Fabrication
1. Definisi Fabrikasi
Fabrikasi dalam lingkup ortotik prostetik adalah suatu rangkaian proses untuk
mendapatkan hasil produk jadi berupa prosthesis dimana melalui tahapan proses filling,
rektifikasi, laminasi, asembling dan bench alligment (Modul Transfemoral Prosthesis, 2013)
2. Filling negatif cast
a. Alat dan Bahan :
1) Ember
2) Mangkuk
3) Tangkai besi
4) Penjepit tangkai besi
5) Sabun
6) Air
7) Powder gips
b. Langkah – Langkah :
1) Sebelum melakukan proses filling, negatif cast harus ditandai ulang agar tidak
hilang dan terjiplak jelas penadaan dipostif gips
2) Membuat takaran air untuk filling sesuai dengan volume negatif cast . Dengan cara
mengisi penuh negatif cast dengan air lalu tuang dalam ember
3) Campurkan air dan sabun, kemudian masukkan kedalam negatif cast sampai
permukaan dalamnya rata dengan air sabun.
4) Tempatkan negatif cast dipermukaan yang stabil
5) Membuat adonan powder gips dengan air hasil takaran volume negatif socket
6) Tempatkan tangkai yang sudah diberi penjepi di negatif cast pada posisi alignment.
7) Tuangkan adonan powder gips ke dalam negatif cast.
8) Tunggu adonan powder gips mengeras.
9) Setelah mengeras kemudian negatif cast dapat dibuka
3. Rektifikasi positif cast
Rektifikasi adalah proses pengurangan dan penambahan pada area tertentu di positif gips
agar saat pembuatan soket dapat fit dengan stump. Socket harus memuat area dari stump
21
yang bertoleransi terhadap tekanan, dan tidak mengurangi daerah-daerah yang sensitif
terhadap tekanan.
1) Alat :
a) Pensil air
b) Mid line
c) Caliper
d) Surform
e) Kawat kasa
f) Palu
g) Mangkuk
h) Spatula
i) Blanko assessment
j) Cutter
2) Bahan :
a) Air
b) Gips powder
3) Tahap – tahap :
a) Buka negatif cast dengan menggunakan cutter.
b) Kemudian tandai ulang dengan menggunakan pensil air.
c) Lakukan pengukuran kembali dengan menggunakan mid line.
d) Penguran positif cast
Lakukan pengurangan pada area yang boleh menerima penekanan dengan
menggunakan sarforms sampai ukurannya sesuai blanko. Bagian yang
dikurangin antara lain:
(1) Pengurangan yang dilakukan dengan mengurangi secara memutar
mengikuti bentuk stump pasien dan menyesuaikan dengan ukuran saat
assessment.
e) Penambahan positif cast
(1). Penambahan dilakukan untuk membentuk bagian trimline landau
(2). Penambahan pada bagian distal end of stump supaya bentuk nya baik

.
22
4. Lamination positif cast
a. Pembuatan Hard Socket

1) Alat dan Bahan:


(a) Alat
(1) corong
(2) Mesin vacum
(3) ragum
(4) Gelas ukur
(5) Gelas pencampur
(6) Isolasi
(7) Gunting
(8) Cutter
(b) Bahan
(1) Tiner
(2) Serat fiber
(3) Kain perca
(4) Benang
(5) Plastik pvc
(6) Bedak
(7) Resin
(8) Katalis
(9) pigmen

2) Pembuatan Potongan Plastik PVC


(a) Melihat pengukuran lingkar terbesar dan terkecil stump dan tungkai bawah,
serta panjang dari lingkar terbesar sampai lingkar terkecil pada blanko
tersebut
(b) Mengukur pola pada kertas Koran terlebih dahulu sesuai dengan ukuran
blanko assessment.
(c) Membuat pola pada plastic PVC :
(1) Lebar bagian atas sesuai ukuran lingkar terbesar stump dan lebar
bagian bawah sesuai ukuran lingkar terkecil stump

