LATAR BELAKANG
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang harus dicapai dalam
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui defenisi dari Analisa Gas Darah.
2. Untuk mengetahui hasil interpretasinya gas darah.
3. Untuk mengetahui akibat ketidakseimbangan asam basa.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
3. Mekanisme ginjal .
Parameter Sampel Arteri Samplel Vena
1. Pengukuran pH Darah
pH adalah logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen, dan juga
keasaman dan kebasaan darah. Akumulasi ion H+ menjadikan pH turun dan
terjadi asidemia (status asam dalam darah). Ion H+ turun berakibat pH
meningkat sehingga terjadi alkalemia (status alkali dalam darah). Kondisi
yang menjadikan asidemia dan alkalemia dipengaruhi banyak proses
fisiologi:
a. Fungsi pernapasan
b. Fungsi ginjal
c. Oksigenasi jaringan
d. Sirkulasi
e. Mencerna substansi
f. Kehilangan elektrolit dari gastrointestinal (karena muntah atau diare).
2. Pengukuran Oksigen Darah
Ada tiga cara mengukur O2 darah:
a. Kandungan O2 merupakan jumlah O2 yang terbawa oleh 100 ml darah
b. PO2 atau tekanan yang diciptakan oleh O2 yang terlarut dalam plasma
3
c. Saturasi oksigen hemoglobin yang merupakan pengukuran persentase
O2 yang dibawa Hb yang berhubungsn dengan jumlah total yang dapat
dibawa Hb. Mayoritas O2 dalam darah dibawa oleh Hb, dan jumlah
sangat sedikit dilarutkan dalam plasma. Persentase saturasi Hb dengan
O2 memberikan perkiraan mendekati jumlah total O2 yang dibawa oleh
darah.
Petunjuk Pengambilan
4
jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik,
warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas,
tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
Komplikasi
1. Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan
nyeri
2. Perdarahan
3. Cidera syaraf
4. Spasme arteri
a. Darah Yang diambil 2 cc ditambah 1 Strip
b. Yang harus diisi dalam blanko pemeriksaan : Identitas pasien, Suhu
tubuh pasien, Hb terakhir dan kalau pasien menggunakan oksigen
catat jumlah O2 yang digunakan serta cara pemberiannya dan Jenis
permintaan.
Tekhnik Pengambilan :
5
13. Cabut jarum dan tusukkan pada karet penutup.
14. Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kapas betadine selama
5 menit.
15. Beri etiket dan bawa ke laboraotirum.
6
Dari komponen-komponen tersebut dapat disimpulkan menjadi empat keadaan
yang menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam darah yaitu:
Asidosis respiratorik
Adalah kondisi dimana pH rendah dengan kadar PCO2 tinggi dan kadar HCO3-
juga tinggi sebagai kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis tersebut.
Ventilasi alveolar yang inadekuat dapat terjadi pada keadaan seperti kegagalan
otot pernafasan, gangguan pusat pernafasan, atau intoksikasi obat. Kondisi lain
yang juga dapat meningkatkan PCO2 adalah keadaan hiperkatabolisme. Ginjal
melakukan kompensasi dengan meningkatkan ekskresi H+ dan retensi
bikarbonat. Setelah terjadi kompensasi, PCO2 akan kembali ke tingkat yang
normal.
Alkalosis respiratorik
Alkalosis metabolik
7
Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)
Indikasi Umum :
o Asidosis metabolik
o Alkalosis metabolik
Implikasi Klinik
8
2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)
3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui
juga untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang
mempengaruhi status asam basa
9
2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran
O2 oleh alat bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik)
hiperventilasi dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya
angkut oksigen)
D. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi
total oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik
1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi
hemoglobin dan kecakupan oksigen pada jaringan
2. tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah
oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat
E. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat,
5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2
plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan
diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur
oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi
bikarbonat.
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2) : 22 - 32 mEq/L SI : 22 - 32
mmol/L
10
3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan
nitrofurantoin
Implikasi Klinik
1. Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan
volume ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar.
2. Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan manifestasi dari
keadaan yang sering dinyatakan dengan singkatan "MULEPAK" yaitu
akibat asupan metanoll, uremia, asidosis laktat, etilen glikol, paraldehid,
intoksikasi aspirin dan ketoasidosis.
3. Anion gap rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution,
hipernatremia, hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium.
4. Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare,
asidoses tubular ginjal atau hiperkalsemia
11
asidosis atau alkalosis. Sistem pernapasan yang sehat akan berupaya
memperbaiki ketidakseimbangan asam-basa, suatu proses yang disebut
kompensasi.
1. Asidosis Respiratorik
Hipoventilasi dan retensi karbon dioksida menyebabkan kadar asam
karbonat naik dan pH turun hingga di bawah 7,35. Sebuah kondisi yang
dikenal sebagai asidosis respiratorik. Penyakit paru yang serius seperti
asma dan PPOK adalah penyebab umum asidosis respiratorik. Depresi
sistem saraf pusat akibat anestesia atau over dosis narkotik secara bermakna
dapat memperlambat laju pernapasan sehingga karbon dioksida ditahan.
Saat asidosis respiratorik terjadi, ginjal menahan bikarbonat untuk
mengembalikan asam karbonat normal ke rasio bikarbonat. Namun, ingat
bahwa ginjal relatif berespons secara lambat terhadap perubahan
keseimbangan asam-basa, sehingga respons kompensasi ini mungkin
memerlukan waktu beberapa jam sampai beberapa hari untuk
mengembalikan pH normal.
2. Alkalosis Respiratorik
Apabila seseorang mengalami hiperventilasi, dikeluarkan lebih banyak
karbon dioksida dibandingkan pada keadaan normal, kadar asam karbonat
turun, dan pH naik hingga lebih dari 7,45. Kondisi ini disebut alkalosis
respiratorik. Hiperventilasi psikogenik atau yang berhubungan dengan
ansietas adalah penyebab yang sering menyebabkan alkalosis respiratorik.
Penyebab lain meliputi demam dan infeksi pernapasan. Pada alkalosis
respiratorik, ginjal akan mengekskresikan bikarbonat untuk mengembalikan
pH ke kisaran normal. Namun, sering kali penyebab hiperventilasi
menghilang dan pH kembali ke nilai normal sebelum terjadi kompensasi
ginjal.
3. Asidosis Metabolik
Saat kadar bikarbonat rendah dalam kaitannya dengan jumlah asam
karbonat di dalam tubuh, pH turun dan terbentuk asidosis metabolik. Ini
dapat terjadi karena kegagalan dan ketidakmampuan ginjal untuk
12
mengeksresikan ion hidrogen dan menghasilkan bikarbonat. Asidosis
metabolik juga dapat terjadi jika terlalu banyak asam dihasilkan di dalam
tubuh, misalnya pada ketoasidosis diabetik atau kelaparan saat jaringan
lemak dipecah menjadi energi. Asidosis metabolik menstimulasi pusat
pernapasan dan kecepatan serta kedalaman pernapasan meningkat, karbon
dioksida dibuang dan kadar asam karbonat menurun, meminimalkan
perubahan pH. Kompensasi pernapasan ini terjadi dalam beberapa menit
setelah terjadi ketidakseimbangan pH.
4. Alkalosis Metabolik
Pada alkalosis metabolik, jumlah bikarbonat di dalam tubuh melebihi rasio
normal 20:1. Konsumsi bikarbonat soda sebagai antasid adalah salah satu
penyebab alkalosis metabolik. Penyebab lain adalah muntah lama dengan
kehilangan asam hidroklorida dari lambung. Pusat pernapasan ditekan pada
alkalosis metabolik dan pernapasan melambat dan menjadi lebih dangkal.
Karbon dioksida ditahan dan kadar asam karbonat meningkat, membantu
menyeimbangkan bikarbonat yang berlebihan.
Murni ↓ ↑ N
Asidosis Terkompensasi ↓ ↑ ↑
sebagian
Respiratorik
N ↑ ↑
Terkompensasi penuh
Murni ↓ N ↓
Asidosis Terkompensasi ↓ ↓ ↓
sebagian
13
Metabolik N ↓ ↓
Terkompensasi penuh
Murni ↑ ↓ N
Respiratorik
Terkompensasi penuh N ↓ ↓
Murni ↑ N ↑
Metabolik
Terkompensasi penuh N ↑ ↑
14
BAB 3
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/136759923/KETIDAKSEIMBANGAN-ASAM-BASA
http://www.atlm.web.id/2016/12/makalah-analisa-gas-darah-blood-
gas.html?m=1 I
16