23
(2) Panjang pola agak lebih panjang dari titik lingkar terbesar stump
sampai titik lingkar terkecil stump.
(3) Pola bagian samping kanan dan kiri masing-masing diukur kedalam
pola sekitar 1,5 cm digunakan untuk menyatukan pola sehingga
membentuk bangun ruang.
(4) Potong plastic sesuai pola yang telah digambar.
(5) Setrika pola plastic yang telah di potong untuk merekatkan kedua
bagian.
(6) Setrika hanya pada bagian potongan kedua bagian (perekatan) sampai
warna tersebut putih.
3) Proses laminasi
(a) Menyiapkan alat dan bahan
(b) Letakkan positif gips pada ragum
(c) Memberi aseton pada plastic agar plastic lentur.
(d) Memasang lapisan plastik pertama ke positive cast. Ini dilakukan agar nanti
permukaan dalam soket rata/halus.
(e) Memasang stokinet pada positif gips. Lapisan pertama ini 2 kain.
(f) Memberi lapisan serat fiber secara menyeluruh dan rata pada positif gips.
Kemudian mengikat serat fiber dengan menggunakan benang.
(g) Memasang lapisan terakhir kain sebanyak satu lapis
(h) Terakhir memasang plastik pvc pada lapian terakhir
(i) Nyalakan mesin vacum dan cek semua bagian positif gips, apakah semua
bagian sudah fix sesuai bentuknya
(j) Mempersiapkan resin dan kemudian mencampur resin dengan katalis dan
pigmen pada suatu wadah.
(k) Taburkan powder pada positif gips
(l) Menuangkan campuran resin tersebut ke positip gips yang sudah siap tadi
(m) Bila resin sudah masuk semua kemudian ratakan resin ke seluruh bagian
positif gips dengan menggunakan kain.
(n) Pastikan semua bagian terkena resin secara merata dan meresap sampai
lapisan dalam.
(o) Setelah mengeras buka hasil laminasi dan lepas socket dari positif gip

24
b. Pembuatan ankle blok

1) Potong kayu setinggi baut yang digunakan untuk konektor foot dan shank
2) Sesuaikan bentuk kayu dengan bentuk atas foot
3) Usahakan bisa masuk ke bodi betis
4) Bor bagian tengah ankle blok
5) Pasangkan ankle blok dengan bodi betis dengan menggunakan sekrup

c .laminasi Bodi Betis

1) Siapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan sama dengan saat pembuatan
hard socket
2) Pasangkan bodi betis dengan bahan dasar dari allumunium pada ragum
3) Tutup semua lubang yang ada dengan selotip
4) Pasangkan stockinet pada bodi betis
5) Setelah itu lansung pasangkan plastic pvc ke bodi betis
6) Siapkan campuran antara resin, pigmen, dan katalis
7) Tuangkan ke bodi betis dan pastikan rata dan tidak ada yang menggumpal.
8) Buka Hasil moulding dengan gerinda tangan
9) Lubangi dengan bor bagian yg ditutup selotip

d. Laminasi Hard socket dan allumunium untuk cosmesis

1) Bersihkan Hard socket


2) Sambungkan hard socket dengan allumunium body dengan menggunakan
selotip
3) Kasari bagian allumunium
4) Filling bagian hard socket
5) Tutup lubang pada allumunium dengan slotip
6) Pasangkan benda kerja pada ragum
7) Pasangkan stockinet 2 lapis
8) Tambahkan fiberglass pada bagian sambungan untuk memperkuat
9) Pasangkan stockinet lagi
10) Pasangkan Plastik PVC
11) Siapkan campuran resin, katalis, dan pigmen warna
12) Tuangkan ke benda kerja , pastiikan merata dan tidak ada yang menumpuk

25
13) Setelah mengeras buka hasil laminasi lalu Melakukan pemotongan
trimline.Anterior trimline mengikuti kontur dan disesuaikan agar tidak
menekan SIAS dan tidak mengganggu pada saat duduk. Anterior trimline
semakin tinggi akan semakin bagus. Lateral trimline mengikuti postur
melewati atas trochantor mayor 5-7 cm. Posterior trimline dibuat flat pada
bagian atas untuk pembentukan ischial seat.Medial trimline dibuat flare dan
diberi ruang untuk adductor longus tendon. Bagian medial trimline tingginya
harus sama dengan posterior trimline dan bagian anterior trimline tingginya
harus sama dengan lateral trimline
14) Lepaskan socket dari positif gip
15) Lubangi bagian yang diselotip dengan bor.

5. Pembuatan Silessian Belt

Sabuk prostesis atas lutut disini berfungsi sebagai penggantung prostesis atau suspensi
agar prostesis tetap stabil berada pada stump. Sabuk prostesis atas lutut dapat dibuat dari kulit
sapi / kulit java box yang dilapisi dengan kulit kambing pada bagian dalamnya. Sabuk ini
mempunyai dua bagian yaitu bagian sabuk panjang yang nantinya dipasang pada sisi lateral
dan dilengkapi dengan stabilisator strap serta sabuk pendek yang nantinya dipasang pada
bagian medial.

a) Persiapan alat dan bahan.

Alat dan bahan yang diperlukan adalah (1) gunting, (2) mesin jahit, (3) cutter,

(4) pensil, (5) kulit sapi, (6) gesper.

b) Langkah – langkahpembuatan sabuk adalah

1) potong kulit sapi untuk bagian sabuk yang panjang dengan lebar 4cm,

panjang 100 cm dan bagian sabuk yang pendek dengan lebar 4cm dan

panjang 48cm

2) potong kulit lagi sesuai pola yang diatas untuk melapisi

3) kemudian potong kulit untuk gesper dengan bahan Ocsar dengan panjang

11cm dan lebar 4cm, berbentuk bulat sesuai pola dan gesper kecil

26
E. Assembling
1) Definisi Assembling
Assembling adalah proses perakitan dimana kita menyatukan tiap-tiap komponen
yang tersedia. Proses assembling atau penggabungan komponen. Proses penggabungan
komponen ini dilakukan apabila seluruh komponen dari prostesis atas lutut tersebut telah jadi
dan siap untuk dirakit. Proses assembling ini dilakukan dari bagian bawah lalu keatas,
dimulai dari penggabungan komponen telapak kaki dengan SACH foot yang dihubungkan
dengan pemasangan tube. Kemudian pasang dengan knee Polysentric dengan soket.
2) Bench alignment

Bench allingment adalah proses perakitan komponen prosthesis dan disesuaikan


dengan alignment normal tubuh manusia. Beberapa faktor dapat menyebabkan
perbedaan alignment pada transfemoral prosthesis diantaranya adalah panjang
stump, kekuatan otot dan tipe komponen yang digunakan (CSPO, 1999). Pasien yang
diajukan penulis memiliki panjang stump yang short dan kekuatan otot yang masih
bagus.Proses allingment pada proses ini dimulai saat cating. Bench alignment yang
bisa dilakukan sesuai dengan kondisi pasien tersebut adalah sebagai berikut socket
flexi 20o, socket adduksi 5o , alignment socket pada pandangan anterior adalah 40%
medial dan 60% lateral, alignment socket pada pandangan lateral adalah 50%
anterior dan 50% posterior. Tahap-tahap bench alignment adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan seluruh komponen yang akan dirangkai
b. Memasang foot dengan bodi betis dengan posisi 5oexternal rotasi
c. Memasang joint dan strength untuk menggabungkan antara socket dan bodi
betis
d. Setelah bagian terpasang semua , transfemoral prosthesis siap untuk tahap static
dan dinamic alignment atau fitting

27
F. Fitting

1. Definisi Fitting
Fitting adalah pengepasan alat yang telah dibuat dengan kondisi stump pasien (Modul
Transfemoral Prostesis,2013)
2. Static Alignment
Procedure :
a. Lihat pasien berjalan dengan prostesis lama jika pasien memiliki. Hal ini akan
memberitahu OP jika ada yang salah dengan pola jalan pasien.
b. Review informasi pada lembar assessment.
c. Cek apakah prostesis cocok dengan prescription
d. Cek apakah bench alignment benar
e. Periksa stump pasien dengan hati – hati untuk melihat apakah ada perubahan sejak
kunjungan terakhir. Catat apakah ada luka, abrasi, oedema atau masalah lainnya.
f. Jika ada masalah ketika memasang prostesis, minta pasien untuk berdiri. Hal ini
dilakukan diantara walking rails sehingga pasien dapat berdiri stabil.
g. Ketika tinggi prostesis telah benar, lakukan assessment apakah socket sudah pas.
Periksa area weight bearing, suspensi, dan trim line. Lihat apakah ada celah pada
socket.
h. Jika socket fit sudah benar, cek alignment. Pastikan knee stabil. Pastikan foot rata
pada lantai. Cek knee rotation dan toe out. Pastikan OP dapat melihat pasien secara
keseluruhan dari depan, belakang dan dari samping. Jangan hanya melihat melihat
dari bagian yang berbeda dari prostesis.
i. Pastikan pasien nyaman dengan prostesis. Ketika semua sudah memuaskan, pasien
dapat mulai berjalan dan dynamic alignment dapat dimulai.

28
3. Dynamic Alignment
Dilakukan setelah static fitting dan hanya dapat dilihat ketika pasien berjalan
menggunakan prosthProcedure :
a. Minta pasien untuk berjalan menggunakan prostesis dengan pandangan kedepan
dan badan tegap
b. Amati dari pandangan anterior,posterior dan lateral apakah ada gait deviation yang
muncul?
c. Tanyakan adakah rasa tidak nyaman ketika menggunakan prosthesis saat berjalan
d. Catat apabila terdapat gait deviation
e. Cek kondisi stump setelah berjalan menggunakan prosthesis
4. Evaluasi Fitting
Berdasarkan hasil fitting yang dilakukan didapatkan:
a. Static Fitting
1) Static fitting pertama:
a)Masalah :Pasien merasa sakit pada bagian medial karena trimline terlalu tinggi
b)Solusi : Memotong trimline di bagian medial yang dirasa sakit oleh pasien

2) Static fitting kedua:


a)Masalah : pasien masih merasa sakit pada bagian yang sama
b)Solusi : Pemotongan trimline, sekaligus penambahan eva spoon
3) Static fitting ketiga:
Tinggi prosthesis pas, susupensi pas,trimeline socket tidak ada yang menekan
dibagian anterior posterior lateral dan medial saat berdiri atau duduk, tidak ada rasa
nyeri atau menekan ketika berdiri atau duduk
b. Dynamic fitting
1) Dynamic fitting pertama :
a)Masalah :Circumduction karena Prostesis terlalu panjang 1,5 cm
b)Solusi : Memotong prosthesis pada bagian bodi betis 1,5 cm
2) Dyamic fitting kedua:
Masalah :sedikit circumduction
Solusi :pasien seedikit atau bahkan tidak memfleksikan knee karena knee
joint masih baru jadi strength masih terlalalu keras

29
G. Finishing

1. Definisi finishing:
Pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan dalam rangka menutupi, melapisi, dan
memperindah sebuah kontruksi alat.
a.Alat:
1) Lem
2) Cutter
3) Gunting
b. Bahan:
1) Kulit sintetis
c. Proses finishing antara lain:
1) Menambahkan spon dibagian sambungan foot dan socket
2) Menutupi tambahan tersebut dengan kulit sintetis
3) Melapisi proximal trimeline dan bagian dalam socket dengan menggunakan kulit
sintetis
2. Edukasi Pasien
a. Memberikan arahan tentang cara pemakaian dan melepaskan prosthesis
b. Memberikan arahan tentang cara perawatan prosthesis
c. Memberikan arahan agar pasiein berani dan percaya diri saat menggunakan
prosthesis
d. Memberikan arahan untuk mengamati perubahan setelah memakai prosthesis selama
1 bulan
e. Memberikan arahan apabila ada kerusakan untuk segera diperbaiki keahli agar
segera ditangani
f. Memberikan support mental kepada pasien dan keluarga

30

Anda mungkin juga menyukai